Week 9
Bankruptcy Law
LO3 : Classify the legal aspects relating to financial business such as property and
security laws, banking and non banking financial law, capital market law,
investment law and alternative disputes resolution.
Definitions
Terms for Bankruptcy
Legal consequences of Bankruptcy
I. Pengertian
Seringkali dalam dunia usaha terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam melakukan usaha,
pengusaha selalu membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk mengembangkan usaha, untuk
itu pengusaha seringkali mencari dana dengan melakukan utang kepada kreditor. Dalam
berjalannya usaha, resiko-resiko yang tidak terduga dapat menyebabkan pengusaha (baik
perorangan maupun perusahaan) gagal dalam membayar hutang-hutangnya yang telah jatuh
tempo.
Pengusaha atau debitor dapat merupakan usaha perorangan maupun usaha dengan bentuk
usaha seperti Persekutuan perdata, Firma, dan CV bahkan juga badan hukum seperti
Perseroan Terbatas (PT). Demikian juga dengan kreditor, dapat merupakan kreditor
perseorangan maupun yang berbentuk badan hukum. Dengan demikian, pihak-pihak yang
terkait dalam perkara kepailitan adalah debitor dan kreditor yang berkaitan dengan masalah
utang piutang. Dalam UUK disebutkan beberapa definis antara lain :
Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang
pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan (Pasal 1 angka 3 UUK).
Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau Undang-Undang
yang dapat ditagih di muka pengadilan (Pasal 1 angka 2 UUK).
Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik
dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang
akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-
undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak
kepada Kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor (Pasal 1
angka 6 UUK).
Menurut Pasal 1 angka 1 UUK disebutkan bahwa Kepailitan adalah sita umum atas semua
kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di
bawah pengawasan Hakim Pengawas. Kepailitan berkaitan dengan adanya keadaan tidak
mampu bayar oleh debitor, sedangkan jumlah kreditor yang memberikan utang pada kreditor
bisa saja jumlahnya lebih dati satu kreditor, hal ini menyebabkan perlu adanya pengaturan
tentang keadaan tersebut dengan mengakomodasi kepentingan para pihak. Oleh karena itu
dapat disebutkan bahwa tujuan adanya putusan kepailitan adalah :
• Tujuan utama kepailitan adalah melakukan pembagian antara para kreditur atas kekayaan
debitur oleh kurator.
• Menghindari terjadinya sitaan terpisah atau eksekusi terpisah oleh kreditur dan
menggantikannya dengan mengadakan sitaan bersama sehingga kekayaan debitur dapat
dibagikan kepada semua kreditur sesuai dengan hak masing-masing.
Penjelasan UUK terdapat beberapa hal yang dapat dipahami tentang perlunya aturan
mengenai kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang, antara lain yaitu :
1. Menghindari perebutan harta debitor apabila dalam waktu yang sama terdapat
beberapa kreditor yang menagih utangnya pada debitor;
2. Menghindari adanya kreditor pemegang hak jaminan kebendaan yang menuntut
haknya dengan cara menjual barang milik debitor tanpa memperhatikan kepentingan
debitor atau kreditor lainnya;
3. Menghindari adanya kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh salah satu kreditor
atau bahkan debitor sendiri.
(Silondae dan Ilyas, 2011: 60)
Syarat kepailitan diatur dalam Pasal 2 UUK yang menyebutkan bahwa syarat untuk dapat
mengajukan permohonan pailit harus memenuhi hal berikut yaitu :
1) Debitor mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu
utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih
2) Putusan Pailit dilakukan atas permohonan Debitor atau atas permohonan satu atau lebih
Kreditornya
3) Permohonan dapat diajukan oleh KEJAKSAAN untuk kepentingan umum
4) Jika Debitor adalah Bank, maka permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh
Bank Indonesia
5) Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan
Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, permohonan pernyataan pailit
hanya dapat diajukan oleh Bapepam (sekarang sudah diambil alih perannya oleh Otoritas
Jasa Keuangan)
6) Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun,
atau BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit
hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan.
Kepailitan diajukan pada kepada Ketua Pengadilan, dimana menurut UUK yang dimaksud
dengan pengadilan untuk urusan kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utan
adalah Pengadilan Niaga dalam lingkungan peradilan umum. Menurut pasal 3 UUK Putusan
atas permohonan pernyataan pailit diputuskan oleh Pengadilan yang daerah hukumnya
meliputi daerah tempat kedudukan hukum Debitor. Jika debitor adalah pesero suatu firma,
Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum firma tersebut juga
berwenang memutuskan. Jika debitor merupakan badan hukum, maka diajukan di pengadilan
tempat kedudukan hukumnya (domisili) dari badan hukum tersebut sebagaimana disebutkan
dalam anggaran dasarnya.
Sejak diputuskan pailit, maka sejak itu seluruh harta kekayaan debitor dimasukkan dalam
kategori “Harta Pailit”. Akibatnya adalah sejak adanya keputusan hakim bahwa debitor telah
pailit, maka harta kekayaan debitor berubah status menjadi harta pailit dan dimasukkan ke
dalam boedel kepailitan. Kepailitan meliputi seluruh kekayaan Debitor pada saat putusan
pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan (pasal 21
UUK). Konsekuensinya adalah demi hukum debitur kehilangan segala hak untuk menguasai
dan mengurus kekayaan benda/aset, baik menjual, menjaminkan benda sejak diputus pailit.
Mulai pasal 222 UUK diatur mengenai Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Penundaan
kewajiban pembayaran utang hanya dapat diajukan oleh Debitor yang mempunyai lebih dari
1 (satu) Kreditor, atau dapat dilakukan oleh Kreditor. Artinya, jika seorang debitor hendak
melakukan pengajuan penundaan kewajiban pembayaran utang kepada pengadilan, maka
syaratnya ia harus mempunyai lebih dari satu kreditor. Pengajuan ini dapat pula dilakukan
oleh kreditor.
Debitor yang dapat mengajukan adalah Debitor yang tidak dapat atau memperkirakan tidak
akan dapat melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih,
dapat memohon penundaan kewajiban pembayaran utang, dengan maksud untuk mengajukan
rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada
Kreditor. Sedangkan kreditor yang dapat mengajukan adalah Kreditor yang memperkirakan
bahwa Debitor tidak dapat melanjutkan membayar utangnya yang sudah jatuh waktu dan
Keuntungan PKPU
1. Harta kekayaan debitor terhindar dari tindakan likuidasi ataupun harta jaminan di jual
lelang guna memenuhi pelunasan utang.
2. Debitor atau perusahaannya masih mempunyai hak pengurusan harta dan
kelangsungan usaha tetap berjalan
Dalam melakukan usaha, pengusaha selalu membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk
mengembangkan usaha, untuk itu pengusaha seringkali mencari dana dengan melakukan
utang kepada kreditor. Dalam berjalannya usaha, resiko-resiko yang tidak terduga dapat
menyebabkan pengusaha (baik perorangan maupun perusahaan) gagal dalam membayar
hutang-hutangnya yang telah jatuh tempo.
UUK memberikan sarana jalan keluar bagi debitor dan kreditor yang sedang terlibat masalah
utang piutang. Dalam undang-undang ini ditentukan syarat-syarat, prosedur dan akibat
hukum dari putusan pailit. Selain melalui pengajuan permohonan putusan pailit, penyelesaian
masalah utang piutang yang sudah jatuh tempo juga dapat dipakai alternatif lain selain
permohonan putusan pailit yaitu melalui penundaan kewajiban pembayaran utang.
Kansil, CST. & Kansil Christine ST. (2013). Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang
Indonesia. Ed.2. Jakarta: Sinar Grafika.
Saliman, AR. (2005). Hukum Bisnis untuk Perusahaan, Teori dan Contoh Kasus. Cet ke-7.
Jakarta: Kencana.
Silondae, AA. & Ilyas, WB. (2011). Pokok-Pokok Hukum Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Republik Indonesia. Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailtan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 131 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4443.