Anda di halaman 1dari 47

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era perkembangan sekarang ini angkutan laut semakin

berkembang dan memegang peranan yang penting dalam membantu

kelancaran angkutan barang dari suatu tempat ke tempat lain, mengingat jasa

angkutan laut relatif lebih murah dibanding dengan angkutan lain. Dengan

jasa angkutan laut maka perpindahan barang maupun penumpang baik dari

suatu daerah ke daerah yang lain, maupun dari suatu negara ke negara yang

lain menjadi mudah, hal ini terbukti dengan semakin banyaknya kapal-kapal

yang beroperasi di lautan. Kesemuanya itu dapat mempengaruhi lingkungan

laut jika terjadi pencemaran sampah yang tidak sesuai dengan prosedur

penanganan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

Banyak anggapan bahwa laut merupakan tempat sampah yang ideal,

baik untuk pembuangan sampah domestik maupun limbah industri. Laut yang

luas diperkirakan akan mampu menghancurkan atau melarutkan setiap bahan-

bahan yang dibuang ke laut, tetapi laut juga mempunyai kemampuan daya

urai yang terbatas, disamping itu ada beberapa bahan yang sulit terurai.

Dengan adanya penambahan secara terus-menerus tanpa kontrol yang baik,

dapat menyebabkan peningkatan pencemaran di laut.

Pencemaran laut sebagai dampak negatif terhadap kehidupan biota,

sumber daya alam dan kenyamanan ekosistem laut serta kesehatan manusia

yang disebabkan secara langsung atau tidak langsung oleh pembuangan

sampah ke dalam laut yang berasal dari kegiatan manusia termasuk kegiatan
di atas kapal, yang mengakibatkan tercemarnya suatu perairan laut,

kontaminasi atau penambahan sesuatu dari luar perairan laut yang

menyebabkan keseimbanan lingkungan terganggu dan membahayakan

kehidupan organisme serta menurunnya nilai guna perairan tersebut.

Banyaknya pencemaran di laut oleh sampah dari kapal sehingga IMO

(INTERNATIONAL MARITIME ORGANIZATION), mengeluarkan peraturan-

peraturan yang ditegaskan di dalam MARPOL 73/78 Annex V Tentang

Pencegahan Pencemaran Oleh Sampah yang terdiri dari 9 aturan. Dan juga di

perlukan “Garbage Management Plan” diatas kapal dengan maksud

menyediakan sebuah sistematis jalannya pelaksanaan dan kontrol dari

sampah di atas kapal yang telah diatur dalam MARPOL Annex V.

Pada saat penulis melaksanakan praktek laut, kapal penulis

melaksanakan operasi bunker di perairan Afrika. Di sana peraturan akan

pembuangan dan pemrosesan sampah masihlah dipandang sebelah mata.

Masih ada beberapa awak kapal yang kedapatan oleh penulis membuang

sampah di laut. Padahal hal tersebut sangatlah bertolak belakang dengan

peraturan MARPOL Annex V

Hal tersebut sangat menarik bagi penulis karena pada dasarnya

pencemaran laut juga menjadi tanggung jawab oleh semua awak kapal.

Dengan demikian hal inilah yang membuat penulis tertarik mengangkat

judul tugas akhir dengan judul “Tinjauan Garbage Management Plan Di

Atas Kapal MT B Star”


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di sampaikan di atas, berikut

ini rumusan masalah dari judul di atas adalah:

1. Bagaimanakah kesesuaian prosedur penanganan dan pembuangan sampah

di Kapal MT B Star dengan MARPOL 1973/1978?

2. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya pencemaran di laut akibat

dari tidak digunakannya garbage management plan di Kapal MT B Star?

C. Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah agar dapat mengaplikasikan ilmu

pengetahuan dari teori-teori yang telah didapatkan selama menempuh

pendidikan di Program Studi Diploma III Studi Nautika untuk tujuan

a. Untuk mengetahui kesesuaian penanganan dan pembuangan sampah di

Kapal MT B Star beradasarkan Marpol 1973/1978 Annex V.

b. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya pencemaran di

laut akibat dari tidak digunakannya garbage management plan di Kapal

MT B Star.

D. Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari judul “Garbage Management Plan

dalam upaya pencegahan polusi di laut di atas kapal MT B Star” diharapkan

dapat membawa manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai tambahan pengetahuan di kampus Politeknik Transportasi

Sungai, Danau Dan Penyemberangan Palembang mengenai Garbage


Management Plan dalam upaya pencegahan polusi di laut di atas kapal

MT B Star.

b. Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan guna dijadikan bahan

acuan untuk penelitian berikutnya sehingga dapat menghasilkan

penelitian yang lebih baik dan akurat.

c. Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi para pembaca,

termasuk instansi terkait dan diharapkan penelitian ini dapat

memberikan masukan yang dapat berguna untuk pembangunan sumber

daya manusia agar.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

berbagai pihak untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai Garbage

Management Plan dalam upaya pencegahan polusi di laut di atas kapal

MT B Star

a. Meningkatkan pengetahuan tentang upaya untuk mencegah

terjadinya pencemaran di laut akibat tidak digunakannya Garbage

Management Plan.

b. Sebagai masukan untuk perusahaan khususnya Doorae Shipping

yang akan datang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Review Penelitian Sebelumnya

Berkaitan dengan penelitian ini, maka perlu dukungan dari penelitian -

penelitian terdahulu yang membahas topik penelitian yang sejenis.

Bagaskaara, A (2019) meneliti tentang penerapan annex v dalam

pengolahan sampah. Penelitian tersebut berlandaskan pada analisis

induktif. Penulis tersebut berusaha untuk merumuskan pernyataan atau

abstraksi teoritis lebih umum yang menyatakan induksi analisis

menghasilkan proposisi-proposisi yang berusaha mencakup setiap kasus

yang dianalisis dan menghasilkan proposisi interaktif universal.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah

terdapat pada topik pembahasan mengenai penanganan sampah yang ada

di kapal. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah pada

penelitian sebelumnya tidak ditemukannya anggota awak kapal yang tidak

memahami tentang garbage management plan.

B. Landasan Teori

1. Penelitian Kualitatif

Menurut Hamid Patilima, analisis data penelitian kualitatif dilakukan

dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang


penting dan mana yang akan dikaji sehingga dapat dibuat suatu

kesimpulan untuk disampaikan kepada orang lain.

2. MARPOL 1973/1978

MARPOL 1973/1978 merupakan sebuah peraturan internasional yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut. Prosedur

pembuangan sampah telah di atur dalam didalam MARPOL 73/78

tentang pencemaran laut yang terdiri dari VII Annex, yaitu:

a) Annex I, peraturan pencegahan pencemaran oleh minyak, sisa

minyak yang akan di buang kelaut kadarya tidak melampaui 15

ppm.

b) Annex II, peraturan pencegahan pencemaran oleh bahan-bahan cair

beracun, misalnya pembuangan bahan-bahan cair yang merusak

seperti bahan kategori A,B, dan C dapat di buang diluar daerah

khusus dan bahan-bahan katsegori D di semua daerah.

c) Annex III, peraturan pencegahan pencemaran oleh bahan-bahan

yang merugikan yang di angkut melalui laut dalam bentuk

kemasan, terbungkus, tangki lepas atau mobil-mobil tangki, dan

gerbong-gerbong tangki.

d) Annex IV, peraturan pencegahan pencemaran oleh kotoran dari

kapal. Jenis-jenis kotoran dari kapal yaitu limbah dari toilet tempat-

tempat buang air kecil dan saluran buang air besar,kotoran dari

ruang medis yang dicuci melalui wastafel dan kotoran-kotoran

hewan.
e) Annex V, peraturan pencegahan pencemaran oleh sampah dari

kapal. Jenis sampah dari annex ini ialah semua sisa-sisa perawatan

di dek maupun di mesin dan juga dari dapur.

f) Annex VI, peraturan pencegahan pencemaran oleh udara.

g) Annex VII, peraturan pencegahan pencemaran oleh air ballast.

3. Peraturan Pencegahan Pencemaran Laut di Indonesia.

Di Indonesia masalah pencemaran dari kapal di atur dalam

Peraturan Pemerintah RI, No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian

pencemaran dan atau perusakan laut. Dan Peraturan Pemerintah RI No

51 tahun 2002 di dalam pasal 110 dinyatakan “setiap pemimpin kapal,

anak buah kapal dan pelayar lainnya wajib mencegah timbulnya

pencemaran lingkungan”.

4. Pencemaran Laut

Menurut Munadjat Danusaputro dalam bukunya “Tata

Kelautan Nusantara Dalam Hukum dan Sejarahnya” (2004:29)

menyebutkan bahwa pencemaran laut adalah suatu perubahan kondisi

laut yang tidak menguntungkan, atau merusak yang disebabkan oleh

kehadiran benda-benda asing sebagai akibat dari perbuatan manusia.

Benda-benda asing itu dapat berupa sisa-sisa industri, sampah kota,

minyak bumi, sisa-sisa bioksida, air panas bekas pendingin dan

sebagainya.

Perubahan dalam lingkungan laut dapat menimbulkan akibat

yang buruk sehingga dapat merugikan kesehatan manusia, gangguan

terhadap kegiatan di laut termaksuk perikanan dan penggunaan laut


secara wajar, merosotkan kualitas air laut dan menurunkan mutu

kegunaannya dan manfaatnya.

Menurut komponennya, pencemaran air laut dari kapal dapat

dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Bahan buangan cairan berminyak.

2. Bahan buangan olahan makanan.

3. Bahan buangan padat.

4. Bahan buangan organik.

5. Bahan buangan anorganik.

5. Perusakan air laut

Perusakan air laut adalah tindakan yang menimbulkan

perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan

hayatinya yang melampaui kriteria baku kerusakan laut. Kriteria baku

kerusakan laut adalah ukuran batas perubahan sifat fisik atau hayati

lingkungan laut.

6. Sampah (garbage)

Sampah adalah semua jenis sisa makanan, bahan-bahan

buangan rumah tangga tetapi tidak termasuk ikan segar dan begian-

bagiannya yang terjadi selama pengoperasian normal kapal dan ada

keharusan untuk disingkirkan dan dibersihkan secara terus-menerus

atau secara berkala.

Sumber sampah dari kapal dapat digolongkan dalam dua

kelompok yaitu:
a. Sampah Domestik, yaitu sampah yang dihasilkan oleh

kegiatan manusia sehari-hari secara langsung. Baik yang

berasal dari rumah, pasar, pemukiman, sekolah, rumah

sakit, atu tempat- tempat keramaian.

b. Sampah Non Domestik, yaitu sampah yang dihasilkan

manusia secara tidak langsung. Misalnya, dari transportasi

(kapal), pabrik, industri, pertanian, dan perikanan.

Jenis-jenis sampah dari kapal dapat dikelompokan ke dalam

beberapa bagian sesuai dengan aturan dari garbage management

manual yaitu:

a. Sampah perawatan adalah bahan-bahan yang dikumpulkan

oleh departemen deck dan mesin ketika merawat atau

mengoperasikan kapal seperti kotoran-kotoran mesin,

serpihan cat, sapuan deck, sisa cat atau majun. Tempat

sampah untuk katergori sampah ini dicat dengan warna

biru.

b. Sampah makanan adalah bahan-bahan makanan yang bisa

membusuk atau tidak membusuk seperti buah, sayuran,

produk-produk susu, unggas, produk daging, sisa makanan,

partikel makanan dan bahan-bahan lainnya yang

terkontaminasi oleh sampah-sampah tersebut yang

dihasilkan di atas kapal terutama didapur dan di ruang

makan. Tempat sampah untuk katergori sampah ini dicat

dengan warna kuning


c. Sampah plastik adalah material padat yang mengandung

bahan-bahan yang sangat penting seperti polimer, organik

sintetis. Plastik memiliki kandungan material, mulai dari

yang keras dan rapuh sampai pada yang lunak dan elastis.

Tempat sampah untuk katergori sampah ini dicat dengan

warna merah.

d. Sampah muatan adalah semua material yang telah menjadi

sampah sebagai hasil pemakaian diatas kapal untuk

pemadatan dan penanganan muatan.

e. Sampah operasional adalah semua sampah muatan, sampah

hasil perawatan, dan residu muatan yang dianggap sebagai

sampah. Tempat sampah untuk katergori sampah ini dicat

dengan warna hitam.

Gambar 2.1. Gambar tempat sampah di Kapal MT B Star.


C. Kerangka Penelitian

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menuangkan pokok-

pokok pikiran kedalam sebuah kerangka berpikir yang dirangkai pada

suatu skema alur pembahasan sebagai berikut:

Masih ditemukannya ABK yang


membuang sampah di laut dikarenakan
tidak menerapkan garbage management
plan

Berdasarkan peraturan secara Tindakan di atas kapal:


internasional pencemaran laut
1. Menjelaskan kepada awak kapal
diatur dalam MARPOL annex v mengenai aturan garbage
management plan
2. Menempelkan poster-poster atau
himbauan tentang persyaratan
pembuangan sampah sesuai
aturan yang berlaku
3. Melaksanakan prosedur
pembuangan sampah sesuai
aturan yang berlaku.
4. Melengkapi kapal dengan
incinerator

Tindakan untuk mengurangi


pencemaran sampah di laut

1. Memilah sampah dan


membedakan sesuai prosedur
pengolahan sampah dalam
peraturan.
2. Memaksimalkan penggunaan
alat-alat pencegah
pencemaran di atas kapal
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan menggunakan metode

Komparasi dengan mengambil data secara kualitatif, yaitu menemukan

atau membandingkan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan

tentang prosedur, kerja, tentang ide-ide terhadap suatu prosedur kerja atau

ide-ide. Kemudian digambarkan dengan kata-kata atau kalimat–kalimat

lalu menguraikan permasalahan yang timbul berdasarkan pengalaman,

pengamatan, serta wawancara pada saat prola, untuk memperoleh

kesimpulan.

B. Sumber Data dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengunakan penanganan sampah

yang tidak sesuai dengan prosedur dan aturan yang berlaku sebagai objek

penelitian, yang mana dilakukan saat penulis sedang melaksanakan

praktek berlayarnya di semester V dan VI selama 1 tahun. dengan subjek

penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu crew MT B Star sebagai

populasi.

1. Sumber Data Primer

Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung

dari objek penelitian, saat penulis melakukan pengamatan dan

pencatatan terhadap objek penelitia tersebut.


2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan data pelengkap dari data

primer yang didapat penulis dari bahan-bahan selain dari pengamatan

yakni dari sumber kepustakaan seperti data dari buku dan literatur

lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian.

C. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Penelitian Lapangan

a. Pengamatan (Observasi)

Penulis melaksanakan observasi langsung terhadap objek penelitian

yaitu penanganan sampah yang tidak sesuai dengan prosedur dan

aturan yang berlaku.

b. Wawancara

Penulis melaksanakan interview langsung terhadap para mualim

yang berada di atas kapal mengenai objek penelitian mengenai

prosedur penanganan sampah diatas kapal yang sesuai dengan

aturan.

D. Teknik Analisis Data

Aktivitas dalam analisis data kualitatif deskriptif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga

datanya jenuh atau tidak diperolehnya lagi data atau informasi baru

melalui beberapa tahap, yakni pengumpulan data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Penelitian ini dilakukakan di Kapal MT B Star. Kapal ini

merupakan kapal tanker dengan nomor IMO 9381639. MT. B Star adalah

salah satu dari kapal milik Doorae Shipping Co., Ltd yang kantor pusatnya

berada di Busan, Korea Selatan. Kapal ini dibangun pada tahun 2009 oleh

perusahaan Qingdao Hyundai Shipbuilding Co., Ltd di China. Kapal ini

dirancang untuk memuat minyak. MT B Star merupakan salah satu kapal

bunker. Kapal ini merupakan satu-satunya kapal bunker milik Doorae

yang beroperasi di wilayah Eropa. Kapal dengan Bendera Marshall ini

memliki bobot mati seberat 3900 GT dengan panjang 105.5 meter serta

memiliki lebar 16.6 meter.

Gambar 4.1. MT. B Star saat sandar di Pelabuhan Gibraltar.


Tabel 4.1. Daftar nama awak kapal MT B Star beserta jabatannya.

NO NAMA JABATAN

01 YU CHEON SEOG Nakhoda

02 EDI SANTOSO Mualim - I

03 M AGUNG ARDHIANSYAH Mualim - II

04 MUHRODI Mualim - III

05 JU HYUNGCHEOL KKM

06 SAMUEL BASANG Masinis - I

07 LULUK SUPRIYONO Masinis - II

08 ANDIKO PRABOWO Masinis - III

09 MUSMULYADI Serang

10 HASANUDDIN Juru Mudi

11 SYAIFIDIN Juru Mudi

12 CARSA Juru Mudi

13 SURYADI Mandor Mesin

14 BAHRUM TAMRIN Juru Minyak

15 AMBDUL GANI Juru Minyak

16 FATHUR NANDA SAPUTRA Kadet Dek

17 FAHREZA KAUTSAR S Kadet Dek

18 SARYONO Juru Masak


B. Hasil Penelitian

Wawancara dilaksanakan dengan teknik purposive yaitu dengan

mengambil dua orang narasumber yaitu juru mudi 1 atas Nama Syaifidin

dan juru mudi 2 atas Nama Hasanuddin. Dimana subjek yang diambil

merupakan subjek acak dari kru MT B Star. Data yang di dapat dari hasil

wawancara perlu di dukung dengan data hasil observasi langsung secara

partisipatif. Hal ini bertujuan untuk melengkapi data-data yang ada.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis selama

melaksanakan proyek laut di MT. B Star masih banyaknya sampah yang

dibuang ke laut dari kapal-kapal, khususnya yang dilakukan anak buah

kapal di kapal MT. B Star yang tidak sesuai dengan prosedur penanganan

sampah yang telah diatur dalam MARPOL 73/78 Annex V, yang dapat

menyebabkan pencemaran laut sehingga kualitas air laut turun sampai ke

tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi

dengan mutu baku dan fungsinya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa

kejadian yang terjadi di kapal MT. B Star, antara lain:

1. Sampah-sampah hasil olahan makanan yang dihasilkan dari

dapur, atau sisa-sisa makanan dibuang ke laut tanpa

memperhatikan aturan yang berlaku. Yang mana seharusnya

sampah hasil olahan makanan atau sisa-sisa makanan sebaiknya

dikumpulkan terlebih dahulu, atau dapat di buang 12 mil laut dari

daratan terdekat.
2. Pada saat ABK melakukan kerja harian di dek atau di kamar

mesin sampah-sampah dari hasil perawatan di dek atau di mesin

seperti majun, sapuan dek, sisa-sisa cat, serpihan cat, karat, dan

kotoran-kotoran mesin langsung saja dibuang ke laut, tanpa

memperhatikan aturan yang berlaku.

3. Pembuangan sampah dengan sembarangan ke laut, seperti sampah

plastik dan kantong-kantong sampah plastik. Yang mana sampah-

sampah tersebut dilarang untuk dibuang ke laut, karena dapat

menimbulkan pencemaran laut.

Dari beberapa hal diatas menunjukkan kurangnya pemahaman dari

anak buah kapal MT. B Star tentang prosedur pembuangan sampah kelaut,

sehingga perlunya di terapkan garbage management plan dalam upaya

pencegahan polusi dilaut.

1. Penyajian data.

Semua data hasil penelitian diuraikan berdasar pada fokus rumusan

masalah penelitian yaitu sebagai berikut:

a. Prosedur penanganan dan pembuangan sampah yang sesuai diatur

dalam Marpol 1973/1978 Annex V.

Dari observasi dan wawancara yang telah di lakukan dapat

dilihat bahwa kurangnya pemahaman anak buah kapal terhadap

garbage management plan. Jadi berdasarkan data yang ditunjukkan

diatas tentang pemahaman prosedur pembuangan sampah anak buah

kapal MT. B Star yang masih rendah, karena belum di terapkannya


garbage management plan yang sesuai dengan MARPOL 1973/1978

di kapal MT. B Star.

Prosedur pembuangan sampah menurut MARPOL 73/78

Annex V telah di atur dalam MARPOL 73/78 tentang pencemaran

laut yang terdiri dari VII Annex, yaitu:

1) Annex I, Peraturan Pencegahan Pencemaran Oleh Minyak, sisa

minyak yang akan di buang kelaut kadarya tidak melampaui 15

PPM.

2) Annex II, Peraturan Pencegahan Pencemaran Oleh Bahan-

Bahan Cair Beracun, misalnya pembuangan bahan-bahan cair

yang merusak seperti bahan kategori A, B, dan C dapat di

buang diluar daerah khusus dan bahan-bahan katsegori D di

semua daerah.

3) Annex III, Peraturan Pencegahan Pencemaran Oleh Bahan-

Bahan Yang Merugikan Yang Di Angkut Melalui Laut Dalam

Bentuk Kemasan, Terbungkus, Tangki Lepas Atau Mobil-

Mobil Tangki, Dan Gerbong-Gerbong Tangki.

4) Annex IV, Peraturan Pencegahan Pencemaran Oleh Kotoran

Dari Kapal. Jenis-jenis kotoran dari kapal yaitu limbah dari

toilet tempat-tempat buang air kecil dan saluran buang air

besar,kotoran dari ruang medis yang dicuci melalui wastafel

dan kotoran-kotoran hewan.


5) Annex V, Peraturan Pencegahan Pencemaran Oleh Sampah

Dari Kapal. Jenis sampah dari annex ini ialah semua sisa-sisa

perawatan di dek maupun di mesin dan juga dari dapur.

6) Annex VI, Peraturan Pencegahan Pencemaran Oleh Udara.

7) Annex VII, Peraturan Pencegahan Pencemaran Oleh Air

Ballast.

Kegiatan-kegiatan yang menyangkut masalah proses

penanganan sampah mulai dari penampungan sampai dengan

pembuangan dan dalam penanganan ini juga tidak terlepas dari

tersedianya fasilitas-fasilitas dan sarana yang tersedia di kapal,

karena semua proses bisa berjalan dengan baik kalau di dukung

oleh fasilitas dan sarana yang memadai dan apabila hal ini

didukung oleh manajemen yang baik di kapal maka proses

penanganan masalah sampah bisa di atasi sehingga pencemaran di

laut oleh sampah bisa di kurangi.

b. Faktor yang mempengaruhi pencemaran di laut akibat dari tidak

digunakannya garbage management plan di Kapal MT B Star.

1) Dari beberapa hal diatas menunjukkan kurangnya pemahaman

dari anak buah kapal MT. B Star tentang prosedur pembuangan

sampah kelaut, sehingga perlunya di terapkan garbage

management plan dalam upaya pencegahan polusi dilaut.

2) Faktor-faktor lain yang mempengaruhi hal ini adalah Kurang

tersedianya fasilitas-fasilitas diatas kapal yang menunjang. Hal

ini dikarenakan fasilitas sampah untuk beberapa sampah yang


telah dikatergorikan hanya memiliki kapasitas yang kecil. Hal

ini dibuktikan dengan tempat sampah yang ada hanya

menggunakan drum. Yang hanya memiliki kapasitas 0.12 L

sehingga sampah yang ada dapat cepat penuh dan membuat kru

kapal tidak membuang sampah pada tempatnya.

Gambar 4.2. Tempat sampah plastik di MT B Star

2. Analisis Data

Berdasarkan paparan data hasil wawancara, selanjutnya dapat

dibuat tabel temuan penelitian sebagai berikut:

Tabel 4.2. Analisis Data Penelitian


NO Fokus Penelitian Temuan Penelitian

1. Prosedur penanganan a) Sampah sisa makanan masih


dan pembuangan sampah ada yang dibuang di laut.
yang sesuai diatur dalam b) Sampah sisa kerja harian dari
Marpol Annex V di MT para ABK masih ada yang
B Star. dibuang di laut.

2. Faktor yang a) Kurangnya pemahaman


mempengaruhi ABK terhadap peraturan yang ada
tidak mematuhi garbage b) Kecilnya tempat sampah yang
management plan. ada di kapal MT B Star
membuat sampah cepat penuh.
c) Awak kapal MT B Star belum
pernah mengikuti pelatihan
tentang garbage management
plan.

a) Menjelaskan kepada awak


3 Upaya yang dilakukan
kapal mengenai aturan
terhadap temuan di atas.
garbage managemet plan
. b) Menempelkan poster-poster
atau himbauan tentang
persyaratan pembuangan
sampah sesuai aturan yang
berlaku
c) Melaksanakan prosedur
pembuangan sampah sesuai
aturan yang berlaku.
d) Mengganti tempat sampah
yang ada dengan kapasitar
yang lebih besar
e) Melaksanakan safety meeting
agar meningkatkan
pemahaman mengenai
garbage management plan.

C. Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada dapat dilihat bahwa

kurangnya pemahaman tentang garbage management plan dari awak

kapal MT B Star, sehingga muncul ketidaksesuaian akan prosedur

pembuangan sampah. Para awak kapal seringkali kedapatan tidak

membuang sampah pada tempatnya yang dimana itu tidak sesuai dengan

garbage management plan MARPOL 1973/1978 annex v.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan dari awak kapal MT

B Star adalah kurangnya pemahaman akan peraturan pembuangan

sampah yang tercantum dalam MARPOL 1973/1978 annex v, selain itu

kecilnya volume tempat sampah milik MT B Star. Volume tempat

sampah MT B Star hanya sebesar 0.12 L, hal ini dapat menyebabkan

menumpuknya sampah yang ada karena sampah yang ada di dalam

tempat sampah akan cepat penuh, sehingga mengakibatkan para awak

kapal malas untuk membuang sampah pada tempatnya. Faktor yang

terakhir adalah para awak kapal MT B Star tidak memiliki bekal pelatihan

akan garbage management plan. Hal ini dapat menimbulkan rasa

menyepelekan untuk membuang sampah sesuai dengan peraturan dan

prosedur yang ada.

Setiap kapal yang sedang beroperasi harus memenuhi persyaratan

mengenai tata cara penanganan pencemaran dalam hal ini pencemaran

disebabkan oleh sampah. Yang sesuai dan ditetapkan oleh IMO dalam

MARPOL 73/78 pada Annex V.


Di kapal harus memiliki buku catatan sampah guna untuk

mencatat kegiatan-kegiatan yang menyangkut masalah proses

penanganan sampah mulai dari penampungan sampai dengan

pembuangan semuanya itu harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang

sudah ditetapkan dan tercantum dalam aturan karena apabila pada saat

penanganan tidak dilakukan sesuai dengan prosedur yang baik maka

kemungkinan besar pembuangan sampah dapat terjadi di tempat dimana

saja dari atas kapal dimanapun kapal berada sehingga mengakibatkan laut

tercemar.

Meskipun sampah bisa dibuang ke laut (kecuali plastik) yang

dihasilkan dari kapal, tapi harus diperhatikan jarak yang diperbolehkan

yang sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan tapi sebaiknya kalau

kemungkinan harus ditampung dan dibuang ke fasilitas-fasilitas

penampungan di pelabuhan sebagai fasilitas utama. Untuk meminimalkan

dihasilkannya sampah maka penyediaan perbekalan dan perlengkapan

kapal harus ditinjau ulang oleh supplier kapal untuk menentukan

pelumasan produk yang optimal diantaranya termasuk :

1) Kemasan yang dapat dibuat kembali dan penggunaan peralatan,

mangkok, peralatan makan, handuk, majun, dan barang-barang

berguna lainnya yang digunakan sekali pakai harus dibatasi dan

diganti dengan barang-barang yang dapat dicuci bila mungkin.

2) Jika terdapat pilihan praktis, persediaan yang dikemas di dalam atau

terbuat dari bahan-bahan selain plastik yang digunakan sekali pakai


harus dipilih untuk mengisi supply kapal kecuali terdapat alternatif

plastik yang dapat dipakai kembali.

3) Sistem dan cara pemadatan yang memanfaatkan kembali, penerapan,

dan bahan-bahan pengemas lainnya.

4) Penerapan, lining, dan bahan-bahan pengemas yang dihasilkan di

pelabuhan selama pembongkaran muatan hendaknya dibuang di

fasilitas penampungan di pelabuhan dan tidak disimpan di kapal untuk

dibuang di laut.

Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di kapal khusunya

mengenai proses penanganan sampah, kadang terjadi hal yang tidak

sesuai dengan prosedur yang diinginkan. Hal ini terjadi karena

kurangnya pemahaman awak kapal mengenai masalah ini.

Dengan demikian, maka dengan adanya suatu manajemen yang

baik diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah atau hal-hal yang

dapat menimbulkan pencemaran laut yang disebabkan oleh sampah pada

saat kapal beroperasi, sehubungan dengan penanganan sampah yang

tidak sesuai dengan prosedur akan berakibat buruk terhadap lingkungan

laut dan menyebabkan biota-biota laut dan ekosistem laut akan mati dan

punah.

Untuk mencegah terjadinya pencemaran di laut akibat sampah

maka pelaksanaan kegiatan mulai dari pengumpulan, pemrosesan,

penyimpanan maupun sampai pembuangan, hendaknya dilakukan

dengan penuh rasa tanggung jawab dan pengawasan yang ketat dari

Mualim dan ABK yang berjaga. Untuk hal-hal tersebut di atas yang
menyangkut dengan masalah sampah maka dibutuhkan perwira dan

ABK yang terampil yang memahami betul tentang cara atau prosedur

penanganan sampah.

Di kapal harus ada seorang perwira yang ditunjuk oleh perusahaan

dalam hal ini mualim 1 yang harus bertanggung jawab dalam

pelaksanaan rencana manajemen sampah. Dan dalam pelaksaan proses

penanganan sampah dibutuhkan kerja sama semua anak buah kapal

untuk pelaksanaannya sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan,

dimana prosedur yang ada di dalam rencana tersebut harus dilaksanakan.

Agar prosedur yang dilakukan di kapal supaya selalu dapat

dipahami dan dilaksanakan yaitu:

1) Dengan menempelkan poster-poster atau himbauan yang mudah

dimengerti dan ditempatkan di tempat-tempat yang mudah dilihat

oleh seluruh crew tentang persyaratan pembuangan sampah yang

disebutkan dalam aturan 3 dan 5 dari Annex V tentang pembuangan

sampah ke dalam dan di luar daerah khusus.

2) Melaksanakan safety meeting minimal satu bulan sekali untuk

melakukan pengarahan kepada awak kapal tentang masalah

penanganan sampah.

a. Prosedur Penanganan Sampah

Prosedur yang paling tepat untuk penanganan dan

penyimpanan sampah akan bermacam-macam tergantung pada

faktor-faktor seperti tipe dan ukuran kapal, daerah operasi misalnya


jarak pulau, peralatan pemrosesan sampah dan ruang penyimpanan,

jumlah awak kapal, durasi pelayaran dan pengaturan fasilitas

penampungan di pelabuhan singgah.

Untuk drum-drum atau kantung yang terpisah dapat disisipkan

untuk menerima serta mengumpulkan kaca, logam, plastik, kertas,

atau lainnya yang dapat didaur ulang. Sedangkan majun yang

berminyak dan majun yang terkontaminasi yang dibuang di laut dan

harus disimpan di kapal untuk dibuang ke fasilitas penampungan di

pelabuhan atau dibakar.

Mengingat pentingnya rencana manajemen sampah maka

tanggung jawab awak kapal dan prosedur untuk semua aspek

penanganan dan penyimpanan sampah harus diidentifikasikan dalam

petunjuk pengoperasian kapal yang tepat, prosedur untuk

penanganan sampah yang dihasilkan oleh kapal dapat dibagi menjadi

empat langkah yaitu :

a) Pengumpulan

Prosedur-prosedur dalam pengumpulan sampah harus

berdasarkan pada pertimbangan apakah dapat dan tidak dapat di

buang ke laut sepanjang perjalanan. Setiap kategori tempat-tempat

sampah harus ditandai dengan jelas dan dapat disediakan untuk

tiap-tiap jenis sampah yang dihasilkan di kapal. Tempat terpisah ini

seperti kantung-kantung, kaleng, atau yang dapat menerima

sampah
Tempat-tempat penampungan sampah untuk tiap-tiap

kategori harus jelas. Ditandai dengan warna, grafik, bentuk, ukuran

atau tiap-tiap kategori harus jelas. Ditandai dan dibedakan dengan

warna, bentuk, ukuran atau tempat harus disisipkan dalam tempat

yang cukup di kapal. Awak kapal dan penumpang harus diberitahu

mana sampah yang boleh dan tidak boleh dibuang. Setiap awak

kapal harus diberikan tanggung jawab dalam pengumpulan atau

pengosongan dari wadah atau tempat ini dan mengambil sampah

ke tempat penyimpanan yang sesuai.

1) Sampah Plastik

Sampah plastik harus disimpan di kapal untuk dibuang

di tempat fasilitas-fasilitas penerimaan di pelabuhan, paling

tidak dikurangi untuk dibakar dengan incinerator bila sampah

plastik tidak dipisahkan dari sampah lainnya campuran harus

lebih besar jika semuanya plastik. Di dalam Annex V secara

keseluruhan melarang pembungan plastik apapun ke laut

karena plastik memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat

diurai oleh lingkungan laut bahkan sampai ratusan tahun.

2) Sampah Makanan

Pemerintah di negara lain memiliki peraturan-

peraturan tertentu untuk mengendalikan penyakit-penyakit

yang mungkin dibawa oleh sampah makanan dari negara asing

(seperti kemasan makanan dan zat-zat yang tidak dapat

diuraikan). Peraturan-peraturan ini mengharuskan sampah-


sampah harus dapat dibakar atau disterilkan atau dengan

perawatan lainnya dan oleh karena itu bahan-bahan ini haru

dijaga terpisah dari sampah lainnya dan dibuang menurut

hukum-hukum negara terkait, hal-hal khusus harus diambil

untuk memastikan bahwa plastik yang terkontaminasi dengan

sampah makanan, seperti pembungkus makanan plastik, tidak

dapat di buang kelaut dengan sampah makanan lainnya.

Pembuangan ke laut sisa-sisa makanan dapat

diizinkan bilamana sisa-sisa makanan itu terproses melalui

pengeringan atau penghancur yang jaraknya 12 mil dari daratan

dan sisa makanan yang telah tergiling itu harus dapat

menembus atau menerobos dari kisi-kisi dengan lubang yang

besarnya tidak lebih dari 25 mm.

3) Sampah Lainnya

Sampah yang termasuk dalam kategori ini tidak

dibatasi oleh produk-produk kertas, majun, kaca, logam, botol,

barang-barang tembikar, penerapan yang terapung, lining dan

bahan paking. Dapat diperlukan untuk penerapan, lining dan

bahan paking yang terpisah akan mengapung bila material ini

difokuskan ke batas pembungan yang berbeda daripada sampah

lainnya dalam kategori ini. Sampah seperti ini harus dijaga

supaya terpisah dari sampah lainnya dan harus ditahan di kapal

untuk dibuang ke fasilitas penampungan di pelabuhan, tempat-

tempat atau kantung-kantung yang terpisah dapat disiapkan


untuk menerima dan menampung logam, plastik, kertas, atau

hal-hal lainnya yang dapat didaur ulang, majun berminyak dan

majun yang terkontaminasi harus ditahan di atas kapal dan di

buang ke fasilitas penampungan di pelabuhan.

b) Pemrosesan

Pemrosesan sampah tergantung pada faktor-faktor seperti

jenis kapal, daerah pengoperasian, dan jumlah crew di kapal. Dan

di kapal harus dipasang dengan incinerator, compactor,

comminuter dan alat-alat lainnya untuk pemrosesan sampah di

kapal dan harus ditunjuk awak kapal yang tepat untuk

pengoperasiannya serta pada waktu yang tepat sesuai dengan

kebutuhan kapal.

1) Compactor

Membuat sampah lebih mudah disimpan. Sampah akan di

press terlebih dahulu dengan mesin press yang ada agar

sampah lebih sedikit dan lebih rapi ketika disimpan. Setelah itu

sampah tersebut akan ditransfer ke fasilitas penampungan di

pelabuhan oleh truk sampah dari pihak pelabuhan dan untuk

membuang ke laut bila batas pembuangannya sudah diizinkan.

Gambar 4.3. Mesin press hidrolik di MT B Star


2) Comminuter

Ini adalah suatu alat untuk menghaluskan sampah makanan

hingga ukuran partikel kecil yang dapat melewati jala-jala

dengan lubang tidak lebih dari 25 mm.

Gambar 4.4. Mesin comminuter


Sumber:https://id.aliexpress.com/item/4001177305355.html

3) Incinerator

Incinerator di kapal dominannya dirancang untuk pembakaran

sampah, kotoran-kotoran minyak lumas dan kotoran bahan

bakar. Pembakaran sampah plastik utamanya membutuhkan


lebih banyak udara dan temperatur yang lebih tinggi supaya

dapat hancur lebih sempurna. Alat ini paling tepat dan aman

untuk pembakaran sampah plastik. Sisa abu pembakaran dari

beberapa bahan plastik yang mengandung logam berat atau

residu lainnya yang di dalamnya mengandung racun tidak

boleh di buang ke laut. Abu seperti ini harus disimpan

sedemikian mungkin di atas kapal dan dibuang pada fasilitas

penampungan di pelabuhan dan pada saat kapal berada di

pelabuhan penggunaan incinerator harus disetujui atau

mendapat izin dari pihak yang berwenang. Tapi umumnya

pembakaran sampah di atas kapal ketika kapal berada di area

pelabuhan atau dekat dengan daerah kota sebaiknya tidak

dilakukan dan akan menambah polusi udara disekitar daerah

tersebut.

Gambar 4.5. Mesin incernerator di MT B Star.

a) Penampungan

Sampah yang tidak bisa dibuang ke laut harus ditampung di

atas kapal dan tiap jenis sampah harus dipisahkan dan ditampung
pada masing-masing tempatnya untuk dikembalikan ke pelabuhan.

Tapi ini tergantung dari panjangnya voyage dan juga keberadaan

fasilitas penampungan di pelabuhan dan sampah harus disimpan

dengan cara yang baik supaya dapat mencegah zat-zat berbahaya,

dan sampah yang mengandung bahan makanan harus dipisahkan

dengan sampah yang tidak mengandung sampah makanan dan

ditempatkan pada tempat penampungan yang ditandai dengan jelas

pada tempat penyimpanan untuk mencegah pembuangan yang

salah.

d) Pembuangan

Pembuangan sampah ke laut harus berdasarkan Annex V

MARPOL 73/78. Pembuangan ke fasilitas pelabuhan harus

mendapat prioritas utama, dan pada waktu pembuangan sampah ke

laut, hal-hal di bawah ini harus diperhatikan :

1) Pembuangan sampah harus dipadatkan karena sampah yang

tidak dapat dipadatkan akan menyebabkan jumlah benda apung

yang mampu mencapai pantai walaupun telah dibuang lebih

dari 25 mil dari pantai terdekat. Oleh karena itu, maka harus

diberikan pemberat supaya untuk memudahkan sampah

tersebut tenggelam. Selain itu sampah yang telah dipadatkan

harus dibuang pada perairan yang kedalamannya 50 meter atau

lebih agar tidak rusak kepadatannya yang disebabkan oleh

ombak.
2) Penanganan sampah yang dapat terkontaminasi dengan bahan-

bahan seperti minyak, bahan kimia berbahaya semuanya diatur

dalam Annex atau hukum yang mengatur polusi lainnya. Selain

itu pembuangan dalam jumlah besar diharuskan mempunyai

tingkat aturan yang lebih ketat.

3) Untuk memastikan jadwal pembuangan sampah bagi fasilitas

pembuangan di pelabuhan, agar kapal diharapkan dapat

memberi informasi tentang hal tersebut, kebutuhan

pembuangan harus diidentifikasikan secara tepat ketika akan

diminta penanganan sampah secara khusus.

Setiap kapal yang mempunyai berat kotor 400 ton dan

diantaranya dan setiap kapal yang bersertifikat dan mempunyai kurang

lebih 15 orang di atas kapal dalam pelayaran ke pelabuhan atau ke

terminal jauh dari pantai di bawah yuridiksi dan bagian-bagian konvensi

dan setiap ketentuan dan bagian yang terampung di dalam melakukan

eksplorasi dan eksploitasi di laut harus dilengkapi dengan sebuah

Garbage Record Book (Buku catatan sampah) dan ini juga merupakan

salah satu bagian dokumen kapal.

Setiap pengoperasian pembuangan atau pembakaran yang

sempurna harus dicatat di buku catatan sampah dan harus disahkan pada

hari, tanggal pembakaran atau pembuangan oleh perwira yang bertugas.

Setiap halaman dari Garbage Record Book harus ditandatangani oleh

nahkoda di atas kapal. Untuk menguatkan laporan dari Garbage Record


Book maka harus ditulis dalam dua bahasa yaitu bahasa resmi negara

bendera kapal dan Bahasa Inggris atau Perancis.

Ketika melakukan pembakaran atau pembuangan harus dicatat

tanggal, waktu dan posisi kapal serta jenis-jenis dari sampah dan

perkiraan jumlah sampah yang dibuang atau dibakar. Sebuah Garbage

Record Book harus berada di atas kapal serta ditempatkan di tempat yang

mudah dilihat apabila terjadi inspeksi pada setiap saat. Dokumen ini harus

bertahan sampai dua tahun terhitung catatan/laporan saat kejadian.

Apabila pada pembuangan keluar dari aturan yang harus

dipenuhi seperti dalam Aturan 6 dari Annex ini maka harus dibuat atau

dicatat dalam Garbage Record Book yaitu keadaan dan alasan pada saat

kejadian.

Kemampuan bertindak yang dilakukan oleh pemerintah dalam

hal ini sesuai konvensi yaitu harus melakukan pemeriksaan pada Buku

Catatan Sampah di atas kapal dan bagi semua kapal dimana aturan ini

berlaku jika kapal di pelabuhan atau terminal darat dan boleh membuat

salinan dari semua catatan di dalam buku ini dan menunjukkan kepada

nahkoda untuk mengesahkan salinan tersebut, dan salinan tersebut harus

dibuat dan disahkan oleh nahkoda dan salinan ini adalah sebagai salinan

yang benar dari Buku Catatan Sampah dan harus diterima dengan proses

hukum yang sesuai fakta yang ada. Pengawasan buku catatan sampah dan

pengambilan salinan yang disahkan oleh otoritas yang berwenang pada


paragraf ini harus ditunjukkan secara tepat tanpa menyebabkan

keterlambatan pada kapal.

Rencana manajemen sampah harus memuat suatu daftar

kelengkapan kapal khusus dan susunan untuk penanganan sampah, dan

dapat berisi aturan-aturan atau acuan dari instruktur perusahaan yang ada.

Seperti yang telah diisyaratkan dalam aturan 9 (2) seorang

pejabat yang ditunjuk di kapal harus bertanggung jawab dalam

pelaksanaan rencana manajemen sampah. Keputusan seperti ini oleh

perusahaan harus ditentukan berdasarkan tipe kapal, dan daerah

pelayarannya.

Selain kapal penumpang dapat ditunjuk satu orang dan untuk

kapal penumpang dapat ditunjuk lebih dari satu orang perwira senior

bagian deck maupun mesin. Tetapi harus terkoordinir untuk memenuhi

ketentuan yang ada dan tanggung jawab di atas kapal untuk

melaksanakan rencana manajemen sampah adalah perusahaan

bertanggung jawab untuk menunjuk awak kapal yang berwenang dan

dukungan terhadap orang yang ditunjuk dapat diberikan oleh staff

departemen. Dukungan seperti ini diperlukan dalam proses pengumpulan,

pemisahan, dan pemrosesan sampah untuk menjamin bahwa prosedur di

atas kapal harus dilakukan berdasarkan rencana manajemen sampah dan

dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab.


b. Pembuangan sampah di laut

Tabel 4.3. Peraturan Pembuangan Sampah Ke Laut

Jenis Sampah Pembuangan Pembuangan Warna


Sampah ke Sampah ke Tempat
Laut (di luar Laut (di
daerah dalam daerah
khusus) khusus)
Plastik (tali sintesis,
jaring jala ikan dan
karung sampah Dilarang untuk Dilarang untuk Merah
plastik) dibuang dibuang

Sisa makanan :
 Dapat terurai > 3 mil dari > 12 mil dari
pulau pulau
 Tidak dapat terdekat terdekat Kuning
terurai > 12 mil dari > 12 mil dari
pulau pulau
terdekat terdekat
Kertas, kain, kaca,
logam, botol, barang > 3 mil dari
dari tembikar, dan pulau Dilarang
sampah sejenis. terdekat dibuang
 DapatTerurai > 12 mil dari
pulau Hijau
 Tidak terurai terdekat

Dunnage apung,
pelapis/materi
pembungkus yang > 25 mil dari Dilarang Biru
pulau terdekat dibuang
bukan plastik.
Sumber : ABS Garbage Management Manual

* Sampah yang dapat terurai diartikan sebagai sampah yang

melewati kasa dengan diameter lubang tidak lebih dari 25 mm.

Tabel 4. 4. Waktu Penguraian Sampah Di Laut

Waktu Yang Diperlukan Suatu Objek Untuk Dapat Diuraikan di


Laut
Jenis sampah Lama Waktu

Kertas tiket 2 – 4 minggu


Pakaian 1 – 5 minggu
Tali 3 – 14 minggu
Pakaian Wol 1 tahun
Kayu yang di cat 13 tahun
Kaleng 100 tahun
Kaleng Aluminium 200 – 500 tahun
Botol Plastik 450 tahun
Sumber : ABS Garbage Management Manual

Sampah-sampah di atas harus dikumpulkan dan dipisahkan dalam tempat

terpisah berikut:

a) Kontainer bekas makanan.

b) Kontainer sampah yang bisa diuraikan (biodegradable).

c) Plastik dan campuran plastik serta non plastik tidak bisa diuraikan (non

biogradable).
d) Recyclable waste, seperti gelas, besi, kalem, alumunium.

e) Sebaiknya masing-masing container diberi warna berbeda dan

mencolok agar mudah dibedakan.

Catatan yang harus di cantumkan dalam Buku Catatan Sampah pada tiap

kejadian berikut:

1) Jika sampah dibuang ke laut:

a) Tanggal dan waktu pembuangan.

b) Posisi kapal (bujur dan lintang).

c) Kategori sampah yang dibuang.

d) Perkiraan jumlah yang dibuang untuk tiap kategori.

e) Tanda tangan perwira yang bertugas dalam pelaksanaannya.

2) Jika sampah dibuang ke fasilitas penampungan darat atau ke kapal

lain:

a) Tanggal dan waktu pembuangan.

b) Pelabuhan atau fasilitas atau nama kapal.

c) Kategori sampah yang dibuang.

d) Perkiraan jumlah yang dibuang untuk tiap kategori dalam m3.

e) Tanda tangan perwira yang bertugas dalam operasinya.

3) Jika sampah dibakar:

a) Tanggal dan waktu dari mulai dan berakhirnya pembakaran.

b) Posisi kapal lintang dan bujur.

c) Perkiraan jumlah yang dibakar dalam m3.

d) Tanda tangan perwira yang bertugas dalam operasinya.


4) Kecelakaan atau pembuangan khusus yang lain dari sampah :

a) Waktu kejadian.

b) Pelabuhan atau posisi kapal waktu kejadian.

c) Perkiraan jumlah atau kategori sampah.

d) Daerah pembuangan, jalan keluar atau kerugian dan alasan.

Konvensi MARPOL 1973 diminta untuk menghilangkan dan

mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke laut dari kapal-kapal. Di

dalam konvensi Annex V tentang sampah meliputi seluruh jenis makanan,

limbah rumah tangga, dan operasional kecuali ikan segar dihasilkan

selama operasi biasa di kapal dan dapat disingkirkan dan dibersihkan

secara terus-menerus atau secara berkala. Di dalam Annex juga secara

keseluruhan melarang pembuangan sampah khususnya plastik apapun ke

laut dan beberapa batas pembuangan sampah lain dari kapal ke perairan

pantai dan area khusus. Dalam Annex juga mengharuskan pemerintah

untuk memastikan bagian fasilitas penampungan di pelabuhan dan

terminal penerima sampah.

Area khusus yang diharuskan dalam Annex V adalah:

a) Laut Mediteranian (termasuk teluk dan laut di dalamnya yang

berbatasan antara laut mediteranian dan laut hitam).

b) Laut Baltik, termasuk Teluk Bothania dan Teluk Finlandia dan jalan

masuk ke Laut Baltik.

c) Laut Hitam.
d) Laut Merah, termasuk Teluk/Terusan Suez.

e) Laut Utara, termasuk Selat Inggris (English Cannal).

f) Laut Antartik.

g) Laut Karibia.

Area ini adalah yang memiliki masalah khusus karena trafik pelayaran

yang berat atau air yang rendah yang disebabkan oleh dataran yang

mengelilingi secara alamiah dari wilayah laut. Selain itu ada juga pembuangan

sampah di dalam spesial area termasuk Great Barrier Reef (Australia),

dirincikan sebagai berikut:

1) Dilarang dibuang ke laut:

a) Semua jenis plastik termasik synthetic rope, synthetic fishing net,

dan kantong sampah plastik.

b) Semua jenis sampah termasik kertas, kaca, metal, kain, tembikar,

kemasan, terapan.

2) Sampah makanan dapat dibuang sejauh mungkin dari pantai, tidak

boleh kurang dari 12 nm dari daratan terdekat.

3) Pembuangan sampah makanan di Laut Karibia harus dihancurkan dulu

di comminition sehingga besarnya tidak lebih besar dari 25 mm dan

harus jauh dari pantai, tidak boleh kurang dari 3 nm.

Jika kapal sudah berada di luar spesial area, maka aturan untuk membuang

sampah di laut dirincikan sebagai berikut:


1) Dilarang membuang semua jenis plastik, termasuk tali sintetis, jaring

sintetis dan kantong plastik.

2) Sampah yang boleh dibuang ke laut harus sejauh mungkin dari pantai

terdekat dengan catatan tidak boleh kurang dari:

a) 25 nm untuk sampah bekas terapan, lapisan, kemasan yang terapung

b) 12 nm untuk sampah makanan dan sampah lain termasuk kertas, kain,

kaca, metal, botol, tembikar.

3) Pembuangan sampah jenis 2b di laut harus dihancurkan terlebih dahulu di

communition, sehingga besarnya tidak lebih besar dari 25 mm dan harus

jauh dari pantai, tidak boleh kurang dari 3 nm.

c. Pengecualian

Aturan pembuangan sampah dapat dikecualikan jika :

1) Pembuangan sampah dari kapal dilakukan dengan maksud untuk

menjaga keselamatan kapal dan segala sesuatu di atas kapal atau

menyelamatkan jiwa di laut.

2) Pembuangan sampah sebagai akibat dari kerusakan yang dialami

oleh kapal atau perlengkapannya dengan ketentuan bahwa semua

tindakan pencegahan telah dilakukan sebelum dan setelah

terjadinya kerusakan dengan maksud untuk mencegah atau

mengurangi terjadinya pembuangan sampah.


3) Hilangnya jaring penangkap ikan sintesis atau bahan sintesis tanpa

disengaja karena keadaan tertentu dengan ketentuan bahwa semua

tindakan pencegahan telah dilakukan untuk mencegah hilangnya

jaring tersebut.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Belum dilaksanakannya Garbage Management Plan yang di

persyaratkan oleh Marpol 1973/1978 Annex V dengan sempurna di

atas kapal MT. B Star, dimana pemahaman anak buah kapal yang

kurang paham tentang prosedur penanganan dan pembuangan sampah

ke laut masihlah sedikit.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan tidak dilaksanakannya Garbage

Management Plan yang di persyarakan oleh MARPOL 1973/1978

Annex v adalah kurangnya pemahaman akan peraturan-peraturan

garbage management plan, sehingga para awak kapal menyepelekan

tentang membuang di laut, serta kecilnya ukuran volume dari tempat

sampah yang ada di MT B Star. Sehingga sampah menjadi cepat

penuh.

B. Saran
1. Perlu adanya pelatihan dan pengetahuan pada anak buah kapal tentang

prosedur penanganan dan pembuangan sampah ke laut.

2. Hendaknya diberikan tanda jenis, klasifikasi terhadap tempat sampah

untuk jenis sampah yang ada seperti pengecetan pada drum sampah

yang ada di kapal serta petunjuk pengoperasian alat di atas kapal dalam

upaya pencegahan pencemaran.

3. Disarankan pada pihak kapal agar memperhatikan pelaksanaan

penggunaan buku catatan pembuangan sampah dari kapal yang

merupakan dokumen kapal, agar dapat dipertanggung jawabkan

bilamana ada pemeriksaan dari intansi terkait.

4. Disarankan pada pihak kapal agar meperbarui ukuran tempat sampah

yang telah ada, dikarenakan tempat sampah yang sekarang memiliki

ukuran yang kecil, sehingga tidak dapat menampung sampah dalam

jumlah banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, B. (2019). Penerapan MARPOL Annex v dalam pengolahan sampah.

Andreas, B. S, (2007). Garbage Management Manual

Gapsari, F. (Maret 2017). Pengantar Korosi. Malang: Universitas Brawijaya


Press.

Michael, J. (2008, September 6). Garbage Management Plan To Save The Ocean.

Munajat D. (2004:29). Tata Kelautan Nusantara Dalam Hukum dan Sejarahnya.

Musrid, S. (2003). Metode Penelitian Kualitatif Semarang: Universitas Negeri


Semarang

Patilima, H. (2005). METODE PENELITIAN KUALITATIF: Dilengkapi Dengan


Panduan Penggunaan Software Analisis Kualitatif CDC Ez-Text Serta UU
No. 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional, Penelitian, Pengembangan,
dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Salmaa. (, 2021, Agustus 9). Karya Ilmiah Pengertian Subjek Penelitian: Ciri,
Fungsi dan Contohnya. Retrieved from penerbitdeepublish.com

Surjaman, T. M. (1989). Metodologi penelitian kualitatif. Indonesia. Remadja


Karya.

Valerina, D. (2009). Easy Green Life.


46

LAMPIRAN I

GARBAGE DISPOSAL POSTER


47

LAMPIRAN II

GARBAGE RECORD BOOK

Anda mungkin juga menyukai