Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antenatal Care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan pada ibu

hamil selama masa kehamilannya untuk mencegah terjadinya komplikasi

terhadap kehamilan serta untuk mempersiapkan kelahiran yang sehat. ANC

merupakan program yang digunakan untuk menurunkan AKI dan AKB

(Reskiani, 2016). Antenatal Care sangat penting untuk diketahui oleh ibu hamil

karena dengan adanya ANC dapat membantu mengurangi AKI dan AKB.

Keuntungan lain yang dapat diperoleh ibu hamil yaitu untuk menjaga

kehamilannya agar sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas. Serta

memantau risiko kehamilan, merencanakan penatalaksanaan secara optimal dan

menurunkan angka morbiditas serta mortalitas ibu dan janinnya (Reskiani,

2016).

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan yang diterima wanita selama

kehamilan dan sangat penting dalam membantu memastikan bahwa ibu dan

janin selamat dalam kehamilan dan persalinan (Mufdlilah, 2009: 1).

Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan sedini mungkin, segera setelah

seorang wanita merasa dirinya telah hamil (Depkes, 2007: 10). Setiap

kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai resiko mengalami penyulit

atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan secara

rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang berkualitas
(Depkes, 2010: 6). Beberapa masalah kesehatan yang dialami perempuan di

berbagai belahan bumi menunjukkan bahwa hampir 500.000 perempuan

meninggal dunia setiap tahunnya karena melahirkan dan 90% di antaranya

berada di negara berkembang (Rachmawati, 2004: 25). Sampai saat ini

kematian ibu masih merupakan salah satu masalah utama di bidang Kesehatan

Ibu dan Anak (Sulistyawati, 2009: 1). WHO memperkirakan sekitar 15% dari

seluruh wanita hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan

dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwanya. Dari

5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sejumlah besar akan mengalami suatu

komplikasi atau masalah yang menjadi fatal (Hani, Umi, dkk., 2011: 6).

WHO sudah menetapkan standar dalam melakukan antenatal care,

minimal 4 kali selama kehamilan. Untuk melihat jumlah ibu hamil yang sudah

melakukan antenatal care yaitu dari hasil pencapaian indikator cakupan

pelayanan K1 dan K4. K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil ke fasilitas

pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal care yang

dilakukan pada trimester pertama kehamilan. Sedangkan K4 adalah kunjungan

ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal care minimal 4 kali, yaitu 1

kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada

trimester ketiga (Depkes (2008), dalam Arihta, 2013). Pemeriksaan kehamilan

sangat penting dilakukan oleh semua ibu hamil untuk mengetahui

pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Hampir seluruh ibu hamil di Indonesia

(95,4%) sudah melakukan pemeriksaan kehamilan (K1) dan frekuensi

kehamilan minimal 4 kali (K4) selama masa kehamilannya adalah 83,5%

(Rikesdas, 2013). Di Kabupaten Ponorogo tahun 2014 terdapat 13.801 ibu

hamil, dan 93% melakukan antenatal care dengan rutin. Di Wilayah


Puskesmas Slahung data bulan November 2014 terdapat 458 ibu hamil dan

yang melakukan antenatal care rutin ada 319 ibu hamil atau 69,65% (Dinas

Kesehatan Kabupaten Ponorogo). Berdasar Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Timur, pencapaian cakupan K1 pada tahun 2013 adalah 92,14%, sedang

cakupan K4 sebesar 84,38%. Di Ponorogo pencapaian K1 dan K4 adalah

sebagai berikut K1 sebanyak 83, 60% dan K4 sebanyak 77, 51% (Dinkes

Jatim, 2013)

Menurut Mc. Charty dan Maine (dalam Rachmawati, 2004: 168)

menyebutkan bahwa kematian maternal disebabkan oleh faktor penyebab

langsung, faktor antara dan faktor tidak langsung. Salah satu faktor tidak

langsung yang berperan adalah faktor sosiodemografis yang dapat

meningkatkan resiko tinggi kehamilan antara lain, tingkat pendapatan rendah,

rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya pemeliharaan selama kehamilan,

usia pada saat hamil, status perkawinan dan tingkat perceraian serta tempat

tinggal.

WHO menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan perempuan,

maka tingkat pemanfaatan sarana kesehatan akan semakin tinggi, sehingga

jumlah kematian ibu juga semakin menurun (Rachmawati, 2004). Frekuensi

pelayanan antenatal oleh WHO ditetapkan 4 kali kunjungan selama kehamilan

dengan ketentuan 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali

pada trimester III, sehingga resiko tinggi kehamilan dapat ditemukan pada saat

antenatal care (ANC) (Rachmawati, 2004). Pelayanan antenatal terpadu

adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan

kepada semua ibu hamil serta terpadu dengan program lain yang memerlukan

intervensi selama kehamilannya..


Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan dan kualitas

pelayanan antenatal dapat dilakukan dengan cara; penemuan dini ibu hamil

melalui stiker P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi) dan buku KIA yang melibatkan kader dan perangkat desa,

meningkatkan cakupan antenatal dengan meningkatkan pengetahuan dan

perubahan perilaku ibu dan keluarga melalui pelaksanaan Kelas Ibu Hamil,

peningkatan kualitas pelayanan melalui pelaksanaan konsep pelayanan

antenatal terpadu dan pelaksanaan PWS-KIA sebagai alat surveilans KIA

(Walyani, Elisabeth S., 2014). Pada wilayah Puskesmas A didapatkan masih

rendahnya cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, penulis ingin membahas tentang

hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan kunjungan K1 dan

K4 pada wilayah Puskesmas A.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengembangan Pengorganisasian

Masayarakat dalam rangka menyelesaikan studi DIV di Prodi Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.

2. Tujuan Khusus

A. Untuk mengetahui tentang Antenatal Care

B. Untuk membuat pembahasan tentang masalah cakupan kunjungan K1 dan K4

C. Untuk membuat rancangan perubahan prilaku masyarakat

D. Manfaat

1. Dapat mengetahui tentang Antenatal Care


2. Dapat mengetahui tentang pembahasan masalah cakupan kunjungan K1 dan

K4

3. Dapat mengetahui rancangan perubahan prilaku masyarakat


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pemeriksaan K1-K4

1. Tujuan Pelayanan Antenatal

a. Menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas

serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat.

b. Memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan

merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko

tinggi.

c. Menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal.

2. Jadwal kunjungan asuhan antenatal

Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal

ini diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan.

Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4. Hal ini

berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan

28 minggu, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36 minggu dan

sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan diatas 36

minggu.

Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil

akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya

memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan

adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin

dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan. Identifikasi kehamilan

diperoleh melalui pengenalan perubahan anatomi dan fisiologi kehamilan


seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Bila diperlukan, dapat dilakukan uji

hormonal kehamilan dengan menggunakan berbagai metoda yang tersedia.

Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:

a. Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan

b. Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang

dikandungnya

c. Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya

d. Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi

e. Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga

kualitas kehamilan

f. Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan

membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.

3. Perencanaan

Jadwal pemeriksaan (usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir) :

a. -          sampai 28 minggu    : 4 minggu sekali

b. -          28 – 36 minggu        : 2 minggu sekali

c. -          di atas 36 minggu     : 1 minggu sekali

KECUALI jika ditemukan kelainan / faktor risiko yang memerlukan

penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih sering dan intensif.

4. Kunjungan / Pemeriksaan Pertama Antenatal Care

a. menentukan diagnosis ada/tidaknya kehamilan

b. menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan

c. menentukan status kesehatan ibu dan janin

d. menentukan kehamilan normal atau abnormal, serta ada/ tidaknya faktor

risiko kehamilan
e. menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan selanjutnya

5. Tujuan kunjungan K1

K1 Kehamilan adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan

petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan seorang ibu

hamil sesuai standar pada Trimester pertama kehamilan, dimana usia

kehamilan 1 sampai 12 minggu dengan jumlah kunjungan minimal satu

kali meliputi :

a. Identitas/biodata

b. Riwayat kehamilan

c. Riwayat kebidanan

d. Riwayat kesehatan

e. Pemeriksaan kehamilan

f. Pelayanan kesehatan

g. Penyuluhan dan konsultasi

serta mendapatkan pelayanan 7T yaitu :

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2) Ukur Tekanan Darah

3) Skrinning status imunisasi Tetanus dan berikan Imunisasi Tetanus

Toxoid (TT) bila diperlukan

4) Ukur tinggi fundus uteri

5) Pemberian Tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan

6) Test Laboratorium (rutin dan Khusus)

7) Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

Atau yang terbaru 10T yaitu dengan menambahkan 7T tadi dengan:


8) Nilai status Gizi (ukur lingkar lengan atas)

9) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

10) Tata laksana kasus. 

Tujuan k1  :

a. Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan klien

b. mendeteksi komplikasi-komplikasi/masalah yang dapat diobati sebelum

mengancam  jiwa ibu

c. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia

karena (-) Fe atau penggunaan praktek tradisional yang merugikan

d. Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan

itu penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kalahiran berjalan

normal dan tetap demikian seterusnya.

e. mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan

sebagainya) bertujuan untuk mendeteksi dan mewaspadai.

f. Memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya

dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu

g. Mengidentifikasi faktor risiko dengan mendapatkan riwayat detail

kebidanan masa lalu dan sekarang, riwayat obstetrik, medis, dan pribadi

serta keluarga.

h. Memberi kesempatan pada ibu dan keluarganya mengekspresikan dan

mendiskusikan adanya kekhawatiran tentang kehamilan saat ini dan

kehilangan kehamilan yang lalu, persalinan, kelahiran atau puerperium.

6. Tujuan Kunjungan k2
K2 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada

trimester II (usia kehamilan 12 – 28 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T

atau 10T setelah melewati K1.

Tujuan k2 :

a. Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan klien

b. Mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa

c. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia

karena (-) Fe atau penggunaan praktek tradisional yang merugikan

d. Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan

itu penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kalahiran berjalan

normal dan tetap demikian seterusnya

e. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat

dan sebagainya) bertujuan untuk mendeteksi dan mewaspadai.

f. Kewaspadaan khusus mengenai PIH (Hipertensi dalam kehamilan),

tanyakan gejala, pantau TD (tekanan darah), kaji adanya edema dan

protein uria.

g. Pengenalan koplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

h. Penapisan pre-eklamsia, gameli, infeksi, alat rerproduksi dan saluran

perkemihan.

i. Mengulang perencanaan persalinan.

7. Tujuan Kunjungan k3 dan k4

K3 dan K4 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya

pada trimester III (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali

kunjungan. dan mendapatkan pelayanan 7T setelah melewati K1 dan K2.

Tujuan k4
a. Sama dengan kunjungan I dan II

b. Palpasi abdomen

c. Mengenali adanya kelainan letak dan persentase yang memerlukan

kehahiran RS.

d. Memantapkan persalinan Mengenali tanda-tanda persalinan.

B. Perubahan Prilaku

Perubahan perilaku tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa hal yang

membuat perilaku seseorang bisa berubah. Perlu kita pahami pengalaman yang

terjadi pada diri dalam terbentuknya perubahan perilaku..

1. Tahapan Perubahan Prilaku

a. Tahap 1: Precontemplation (Tahap pra kontemplasi)

Ini adalah tahap ketika kita merasa ahwa perubahan belumlah diperlukan.

Kita masih menikmati kebiasaan lama kita. Kita merasa belum butuh

untuk berubah.

b. Tahap 2: Contemplation (kontemplasi/perenungan).

Kita mulai berpikir untuk berubah. Kita mulai menyadari pentingnya

perubahan. Kita mulai merasa butuh untuk berubah. Banyak orang

berhenti di tahap ini. Mereka menghibur dirinya sendiri. Mereka

menyangkal kebutuhan untuk berubah. Mereka menunda untuk mulai

berubah. Faktor kritis di tahap ini adalah menemukan belief yang

memotivasi Anda untuk berubah.

c. Tahap 3: Determination (keputusan/kebulatan tekad)

Kita mulai mengambil keputusan. Menyiapkan fisik dan mentak untuk

bertindak memulai perubahan. Perokok membuang bungkus rokoknya,


yang lain mulai mendaftar ke gym. Sebagian lainnya mulai

menjadwalkan kapan saja posting tulisan di blognya.

d. Tahap 4: Action (tindakan)

Kita mulai bertindak. Bangun tidur, mulai berolahraga pagi. Berangkat ke

gym. Berhenti merokok. Mulai menulis postingan di blog. Apakah

sampai sini artinya sudah berhasil? Belum. Anda masih perlu

mempertahankannya.

e. Tahap 5: Maintenance (pemeliharaan)

Anda mempertahankan tindakan Anda. Anda menjaga konsistensi Anda.

Anda merutinkan perilaku Anda. Inilah yang tidak mudah. Inilah tahap

paling menantang dalam mengubah perilaku. Di sinilah pentingnya

seorang coach atau minimal seroang kawan yang akan membantu Anda

menjaga konsistensi. Membantu memonitoring tindaka-tindakan Anda.

2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (1980)

menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor

pokok, yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar

perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri

ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:

a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup

pengetahuan, sikap dan sebagainya.

b. Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup lingkungan fisik,

tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

keselamatan kerja, misalnya ketersedianya APD, pelatihan dan


sebagainya.

c. Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor ini meliputi

undang- undang, peraturan-peraturan, pengawasan dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2003).

b. Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan


Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah

pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku

merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan

sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang

dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt

behaviour. Di dalam program – program kesehatan, agar diperoleh

perubahan perilaku yang sesuai dengan norma – norma kesehatan

diperlukan usaha – usaha yang konkrit dan positip. Beberapa strategi

untuk memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga

bagian :

a. Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan

Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran

sehingga ia mau melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya

dengan peraturan – peraturan / undang – undang yang harus dipatuhi

oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan

tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi

bukan berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai contoh adanya

perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan membuat

pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba /

penilaian selesai banyak pagar yang kurang terawat.

b. Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat,

pemeliharaan kesehatan , cara menghindari penyakit dan sebagainya

akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selanjutnya

diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat

yang pada akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai

pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan semacam ini akan

memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat

lebih langgeng.

c. Diskusi partisipatif

Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana

penyampaian informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi

dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat bukan

hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam

diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan

waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun pertama akan

tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih

mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih

mantap.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Faktor- Faktor Yang Menyebabkan Rendahnya Kunjungan K1 Dan K4

Ketidakpatuhan dalam pemeriksaan kehamilan dapat menyebabkan tidak

dapat diketahuinya berbagai komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi

kehamilan atau komplikasi hamil sehingga tidak segera dapat diatasi. Deteksi

saat pemeriksaan kehamilan sangat membantu persiapan pengendalian resiko.

Apalagi ibu hamil yang tidak patuh melakukan pemeriksaan kehamilan, maka

tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami

komplikasi yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan janinnya serta dapat

menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.

Mengingat permasalahan diatas maka Antenatal Care sebagai salah satu

upaya pencegahan awal dari faktor komplikasi kehamilan. Menurut Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal Care untuk mendeteksi dini terjadinya

komplikasi terhadap kehamilan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan

memantau keadaan janin serta merubah sikap ibu yang negatif menjadi positif

dalam deteksi dini komplikasi kehamilan . Upaya yang telah dilakukan oleh

Puskesmas A adalah penyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan, dan

dilakukannya kelas ibu hamil oleh Bidan Desa guna menyadarkan pentingnya

standar kunjungan minimal Antenatal Care dan deteksi dini komplikasi

kehamilan serta menyebarkan leaflet untuk promosi kesehatan guna memberikan

motivasi kepada masyarakat untuk mau memeriksakan kehamilan pada Trimester

awal dan akhir.

B. Upaya Untuk Merubah Prilaku


Tiga determinan yang paling kuat mempengaruhi perubahan perilaku adalah:

1. Persepsi tentang kemampuan melakukan yang merupakan Keyakinan

seseorang tentang apakah dia memiliki kemampuan atau keterampilan untuk

melakukan suatu perilaku.

2. Persepsi tentang norma sosial. Persepsi seseorang tentang apa yang

diinginkan oleh orang yang penting dalam hidupnya untuk dia lakukan.

Siapa yang terpenting dalam hidup saya, dan apa yang orang tersbut ingin

saya lakukan. Misalnya: Suami ingin/tidak ingin saya memakai alat KB.

3. Persepsi tentang konsekuensi positif dan negatif. Persepsi seseorang tentang

apa yang akan terjadi, baik positif maupun negatif, karena melakukan suatu

perilaku. Ini termasuk keuntungan/kerugian dari suatu perilaku, sikap

terhadap suatu perilaku, apakah perilaku dapat menyelesaikan masalah atau

menghasilkan sesuatu yang diharapkan

Selain dari ke 3 determinan tsb, ada beberapa determinan kunci, yaitu:

1. Akses

yaitu Ketersediaan dari pelayanan atau produk. Misal: tempat untuk

mendapatkan pelayanan ANC terdekat agar Ibu lebih mudah untuk

mengakses

2. Persepsi tentang Barier/Penghambat

Persepsi tentang hal-hal yang membuat suatu perilaku sulit dilakukan.

3. Persepsi tentang Pemungkin/Pendukung

Persepsi tentang hal-hal yang membuat suatu perilaku mudah/dapat

dilakukan.
4. Pengingat perilaku

Ada tidaknya orang atau hal yang dapat mengingatkan seseorang

melakukan perilaku. Pengingat adalah sesuatu yang membantu seseorang

melakukan perilaku. Nah disini pihak puskesmas diharapkan lebih

memberdayakan kader untuk menginggatkan ibu- ibu untuk melakukan

kunjungan ANC pada awal kehamilannya dan K4 diakhir kehamilannya.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perubahan perilaku kesehatan sebagai tujuan dari promosi atau

pendidkan kesehatan, sekurang- kurangnya mempunyai 3 dimensi, yakni :

Mengubah perilaku negative (tidak sehat) menjadi perilaku positif (sesuai

dengan nilai – nilai kesehatan), mengembangkan perilaku positif ( pembentukan

atau pengambangan perilau sehat ), memelihara perilaku yang sudah positif atau

perilaku yang sudah sesuai dengan norma/nilai kesehatan ( perilaku sehat ).

Dengan perkatan mempertahankan perilaku sehat yang sudah ada. Perilaku

seseorang dapat berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan

di dalam diri seseorang.

Rendahnya kunjungan K1 dan K4 di puskesmas A karena

ketidakpatuhan dari masyarakat tersebut, dan petugas kesehatan merupakan

penggerak agar masyarakat patuh demi kesehatan dirinya.

B. Saran

Saran bagi petugas kesehatan agar lebih memberdayakan masyarakat untuk

terlibat dalam pemeliharaan kesehatan mereka. Memotivasi dengan memberikan

penyuluhan- penyuluhan akan pentingnya kunjungan antenatal care.


DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, R & Turnip, M. (2013). Merancang Kerangka Kerja Perubahan


Perilaku (Desaining Behavior Change Framework). Konferensi Nasional Promosi
Kesehatan ke- 6 tahun 2013, Jakarta

MODUL KERANGKA KERJA PERUBAHAN PERILAKU


Maulana, Heri D.J. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Hurairah, A,
2008.

Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat;Model dan Strategi


Pembangunan Berbasis Kerakyatan.Bandung: Humaniora.

Notoatmodjo, 2010. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta: Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Pedoman Pemeriksaan


Antenatal. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta:


Kementrian Kesehatan Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai