Anda di halaman 1dari 9

TUJUAN PEMBELAJARAN

Peserta didik mampu menganalisis pandangan para pendiri bangsa tentang rumusan Pancasila
sebagai dasar Negara yang disampaikan dalam BPUPKI.

MATERI PEMBELAJARAN
Cara pandang para pendiri bangsa tentang rumusan dan isi Pancasila sebagai dasar Negara
Perumusan dan penetapan pancasila sebagai dasar Negara tidak serta-merta dilakukan begitu
saja tanpa persiapan, pelaksanaan, dan pembuktian yang kuat. Pancasila sebagai dasar negara
merupakan hasil perjuangan para pendiri negara. Para pendiri negara maksudnya adalah
orang-orang yang berjuang untuk mendirikan bangsa dan negara Indonesia di tengah keadaan
pelik nusantara yang masih terjajah oleh bangsa asing. Jasa-jasa para pendiri negara sudah
seharusnya untuk kita ingat dan kenang, seperti yang diucapkan oleh Proklamator
Kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno, “Jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah”.
Tidak melupakan sejarah perjuangan bangsa, merupakan kewajiban seluruh warga negara
sebagai bangsa Indonesia. Melupakan sejarah perjuangan bangsa sama artinya dengan
menghilangkan identitas bangsa Indonesia.

Para pendiri negara, merumuskan dan menetapkan dasar Negara dalam rangka menggapai
cita-cita nasional sebagai negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Dasar
negara Pancasila berguna untuk mengantarkan kemerdekaan dan kejayaan bangsa Indonesia.

Berikut ini adalah berbagai sejarah dan nilai dalam perumusan serta penetapan Pancasila
sebagai dasar Negara, dilengkapi juga dengan bagaimana Pancasila dapat dihayati oleh
bangsa Indonesia di tengah kehidupan bangsa yang beragam agar tercipta keharmonisan.

Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara

Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara dilakukan melalui beberapa tahap. Salah
satu tahap tersebut adalah badan penyelidik usaha persiapan kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Berikut adalah berbagai proses perumusan dan penetapan Pancasila sebagai dasar
negara.

Pembentukan BPUPKI

Badan penyelidik usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) adalah badan yang
dibentuk setelah Jepang mengalami kekalahan kepada Sekutu. Kemenangan Jepang di Asia
tidak bertahan lama, pihak Sekutu (Inggris, Amerika Serikat, Belanda) melakukan serangan
balasan. Satu persatu daerah yang dikuasai Jepang, kembali ke tangan Sekutu.

Melihat hal itu, pada peringatan Pembangunan Djawa Baroe tanggal 1 Maret 1945, Jepang
mengumumkan pembentukan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia/BPUPKI) untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan
kemerdekaan. Janji Jepang membentuk BPUPKI direalisasikan, pada tanggal 29 April 1945
bersamaan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito. Secara resmi BPUPKI dilantik oleh
Jepang, dengan anggota berjumlah enam puluh dua (62) orang yang terdiri atas tokoh-tokoh
bangsa Indonesia dan tujuh (7) orang anggota perwakilan dari Jepang. BPUPKI mengadakan
sidang sebanyak dua kali sidang resmi dan satu kali sidang tidak resmi. Sidang resmi pertama
dilaksanakan tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945, membahas tentang dasar negara.
Sidang kedua berlangsung tanggal 10 sampai dengan 17 Juli 1945 dengan membahas
rancangan Undang-Undang Dasar.Usulan mengenai dasar Indonesia merdeka dalam sidang
pertama BPUPKI secara berurutan dikemukakan oleh Muhammad Yamin, Soepomo, dan Ir.
Soekarno. 

Usulan Dasar Negara oleh Muhammad Yamin. Muhammad Yamin mengusulkan secara
lisan lima dasar bagi negara Indonesia merdeka, yaitu sebagai berikut.
1.      Peri Kebangsaan
2.      Peri Kemanusiaan
3.      PeriKetuhanan
4.      Peri Kerakyatan
5.      Kesejahteraan Sosial Muhammad Yamin menyampaikan konsep mengenai dasar negara
Indonesia merdeka secara tertulis kepada ketua sidang, konsep yang disampaikan berbeda
dengan isi pidato sebelumnya. Asas dan dasar Indonesia merdeka secara tertulis menurut
Muhammad Yamin adalah sebagai berikut. 
 1.      Ketuhanan yang Maha Esa 
 2.      Kebangsaan persatuan Indonesia 
 3.      Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5.     Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Usulan Dasar Negara oleh Soepomo

Selanjutnya, pada tanggal 31 Mei 1945, Soepomo menyampaikan pidatonya tentang dasar
negara. Menurut Soepomo, dasar negara Indonsia merdeka adalah sebagai berikut.

1. Persatuan

2. Kekeluargaan

3. Keseimbangan lahir dan batin

4. Musyawarah

5. Keadilan rakyat
Usulan Dasar Negara oleh Ir. Soekarno

Kemudian, pada tanggal 1 Juni 1945  Ir. Soekarno menyampaikan pidato tentang dasar
negara Indonesia merdeka. Usulannya berbentuk philosophische grondslag atau
weltanschauung. Hal tersebut maksudnya fundamen, filsafat, pikiran, jiwa, hasrat yang
sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan Indonesia merdeka yang kekal dan abadi.
Negara Indonesia yang kekal abadi itu dasarnya adalah Pancasila. Rumusan dasar negara
yang diusulkan olehnya adalah sebagai berikut. diusulkan olehnya adalah sebagai berikut.

1. Kebangsaan Indonesia

2.  Internasionalisme atau peri kemanusiaan

3.Mufakat atau demokrasi

4. Kesejahteraan social

5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Perumusan Hasil Sidang BPUPKI

Pada akhir masa persidangan pertama, Ketua BPUPKI membentuk panitia Kecil yang
bertugas untuk mengumpulkan dan mendiskusikan serta menjabarkan berbagai usulan para
anggota yang akan dibahas pada masa sidang berikutnya. Setelah rapat yang cukup alot,
disepakati rumusan konsep dasar negara yang tercantum dalam rancangan mukadimah hukum
dasar. Naskah ini memiliki banyak persamaan dengan Pembukaan UUD 1945. Naskah ini
juga disebut dengan piagam Jakarta. Dalam alinea keempat naskah Piagam Jakarta tersebut,
terdapat rumusan dasar negara sebagai berikut.
1.  Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

2.  Kemanusiaan yang adil dan beradab

3.  Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5.  Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Perumusan Dasar Negara pada Sidang PPKI  Rumusan dasar negara yang tercantum dalam
naskah ”Piagam Jakarta” tersebut mengalami perubahan dalam sidang PPKI atau panitia
persiapan kemerdekaan Indonesia yang merupakan lanjutan dari BPUPKI pada tanggal 18
Agustus 1945. Rumusan dasar negara yang diubah adalah sila pertama yang semula berbunyi
”Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan demikian, rumusan dasar negara yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945
adalah sebagai berikut.

1.  Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3.  Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara Setelah menyelesaikan tugasnya BPUPKI


dibubarkan, dan sebagai gantinya pada tanggal 7 Agustus 1945 Jepang mengumumkan
pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Zyunbi Iinkai.
Untuk keperluan membentuk PPKI tersebut, pada tanggal 8 Agustus 1945 tiga orang tokoh
pendiri negara, yaitu Ir. Soekarno, Mohammad Hatta dan Dr. K.R.T. Radjiman
Wedyodiningrat berangkat menemui Jenderal Besar Terauchi, Saiko Sikikan di Saigon.
Dalam pertemuan tersebut, Ir. Soekarno diangkat sebagai Ketua PPKI dan Mohammad Hatta
sebagai wakilnya. PPKI beranggotakan 21 orang termasuk Ketua dan Wakil Ketua.panitia 9.

Setelah kembali ke tanah air, pada tanggal 14 Agustus 1945 Ir. Soekarno mengumumkan
bahwa Indonesia akan merdeka secepat mungkin dan bukan merupakan pemberian dari
Jepang melainkan hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri. Sebagai buktinya, atas
kehendak bangsa Indonesia sendiri, anggota PPKI ditambah menjadi enam orang sehingga
anggota seluruhnya menjadi 27 (dua puluh tujuh) orang. Semua anggota PPKI berasal dari
bangsa Indonesia.

Latar Belakang Panitia Sembilan

Pada tanggal 1 Juni 1945, mendekati hari akhir masa persidangan BPUPKI, Dr. Radjiman
Wediodiningrat selaku ketua BPUPKI membentuk sebuah  kepanitiaan kecil beranggotakan
delapan orang yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Panitia delapan memiliki tugas untuk
memeriksa dan mengklarifikasi semua saran dan usulan baik lisan maupun tulisan yang
berkaitan dengan masalah dasar negara. Dan panitia delapan berkerja dari tanggal 2 Juni
hingga 9 Juli dalam masa reses BPUPKI. Untuk mempersiapkan laporan pada rapat 10 Juli
1945, panitia delapan  mengadakan pertemuan dengan 38 anggota BPUPKI. Pertemuan itu
digelar untuk membicarakan lebih lanjut mengenai berbagai tugas pokok panitia delapan.
Dalam pertemuan itu banyak usulan yang masuk, usulan tersebut dibagi menjadi sembilan
kategori, yaitu :

Sembilan Kategori

1.  Indonesia merdeka selekas-lekasnya

2. Dasar Negara

3. Bentuk Negara (Federal atau Uni)

4. Daerah Negara Indonesia

5. Badan Perwakilan Rakyat

6. Badan penasihat

7. Kepala Negara dan Bentuk Negara

8. Soal Pembelaan

9. Soal Keuangan

Usulan diatas yang secara khusus berkaitan dengan dasar negara secara garis besarnya telah
diklarifikasikan menjadi :

1. Kebangsaan dan Ketuhanan

2. Kebangsaan dan Kerakyatan

3. Kebangsaan, Kerakyatan, dan Ketuhanan

4. Kebangsaan, Kerakyatan dan Kekeluargaan

5.  Kemakmuran hidup bersama, Kerohanian, dan Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan Agama Negara adalah agama Islam

6.  Kebangsaan, Kerakyatan dan Islam

7. Jiwa Asia Timur Raya

Dan diakhir pertemuan tersebut, Ir. Soekarno membentuk kepanitiaan informal atau tidak
resmi yang beranggotakan sembilan orang, yang bertugas menyusun draft rancangan
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang akan memuat dasar
negara, dan dikenal sebagai panitia sembilan. Ir. Soekarno menetapkan komposisi anggota
panitia sembilan lebih seimbang dengan panitia delapan yang dibentuk BPUPKI, yaitu diisi
lima orang mewakili golongan kebangsaan dan empat orang mewakili golongan Islam.
Karena mampu mempertemukan pandangan dua golongan tersebut (Islam dan Kebangsaan),
semua sepakat mengangkat Ir. Soekarno sebagai ketua panitia sembilan dan Drs. Mohammad
Hatta sebagai wakilnya.

Anggota Panitia Sembilan

Panitia sembilan beranggotakan sembilan orang yang dibentuk oleh Ir. Soekarno, yaitu lima
anggota golongan kebangsaan dan empat anggota golongan Islam, yang diantaranya :

1. Ir. Soekarno (ketua – golongan kebangsaan)

2. Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua – golongan kebangsaan)

3.  Mr. A.A. Maramis (anggota – golongan kebangsaan)

4.  Mr. Achmad Soebardjo (anggota – golongan kebangsaan)

5. Mr. Mohammad Yamin (anggota – golongan kebangsaan)

6. KH. A. Wahid Hasyim (anggota – golongan islam)

7. Kahar Muzakir (anggota – golongan islam)

8. Abikusno Tjokrosuyoso (anggota – golongan islam)

9. H. Agus Salim (anggota – golongan islam)

Tugas Panitia Sembilan

Adapun tugas-tugas panitia sembilan, adalah sebagai berikut :

Bertanggung jawab penuh dalam merumuskan dasar negara Indonesia merdeka.Memberikan


usulan atau masukan baik secara tulisan maupun lisan serta membahas dan merumuskan
dasar negara Indonesia merdeka.Menampung usulan atau masukan tersebut dari berbagai
pihak terkait pembentukan dasar negara Indonesia.Menyusun naskah rancangan dasar negara
Indonesia.

Isi Piagam Jakarta

Ini adalah isi Piagam Jakarta yang telah dirumuskan oleh panitia sembilan pada 22 Juni 1945,
sebelum ada perubahan.

Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-


pemeluknya. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Persatuan Indonesia. Kerakyatan yang di
pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. 
Berikut adalah soal mata pelajaran PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) Kelas
10 SMA/SMK materi Menggali Ide Pendiri Bangsa tentang Dasar Negara lengkap dengan
kunci jawaban.

Soal Essay:

1. Bagaimana pandangan Mohammad Yamin, Soepomo, dan Ir. Soekarno terhadap


negara merdeka? Apa perbedaannya?
2. Menurut kalian, apa yang menjadi kesamaan pemikiran dari pendiri bangsa ter- hadap
pengertian negara merdeka?
3. Jelaskan makna dari negara merdeka menurut pandangan kalian sendiri?
4. Bagaimana memaknai proses perancangan dan isi dari rumusan dasar negara yang
bernama Mukadimah Hukum Dasar atau yang juga dikenal Piagam Jakarta?
5. Apa pandangan para pendiri bangsa terkait isi Mukadimah, terutama frase
“Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya”?

Kunci Jawaban
1. Pandangan Mohammad Yamin, Soepomo, dan Ir. Soekarno terhadap negara merdeka:
a. Mohammad Yamin mengusulkan dasar pembentukan negara merdeka, yaitu:

 Peri Kebangsaan;
 Peri Kemanusiaan;
 Peri Ketuhanan;
 Peri Kerakyatan; dan
 Kesejahteraan Rakyat.

b. Soepomo mengusulkan dasar pembentukan negara merdeka, yaitu:

 Persatuan;
 Kekeluargaan;
 Keseimbangan lahir batin;
 Musyawarah; dan
 Keadilan rakyat.

c. Ir. Soekarno mengusulkan dasar pembentukan negara merdeka, yaitu:

 Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia;


 Internasionalisme atau Perikemanusiaan;
 Mufakat atau Demokrasi;
 Kesejahteraan sosial; dan
 Ketuhanan yang berkebudayaan

Perbedaan pandangan dari ke 3 tokoh tersebut adalah Moh. Yamin menekankan pada azas
dan dasar negara, Supomo menekankan pada intgralistik, sedangkan Sukarno menekankan
pada nasionalisme.

2. Menurut pendapat saya, yang menjadi kesamaan pemikiran dari pendiri bangsa terhadap
pengertian negara merdeka adalah sama-sama ingin membangun negara Indonesia yang
merdeka, berdaulat, adil dan makmur yang dapat mensejahterakan rakyatnya.
3. Menurut pandangan saya makna dari negara merdeka yaitu suatu negara yang "bebas" dari
suatu paksaan ataupun kendali yang dilakukan oleh negara lain.

4. Memaknai proses perancangan dan isi dari rumusan dasar negara yang bernama
Mukadimah Hukum Dasar atau yang juga dikenal Piagam Jakarta yaitu Rakyat Indonesia
tidak hanya berasal dari kalangan muslim saja. Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai
macam suku, agama, budaya dan ras. Seluruh elemen masyarakat Indonesia yang beragam
sebaiknya merasa terwakili dalam rumusan dasar negara sehingga mampu disatukan dalam
sebuah sistem negara kesatuan.

5. Pandangan para pendiri bangsa terkait isi Mukadimah, terutama frase “Ketu- hanan,
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” yaitu Panitia
Sembilan mengadakan rapat pada 22 Juni 1945 tentang dasar negara. Diskusi berlangsung
alot ketika membahas bagaimana relasi agama dan negara, sebagaimana juga yang tergambar
dalam sidang BPUPK. Beberapa anggota BPUPK menghendaki bahwa dasar negara
Indonesia harus berlandaskan Islam, mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah
Muslim. Sementara itu, sebagian kelompok lain menolak menjadikan agama (dalam hal ini
Islam) sebagai dasar negara. Bahkan, Moh. Hatta, Soepomo dan Ir. Soekarno mengusulkan
pemisahan agama dan negara.

Usulan sejumlah anggota untuk menjadikan Islam sebagai dasar negara mendapat sanggahan
dari anggota lainnya.

Sejumlah pihak “keberatan” dengan adanya tujuh kata tersebut sehingga berpotensi terjadi
perpecahan. Diskusi dan lobi-lobi dilakukan kepada sejumlah tokoh yang selama ini
mengusulkan Indonesia berasaskan Islam, seperti Ki Bagus Hadikusumo dan K.H.A. Wachid
Hasjim.

Para tokoh Islam itu berbesar hati dan mendahulukan kepentingan bersama, yakni menjaga
keutuhan bangsa. Mereka pun sepakat dengan penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai