Tn.B usia 48 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan nyeri abdomen kanan atas, nyeri terasa
seperti ditusuk-tusuk dengan skala 6, tampak meringis kesakitan, mual dan muntah sejak 2 hari
sebelum masuk Rumah Sakit, muntah disertai darah. Pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol
selama 10 tahun, dan baru berhenti 2 tahun belakangan. Hasil pemeriksaan Td 142/86 mmHg, N:
89 kali/ menit, RR: 25 kali/ menit, S: 36,50C, konjungtiva anemis, sklera ikterik, tangan pucat,
akral dingin, abdomen tampak distensi, asites (+), hepar teraba dengan konsistensi padat dan
tidak rata, BU (+) 16 kali/ menit. Keluarga mengatakan BAB klien berwarna kehitaman dan
berbau busuk sejak 2 hari yang lalu. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb 6,1 gr/dl, leukosit
6400/mm3, trombosit 225.000/ mm3, albumin 2,8 g/dl, globulin 3,4 g/dl, total protein 5,9 g/dl,
ureum darah 78 mg/dl, kreatinin darah 0,7 mg/dl. Hasil USG ditemukan massa ukuran 9,5 x 8,3
cm di parenkim lobus kanan hepar. Diagnosa medis: Sirosis hepatis susp. Hepatoma.
TUGAS I
1. Jelaskan faktor resiko dan etiologi yang bisa menyebabkan kasus diatas!
Jawaban : Risiko seseorang untuk terkena sirosis hepatis meningkat karena beberapa
faktor, dan salah satunya adalah mengkonsumsi alkohol yang ber;ebihan. Seperti yang
tertera di kasus, bahwasanya pasien memiliki riwayat mengkonsumsi alkohol selama 10
tahun lamanya. Etiologi tersering dari sirosis hepatis adalah infeksi virus hepatitis B atau
hepatitis C, serta alcohol use disorder.
2. Jelaskan proses perjalanan penyakit yang dialami pasien pada kasus di atas?
Jawaban : Pasien tampak nyeri dengan abdomen kanan atas, nyeri terasa seperti ditusuk-
tusuk dengan skala 6, lalu dilakukan pemeriksaan USG. Biopsi hati perlu dilakukan untuk
mengambil sedikit jaringan hati dan memeriksanya dengan mikroskop. Lalu di gejala
sirosis ini biasanya tidak muncul pada tahap awal, lalu semakin rusak organ hati muncul
lah beberapa gejala. Seperti yang dirasakan pasien adalah merasakan mual, diare dan
nyeri pada abdomen. Lalu muntah pasien pun disertai dengan darah. Keluarga pasien juga
mengatakan bahwa BAB pasien berwarna kehitaman.
3. Jelaskan manifestasi klinis dari penyakit pada kasus diatas.
Jawaban : Manifestasi klinis penyakit sirosis hepatis mempunyai gejala seperti ikterus
dan febris yang intermiten. Adanya pembesaran pada hati. Pada awal perjalanan sirosis
hepatis ini, hati cenderung membesar dan sel-selnya dipenuhi dengan lemak. Juga
terdapat obstruksi portal dan asites yang dimana obstruksi aliran darah lewat hati yang
terjadi akibat perubahan fibrotik yang mengakibatkan pembentukan pembuluh darah
kolateral dalam sistem gastrolintestinal dan pemintasan (shunting) darah dari pembuluh
portal ke dalam pembuluh darah dengan tekanan yang lebih rendah.
Seorang wanita usia 38 tahun dirawat di Interne dengan keluhan letih, mata dan kulit berwarna
kuning sejak 1 minggu yang lalu. Hasil pengkajian ditemukan pasien demam, suhu 38,5 0C,
ikterik pada sklera dan jaundice, nyeri abdomen kanan atas dengan skala 3 sampai 4, mual. 2 hari
terakhir urin pasien berwarna gelap seperti teh dan feses berwarna pucat. Hasil pemeriksaan
laboratorium ditemukan SGOT 45 u/l dan SGPT 56 u/l, bilrubin total 1,8 mg/dl, bilirubin direct
0,9 mg/dl, bilirubin indirect 0,8 mg/dl.
TUGAS I
1. Identifikasi dan jelaskan penyakit yang dialami pasien pada kasus diatas!
Jawaban : Hepatitis adalah penyakit yang menyerang hati dan liver. Penyakit ini terjadi
ketika organ tersebut mengalami peradangan akibat infeksi virus maupun hal lain. Yang
dialami pasien ini adalah hepatitis A yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A.
penularan virus ini dapat terjadi melalui makanan atau air yang terkontaminasi virus ini
atau kontak fisik langsung dengan penderita hepatitis A. Karena di kasus tersebut pasien
mengalami keluhan letih, mata dan kulitnya juga berwarna kuning sejak 1 minggu yang
lalu, pasien juga mengalami nyeri pada bagian abdomen kanan atasnya, dan pasien juga
ditemukan demam dengan suhu 38,5ºC. Urine pasien pun ditemukan berwarna gelap
seperti teh.
2. Jelaskan faktor resiko dan etiologi yang mungkin menjadi penyebab pada kasus diatas!
Jawaban : Mungkin pada saat pasien masih dalam kondisi sehat, pasien tidak mencuci
tangan setelah menggunakan toilet dalam keadaan sebelum mengolah makanan atau
sebelum makan. Pasien juga bisa jadi mengonsumsi makanan yang terkontaminasi virus
hepatitis atau makanan yang tidak diolah hingga matang. Juga bisa jadi pasien sering
menerima transfusi darah, terutama bila darah pendonor tidak melalui pemeriksaan ketat
atau alat yang digunakan tidak higienis.
Etiologi hepatitis adalah virus hepatitis A (HAV), yaitu virus RNA yang masuk ke dalam
famili Picornaviridae. Penyebaran infeksi hepatitis A terjadi melalui fekal-oral, dan
melalui kontak erat dari suatu individu lain. Oleh karena itu, higienitas dan sanitasi yang
buruk menjadi faktor risiko penularan virus. Etiologi virus hepatitis A (HAV)
diklasifikasikan sebagai hepatovirus. Virus ini berasal dari famili Picornaviridae yang
berbentuk single-stranded, berpolar positif, berdiamter sekitar nm, dan dapat dilihat
menggunakan mikroskop elektron.
3. Jelaskan proses perjalanan penyakit yang dialami pasien pada kasus di atas?
Jawaban : Perjalanan rute penularan Hepatitis A yaitu melalui kontaminasi oral-fekal,
HVA terdapat dalam makanan dan air yang terkontaminasi. Laku potensi penularan
infeksi hepatitis ini melalui sekret saluran cerna. Umumnya terjadi didaerah kumuh
berupa endemik. Hepatitis A pada umumnya dapat ditulari melalui mulut, misalnya
pasien ini memakai gelas atau sendok bekas yang dipakai penderita hepatitis A.
terkadang dapat juga melalui keringat penderita atau pasien tersebut terkena hepatitis
melalui jarum suntik bekas yang dipakai pada penderita hepatitis A.
Seorang wanita usia 48 tahun, masuk Rumah Sakit dengan keluhan nyeri abdomen kanan atas
dengan karakteristik nyeri menetap dan terus menerus, dirasakan 3 hari terakhir. Saat
pemeriksaan pasien mengeluh nyeri skala 6. Hasil pemerikasaan fisik ditemukan otot abdomen
kanan atas distensi, nyeri tekan, perut membengkak pada bagian kanan atas, teraba keras, BU
usus normal. Pasien memiliki riwayat suka mengkonsumsi makanan berlemak. Hasil
pemeriksaan USG abdomen ditemukan gambaran fokus-fokus kecil echogenik di dalam kantung
empedu (biliary sludge).
TUGAS I
1. Identifikasi dan jelaskan penyakit yang dialami pasien pada kasus diatas!
Jawaban : Batu empedu diduga muncul akibat endapan kolesterol dan bilirubin di dalam
kantung empedu. Endapan tersebut terjadi akibat cairan empedu tidak mampu melarutkan
kolesterol dan bilirubin berlebih yang dihasilkan hati. Gejala utama dari batu empedu
pasien di atas :
a. Nyerinya abdomen pasien di bagian kanan atas dengan karakteristik nyeri
menetap dan terus menerus.
b. Pasien memiliki riwayat suka mengkonsumsi makanan berlemak
2. Jelaskan faktor resiko dan etiologi yang mungkin menjadi penyebab pada kasus diatas!
Jawaban :
Faktor resikonya adalah
a. Jenis kelamin, yang paling beresiko terkena batu empedu adalah wanita antara 20-
60 tahun, tiga kali lebih mungkin untuk mengembangkan batu empedu dibanding
laki-laki. Apalagi memungkinkan juga bagi pasien karena beliau berumur 48
tahun dan berjenis kelamis perempuan juga.
b. Obesitas, pada sebuah studi klinis, menunjukkan bahwa obesitas atau kelebihan
berat badan meningkatkan risiko pembentukan batu empedu. Di dalam kasus
tidak disebutkan berapanya berat badan pasien, namun dapat kita lihat
bahwasanya pasien memiliki riwayat suka mengkonsumsi makanan yang
berlemak.
c. Pola makan yang buruk, di dalam kasus sudah disbeutkan bahwa pasien memiliki
riwayat mengkonsumsi makanan yang berlemak dimana makanan tersebut paling
beresiko memicu pembentukan batu empedu. Pasien juga secara tidak langsung
mengalami atau mengidap kolesterol tinggi yang membuat empedu kesulitan
memperoses kolesterol dalam jumlah banyak. Kantong empedu pasien kemudian
beresiko menyisakan kolesterol yang akan berubah menjadi bebatuan.
3. Jelaskan proses perjalanan penyakit yang dialami pasien pada kasus di atas?
Jawaban : Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap, yaitu pembentukan
empedu yang supersaturasi, pembentukan inti batu, dan berkembang karena
bertambahnya pengendapan. Secara normal kolesterol tidak larut dalam bentuk cair
dalam media yang mengandung air. Nah, pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat
suatu nidus atau inti pengendapan kolesterol. Pada tingkat saturasi yang lebih rendah,
mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partikel debris yang lain
diperlukan untuk dipakai sebagai benih pengkristalan. Lalu, bilirubin terkonjugasi karena
adanya enzim glokuronil tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena
kurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang akan mengakibatkan
presipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut. Steelah bilirubin tidak terkonjugasi dalam
empedu yang akan terjadi selanjutnya adalah berkurang atau tidak adanya enzim
glokuronil tranferasi dan yang nantinya akan mengalami presipitasi/pengendapan. Nah, di
fase pengendapan inilah akan terjadinya pembentukan batu empedu yang batu tersebut
tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi.
4. Jelaskan manifestasi klinis dari penyakit pada kasus diatas.
Jawaban : Gejala klinik kolelitiasis bervariasi dari tanpa gejala hingga munculnya
gejala. Lebih dari 80% batu kantung empedu memperlihatkan gejala asimptomatik.
Gejala klinik yang ditimbulkan pada orang dewasa biasanya dijumpai gejala dispepsia
non spesifik, dan intoleransi makanan yang berlemak. Manifestasi pertama gejala
kolelitiasis sering berupa kolelitiasis akut dengan gejala demam, nyeri perut kanan atas
yang dapat menyebar sampai ke skapula dan sering disertai teraba masa pada lokasi nyeri
tersebut. Pada pemeriksaan fisik dijumpai nyeri tekan perut kanan atas yang dapat
menyebar sampai daerah epigastrium. Tanda khas berupa napas yang terhenti sejenak
akibat rasa nyeri yang timbul ketika dilakukan palpasi dalam di daerah subkosta kanan.
Penatalaksanaan bedah
a) Kolosistektomi terbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien dengan
kolelitiasis simtomatik.
b) Kolesistektomi laparaskopi
Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa adanya
koleliyiasis akut. Karena semakin bertambahnya pengalaman, banyak ahli bedah
mulai melakukan prosedur ini pada pasien tersebut. Dengan mengurangi
perawatan di rumah sakit dan biaya yang dikeluarkan, pasien dapat cepat kembali
bekerja, nyeri menurun dan perbaikan kosmetik.