Anda di halaman 1dari 14

d) Pola Dik hotom ik(Distributary)

Pola Dikhotomik atau Distributary ini Ierdapat pada kipas alluvial atau delta
Sungai bercabang cabang dari satu titik ke arah luar Kadang kadang ada cabang yang
buntu karena air meresap
ke bawah. Contoh pola Dilhoromik atau distributary.
e) Pola Rect acular
Pola Rect acular ini menyerupai bentuk jala, terdapat pada daerah yang amat datar
atau dataran pantai stadium muda. oleh karena itu disini kita jumpai adanya rawa-
rawa alau danau. Contoh pola reticular.
3) Pola Pengaliran Khusus
Pola Pengaliran Khusus ini hanya terdapat pada suatu daerah tertentu. yang
dikontrol oleh kondisi-kondisi tertentu pula. Beberapa jenis pola pengaliran khusus
adalah sebagai berikut :
a) Pola Contored
Pola Contored ialah pola sungai yang mula-mula mengalir ke satu arah, tetapi
karena menumbuk batuan keras maka arahnya membalik Kemungkinan lain ialah
terjadi karena pengaruh retakan-retakan (tructures) atau adanya blok-blok dengan
berbagai kemiringan Con toh Pola Contored.
b) Pola Thermokarst
Pola Thermokarst ini berkembang pada batuan sedimen berbutir halus
drainase jelek dan pada bahan organik di daerah permafrost. Pembekuan
menyebabkan banyak celah-celah yang berbentuk polygonal atau heksagonal.
c) Pola Barbed
Pola barbed, yaitu pola drainase yang menunjukkan penggabungan sungai-sungai
ke sungai indak dengan arah kelokan ke hulu. Pola ini dapat terjadi sebagai akibat
terjadinya pemenggalan sungai, sehingga terjadi aliran yang membalik dari sebagian
sistemnya Contoh pola Barbed.
d) Pola Illusary
Pola illusory ini adalah buatan masusia ialah alur-alur pada sawah yang selesai
dibajak. Alur ini lampak pada foto udara sebagai garis-garis.
e) Pola Deranged
f) Pola Lacunate
g) Pola Palimpsest
Pola Palimpses ini pola drainase yang baru menyimpang (berbeda) dari pola yang
lama. Hal ini jelas menunjukkan adanya perbedaan topografi dan kondisi struktur
pada waktu terjadi perkembangan. Hal ini dapat dipakai sebagai penguat dalam
penemuan struktur yang tersembunyi.
h) Pola sinkhoe atau swallow hole ini terdapat pada batuan yang sudah larut
seperti kapur, gips, kadang-kadang juga terdapat batuan yang tdak mudah larut
tetapi porous misalnya sandstone dan conglomerate. Apabila drainasenya
masuk ke dalam, maka aliran akan meresap kebawah dengan atau tanpa jejak
yang kelihatan pada Sungai akan mengalir sebagian pada permukaan sebagian
di bawah permukaan
Sinkhole yang terdapat pada plateau kaur yang masif, berbentuk teratur, bulat
atau bulat telur. Sinkhole yang terdapat pada daerah kapur miring, bentuknya bulat
panjang. Bentuk dan posisi sinkhole yang tidak teratur memberi petunjuk bahwa hal
tesebut terpengaruh oleh diaklas. Sinkhole ini dapat kering, berisi air, atau tesum
bat oleh batu-batu sehingga terjadi genangan. Pola sinkhole merupakan petunjuk
bagi daerah kapur.
i) Pola Derange
Pola Derange ini sering disebut juga disordered, irregular, arrat ic, hap haz
ard. Di sini terdapat kombinasi antara drainase permukaan dan bawah permukaan.
Pola ini terdapat pada daerah glacial drift. Pola alirannya tidak teratur, keluar
masuk danau, rawa-rawa dan paya-paya.
9. Macam-macam endapan yang terjadi sebagai hasil pengendapan pada aliran sungai
a) Dataran Banjir(Flood plain)
Dataran Banjir(Flood plain) "Flood plain" (dataran banjir), yaitu
dataran luas di sebelah menyebelah sungai yang tersusun oleh endapan hasil
luapan sungai atau melelehnya salju. Bila banjir, sungai akan meluap
menggenangi dataran banjir.
Bentuk lahan ini terutama tersusun dari timbunan material lepas
(unconsolidated) yang berasal dari sedimen yang diangkut sungai didekatnya.
Mempunyai topografi datar dan merupakan daerah yang sering tergenang air
banjir dengan periode ulang antara 1 (satu) hingga 2 (dua) tahun. Tersusun
atas material sedimen halus hingga sedang. Material yang kasar diendapkan
dekat alur sungai sedangkan makin jauh dari alur sungai semakin halus
material yang diendapkan. Karena sering sekali mendapat pasok (supplay)
material sedimen baru maka umumnya belum terjadi perkembangan tanah.
Di daerah dataran banjir, aliran sungai, pantai, dijumpai endapan
alluvial yang berupa lempung, lanau, pasir, krikil, dan blok-blok. ). Tetapi di
dataran rendah khususnya bekas-bekas rawa, sering didapat lempung/lanau
yang kaya akan zat organik bahkan gambut (peat); kesemuanya dapat
menyukarkan dalam persoalan fondasi (jembatan, pelabuhan, bangunan
tinggi, jalan raya) sifatnya yang mudah lapuk, rendah daya dukungnya,
berpori dan permeable, meresap air.
Dataran banjir karena sifat yang datar, tanah yang lunak, dan air
tanah yang dangkal sangat menarik untuk banyak program pengembangan
pemukiman, pertanian, industri, jaringan jalan raya dan kereta api, lapangan
udara, dan sebagainya. Hambatan dengan sendirinya ada, antara lain: banjir,
amblesan, genangan. Tanggul alam setelah diperkuat sering menolong untuk
menghindari banjir, tetapi tanggul alam dapat juga menghalangi kembalinya
air ke sungai lagi dan menyebabkan genangan. Persoalan drainase sangat
penting didaerah dataran banjir.
Kebanyakan dataran banjir (flood plain) dapat dibedakan pada deposit
dari:
1. Channel fill
Channel fill adalah puing-puing halus yang telah terjaring (lempung,
lanau dan pasir halus).
2. Channel lag
Channel lag adalah puing-puing kasar yang telah terjaring (pasir kasar,
dan pasir kerikilan).
3. Splay
Splay adalah terdiri dari material yang menyebar pada permukaan
flood plain akibat dari pecahnya/rusaknya tanggul alamiah biasanya lebih
berbutir kasar dari pada sedimen overbank yang mereka tutupi.
4. Lateral Acctetion
Latetal accretion adalah endapan hasil luapan sungai yang menyebar
secara lateral dimana matetialnya umumnya lebih berbutir kasar.
5. Vertical Accretion
Vertical Accretion adalah endapan hasil luapan sungai yang menyebar
secara vertikal dimana materialnya umumnya lebih halus contohnya lempung
lumpur. Pada akhirnya flood plains muncul tidak dibentuk oleh system fluvial
seimbang tetapi juga untuk memenuhi tujuan penuh dari system. Mereka
dibangun oleh proses serentak dari lateral Migration dan overbank Floading.
Di mana erosi lateral sungai mempengaruhi terbentuknya flood plains
dibandingkan dengan erosi lainnya, seperti erosi ke makan ke hulu, erosi
makan ke tengah maupun erosi vertical.
Akibat dari erosi lateral ini tanggul alamiah yang terdapat di sebelah menyebelah
sungai dapat terkikis sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama tanggul
tersebut tidak kuat lagi untuk menahan arus/aliran sungai sehingga tanggul alamiah
itu mengalami kerusakan penghancuran sehingga aliran sungai tersebut meluap keluar
dengan membawa endapan-endapan hasil erosi tersebut untuk ditinggalkan pada
daerah disebelah menyebelah sungai sehingga sampai terbentuknya flood plains.
Yang mana apabila kejadian-kejadian/proses-proses itu terulang kembali dalam
jangka waktu tertentu, maka ke sebeah endapan. pada daerah flood plains ini akan
bertambah tebal dengan pertambahan waktunya.
b) Tanggul alam (Natural Levee)
Tanggul alam(Natural Levee), adalah tanggul yang terbentuk secara
alamiah, oleh hasil pengendapan luapan banjir dan terdapat pada tepi sungai
sebelah menyebelah. Material pembentuk tanggul alam berasal dari material
hasil transportasi sungai saat banjir dan diendapkan saluran

Tanggul Alam merupakan akumulasi sedimen berupa igir/tanggul memanjang


dan membatasi alur sungai. Tinggi maksimum suatu tanggul terdapat pada bagian tepi
dalam tanggul yang berbatasan dengan alur sungai dengan lereng yang curam. Hal ini
menunjukkan bahwa tinggi muka air sungai pernah mencapai permukaan tanggul
tersebut pada saat terjadi banjir besar. Sebaliknya menjauhi alur ke arah dataran banjir
lereng tanggul berang berkurang besarnya dari miring hingga landau. Gambar di atas
tersebut menunjukkan Tanggul Alam sungai yang pada umumnya berkembang
intensif pada bagian luar lengkung luar (outer band) alur sungai.
Tanggul alam mempunyai struktur yang berlapis karena terbentuk oleh sesar
endapan sedimen pada saat banjir meluap melampaui tanggul sungai. Akibaat
kecepatan aliran yang menurun maka terjadilah pengendapan sedimen. Material
sedimen yang kasar diendapkan dekat alur sungai sedang yang lebih halus terangkat
jauh kea rah dataran banjir.

Gambar

c) Bar Deposit
Bar deposit adalah endapan sungai yang terdapat pada tepi maupun tengah
alur sungai. Endapan pada tengah alur disebut gosong tengah (Channel bar)
dan endapan pada tepi alur disebut gosong tepi (Point bar)

Gambar

Bar deposit merupakan kenampakan morfologi yang umum pada sungai yang
sedang mengalami meandering dan pada saat yang bersamaan pengendapan point bar
merupakan proses sedimentasi yang dominan di dalam alur sungai tersebut. Bentuk
dan ukuran point bar bervariasi tergantung pada besarnya alur sungai serta
berkembang pada bagian lengkung dalam(inner band) alur sungai.
Gambar

Pada gambar di atas yerlihat bahwa di dalam point bar terdapat adanya igir-
igir (scroll) yang di antaranya diselingi oleh alur alur (swales) dengan kedudukan
hampir sejajar satu sama lain. Masing-masing scroll dan swales menunjukkan
terjadinya migrasi alur isecara lateral pada masing-masing banjir yang terjadi. Pada
swales sering terisi material halus, tetapi secara keseluruhan tekstur dari material
point tergantung pada keadaan sedimen yang terangkut pada saat banjir terjadi.
Kelerengan umumnya miring ke arah aliran menuju lengkung luar.

Gambar

d) Kipas Alluvial (Alluvial Fan)


Alluvial Fan adalah kenampakan pada mulut lembah yang berbentuk kipas yang
merupakan hasil proses pengendapan atau merupakan akhir dari sistem erosi-deposisi
yang dibawa oleh sungai yang mana rempah batuan dipindahkan dari bagian yang
kedap air ke bagian yang lain. Endapan ini cenderung berbentuk kipas dalam
pandangan datar dan morfologinya di gambarkan dengan baik sebagai segmen yang
radial dari suatu titik asal.
Kipas Alluvial merupakan kipas atau keru- cut rendah yang akumulasi oravel dan
pasair terjadi pada mulut suatu jeram (canyon) atau lembah pada suatu pegunungan
yang berbatasan dengan dataran, seperti terlihat pada gambar 89. Lereng membujur
dari kipas alluvial umumnya menuruni kipas bagian bawah sekalipun nilainya yang
tepat pada beberapa titik bergantung pada penghilangan beban dari karaktersitik
sistem fluvial tersebut. Kelerengan fan kemungkinan tidak lebih dari 10 inchi.
Dataran rendah dari fan disebut TOE, yang mana gradiensnya dapat kurang dari 2
ons perkilometer. Gadien yang paling curam biasanya diasosiasikan dengan muatan
yang berbutir kasar.
Karaktersitik lereng pada kipas alluvial dibagi menjadi :
1) Kemiringan sebagian besar kipas dekat dengan mountain profil adalah
kurang lebih sama dengan sungai pegunungan dimana bergantung dengan
puncak kipas.
2) Meskipun kipas menyebar dari puncak sampai ke TOE, profil longitudinal
(membujur) biasanya tidak menunjukkan kurva eksponensial yang mulus.
Perubahan lereng kipas digambarkan oleh segmen, individu, yang
dihubungkan dengan perubahan dalam saluran tubuh hulu sungai dari puncak kipas.
Pada potongan profil
bentuk-bentuk alluvial fan (kipas alluvial) adalah cembung, bagaimana dapat terlihat
oleh defleksi bagian bawah kipas dari kontur topografi.

Gambar

Kalau dilihat secara melintang (cross section) maka terlihat adanya gradsi
ukuran butir pada suatu kipas alluvial. Kipas alluvial (alluvial fan) ini terjadinya juga
karena sungai mengalami perubahan gradient, yaitu sungai dari daerah pegunungan
sekonyong-konyong mencapai dataran rendah, sehingga endapannya berbentuk
seperti kipas.
Kenampakan kipas alluvial, seperti di bawah ini :
1) Mempunyai topografi dengan permukaan kipas semi cembung dan lereng
berkisar antar 1-120, tetapi di bagian apex dapat lebih besar sudut lerengnya.
2) Vegetasi biasanya jarang, sebab aliran sungai bersifat interten, kelembaban
tanah rendah, jalur-jalur terbatas biasanya berada di sepanjang alur sungai.
3) Bentuknya seperti kipas, dengan lembah yang sempit. Batas kipas alluvial
denga daerah sekitar dapat membulat atau menjari dan terjadi takik (break of
slope) yang gradasi.
4) Terutama di daerah kering (arid) mempunyai pola aliran braided yang radial. .
Kondisi alur yng braide ini cenderung meningkat pada bagian tengah kipas
alluvial.
5) Di dalam kipas alluvial biasanya terdapat air tanah yang melimpah. Hal ini
dikarenakan biasanya kipas alluvial terdiri dari perselang-selingan pasir dan
lempung sehingga merupakan lapisan pembawa air yang baik.
Sungai yang mengalir di daerah kipas cenderung berubah-ubah arah karena
pembendungan di daerah hulunya oleh fraksi kasar. Kipas alluvial dapat terjadi pada
kaki-kaki gunung api, kaki tebing dari garis sesar, atau pada lembah dibawah lembah
tergantung pada daera glosial. Pada daerah beriklim kering, di kaki pegunungan
sering di jumpai akumulasi endapan rombakan batuan dengan kelerengan yang landai
berangsur mencapai daerah endapan alluvial. Daerah tersebut dinamakan Rock
sediment, rock plane atau conoplain. Daerah yang terletak antara daerah erosi dan
daerah endapan disebut zone of planation. Jika akumulasi endapan hasil rombakan
tersebut berbentuk kipas disebut pula Rock Fan.
e) Teras sungai (River terraces)
Teras sungai pada hakikatnya merupakan adanya medan yang disebabkan oleh
endapan alluvial sungai yang kemudian terkikis. . Undak dengan demikian
merupakan hasil peremajaan sungai pada masa dewasa tua. Adalah menarik untuk
merekonstruksikan ajunan sungai dengan landasan bentuk-bentuk undak. Cusp
adalah sudut-sudut yang terjadi akibat perpotongan antara lengkung tepi undak
yang satu dengan tepi undak yang datang kemudian.
Pada dasarnya teras dibentuk karena penurunan permukaan air sungai,
penurunan dapat disebabkan karena :
1) pengangkatan daerah sekitar aliran sungai (karena gaya endogen)
2) Penurunan permukaan air sungai/laut.
Teras dibagi menjadi 2 bagian penting, yaitu :
 Tread sebuah permukaan datar Scarp yang merupakan gambaran dari batas
pembentuk floodplain
 Scarp kecuraman lereng yang menghubungkan antara tread dengan beberapa
permukaan yang lebih rendah pada lembah.
Jika pada suatu tahap tertentu perkembangan drainase sungai, base level of
erosion secara bertahap bertambah tinggi, kurva (derajat kemiringan) dasar
sungai akan mendatar, dan dengan demikian kekuatan arus sungai pun berkurang.
Hal ini akan menjurus kepada"senelity' (impotensi arus sungai).
Tetapi sebalinya, bila base level of erosion menurun, wilayah drainase sungai
itu akan memulai suatu siklus geografi yang baru, derajat kemiringan akan
menjadi lebih curam menukik ke arah flood plain (daerah banjir). sungai-sungai
secara aktif akan mulai mengerosi alluvium yang telah diendapkannya pada
waktu-waktu yang lalu. Suatu teras laying (a terrace over hanging the flood plain)
akan mulai terbentuk sebagai ganti teras yang tadinya telah ada di flood plain. Hal
yang sama akan terjadi jika derajat kemiringan bertambah curam lagi.

Gambar

1 = endapan permukaan air (elluvium);


2 = endapan pada tebing-tebing (diluvium); dan
3 = endapan pada teras-teras (alluvium).

Teras sungai boleh jadi mengandung endapan alluvium ataupun lapisan


batu-batu. Mereka disebut rock atau erosion terrace. Pencampuran antara
keduanya (alluvium dan lapisan batu) dapat juga terlihat pada teras sungai. Teras
alluvial terbentuk manakala arus sungai tidak mengerosi semua endapan yang
terbentuk sebelumnya, teras campuran terbentuk bila arus mengerosi semua
alluvium pada endapannya dan terus mengerosi dasar sungai. Erosi teras terjadi
dalam tahap-tahap awal dari kembangan sungai dan tersusun menyusuri dari atas
ke bawah di atas lereng mula-mula dari lembah sungai.
Suatu kajian terhadap teras-teras ini akan menjelaskan lebih rinci hakikat
perkembangan sungai dan daratan yang dilanda erosi arus sungai. Sungai-sungai
yang mengalir di daerah pedalaman yang datar biasanya mempunyai terdiri dari
dua atau empat teras teras yang layang di atas flood plain.
1) Tipe-tipe teras sungai
Teras sungai, dapat digolongkan menjadi beberapa macam, antara
lain :
a) Berdasarkan proses terjadinya Teras sungai, jika digolongkan berdasar-
dari proses terjadinya, maka dapat dibagi menjadi :
 Teras erosional
Teras erosional adalah suatu teras yang terbentuk dahulu oleh proses
erosi lateral (erosi ke samping)
Ciri-ciri teras erosional :
 Diselimuti oleh endapan alluvial yang tipis
 Bedrock rata dan terkikis bersama-sama endapan alluvial
membentuk teras
 Proses erosi lateral dominan dalam pembentukan teras

Gambar

 Teras deposisional
Teras deposisional adalah suatu teras dim ana endapannya
mewakili parmukaan yang tidak terkikis dari isian lembah.
Ciri-ciri teras deposisional :
 Diselimuti oleh endapan alluvial cukup tebal
 Bedrock tidak beraturan dan tidak ikut terkikis
 Proses deposisi (pengendapan) dominan.

b) Berdasarkan materi penyusunannya


Teras sungai, jika digolongkan berdasarkan materi penyusunannya, maka
dapat menjadi :
 Teras Strath
Teras Strath adalah teras yang dalam pembentukannya, bedrock ikut
terkikis bersama-sama endapan alluvial.
 Taras alluvial
Teras alluvial adalah teras yang dalam bedrock tidak ikut tererosi, tapi
hanya endapan alluvial nya saja.
c) Berdasarkan hubungannya antara batas-batas teras dengan topografi setempat
Teras sungai, jika digolongkan berdasarkan dari hubungannya dengan
topografi setempat dapat dibagi menjadi :
 Teras Berpasangan (paired/matched)
Teras berpasangan ialah teras yang berair dengan elevasi yang sama di
atas kedua sisi dan lembah.

Gambar

 Teras Tak Berpasangan (unpaired/unmatched)


Teras Tak Berpasangan(unpaired unmatched) Teras tidak berpasangan
adalah teras yang dibentuk oleh sebuah aliran dengan serentak
memotong secara lateral vertikal, secara lambat. Batas-batas potongan
lembah tidak sama umurnya.

Gambar

f) Cekungan Fluvial (Fluvial flood basin)


Cekungan fluvial merupakan bagian terendah dari dataran banjir sungai,
seperti terlihat pada gambar 100 Gambar 100.

g) Delta
1) Pengertian delta
Delta yaitu tanah datar hasil dapan yang dibentuk oleh sungai, muara sungai,
dimana timbunan sedimen tersebut mengakibatkan progradasi yang tidak
teratur pada garis pantai. (Coleman, 1968; scott dan fischer, 1969).
Sungai akan bebannya di tidak mampu lagi mewg angkutnya. Ini dapat
terhada pada lekuk lereng, sisi dalam meander, pertemuan antara dua aliran
sungai, dan pada perubahan graden. Tetapi endapan juga terjadi jika sungai
masuk ke dalam danau atau laut, maka akan terbentuk delta.
Syarat-syarat untuk terbentuknya suatu delta, antara lain :
a) Ada sungai yang menuju ke laut atau danau
b) Lautnya dangkal
c) Gelombang atau arus laut yang ada sangat kecil
d) Tidak ada gerakan tektonik yang menyebabkan penurunan dasar laut atau
danau di tempat muara sungai tersebut
e) Arus pasang surut tidak kuat
f) Dari waktu ke waktu material batuan yang diendapkan di laut atau danau di
cukup besar.
Delta memperlihatkan banyak macamnya dalam bentuk dan lekuk. Pada
puncak delta, saluran sungai terbagi dalam beberapa cabang-cabang yang
menyebar dan disebut distribution yang melintang pada permu kaan delta
melepaskan endapan pada ulung delta.
Beberapa delta mempnyai kenampakan seperti kipas alluvial, tetapi
berbeda-beda satu sama lain, perbedaan tersebut yaitu :
 Pengendapan pada delta disebabkan oleh aliran yang pengurangan
kecepatan aliran yang masuk ke dalam air laut yang tetap (laut atau
danau).
 Perluasan delta secara vertikal tertatas air the base level merupakan dari
pertumbuhan ke atas
 kemiringan permukaan delta dapat diketahui lebih datar dari pada besar
kipas alluvial
2) Endapan delta
Endapan yang diendapkan pada delta biasanya pasir hales bergantung oleh
perubahan pengontrolnya. Kadang-kadang mungkin mengandung batu kerikil
atau lempung. Pengendapan delta evolusinya pertama kali diketemukan oleh
G.K. Gilbert dalam studinya menge nai danau Borville. Oleh G k delta terbagi
menjadi 3 bagian yaitu :
 Dataran delta (delta plaing), yaitu bagi atas sampai batas permukaan
an danau, mengandung lapisan-lapisan tipis (top sed brds) yang
memotong tingkat kemiringan delta (foresat beds) sebagai delta
prograde.
 Kemiringan delta (delta slope) menghubungkan bagian delta yang
menuju ke depan dengan bagian atas lantai dasar
 Lingkungan prodelta (prodelta) yaitu dasar kolam yang mengandung
butir halus dari laut atau endapan lacvastrina yang tersapu secara
suspend ke seberang dari delta front.
Hampir sebagian besar sungai-sungai membentuk delta dan antara di masing-
masing kenampakan tanggulnya menunjukkan beberapa keseimbangan antara
fluvial sistem, iklim, stabilitas tektonik gaya gaya pada garis pantai.
Delta terbagi 2 kategori, yaitu :
a) Delta high constructive, yaitu delta yang terbentuk jika aksi fluvial lebih
banyak mempengaruhi system (Scas & Fischer, 1969)
b) Delta elongatedelta mempunyai elongate kandungan lumpur lebih besar dan
cen derung mengandap dengan cepat bila tidak aktif, dengan demikian
melindungi permukaan posisi bagian atas Contoh: delta kaki burung (bird foot
delta) pada Sungai Mississipi
c) Delta Tobate yaitu delta yang mundur secara perlahan-lahan di atas bagian
yang rusak dan banyak pasir yang menyusun bagian atas dikerjakan oleh
proses-proses ada di laut (Scott Ficher, 1969). Contoh delta holocame pada
sungai Mississipi
d) Delta Low Destructive. yaitu dihasilkan bilamana energi laut atau danau air
dan banyak endapan endapan fluvial yang dikerjakan oleh gelombang dan
sebagai nya, jika belum pengendapan berakhir.
e) Wave Dominated types yaitu seperti pada Sungai Nil dan Sungai Rhine,
endapan terkumpul dengan pasir penghalang avcnate (ascnate and borrieri)
dekat muara sungai
f) Tide dominanted types, yaitu arus tidak menyusun endapan-endpan pasir
menjadi unit-unit yang tersebar secara linier sungai, Lumpur dan silt ter
timbun pada daerah dalam dari segmented bors (buku-buku penghalang)
dimana tidak meluas secara mendatar atau lam bat laun terjadi rombakan
3) Struktur Delta
Struktur delta terdiri dari bottom set, fore net, dan top sel beds. Struktur ini
terbentuk baik di dalam dan kurang baik di dalam laut, kemiringan fore set
bed pada endapan kasar dapat menempati 30 35. Ketebalan delta tergantung
kepada tebal air, untuk delta Nil tebal lumpur tak melebihi 15 meter,
sedangkan delta Mississipi setelah dibor sedalam 700 meter belum mencapai
teba endapan delta seluruhnya.
4) Bentuk Delta
a) Faktor-faktor yang mengontrol bentuknya delta bar baik maupun ukurannya
adalah sebagai berikut (Reineck, 1975).
b) Morfologi pantai termasuk di dalamnya konfigurasi garis pantai
c) Arah dan intensitas gelombang yang datang dari laut
d) Kekuatan mengangkut sedimen oleh arus laut dekat pantai dalam kaitan nya
dengan sedimen yang terangkut oleh sungai dari daratan
e) Julat (range) dari pasan surut muka muka air laut

Anda mungkin juga menyukai