PENDAHULUAN
Berdasar keputusan Pemerintah Republik Indonesia (GOI), Wilayah Sungai (WS) Citarum tidak hanya meliputi batasan hidrologi daerah aliran sungai Citarum itu sendiri, termasuk didalam WS ini daerah aliran sungai skala kecil pada sisi timur dan barat Citarum. Penerima manfaat sumber daya air ini bukan hanya mereka yang berada dan hidup dalam WS ini, namun juga penduduk Jakarta yang memanfaatkan air sungai Citarum melalui Saluran Tarum Barat (WTC). WS Citarum menghadapi masalah dan tantangan pengelolaan sumber daya air, sbb: degradasi daerah tangkapan air; sangat rendahnya kualitas air di berbagai wilayah; eksploitasi berlebihan pada sumber air dalam tanah; pengawasan air dan pemeliharaan infrastruktur (dalam banyak hal harus direhabilitasi); dsbnya. Proses pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (IWRM) dalam bentuk Roadmap yang membahas permasalahan WS Citarum dilakukan berdasar metodologi penyusunan Rencana Strategis. Secara mendasar, pendekatan tersebut untuk menjawab tiga pertanyaan berikut: menegaskan hubungan & langkah antara kondisi sumber daya air dalam WS pada saat ini dengan kondisi yang diinginkan pada masa mendatang serta manfaat yang diinginkan (atau visi) di masa depan berarti, apa yang harus dilakukan guna mencapai berbagai tujuan. . Ini semua dicapai dengan menggunakan pendekatan berorientasi kepada visi :
Merumuskan dan meyakinkan secara lebih tegas bentuk visi bersama (shared vision) para pemanfaat (stakeholders) berkenaan dengan masa depan WS Citarum (sampai dengan 2023); Melakukan perbandingan kondisi sumber daya air dalam WS saat ini dengan visi yang ditetapkan, dalam rangka melakukan identifikasi arah strategis yang harus ditempuh (dijelaskan dalam Roadmap itu sendiri). Merumuskan tujuan-tujuan dalam beberapa area kunci (key areas), yang bilamana tercapai, akan mengarah pada pencapaian visi. Melakukan pengembangan dan intervensi dalam bentuk proyek guna menjamin keberhasilan penerapan pencapaian tujuan dari setiap area kunci.
Kemana tujuan kita (dengan pengelolaan sumber daya air di WS)? Dimana posisi kita saat ini (dhi: apa masalah/isyu yang kita hadapi saat ini)? Bagaimana caranya kita mencapai tujuan yang telah kita sepakati bersama (Jalan/Road mana/apa yang harus kita tempuh)?
Telah banyak tulisan dan laporan membahas isyu saat ini berkenaan dengan manajemen sumber daya air di WS. Berbagai isyu kunci telah di dokumentasikan di dalam berbagai tulisan yang dihasilkan dalam dekade terakhir. Masalahnya sangat banyak dan meliputi berbagai area, termasuk sangat rendahnya kualitas air, penggundulan hutan dan degradasi daerah tangkapan air di hulu, penyedotan air tanah, dan degradasi bangunan air. Ini semua menimbulkan dampak ekonomi dan sosial sangat negatif, bagi penduduk sekitar WS. Roadmap pada dasarnya hanyalah suatu kelompok strategi (yang melibatkan proyek/langkah penerapan strategi tersebut). Roadmap
Roadmap ini milik Pemerintah Indonesia, bukan milik ADB, atau lembaga donor lainya, walaupun ADB berkomitmen untuk membantu pemerintah menerapkan Roadmap melalui pinjaman utama serta beberapa bantuan teknis lainnya. Jelas bahwa Roadmap ini merupakan wahana penting sebagai jembatan dialog antara Pemerintah RI dengan lembaga donor, agar bantuan terarah pada isyu kritis dengan meminimalkan tumpang tindih dan jarak. Sekitar 70 proyek telah teridentifikasi dalam upaya pencapaian visi WS Citarum, yang diperoleh dariberbagai sumber
AREA KUNCI
AREA KUNCI Kelembagaan & Perencanaan untuk Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (IWRM) DEFINISI Definisi dari Lembaga dalam area kunci ini dipergunakan secara luas. Dalam hal ini berkaitan dengan organisasi, legislasi, kebijakan, dan berbagai protokol lain yang terkait dengan organisasi tersebut. Perencanaan dalam IWRM (dalam hal ini perencanaan WS) dipandang sebagai mekanisme persiapan dan implementasi kebijakan pemerintah, sedemikian rupa yang dimasukkan dalam area kunci. Dengan demikian, termasuk dalam kegiatan ini: TUJUAN Mencapai kerangka kerja organisasi yang efektif, penetapan tanggung jawab yang jelas dan bentuk kerjasama antara stakeholders dalam WS Citarum, meliputi aspek in stream dan off stream. Mencapai mekanisme koordinasi yang efektif dalam pengelolaan sumber daya air WS . Mencapai kerangka hukum yang komprehensif dan harmonis untuk pengelolaan sumber daya air yang efektif dalam WS . Membangun mekanisme perencanaan sumber daya air yang transparan, effektif dan holistik dalam hubungannya dengan perencanaan tata ruang dan fiskal, dengan mengoptimalkan aspirasi dan kebutuhan stakeholders. Mencapai mekanisme pengaturan (lisensi) yang effektif secara operasional untuk pemanfaatan air permukaan dan air bawah tanah, serta pembuangan limbah cair(termasuk tarif). Lembaga pengelola sumber daya air memanfaatkan technologi tepat guna dalam mencapai pengelolaan sumber daya air yang berkesinambungan. Pengambil keputusan, pakar teknis dan stakeholders kunci lainnya memiliki kapasitas dan kemampuan yang efektif untuk melaksanakan tanggung jawab dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya air . Mencapai peningkatan sumber air atau sumber baru untuk irigasi, industri, hydropower, rumah tangga, aquaculture, rekreasi dan penggunaan lain2 yang konsisten dengan ketersediaan dan kesinambungan air. Seluruh orang-orang di WS memperoleh akses yang memadai pada air minum dan sanitasi. Seluruh bangunan air mampu beroperasi sesuai dengan kapasitas rencana. Melaksanakan pengelolaan aset yang berkesinambungan untuk seluruh prasarana air di WS.
Restrukturisasi organisasi Pengembangan kapasitas organisasi Pengembangan kebijakan Pelaksanaan kerangka pengaturan Perencanaan IWRM (termasuk perencanaan finansial) Regulasi (termasuk lisensi penggunaan air dan pembuangan limbah cair) Penetapan tarif air Partisipasi kelembagaan dalam manajemen irigasi (PIM)
Area kunci ini meliputi aktivitas yang terkait dengan eksploitasi sumber daya air. Termasuk: peningkatan ketersediaan air untuk pemakai yang berhak, operasi dan pemeliharaan (OM) infrastruktur yang dibangun dalam proses. Aktivitas utama termasuk:
Perencanaan proyek, termasuk master planning (perencanaan yang berfokus pada pembangunan infrastruktur, yang dibedakan dari pengembangan WS secara lebih luas). Pembangunan infrastruktur untuk penyimpanan dan distribusi air (waduk, saluran, dan sistem pemipaan) Operasi dan pemeliharaan infrastruktur Mempromosikan penggunaan air secara efisien dan efektif (irigasi, hydropower, air minum and sanitasi, aquaculture, rekreasi, dll.) Pembuatan sumur penggunaan air bawah tanah.
Menyusun pengaturan pemanfaatan air secara adil diantara pemakai di hulu dan hilir WS, serta pemakai lintas batas sumber daya air (penyediaan air ke Jakarta) Menetapkan secara jelas dan tegas hak penggunat air bagi seluruh pemakai air yang berhak. Menyelesaikan berbagai konflik atas pemakaian sumber daya air dari WS secara cepat dan memuaskan semua pihak.
Perlindungan Lingkungan
Menempatkan perencanaan penggunaan lahan yang komprehensif dengan pertimbangan minimalisasi dampak kegiatan manusia terhadap lingkungan. Melaksanakan perlindungan hutan dengan sasaran tidak terjadinya lagi pengurangan lahan hutan, dari kondisi saat ini. Memprioritaskan peningkatan daerah tangkapan air melalui penghijauan dan penerapan pemanfaatan lahan serta praktek pertanian secara tepat yang meminimumkan erosi. Menjaga dan apabila mungkin meningkatkan keanekaragaman hayati tanpa degradasi lebih lanjut. Meminimalkan tingkat polusi rumah tangga, industri dan pertanian yang dibuang ke badan sungai. Menjediakan kecukupan air untuk keperluan pemeliharaan ekologi (mis: penggelontoran), menjaga intrusi air laut, akumulasi sedimentasi dan polusi disekitar pantai, melakukan proteksi perikanan sungai dan pantai.
Pengelolaan Bencana
Kegiatan yang termasuk dalam Pengelolaan Bencana seperti banjir dan aliran lumpur. Kegitan terkait dengan pengelolaan bencana adalah:
Mencapai rencana kesiapan menghadapi bencana banjir dan aliran lumpur yang effektif. Mencapai prasarana yang tepat untuk meminimalkan dampak phisik dari kejadian banjir dan aliran lumpur.. Mencapai rencana pengelolaan kekeringan yang efektif apabila ketersediaan air musiman berada pada level dibawah rencana.
Perencanaan dan pembangunan bangunan pengendali banjir dan aliran lumpur, seperti tanggul , waduk pengendali banjir dan lain-lain. Pengembangan dan pelaksanaan rencana kesiapan menghadapi bencana. Pengembangan dan pelaksanaan rencana pengelolaan kekeringan.
Mencapai kesadaran tinggi bagi masyarakat setempat dalam masalah konservasi, pemanfaatan dan perlindungan sumber daya alam (termasuk hak dan tanggung jawab mereka) di WS. Masyarakat setempat memperoleh kesempatan dan ruang untuk berpartisipasi nyata dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya air dalam WS. Menciptakan kondisi baik (kelembagaan , keuangan dan kapasitas) masyarakat setempat untuk terlibat dalam penyediaan air minum dan layanan sanitasi, pengelolaan daerah tangkapan air (watershed) dan pengelolaan limbah.
Edukasi dan peningkatan kesadaran (capacity building) dari masyarakat , dan perorangan dalam berbagai isyu pengelolaan air. Aktivitas yang ditujukan pada penyediaan informasi mengenai pengelolaan sumber daya air dan aktivitas terkait lainnya bagi semua yang memerlukan. Pelaksanaan terukur guna memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pengelolaan air. Mengembangkan berbagai program mandiri berbasis masyarakat dan proyek khususpenyediaan perbaikan setempat dalam air minum, lingkungan, kualitas air, dsb.
Area ini termasuk sebagai area kunci Pondasi, sebab data memiliki sangat fundamental bagi semua aspek untuk proses pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya air, termasuk:
Tersedianya data base lengkap tentang tanah dan sumber daya air dan dalam format yang memberikan kemudahan bagi semua pihak untuk mengakses, dalam rangka memfasilitasi kesinambungan pengelolaan sumber daya air dalam WS. Menerapkan methode partisipasi masyarakat dalam pengumpulan dan verifikasi data (bila memungkinkan). Tersedianya pola pengelolaan effektif dengan cara custodianship atas data set mengenai air dan daerah tangkapan air yang berbeda . Tersedianya peng data bersama yang effektif antara berbagai lembaga didalam WS dan dengan lembaga pusat. Tersedianya pengembangan dan dapat dioperasikannya modelmodel dan kelengkapan pengambilan keputusan (decission support tools) yang tepat, dalam pengelolaan sumber daya air. Tersedfianya program penelitian untuk mengisi kesenjangan pengetahuan mengenai proses dan berbagai skenario terkait dengan air.
Pengumpulan data, meliputi: kuantitas & kualitas air permukaan dan air bawah tanah, data sumber daya alam lainnya misal: tanah, geologi, penutupan lahan, ekosistem, dsb.; data ekonomi-sosial seperti kependudukan, kemiskinan, pemanfaatan lahan dsb. Pengelolaan dan pengarsipan data dari berbagai sumber, termasuk komputerisasi, validasi dsb. Berbagi & diseminasi data antar lembaga pemerintah, lembaga penelitian, dsb. Penyediaan akses data bagi masyarakat umum. Penelitian guna meningkatkan pengetahuan dalam bidang tertentu, misalnya: proses daerah tangkapan air, demographi, dsb. serta pengembangan teknologi baru dalam konservasi air dan perlindungan lingkungan. Pengembangan dan penerapan kelengkapan pengambilan keputusan (decission support tools), termasuk sistem GIS, model hidrologi dan hidraulik serta kelengkapan analisis lainnya. 6
Tercapainya hubungan yang efektif antar stakeholder program dan tim yang melaksanakan sub-komponen proyek, sehingga manfaat sejalan dengan kebutuhan. Tercapainya Koordinasi yang efektif antar semua sub komponen untuk mempromosikan kerjasama dan pertukaran informasi , memperbaiki kinerja keseluruhan dan meminimalkan usaha yang siasia disebabkan oleh tumpang tindih. Tercapainya pemantauan dan pelaporan yang akurat dan tepat waktu dari program dan kinerja investasi. Pemantauan dan evaluasi akan dimasukan, didalam pembentukan dan pengelolaan sistim pengelolaan kinerja roadmap (RPMS) dan sistim pengelolaan kinerja program investasi (IPPMS).
PROYEK
AREA KUNCI Kelembagaan & Perencanaan untuk Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (IWRM) PROYEK 1.1 Pengelolaan Roadmap OUTPUT UTAMA / AKTIVITAS Koordinasi antar Komponen Proyek (perencanaan, kebijakan koordinasi , pengesahan AWP terpadu, rancangan pembangunan jangka menengah); Kajian, dialog dan persiapan untuk pelaksanaan tranche-tranche lanjutan Mendukung RCMU dan operasional sekretariat Tim Pengarah Nasional Pembangunan SDA; Pengelolaan alokasi pendanaan; Identifikasi kebutuhan dan koordinasi untuk pelaksanaan kajian-kajian kecil (hingga total $450.000) guna perbaikan pengetahuan tentang isu-isu masalah air di Wiayah Sungai Citarum / WSC (3 hingga 6 kajian); Pemantauan dan Pelaporan kinerja pelaksanaan Roadmap; Bantuan Peningkatan kemampuan (Capacity Building) untuk pengelolaan Roadmap; Koordinasi dan penyelarasan rencana antara Pemerintah Pusat dan Daerah, LSM, masyarakat dan sektor swasta tentang prakarsa IWRM; Pengembangan Sistim Informasi dan Data Roadmap serta pengelolaannya; Identifikasi dan pengembangan peluang investasi sektor swasta; Rancangan Media Komunikasi Roadmap, sosialisasi informasi dan pelaksanaannya Kegiatan-kegiatan dalam memperbaiki koordinasi dan komunikasi antar stakeholders pengelolaan SDA terpadu di WS Citarum . Penguatan RCMU (Roadmap coordination and management Unit) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dalam penyusunan perencanaan dan program Pengelolaan SDA Terpadu. Pembentukan sistem data dan informasi yang efektif untuk mendukung perencanaan dan program pengelolaan sumber daya air terpadu; Capacit building untuk perbaikan perencanaan dan program pengelolaan sumber daya air terpadu di tingkat nasional dan daerah ; Pengembangan perbaikan pembiayaan dan perencanaaan fiscal yang lebih efektif untuk pengelolaan sumber daya air terpadu di wilayah sungai di Indonesia; Capacity building untuk perbaikan kemampuan dan keahlian staff RCMU. SUMBER INFORMASI PPTA Tahap 4 ESTIMASI BIAYAH (jt USD) 2.93
PPTA Tahap 4
1.31
PPTA Tahap 4
1.22
1.6
PPTA Tahap 3
2.1
1.7
PPTA Tahap 3
0.4
Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Daya Air 2.1 Rehabilitasi Saluran Tarum Barat (WTC) untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya air.
Perecanaan Teknis Detail Pengangkatan dan pembuangan sedimen pada dasar sungai , penguatan tanggul Pemisahan aliran sungai Cikarang dan Bekasi dengansaluran induk dengan membangun siphon. Peningkatan kemampuan PJT II untuk pengelolaan dan operasi saluran Tarum Barat yang lebih baik. Pelaksanaan dari opsi penyediaan air minum dan sanitasi sanitasi hasil proses pemilihan prakarsa stakeholder untuk masyarakat sepanjang Saluran Tarum Barat Mempercepat penerapan SRI (SystemRice Intensification) didaerah proyek. Sekitar 3,000 ha sawah di tiga kabupaten akan meningkatkan praktek pengelolaan air menuju kepada peningkatan hasil dan pengurangan penggunaan air.
PPTA Tahap 1
45.13
2.2
PPTA Tahap 3
6.41
10
2.4
Peningkatan sumber air Bandung dan pemanfaatan lain melalui transfer antar WS (interbasin).
190
60
65.7
11
65.5 20.1
2.10
Invstigasi opsi-opsi penyediaan sumber air baku untuk wilayah perkotaan Bandung
1.2
2.11
Pelaksanaan Alternatif penyediaan sumber air baku untuk perkotaan Bandung Pengembangan air permukaan di daerah tangkapan air hulu sungai Cikapundung.
PPTA Tahap 3
2.12
34.7
7.2
12
2.15
Implementasi pilihan penyediaan air baku untuk Bekasi dan Karawang Pengembangan suatu rencana aksi pengelolaan air bawah tanah yang berkesinambungan di WS Citarum
PPTA Tahap 3
49
2.16
0.6
2.17
Implementasi dari rencana aksi pengelolaan air bawah tanah WS Citarum secara berkesinambungan Meningkatkan pelaksanaan regulasi pengelolaan air bawah tanah berkesinambungan di Bandung
(Tergantung pada manfaat dari rencana aksi studi pengembangan- biaya hanya sebagai indikasi)
PPTA Tahap 3
5.0
2.18
Kaji ulang s kerangka kerja peraturan yang ada pengelolaan air tanah di daerah Bandung. Evaluasi pelaksanaan peraturan yang ada dan identifikasi kekurangannya Pengembangan strategi dan rencana aksi untuk meningkatkan efectivitas peraturan penggunaan air tanah, meliputi rekomendasi untuk perubahan kerangka kerja peraturan yang ada Pengembangan mekanisme pemantauan dan evaluasi Capacity building untuk lembaaga-lembaga yang terlibat dalam pengelolaan air tanah.
PPTA Tahap 3
0.6
13
2.20
860
2.21
50.9
2.22
Peningkatan sistem pelayanan dan modernisasi irigasi Saluran Tarum Timur (ETC).
126.2
2.23
Peningkatan sistem pelayanan dan modernisasi irigasi dari Saluran Tarum Utara (NTC).
95.1
2.24
Pengembangan strategi dan opsi pengelolaan permintaan dan konservasi air guna memenuhi kebutuhan industri dan rumah tangga.
PPTA Tahap 3
0.5
14
2.26
164.3
2.27
3.1
Pengembangan strategi dan kunci kebijakan untuk pengelolaan sumber daya air
PPTA Tahap 3
1.08
3.2
Kaji ulang prioritas alokasi dan optimalisasi peraturan operasi untuk sub-sub basin kunci , meliputi sistem operasi sungai/waduk secara keseluruhan
PPTA Tahap 3
0.9
15
Menggunakan suatu pendekatan kerjasama yang baik Model desa konservasi terpilih melaksanakan: Menyiapkan tujuh rencana aksi konservasi dengan stakeholder untuk tujuh kawasan lindung; Identifikasi flora dan fauna penting pada habitat kunci di tujuh kawasan lindung; Pola penggunaan sumber daya di tujuh kawasan lindung dilaporkan; Membuat suatu Rencana tata ruang konservasi biodiversity strategis di wilayah sungai Citarum; Pendduduk di 148 desa pemodelan konservasi mengembangkan rencana aksinya masing-masing dan dilibatkan dalam kegiatan konservasi pada kawasan konservasi strategis; Penyiapan suatu database konservasi keanekaragaman hayati untuk wilayah sungai Citarum; Mengidetifikasi kebutuhan restorasi habitat untuk mengoptimalkan fungsi ekologis zona riparian wilayah sungai Citarum . Pendidikan pengelolaan daerah tangkapan air untuk masyarakat disampaikan melalui jaringan model desa konservasi dan pesantren. Menugaskan suatu LSM untuk merancang kursus pelatihan pengelolaan daerah tangkapan air dan sumber bahan-bahan. LSM ini memberikan pengenalan kepada sekelompok pemuka desa konservasi dan membekali mereka dengan materi program pendidikan dan pelatihan. Pemuka-pemuka desa konservasi memberikan materi pendidikan kepada penduduk desa. LSM menyampaikan bahan materi pengelolaan daerah tangkapan air langsung kepada pesantren. Program pendidikan model desa konservasi, rencana tata ruang dan rencana aksi digabungkan untuk mengenal pentingnya kawasan lindung yang ada dan unsur-unsur konservasi Wilayah sungai Citarum lainya.
PPTA Tahap 3
4.2
4.3
program pendidikan masyarakat pengelolaan daerah tangkapan air untuk wilayah sungai Citarum
PPTA Tahap 3
0.4
16
PPTA Tahap 3
0.9
17
4.7
Alternatif mata pencaharian bagi pemukim desa hutan pegunungan/ditanah tinggi yang dipindahkan
PPTA Tahap 3
1.2
4.8
PPTA Tahap 3
4.2
4.9
Alternatif mekanisme pembiayaan untuk aktivitas pengelolaan daerah pengaliran sungai oleh masyarakat secara berkelanjutan di wilayah sungai Citarum.
PPTA Tahap 3
0.2
18
4.11 Pengelolaan erosi terpadu untuk sungai Bekasi hulu, sungai Citarum hulu, dan sungai Cipunagara hulu
4.12
Pengembangan dan (awal) pelaksanaan rencana monitoring pencemaran air untuk daerah Bandung.
4.13 Pengolahan air kotor dan air limbah disebelah hulu waduk Saguling.
325
19
13.7
4.16
Peningkatan kualitas air di waduk Saguling, Cirata, dan Jatiluhur melalui pengelolaan budidaya ikan dan aktivitas yang menyebabkan pencemaran lainnya
PPTA Tahap 3
20
4.18 Pengelolaan Bencana 5.1 Pelaksanaan rencana aksi pengelolaan zona pantai terpadu Pengelolaan banjir di hulu sungai Citarum
[Tergantung pada manfaat dari studi pengelolaan rencana aksi] Penyelesaian studi model sungai 1 dimensi Pengembangan suatu model dataran banjir 2 dimensi Studi desain dengan pemodelan; Pembaharuan strategi pengelolaan banjir yang telah tersedia; Penentuan dampak rencana tata ruang regional; Formulasi perencanaan operasi dan pemeliharaan Menyusun Kerangka acuan untuk rencana detil dan pelaksanaan pada Tranche 2 Formulasi penyesuaian terhadap perubahan iklim dan kebijakan mitigasi untuk diterapkan di wilayah sungai. Arus perhatian terhadap perubahan iklim dalam perencanaan pembangunan daerah, sector, dan tingkat program Menyusun rencana aksi penyesuaian dan mitigasi Merekomendasi dan memberi masukan terhadap komponen-komponen lain dari ICWRMIP
10 0.7
5.2
PPTA Tahap 4
2.85
21
5.4 Pengelolaan banjir sub-wilayah sungai Cipunegara Pengelolaan banjir sub-wilayah sungai Bekasi Pengelolaan Bencana (lumpur dan longsor) untuk Hulu Sungai Bekasi, Hulu Sungai Citarum dan Hulu Sungai Cipunegara, serta daerah tangkapan air yang rawan. Opsi strategi mitigasi banjir di Bandung
PPTA Tahap 3
5.5
PPTA Tahap 3
5.6
13.4
5.7
Mereview studi mitigasi banjir di kawasan Bandung masa lalu, dan menilai ketepatannya saat ini Jika diperlukan, mengembangkan tindakan mitigasi banjir yang baru Memperbarui rekomendasi berkenaan dengan tindakan mitigasi banjir r untuk diterapkan di Bandung.
PPTA Tahap 3
0.3
5.8
PPTA Tahap 3
20
22
Pemberdayaan Masyarakat
6.1
Mengembangkan suatu Strategi Informasi, Kesadaran dan Pendidikan untuk peningkatan kapasitas masyarakat lintas WS untuk meningkatkan partisipasi dalam pengembangan kebijakan, perencanaan dan pengelolaan sumberdaya air
PPTA Tahap 3
1.5
[Tergantung pada hasil studi pengembangan Strategi Informasi, Kesadaran dan Pendidikan]
PPTA Tahap 3
23
6.4
Membangun dan mendukung forum stakeholders sub-wilayah sungai Bandung dalam kerangka Dewan Sumber Daya Air Wilayah Sungai, atau Balai Besar Citarum. Sistem untuk dukungan pengambilan keputusan untuk pengelolaan sumber daya air terpadu di wilayah sungai Citarum
PPTA Tahap 3
0.3
7.1
PPTA Tahap 3
5.16
24
7.3 Meningkatkan jaringan monitoring air bawah tanah di wilayah Bandung. Meningkatkan pengelolaan dan diseminasi data air dan sumber daya alam.
PPTA Tahap 3
7.4
PPTA Tahap 3
0.5
7.5
PPTA Tahap 3
7.7
PPTA Tahap 3
0.3
7.8
PPTA Tahap 3
7.9 Benchmarking pengumpulan data sumber daya air dan lembaga pengelolanya
PPTA Tahap 3
0.6
Berhubungan dengan badan pelaksana dan para fihak terkait lainya Koordinasi antar proyek Peningkatan kapasitas LSM-LSM yang terlibat didalam komponen Proyek 1 Monitoring dan pelaporan kinerja Proyek Koordinasi persiapan Proyek 2
PPTA Tahap 4
2.52
26
27