Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang

Agaknya tidak dapat disangkal bahwa p enggunaan matematika khusus operasi hitung bilangan terkait dalam kehidupan sehari -hari. Misalnya, sebagai dasar bagi de sain ilmu teknik. Selain itu, operasi hitung bilangan menginspirasi kepada pemikiran di bidang sosial dan ekonomi dan dapat memberikan warna kepada kegiatan seni lukis, arsitektur dan musik. Berdasar kenyataan inilah matematika

mempunyai potensi sangat besar dalam hal memacu terjadinya perkembangan sikap yang cermat dan tepat dalam mempersiapkan warga masyarakat yang mampu mengantisipasi perkembangan cara berpikir dan bersikap dengan tepat. Salah satu tujuan mempelajari matematika di Sekolah Dasar (SD) adalah untuk mengembangkan kepekaan bilangan ( number sense). Namun demikian, hasil studi pendahuluan peneliti menunjukkan bahwa kepekaan bilangan pebelajar masih kurang. Hal ini terindikasi dari ketika pebelajar menyelesaikan perkalian, misalnya 9 7 = 63. Ia cenderung menjumlahkan secara berulang seperti 7 + 7 + 7 + 7 + 7 + 7 + 7 + 7 + 7 = 63 (Susilowati, 2010). Seharusnya ia dapat menyelesaikan secara cepat dan tepat perkalian tersebut, tetapi justru sebaliknya yang terjadi.

Meskipun number sense pada diri seseorang itu ada yang disebabkan karena faktor bakat, tetapi number sense hakikatnya itu bisa dipelajari. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian psikolog Justin Halberda (Vaughan, 2008 ; Jordan et al, 2009) yang menunjukkan adanya hubungan antara number sense dan keterampilan hitung. Hasil penelitian mereka menyiratkan bahwa number sense dapat dijadikan sebagai suatu variabel yang diduga berhubungan dengan keterampilan hitung. Oleh karena itu, maka di dalam proposal ini peneliti mencoba untuk memanfaatkan potensi number sense pebelajar ke dalam suatu desain pembelajaran sehingga menopang keterampilan hitung mereka. Namun demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa potensi number sense pebelajar terindikasi kurang diberdayakan oleh pembelajar untuk meningkatkan kemampuan keterampilan operasi hitung. Oleh karena itu agar potensi number sense pebelajar dapat diberdayakan, diperlukan suatu pemberian nilai tambah agar potensi tersebut dapat mempermudah mereka memiliki keterampilan oparasi hitung. Beberapa ahli teknologi pembelajaran mengemukakan beberapa model disain pembelajaran, antara lain circle model (Kemp, 1989). Model ini menurut Prawiradilaga (2008) dan Badarudin (2010) bersifat dinamis karena di dalam proses pengembangan komponen -

komponennya

tidak perlu berurutan . seperti yang disimbolkan

lingkaran yang tak memiliki garis putus. yang dipandang sesuai untuk

mengembangkan potensi number sense pebelajar. Di antaranya yaitu model desain pembelajaran lingkaran oleh Kemp ( 1989). Model ini menurut Prawiradilaga (2008) dan Badarudin (2010) bersifat dinamis karena tidak perlu berurutan . pembelajaran ini adalah Yang terpenting pada model desain proses desain pembelajaran

semua

terlaksana dan berorientasi kepada pencapaian tujuan pembelajaran. Model tersebut dipandang sesuai karena praktis dan mudah untuk dilakukan dalam menopang potensi number sense pebelajar. Desainer tanpa harus melakukan analisis terhadap siswa atau analisis tugas terlebih dahulu, tetapi dapat langsung menyusun strategi pembelajaran dan pemilihan media (Badarudin, 2010). Oleh karena itu, rencana circle model untuk pebelajar sehingga

penelitian dirancang untuk mengembangkan memberdayakan potensi number sense

keterampilan operasi hitung perkalian mereka meningkat.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : Bagaimana mengembangkan model desain pembelajaran circle secara hipotetik dapat menopang potensi number sense pebelajar Sekolah Dasar agar keterampilan operasi hitung perkalian mereka meningkat?

C. Pembatasan Masalah Dari permasalahan tersebut, maka batasan masalahnya adalah meningkatkan keterampilan operasi hitung perkalian bilangan bulat positif dengan mengembangkan potensi number sense pebelajar Sekolah Dasar dan ditopang oleh model desain pembelajaran circle.

D. Sub Pokok Masalah

Sedangkan sub pokok permasalahannya merup akan perwujudan dari komponen-komponen pengembangannya yang terdiri atas: (1) Merumuskan indikator; (2) Strategi pembelajaran; (3) Pemilihan media; (4) Penyusunan instrumen evaluasi; (5) Identifikasi masalah; (6) Analisis siswa; (7) Analisis tugas; (8) Penyiapan evaluasi hasil belajar dan hasil program; (9) Revisi kegiatan pembelajaran yang telah dibuat.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan desain pembelajaran model circle secara hipotetik untuk menopang potensi number sense sehingga keterampilan operasi hitung perkalian pebelajar Sekolah Dasar meningkat.

F. Manfaat penelitian

1. Teoritis: Menambah khasanah bagi ahli Teknologi Pembelajaran dalam mengembangkan desain pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilkan berbagai operasi hitung pebelajar Sekolah Dasar. 2. Praktis a. Bagi pembelajar : Pengembangan desain pembelajaran model circle yang dapat menopang kegiatan pengembangan potensi number sense pebelajar Sekolah Dasar. b. Bagi pebelajar : Mengembangkan potensi number sense pebelajar Sekolah Dasar untuk meningkatkan keterampilan operasi hitung perkalian mereka.

Anda mungkin juga menyukai