3. Dilaporkan bahwa batu pasir tufan pada sisi kiri memiliki dimensi tebal 2 meter dan panjang
10 meter
- Hendaknya hal ini dirinci kembali, apakah dimensi tsb berupa tubuh singkapan, lensa,
bongkahan, rekahan atau memang tebal lapisannya
TOPOGRAFI
1. Hendaknya dibuat kontur MAN (muka air waduk normal) pada sekeliling daerah genangan
yang ditampilkan berikut nama sungai dan arah alirannya
2. Tampilkan juga luasan green belt serta garis batasnya terhadap lahan warga.
3. Data luas DAS, luas genangan, dan volume tampungan berbeda cukup besar
- apakah ada kesalahan datasebelumnya, atau apakah terjadi perpindahan as bendungan
yang awalnya di hilir sungai kemudian dipindah lokasinya dan saat ini terletak lebih di
hulu sungai atau penyebab lainnya?
- Hendaknya konsultan melengkapi informasi kenapa terjadi penyebab perbedaan
tersebut.
- Dari hasil pengukuran:
Tinggi awa bendungan 15 m, data pengukuran terbaru 10 m
Panjang as bendungan awal 86 m, data pengukuran terbaru 50 m
Volume tampungan awal >970 rbu m3, data pengukuran terbaru menjadi 12,3 ribu
m3
- Berdasarkan ketentuan krieria bendungan, maka bendungan jambu tidak termasuk
kategori bendungan besar tetapi masuk kelas embung (hal ini harus dibicarakan dan
dikonfirmasi lebih lanjut)
ANALISIS HIDROLOGI BENDUNGAN
1. Pos hujan
- Pos hujan berada di luar DAS, dan berjarak cukup jauh, perlu dipertimbangkan
menggunakan data satelit TRMM
- Sebaiknya dilengkapi dahulu dengan barchart data yang menampilkan jumlah data hujan
lengkap di dalamnya, supaya terlihat kelengkapan data setiap tahunnya.
2. Data Hujan
- Tolong dicermati kembali mengenai penggunaan data hujan bulanan. Karena terdapat
data hujan bulanan yang meragukan pada tahun berikut:
- Data hujan bulanan tidak mungkin bernilai 0, terutama pada bulan-bulan basah
- Data tersebut jangan diikutkan karena dapat mengganggu data hujan bulanan rata-rata
- Data tangah bulanan juga salah, karena masih menggunakan data yang
kosong/meragukan
3. Hujan HMMT
- Hasil analisis frekuensi dengan metode GEV menghasilkan huja rencana yang lebih besar
5. Banjir Rancangan
- Tidak disebutkan apakah ada kalibrasi atau tidak
- Untuk menghitung debit banjir yang tanpa kalibrasi perlu dijelaskan sbb:
a. Pemilihan metode analisi banjir rencana sangat bergantung pada ketersediaan data
hidrologi
b. Banyak sekali metode yang dapat digunakan, namun apakah metode yang
digunakan kunci utama adalah dapat melakukan kalibrasi untuk mendapatkan nilai
parameter model, sehingga tidak diperlukan lagi perbandingan hasil dengan metode
lainnya
c. Sebagai referensi yang mendasarinya tercantum dalam SNI 2415-2016
6. Routing Banjir
- Terlihat bahwa nilai routing banjir menunjukkan bahwa inflow=outflow yang berarti
bahwa kemampuan pelimpas sudah tidak efektif dalam meredam banjir
9. Erosivitas hujan
- Data hujan yang digunakan berbeda dengan data bulanan yang ditampilkan pada slide
70
- Perlu diperhatikan apakah titik episentir ini yang paling dekat atau masih ada historis lain
yang pernah terjadi dengan posisi yang lebih dekat lagi
- Perlu diketahui juga apakah terjadi kerusakan pada struktur bendungan atau bangunan
fasilitasnya.
- Hendaknya hasil dari pemetaan geologi/geologi teknik tapak Bendungan dan Derah
Genangan Waduk serta Investigasi Geologi/Geologi Teknik lainnya digambarkan dalam
bentuk peta dan profil yang disesuaikan dengan kaidah yang berlaku, seperti:
a. SNI 13-4691-1998 Tentang Penyusunan Peta Geologi
b. SNI 14-4932-1998 tentang Legenda Umum Peta Geologi Teknik Indonesia skala 1:
100.000
c. SNI 8460:2017 tentang Persyaratan perancangan geoteknik maupun kaidah lainnya
- Diinformasikan bahwa terdapat batu pasir dengan sisipan breksi, tetapi pada slide
sebelumnya diterangkan breksi sebagai batuan satuan tersendiri bukan berupa sisipan,
dimana yg sebagian sisipan adalah batu gamping. Hendaknya dikonfirmasi kembali
terkain pernyataan berbeda tsb.
- Daya dukung batuan besar UCS 2,67 Mpa (267 t/m2), walau nilai ini pada hand
specimen, perlu klarifikasi nilai daya dukung pada masa batuan pondasi disebandingkan
dengan data lainnya.
- Hendaknya Laporan dan Pembahasan juga ditambahkan beberapa informasi seperti:
1. Volume pekerjaa, hasil temuan, dan informasi lainnya serta hubungannya dengan
studi/pekerjaan yang pernah dilakukan (matriks)
2. Peta Geologi Teknik Tapak Bendungan dan Peta Geologi Teknik Daerah Genangan
Waduk (disertai pembahan khusus jika ditemukan masalah seperti longsoran,
bocoran, mata air, dll)
3. Profil geolog teknik memanjang dan melintang as bendungan dan bangunan
pelengkap (legenda sesuai dengan kaidah yang berlaku)
4. Kronologis dan metode pengambilan parameter serta tabel resume parameter yang
digunakan dalam analisis
5. Resume dan rekomendasi perbaikan dari sisi geologi/geoteknik
EVALUASI INSTRUMENTASI
2. Dengan panjang bendungan mencapai 86 m, sebaiknya jumlah patok geser ditambah, tidak
hanya dua titik di puncak dan 4 titik di lereng hilir.
- Patok geser sebaiknya dipasang setap interval max 10 m
- sehingga dapat digambarkan kurva penurunan melintang puncak bendungan dan lereng
hilir
- patok geser pada lereng hilir dipasang pada interval dan elevasi lereng berfariasi
sehingga dapat digambarkan grafik deformasi melintang bendungan
1. Pada badan bendungan terdapat kerusakan retak, dan segregasi pada beton.
2. Pada tabel kondisi tertulis “tubuh bendungan mengalami beban berlebih dibanding dengan
yang direncanakan
- Sebaiknya dilakukan identifikasi atau hipotesa terkait beban utama yang mengakibatkan
rusaknya tubuh bendung
- Sebaiknya dilakukan analisa kembali terkait keamanan badan bendungan
3. Harap dijelskan terlebih dahulu metode yang dilakukan saat pengambilan sample.
- Sebaiknya ada perbandingan antara koreksi kuat tekan hammer dengan kuat tekan
beton rencana/kuat tekan terbangun (pada as built drawing) agar didapatkan laju aau
tren kemerosotan mutu beton
4. Harap dimunculkan juga nilai pantul terkait nilai keseragaman angka pantul, sehingga bisa
dijadikan gambaran terkait keseragaman mutu beton.
- Bisa mengacu pada : ASTM-C805 dan Neville, AM, properties of concrete
- Khususnya yang terkait dengan acceptance kritera dari hasil hammer test.
ANALISIS KEAMANAN BENDUNGAN
1. Parameter desain yang digunakan dalam analisis stabiltas bendung perlu ditampilkan
2. Penentuan kelas resiko ditampilkan terlebih dahulu sebelum menentukan periode ulang
gempa 100 tahun dan 10000 tahun
3. Peta gempa terupdate (peta sumber dan bahaya gempa indonesia thn 2017, beserta
informasi letak lokasi bendungan peru ditampilkan
4. Berdasarkan data teknik tipe bendungan jambu merupakan pasangan batu, koefisien gempa
yang digunakan dalam analisis perlu disesuaikan kembali, karena koef gempa yang
ditampilkan lebih tepat untuk bendungan type urugan
5. Aspek kegagalan hidraulik dan aspek kegagalan rembesan belum ditampilkan
6. Setelah dilakukan analisis teknik thd kegagalan struktur, kegagalan hidraulik, dan kegagalan
rembesan, maka dapat dibuat suatu kesimpulan terkait status keamanan bendungan (baik,
cukup, kurang, buruk)
EVALUASI O & P
1. Terdapat judul analisis hidrplogi, memang termasuk dlm analisi atau hanya salah penulisan?
2. Perlu adanya standar evaluasi, pegumpulan hasil evaluasi, dan menilai efektifitas
pelaksanaan penyelenggaraan OP Bendungan
3. Perlu adanya uraian tugas dan tanggung jawabmasing-masin petugas OP
- Serta kaitannya dgn instasi pembina
- Serta rencana pelatihan berkala kepada petugas OP
4. Terkait operasi waduk
- Perlu adanya rencana operasi tahunan dengan dilengkapi prosedur operasi yang dibuat
dengan mempertimbangkan:
a. ketersediaan air waduk
b. kebutuhan (jumlah&waktu),
c. pengendalian banjir
d. prakiraan air masuk
e. prosedur operasi pintu-pintu air selama banjir
f. keadaan darurat
g. pembatasan dalam operasi bendungan (bila ada)
5. perlu adanya detail eadaan pemeliharaan dan pemantauan