Kelompok I :
Kelas : 1F
A. Latar Belakang
Secara bahasa kata ad-Dīn merupakan bentuk mashdar dari kata: “Daana –
Yadiinu – Diinan” ( )دان – يدين – ديناmemiliki arti yang banyak yaitu agama, jalan hidup,
tatanan, hukum dan lain lain. Biasanya kata lazim ini diterjemahkan dengan ‘agama’.
Dalam Kamus Lisan ‘Arab, ad-Dīn mempunyai arti al-Mukāfaah (pembalasan), al-Jazā
(balasan), al-Thā’ah (ketaatan), dan suatu adat dan keadaan yang diucapkan oleh orang
arab atau suatu sikap ketaatan atau penghambaan yang didasari rasa ketakutan (wahsyah
atau rahbah). Sedangkan dalam Kamus al-I’jaz wa al-Ījaz, al-Dīn berarti perjanjian dan
persiapan.
Adapun maksud dan tujuan penulis dalam menyusun makalah ini tiada lain
adalah sebagai tugas mata kuliah Agama Islam yang diberikan oleh Dosen pengajar
sebagai tugas perkuliahan Pengolahan Limbah Industri Politeknik AKA Bogor. Selain
itu untuk lebih menambah wawasan tentang dinul Islam.
C. Rumusan Masalah
1. Pembalasan
Surah al-Fatihah ayat 4. Allah berfirman:
مالك يَ ْو ِم الدين
“Yang menguasai di Hari Pembalasan”
Dalam tafsir Jalalain disebutkan:
} أي الجزاء وهو يوم القيامة { مالك يَ ْو ِم الدين
Yang dimaksud yaumuddin adalah hari pembalasan yaitu hari kiamat
2. Tradisi/undang-undang
Surah Yusuf ayat 76.
ي ِِتِ ِه ْم قَ ْب َل ِو َعاءِ أ َ ِخيِ ِه ث ِ ف َما َكانَ ِل ِِيَأْخذَ أخَاه ِفِي ِد
َ فَبَدَأ َ بِأ َ ْو ِِ ِعx ِين َ م ا ْست َْخ َر َج َها ِِم ْن ِو َعاءِ أ َ ِخيِ ِه َكذَ ِل ِِكَ ِ ِك ْدنَا ِل ِِيوس
ال َم ِل ِِ ِك إx أن يَشَا َء ْ اَّل
xت َم ْن نَشَاء َوفَ ْوقَ ك ِل ِذِي ِ ِع ْل ٍم َع ِليم ٍ هللا ن َْرفَع دَ َر َج ٍا
“Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa)
karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung
saudaranya. Demikianlah Kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut
Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah
menghendaki-Nya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas
tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu adalagi Yang Maha Mengetahui.”
Pengarang kitab Tafsir Jalalainmenyatakan:
ِ حكم ملك مصر ألن جزاؤه عنده الضرب وتغريم مثلي المسروق اَّل ااَّلسترقاق { ِفِى ِد
} ِين الملك
Dinul malik adalah ketentuan raja Mesir, karena hukuman bagi pencuri menurut
undangundang raja Mesir ialah dipukuli dan dikenai denda sebanyak dua kali lipat
harga barang yang dicurinya, bukan dijadikan sebagai budak
3. Agama.
Kata ad-Din dengan makna agama dapat kita ambil dari beberapa ayat berikut:
Surah ali ‘Imran ayat 83, Allah berfirman:
ِ أفَغَي َْر ِدx ْلم َم ْن ِفِي
ِين ِ ت َو ْاأل َ ْر
َ ض
َ هللاِ يَبْغونَ َولَه أسx َط ْوعًا َوك َْرهًا َوإل ْي ِِ ِه ي ْر َجعون ِ ِالس َم َاوا
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-
Nyalah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka
maupun terpaksa dan hanya kepada Allah lah mereka dikembalikan.”
Pengarang kitab Tanwirul Miqbas min Tafsiri, Ibnu ‘Abbas menyatakan:
ِ اإلسالم { أفَغَي َْر ِد
} ِين هللا
Dinullahadalah al-Islam.
Pada surah ali ‘Imran ayat 85, Allah SWT berfirman:
َال ِْآ َ ِِ ِخ َر ِة ِِمنَ ال َخ ِا ِس ِرين
ْ لن ي ْقبَ َل ِِم ْنه َوه َو ِ ِفي ِ ْ غي َْر
ْ َاإلس َْال ِم ِدِينًا ف َ َو َم ْن يَ ْبت َِغ
“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi.”
4. Ketaatan
Surah al-Imrān [3]: 19.
ِإx َن الدِينَ ِ ِع ْندxَلف ال ِ ْ ِهللاxَاب إ
ْ اإلس َْالم َو َما
َ اخت ْ ِِذِينَ أوتواx ال ِِ ِع ْلم بَ ْغيًا بَ ْينَه ْم َو َم ْن يَ ْكف ْر
َ ال ِِ ِكت ْ اَّل ِِم ْن بَ ْع ِِ ِد َما َجا َءهم
ِ بِآَيَ ِاxِهللاِ فَإx نx َهللا
ت
ب
ِ سا ْ س ِريع
َ ال ِِ ِح َ
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih
orang-orang yang telah diberi Al Kitab,
kecualisesudahdatangpengetahuankepadamereka, karenakedengkian (yang ada) di
antaramereka. Barangsiapa yang kafir terhadapayat-ayat
Allah makasesungguhnya Allah sangatcepathisab-Nya”
Dalam ayat ini lafadh ad-dīn dan al-Islām menjadi satu. Relevansinya dengan makna
ketaatan, dikatakan oleh at-Thabari dalam tafsirnya tentang makna, Inna ad-dīna
‘inda Allah al-Islām, “Bahwa sesungguhnya segala bentuk ketaatan adalah ketaatan
kepada-Nya dan menetapkan dalam hati dan lisan dengan penuh kerendahan dan
penghambaan dan tunduktaat kepada apa yang telah Allah perintahkan dan menjauhi
apa yang telah ia haramkan. Adapun bentuk kerendahan ini tidaklah membesar-
besarkan diri dan tidak menyekutukan Allah dengan makhluk-makhluk-Nya dalam
bentuk ‘ubūdiyyah maupun ulūhiyyah.
Ad-Dīn yang berarti ath-Thā’ah menurut ash-Fahani abu al-Qasim terdapat dalam
ِ ض َولَه الدِين َوا
surah an-Nahl [16]: 52; قونxهللاِ ت َتx ِصبًا أفَغَي َْر ِ ت َو ْاأل َ ْر
ِ ِالس َم َاواx َولَه َما ِفِي
“Dan kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan untuk-Nya-
lah ketaatan itu selama-lamanya. Maka mengapa kamu bertakwa kepada selain Allah?
5 . Syirk
Sedikit telah dibahas, bahwa ad-Dīn jika dikaitkan dengan dhamīr al-muttashil
kadang kala mempunyai makna sebaliknya, bukan Islam ataupun ketaatan, melainkan
syirk, tepatnya ada pada surat al-Kafirun: 1-6,
ق ْل يَا أي َها ال َك ِافِرونَ الَِ ا أعْبد َما ت َ ْعبدونَ َو الَِ ا أ ْنت ْم َعا ِبدونَ َما أعْبد َو الَِ ا أنَا َعا ِبد َما َعبَدْت ْم َو الَِ ا أ ْنت ْم َعا ِبدونَ َما أَعْبد
لك ْم ِدِينك ْم
ِين
ِ ي ِد َ َو ِل
“Katakanlah: "Hai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu
sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak pernah (pula) menjadi
penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah,
agamaku.” Surah ini ditunjukan kepada Rasulullah saw agar beliau menjelaskan
bagaimana sikap orang Musyrik – tentunya meraka adalah orang-orang yang telah
Allah tutup hati, penglihatan, dan pendengaran mereka untuk menerima hidayah-Nya
(QS. al-Baqarah [2]: 7) – yang tidak mau menyembah Allah Ta’ala. Oleh karena
itulah mereka tidak sama sekali mendengarkan apa yang diucapkan oleh orang-orang
yang beriman atau malahan dari Rasulullah sendiri. Surah ini jelas merupakan wujud
nyata dari surah al-Baqarah ayat 7 dan hasilnya adalah kelepastangan Nabi akan
agama yang mereka peluk, yaitu agama yang menyimpang dari agama Islam.
Dua lafadz ad-Dīn dalam ayat terakhir surah al-Kafirun mempunyai makna yang sangat
bertolakbelakang. ad-Dīn pertama yang diwashalkan dengan dhamir muthasil “kum”
bermakna ‘kufr’ sedangkan ad-Dīn yang kedua bermakna ‘al-Islam’. Dinamakan kufr,
karena agama yang mereka peluk tidak berorientasi pada Allah akan tetapi pada selain-
Nya.
Maka dapat dikatakan bahwa al-Islam itu sendiri adalah “Lāilāha Illa Allah”, Tidak ada
yang disembah selain Allah dan tidak ada cara untuk menyembah-Nya kecuali yang telah
Rasulluah sampaikan. Jadi, ‘syirik’ disini bukan hanya pada objek yang mereka sembah
akan tetapi cara yang mereka pakai untuk menyembah. Adapun jika ada orang yang
berkata bahwa aku menyembah Allah ketika aku bermain pun bias ini merupakan sikap
orang bathil dan musyrik.
B. KLASIFIKASI AGAMA
Perbedaan kedua agama ini dikemukakan Al Masdoosi dalam Living Religious of the
World sebagai berikut:
1. Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan, sedangkan agama budaya
tidak demikian
2. Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama budaya tidak
3. Agama wahyu sumber utamanya adalah kitab suci yang diwahyukan, sedangkan
agama budaya kitab suci tidak penting
4. Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama budaya lahir di luar
itu
5. Agama wahyu lahir di daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh ras simetik
"Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan ulil amri di
antara kamu (QS. An-Nisa [4] : 59)
Kewajiban seorang Muslim seterusnya ialah terhadap dirinya sendiri. Diri adalah
amanah
Allah swt yang harus dijaga, fisik, akal pikiran maupun batin
Firman Allah swt, "Dan bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru
Rabb-nya di pagi hari dan petang hari dengan mengharap Ridha-Nya dan janganlah
kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharap perhiasan kehidupan
dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan
dari mengingat Kami dan menuruti hawa nafsunya, keadaan yang demikian itu
adalah melampaui batas (QS. Al-Kahfi [18] : 28)
Yang termasuk keluarga ialah Bapak, Ibu, isteri, anak dan saudara-saudara, di antara
kewajiban seorang Muslim yang utama pula ialah menunaikan hak-hak keluarga
yang ada pada dirinya
Sebagai anak, seorang Muslim harus berbakti kepada ibu bapaknya (birrul
walidain). Kebaikan keduany tak bisa dinilai dengan materi sepenuh bumi pun
banyaknya. Allh berfirman, "Dan Kami wasiatkan kepada manusia untukberbuat
baikkepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang amat sangat" (QS Luqman [31] :14)
Sebagai Makhluk sosial, seorang Muslim tidak dapat hidup sendirian, ia pastilah
hidup di tengah-tengah masyarakat, untuk dapat hidup tenteram aman bersama
mereka, dibutuhkan sikap pengertian antar sesama warga dan sikap konsisten
terhadap hukum.
Tentu tidak etis jika seorang Muslim memberi contoh melanggar hukum kepada
masyarakat, Oleh karena itu, ia harus memiliki sifat-sifat terpuji.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan