Anda di halaman 1dari 106

Perbaikan Tanah Mekanis

Dr. Aksan Kawanda

Supported by:
Aksan KAWANDA Soil Mechanics
Geotechnical Engineer Foundation
Slope Stability
Soil Improvement
Geotechnical Instrumentation

Bio Lahir : Makasar, 13 Agustus 1979


Pendidikan : Doktor Geoteknik, Univ. Katolik Parahyangan
Magister Geoteknik, Univ. Katolik Parahyangan
Sarjana Teknik Sipil, Universitas Trisakti
Sertifikasi : Asesor Uji Kompetensi – BNSP – 2022
Ahli Geoteknik Utama – LPJK – HATTI – 2016
Ahli K3 Utama – LPJK – 2020
Certified International Pile Tester, Expert Level - 2014
Asosiasi : Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia
International Society of Soil Mechanics & Geotechnical Engineering
Persatuan Insinyur Indonesia
Akademis : Dosen KBK Geoteknik – Universitas Trisakti
Pekerjaan : Direktur Teknik – PT. Geotech Efathama
Pemadatan tanah untuk meningkatkan daya dukung tanah
(Abad 11, Chinese Building Standard)

Pemadatan tanah menggunakan giant tamper


(2011)
Opsi alternatif saat ditemukan kondisi tanah yang butuh perbaikan:

• Hindari area tersebut

• Ganti tanah dasar

• Redesain untuk mengakomodir kondisi tanah dan lahan

• Perbaiki tanah dasar untuk meningkatkan properties nya


Kriteria geoteknik yang digunakan
untuk mengevaluasi suatu proyek:

1. Penurunan – Mengurangi kompresibilitas


2. Daya Dukung & Stabilitas – Meningkatkan kekuatan
3. Menahan Aliran Air – Kurangi permeabilitas
4. Drainase – Tingkatkan permeabilitas
5. Mengurangi dampak bencana likuifaksi
6. Masalah lingkungan
Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis perbaikan tanah:
Burland et al. (1976)

1. Tentukan perilaku tanah yang diperlukan sesuai kebutuhan


• Beban/deformasi
• Jenis tanah dan properties
Tanah: Peat, Lempung, Lanau, Pasir, Urugan
Ketebalan tanah yang diperbaiki
Karakter geoteknik : compression, shear strength, modulus
Posisi muka air

2. Identifikasi kekurangan dari perilaku tanah

3. Rancang dan implementasikan perbaikan yang sesuai untuk mengatasi kekurangan/kelemahan yang ada.
• Waktu
• Area dan kedalaman tanah yang akan diperbaiki
• Ketersediaan material
• Peralatan dan keahlian yang dimiliki
• Lingkungan
• Pengalaman dan kebiasaan lokal
• Kemungkinan pelaksanaan konstruksi
• Biaya
Jenis Perbaikan Tanah Mekanis

•Blasting
•Vibrodensification
•Rapid Impact Compaction
•Deep Dynamic Compaction
•Surcharge
•Surface Compaction (Pemadatan)
Tujuan PEMADATAN

Tanah lepas
● Memadatkan tanah (tentu lah ya)
● Mengurangi kompresibilitas
● Meningkatkan kuat geser
● Mengurangi permeabilitas
● Meningkatkan daya tahan terhadap erosi

Tanah terpadatkan
Perilaku Tanah Pasir yang Dipadatkan

Pengaruh Cara Pemadatan Pengaruh Cara Pemadatan


(di Laboratorium) (di Lapangan)
• Sifat-sifat mekanik (tegangan-regangan, • Perilaku di lapangan adalah sama dengan di
kompresibilitas) sangat bergantung pada laboratorium (ditentukan oleh kepadatan dan
confining pressure).
penyiapan sampel tanah.
• Cara pemadatan yang berbeda di lapangan
• Sample preparation yang berbeda akan akan menghasilkan struktur tanah yang
menghasilkan fabric / struktur tanah yang berbeda pula (vibratory atau tamping).
berbeda. Setelah dipadatkan, struktur tanah • Untuk clean cohesionless fills, pemadatan
yang berbeda tersebut akan menghasilkan dengan vibratory rollers adalah metode yang
kenaikan confining pressure dan strength terbaik dan paling ekonomis dengan
kedalaman efektif sekitar 2 m.
yang berbeda pula.
Perilaku Tanah Lempung yang Dipadatkan

Sisi kering Sisi basah

butir Lebih acak Lebih teratur (paralel)


Struktur
kandungan air Kurang, sehingga dapat menyerap Lebih, potensi menyusut
air lebih, potensi mengembang
Lebih permeable Kurang permeable
Permeability

Lebih compressible di tekanan Lebih compressible di tekanan


Compressibility
tinggi rendah
Lebih tinggi Lebih rendah pada kebanyakan
Kekuatan
kasus
CATATAN (…. Sebagai pengingat)

Geotechnical Engineer perlu menyadari perilaku tanah


TIDAK HANYA SUDAH dipadatkan, namun juga

perilakunya sebagai struktur utuh, terutama pada


waktu dimana stabilitas atau deformasi menjadi kritikal
Tipikal Teknik Perbaikan Tanah
Persentase Butir Berdasarkan Berat

Ukuran Butir (mm)


Perbaikan tanpa penambahan material
Peat Lempung Lanau Pasir Pasir & Kerikil Batu
< 1m – ganti tanah permukaan
Dynamic Compaction (DC)
VD DC
High Energy Dynamic
Compaction (HEDC) VC
Vertical Drains (VD)
Vacuum (V) V

Vibro Compaction (VC) HEDC


Kedalaman Tipikal

Perbaikan dengan penambahan material


Peat Lempung Lanau Kapur Pasir Pasir & Kerikil

< 1m – ganti tanah permukaan


DR SM SC CG Dynamic Replacement (DR)

Stone Columns (SC)


Bi-Modulus Columns (BMC)
Controlled Modulus Columns (CMC)
CMC
BMC Jet Grouting (JG)
Compaction Grouting (CG)
Soil Mixing (SM)

JG
TIPIKAL TEKNIK PERBAIKAN TANAH

CHEMICAL MECHANICAL DRAINAGE

CMC Dynamic Compaction Dynamic Replacement Vertical Drains

Jet Grouting Vibroflotation Stone Columns Vacuum


Blasting

Casing
Pasir

Plug

Detonator
+
Dinamit
Working Method
6 7 3

5m
1
12 9

2
10 11
𝑊 = 164 𝐶𝑅
Ledakan pertama
W = Berat bahan peledak (N)
5 8 4 Ledakan kedua
C = Koefisien, 0,0025 (untuk d
Ledakan ketiga
5m R = Radius pengaruh (m)
Patok penurunan

Jarak Grid
Pola ledakan
Blasting

Kelebihan Kekurangan
• Waktu pelaksanaan singkat • Wajib dilaksanakan oleh ahli dalam
pengawasan ahli
• Biaya pekerja relatif murah
• Ada potensi ketidakseragaman hasil
• Tidak ada peralatan khusus untuk • Material pasir sangat halus tidak dapat
pelaksanaan dipadatkan (suatu pengecualian)
• Dapat dilakukan pada area yg relatif kecil

• Dapat mencapai kepadatan relatif, Dr hingga


70% - 80%. .
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
Vibroflotation
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
rencana
elevasi
hingga
Tekan
Lepas

Lokasi
Prinsip Kerja
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
Prinsip Kerja

Lepas Flotasi

Tekan Vibrasi
Lokasi hingga 20–30
elevasi detik
rencana
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
Prinsip Kerja

Lepas Flotasi

Tekan Vibrasi Angkat dan


Lokasi hingga 20–30 vibrasi.
elevasi detik Ketinggian tidak
rencana lebih dari 0,5 m
Penurunan

V-Flotation V-Replacement D-Compaction


Prinsip Kerja

Lepas Flotasi Padat

Tekan Vibrasi Angkat dan Selesai


Lokasi hingga 20–30 vibrasi.
elevasi detik Ketinggian tidak
rencana lebih dari 0,5 m
3" No. 4 No. 200
Tanah yang Sesuai untuk Vibroflotation

100

V-Flotation V-Replacement D-Compaction


90
80
Persentase butir lolos (%)

70
60
Zone A Zone B C Zone D
50

40
30

20
10

0
1000 100 10 1 0,1 0,01 0,001
Diameter butir (mm) – skala log

Boulder Cobble Kerikil Pasir Lanau Lempung

Zone A: dimungkinkan, namun sulit penetrasi


Zone B: kondisi terbaik
Zone C: dapat dilakukan, namun butuh waktu lebih
Zone D: tidak dimungkinkan, gunakan stone column
Frekuensi, Kedalaman, dan Waktu Vibrasi
Faktor yang Mempengaruhi Hasil

V-Flotation V-Replacement D-Compaction


Pasir akan lebih padat dengan meningkatnya frekuensi dan amplitude getar
Waktu getar optimal bervariasi 20-60 detik (…experimental di lapangan).

Kadar lempung
Pemadatan sulit tercapai jika kadar lempung >20%

Kadar air
Vibroflotation akan bekerja optimal pada tanah kering atau jenuh, jika kadar
air berada diantara kedua kondisi tersebut, maka efeknya akan rendah
Respon Tanah di Sekitar Probe Vibrating

Mekanisme Pemadatan
Pengaruh dari Pemadatan Vibrasi

Mekanisme Pemadatan
Pengaruh dari Pemadatan Vibrasi

Mekanisme Pemadatan
Pertimbangan Perancangan

Perubahan Volume tanpa Backfill


Hubungan volume terhadap angka pori
berikut dapat ditetapkan:
Ae Ae
𝐴 𝑆 =𝑉 1+𝑒 −𝑉 1+𝑒 = 𝑉 (𝑒 − 𝑒 )
S Vf = Ae.S
Vv pori Jika kedalaman perbaikan adalah h, maka
pori Vv’
total volume awal dalam area volume dapat
V0 dinyatakan:
V1
Vs butir butir Vs
𝑉 =𝐴 ℎ =𝑉 1+𝑒

Dari kedua persamaan tersebut diperoleh


hubungan:
Kondisi awal Sesudah perbaikan
𝑆 𝑒 −𝑒
=
ℎ 1+𝑒
Pertimbangan Perancangan

Perubahan Volume dengan Backfill (1/3)


Jika dilakukan penambahan material dan
volume backfill dianggap sama dengan
Ae Ae
volume awal, maka:
𝑉 = 𝑉 1+𝑒 −𝑉 1+𝑒 = 𝑉 (𝑒 − 𝑒 )
backfill Vf
Vv pori Jika kedalaman perbaikan adalah h, maka
pori Vv’
total volume awal dalam area volume dapat
V0 dinyatakan:
V1
Vs butir butir Vs
𝑉 =𝐴 ℎ =𝑉 1+𝑒

Dari kedua persamaan tersebut diperoleh


hubungan:
Kondisi awal Sesudah perbaikan
𝐴 ℎ 1+𝑒
=
𝑉 𝑒 −𝑒
Pertimbangan Perancangan

Perubahan Volume dengan Backfill (2/3)


Dengan mempertimbangkan volume backfill
adalah:
Ae Ae 𝜋𝑑
𝑉 = ℎ
4
backfill Vf
Vv pori Maka area perbaikan pada 1 kolom:
pori Vv’

V0 𝜋𝑑 1 + 𝑒
V1 𝐴 =𝑠 = .
4 𝑒 −𝑒
Vs butir butir Vs

Dimana jarak antar kolom, s dapat dihitung:

1+𝑒
𝑠 = 0,89𝑑 (𝑝𝑜𝑙𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑔𝑖)
Kondisi awal Sesudah perbaikan 𝑒 −𝑒

1+𝑒
𝑠 = 0,95𝑑 (𝑝𝑜𝑙𝑎 𝑠𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎)
𝑒 −𝑒
Pertimbangan Perancangan

Perubahan Volume dengan Backfill (3/3)


Jika heave atau subsidence terjadi, maka
volume backfill yang dibutuhkan:
Ae Ae
𝑒 −𝑒 𝑒 −𝑒
𝑉 =𝐴 𝐻 ±𝐴 𝑆=𝑠 ℎ ±𝑆
backfill
1+𝑒 1+𝑒
Vf
Vv pori
pori Vv’

V0
V1
Dari persamaan-persamaan diatas, maka
Vs butir butir Vs diperoleh persamaan jarak berikut:

1+𝑒 ℎ
𝑠 = 0,89𝑑 (𝑝𝑜𝑙𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑔𝑖)
(𝑒 −𝑒 )ℎ ± 1 + 𝑒 𝑆
Kondisi awal Sesudah perbaikan
1+𝑒 ℎ
𝑠 = 0,95𝑑 (𝑝𝑜𝑙𝑎 𝑠𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎)
(𝑒 −𝑒 )ℎ ± (1 + 𝑒 )𝑆
Pertimbangan Perancangan

Kriteria KINERJA

Kriteria Kinerja pekerjaan vibro-compaction,


(Elias et al., 2004):

Kepadatan relatif geomaterial, Dr


𝐷 ≥ 60% : plat lantai, tangki, dan tanggul
𝐷 ≥ 70-75% : pijakan kolom dan fondasi jembatan
𝐷 ≥ 80% : mesin dan mat foundation.
Pertimbangan Perancangan
Pola dan Jarak Grid (Metode 1)

• Dari target Dr, tarik garis vertikal yang memotong


garis kepadatan relatif, kemudian tarik garis
horisontal dari titik berpotongan ke kanan (untuk
semua metode selain Webb & Hall) atau kiri (untuk
metode Webb & Hall) tergantung pada metode mana
yang dipilih untuk menemukan koefisien pengaruh.
• Bagi koefisien pengaruh dengan faktor 3 untuk
memperhitungkan kontribusi dari 3 titik pemadatan
(koefisien terbagi untuk titik pemadatan tunggal).
• Dari koefisien pengaruh untuk titik pemadatan
tunggal, tarik garis horisontal untuk memotong kurva
yang dipilih (D'Appolonia, Brown,Webb & Hall, typ).
• Dari perpotongan, tarik garis vertikal untuk
menemukan jarak ke vibro-flo (spasi titik pemadatan).
Pertimbangan Perancangan
Pola dan Jarak Grid (Metode 2)

Daya dukung vs jarak titik pemadatan untuk


lebar fondasi 1-3m (Thorburn, 1975)
Area pengaruh titik pemadatan vs
kepadatan relatif (Hayward Baker)
Pertimbangan Perancangan
Prosedur Perancangan VIBRO-COMPACTION (tipikal)

1. Tentukan apakah vibro-compaction cocok berdasarkan profil geoteknik dan


potensi masalah,. Parameter yang paling penting adalah fine content dan
persentase partikel lempung.
2. Jika geomaterial dianggap cocok untuk vibro-compaction, perkirakan kadar pori awal
atau kepadatan relatif.
3. Berdasarkan persyaratan kinerja (misalnya: kapasitas, penurunan, dan likuefaksi),
pilih target angka pori atau kepadatan relatif.
4. Berdasarkan kepadatan relatif yang diperlukan atau kapasitas ijin, perkirakan jarak
yang diperlukan antara titik pemadatan.
5. Hitung potensi penurunan tanah.
6. Jika penurunan tanah lebih besar dari syarat, backfill harus digunakan untuk
meminimalkan penurunan tanah.
Case 1

Pasir lepas setebal 5 m dengan kadar halus 8% tanpa


partikel lempung. Rasio pori minimum dan
maksimum masing-masing adalah 0,456 dan 0,950
dengan rasio pori awal 0,673. Target desain adalah
kepadatan relatif 75%. Alat vibro yang tersedia
adalah 100 HP.

Tentukan jarak pemadatan dalam pola segitiga dan


penurunan tanah rata-rata setelah pemadatan
Case 1 - Solusi Gunakan Chart disamping (Yee, 2013).

• Dari Dr 75% diperoleh koefisien pengaruh 12,5


(karena koefisien ini terletak pada sentroid pola
segitiga yg dikontribusikan oleh 3 titik pemadatan,
maka untuk titik pemadatan tunggal, nilai dapat
dibagi 3, sehingga diperoleh koefisien senilai 12,5 /
3 = 4,2).
• Koefisien 4,2 digunakan untuk memperoleh
jarakperlu sebesar 1,7 m.
• Kepadatan relatif, 𝐷 = 75%, sesuai dengan rasio
pori:
𝑒 =𝑒 −𝐷 𝑒 −𝑒
= 0,950 – 0,75 × (0,950 − 0,456)
= 0,580
• Penurunan tanah rata-rata setelah pemadatan:
, ,
𝑆=ℎ =5× = 0,28𝑚
,
Case 2

Pasir MEDIUM setebal 12 m dengan kadar halus 5%.


Rasio pori minimum dan maksimum masing-masing
adalah 0,45 dan 0,98. Air tanah 1,5 m dari muka tanah.
SPT di kedalaman 6 m adalah 5. Lokasi berada di area
seismik dengan potensi MA EQ 7.0 dan PGA hingga 0,3g.

Jika diameter rata-rata 0,8 m, panjang kolom 12 m dan


tanah mengalami penurunan 50mm sesudah pembuatan,
berapa jarak antar kolom dengan pola segi empat pada
lokasi ini.
Case 2 – Solusi (1/3)

Asumsikan berat isi pasir di atas MAT 19 kN/m3 dan di bawah muka air 20 kN/m3.
Berdasarkan ASTM, ukuran partikel pasir MEDIUM berkisar antara 0,425 mm (No. 40)
hingga 2,00 mm (No. 10). Asumsikan D50 = 1,2 mm.

Pada kedalaman 6 m, tekanan total dan efektif adalah:


𝜎 = 19 × 1,5 + 20 × 4,5 = 119𝑘𝑃𝑎
𝜎′ = 19 × 1,5 + 20 − 9,81 × 4,5 = 74 𝑘𝑃𝑎

SPT terkoreksi:

𝑁 =𝑁 =5× = 5,8

Sehingga kepadatan relatif awal:


. Dan angka pori awal:
, .
𝑁 (0,23 + 0,06⁄𝐷 ) 100 𝑒 =𝑒 −𝐷 𝑒 −𝑒
𝐷 = × 𝑥100% = 29%
9 𝜎′ = 0,98 − 0,29 × 0,98 − 0,45 = 0,826
Case 2 – Solusi (2/3)
Berdasarkan grafik Seed et al. (1985) menggunakan nilai (N1)60,
cyclic stress ratio (CSR) saat gempa M 7,5, CSRM= 7,5, dapat
ditentukan sebagai 0,06.
Cyclic resistance ratio, CRRM= 7,0 pada CSRM= 7,5:
𝐶𝑅𝑅 . = 𝑀𝑆𝐹 𝐶𝑅𝑅 . = 6,9 exp −7,0⁄4 − 0,06 × 0,06 = 0,068

Faktor reduksi tegangan, rd: 0,96 (Seed & Idriss, 1971 – Chart)

Tegangan geser siklik, τcyc, akibat EQ dan nilai CSR:


.
𝜏 = 0,65 𝜎 𝑟 = 0,65 × × 119 × 0,96 = 22𝑘𝑃𝑎

𝐶𝑆𝑅 = = = 0,297

Sehingga FK pasir terhadap LQ sebelum perbaikan:


= 0,23 < 1  perlu perbaikan
. ,
𝐹𝑆 = = ,
Case 2 – Solusi (3/3)
Mari rancang perbaikan dengan FK 1,2. Jika digunakan pola persegi dan terjadi penurunan,
Maka diperlukan 𝐶𝑅𝑅𝑀=7,0= 1,2×0,297= 0,356 dan maka jarak antar kolom:
𝐶𝑅𝑅𝑀=7,5= 𝐶𝑅𝑅𝑀=7,0/MSF= 0,356∕1,14= 0,312
1+𝑒 ℎ
𝑠 = 0,89𝑑
Dari grafik Seed et al. (1985), (𝑁1)60= 26 dan 𝑁60 𝑒 −𝑒 ℎ− 1+𝑒 𝑆
diperoleh:
(1 + 0,827) × 12
𝑠 = 0,89 × 0,8
100𝑘𝑃𝑎 100 0,827 − 0,672 × 12 − (1 + 0,827) × 0.05
𝑁 = 𝑁 = 26 = 22,4
𝜎′ 74 𝑠 = 2,5𝑚

Sehingga kepadatan relatif yang diperlukan sesudah


perbaikan:
, , ,
𝑁 (0,23 + 0,06⁄𝐷 ) 100
𝐷 = × 𝑥100% = 58%
9 𝜎′

Angka pori target adalah:


𝑒 =𝑒 −𝐷 𝑒 −𝑒
= 0,98 − 0,58 × 0,98 − 0,45 = 0,672
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
Project Reference :
Pantai Maju – PIK
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
Aktivitas lapangan
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
Aktivitas lapangan
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
Hasil perbaikan
West Apron Ngurah Rai International Airport

V-Flotation V-Replacement D-Compaction


West Apron, Ngurah Rai International Airport
Location : Bali, Indonesia
Method : Vibro-flotation
Construction start :May 2018

The extension of west apron at Ngurah Rai


International Airport is done to
accommodate International guest for IMF
meeting 2018 in Bali. Due to tight
schedules and work conducted next to
fully operational airport, Vibro-flotation
method is chosen as a solution for Ngurah
Rai west apron extension.
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
Vibro-replacement (Wet Method)

Vibro-replacement, metode
perbaikan kombinasi dari
vibroflotation dan backfill yang
menghasilkan granular
columns; metode ini dapat
meningkatkan kepadatan,
perkuatan dan juga berfungsi
sebagai drainase
Tanah yang Sesuai untuk Vibroflotation
Load Transfer Mechanism

Equal Strain – pembebanan kaku

Equal Stress – pembebanan fleksibel


Transfer tegangan pada timbunan dengan kolom
Load Transfer Mechanism
Tipe Keruntuhan pada kolom dengan beban vertikal
Load Transfer Mechanism

Crushing Geser punching

bulging
Pertimbangan Perancangan

Material BACKFILL

Backfill, Nilai kesesuaian material, SN (Brown, 1977) untuk


menilai kesesuaian bahan backfill dapat dihitung dengan
3 1 1
𝑆 = 1,7
𝐷
+
𝐷
+
𝐷
persamaan berikut untuk kemudian dibandingkan terhadap
nilai pada tabel kesesuaian.

Nilai
Kesesuaian, 0-10 10-20 20-30 30-40 >50
SN
Tingkat Excellent Good Fair Poor Unsuitable
Pertimbangan Perancangan

POLA & Diameter

persegi segitiga radial

Tipe Kolom Peralatan untuk Instalasi Diameter (m)


Kolom pemadatan pasir Casing 0.6–0.8
Kolom batu Vibro-probe 0.5–1.2
Kolom agregat rammed Auger dan Rammer 0.7–0.9
Kolom geosintetik terbungkus Casing tertutup atau casing 0.7–0.9
terbuka dengan auger
Pertimbangan Perancangan
Rasio Area Penggantian

persegi segitiga radial


Dimana
𝑎 = rasio area replacement
𝐴 = Area penampang kolom
𝐴 = Tributary area kolom
𝑑 = Diameter kolom
𝑠 = jarak as-as antara kolom
𝐶 = konstan (𝜋/4 untuk persegi atau 𝜋∕(2√ 3) untuk segitiga sama sisi)
Pertimbangan Perancangan
Kedalaman & Area Penggantian

Kedalaman perbaikan harus ditentukan berdasarkan kondisi lokasi, sifat tanah, dan persyaratan
kinerja. Aturan berikut dapat diikuti dalam penentuan:
• Ketika tanah keras ada pada kedalaman yang relatif dangkal, perbaikan harus mencapai lapisan ini.
• Ketika tanah keras ada pada kedalaman yang relatif dalam, perbaikan harus ditentukan untuk
memenuhi persyaratan kinerja, seperti kapasitas, penurunan, stabilitas, dan likuefaksi.
• Kedalaman perbaikan tipikal berkisar antara 5 hingga 15 m.

Area perbaikan harus ditentukan berdasarkan kondisi lokasi dan tingkat kepentingan struktur diatasnya.
Secara umum, area perbaikan harus lebih besar dari kaki timbunan/fondasi. Dalam kondisi umum, satu
hingga dua baris kolom dapat dipasang di luar kaki timbunan/fondasi. Di situs tanah dengan potensi
likuefaksi, dua sampai empat baris kolom dapat dipasang di luar kaki timbunan/fondasi.
Keuntungan Kolom Granular
Mengurangi PENURUNAN

Priebe, 1995 mengusulkan metode faktor


perbaikan untuk menghitung penurunan stone
column dengan metode vibro :

1 5−𝑎
𝑆 = ,𝐼 = 1+𝑎 −1
𝐼 4 1 − 𝑎 tan 45° − 𝜙 ⁄2
Keuntungan Kolom Granular
Menambah KESTABILAN

Kolom tunggal Area ekuivalen

Kestabilan stone column pada timbunan


(modified from Abusharar and Han 2011, with permission from Elsevier)
Keuntungan Kolom Granular
Mengurangi potensi LIQUEFAKSI
Advantages: 3. Mitigation of Soil Liquefaction

V-Flotation V-Replacement D-Compaction


V-Flotation V-Replacement D-Compaction
Project Reference :
Tarahan Expansion Port, Lampung
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
Site activity
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
Site activity
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
Site activity
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
• Reduction of settlement :
• Requirement < 20 cm (previous
phase reach 2 m post settlement).
Improvement result

• Increase of slope stability :


• Protect the jetty from land side
sliding.

• Mitigation of Soil Liquefaction :


• Compaction of compressible layer
 average site settle 1 m.
• Reinforcement of the soil
 stone column provide
bearing capacity 25 tons /point.
• Drainage
 provide drainage path for
excess pore water dissipation
during earthquake.
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
Drainage
Mechanical
Chemical
Pendahuluan
Site activity
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
Drainage
Mechanical
Chemical
Pendahuluan
Site activity
Stone Columns :

V-Flotation V-Replacement D-Compaction


Dry Method

EQUIPMENT

STONE COLUMN UNIT EXCAVATOR DUMP TRUCK


Stone Columns :

V-Flotation V-Replacement D-Compaction


Dry Method

STONE COLUMN UNIT

SIDE VIEW FRONT VIEW


Stone Columns :

V-Flotation V-Replacement D-Compaction


Dry Method

1. Put machine at position 3. Filling the stone follows the 4. Pull up the tube while vibrate.
2. Push the tube to the design depth designed volume Every 1.5 m lifting pull down the
tube by 0.8 m and keep vibrate for
certain duration
5. Doing step 4 until reach the top.
Dry Method site construction
(Soekarno Hatta Airport)

V-Flotation V-Replacement D-Compaction


RAPID IMPULSE COMPACTION
PERBANDINGAN METODE
Efek Metode Pemadatan Dinamik
STATIC / DYNAMIC ROLLERS RAPID IMPULSE DEEP DYNAMIC DEEP VIBRO COMPACTION
COMPACTION COMPACTION

0.2 m 0.4 m
0.5 m 1.0 m

6m
Depth effect: 10 m
normal range
possible 7.5 - 9.0 m 15 m
range

14 m 25 m
METODE RAPID IMPULSE COMPACTION

Data Teknikal RIC


Total Berat 65 t
Hydraulic hammer Berat Hammer 9t
with settlement
sensors Ketinggian Jatuh max. 1.2 m
Berat Kaki Pelat Baja 4t

Diameter Kaki Pelat 0.8; 1.5 or 2.0m


45t excavator Baja

Frekuensi Pukulan 40-60/min


Pertimbangan Perancangan
Target Kedalaman
Geomaterial Energi Terapan Kedalaman
(ton-m/m2) Perbaikan (m)
Puing 150 4.0

Timbunan sisa abu 150 3.5

Timbunan granular 150 4.0

Lanau kepasiran 80 2.0

Pasir kelanauan 190 3.0


BRE (2003)

N SPT sesudah Kedalaman


Geomaterial perbaikan Perbaikan (tipikal)
(m)
Pasir 20 – 30 6

Pasir kelanauan 15 4.5

Lanau berpasir 10 – 15 3.5 – 4.5

Timbunan tak terkontrol >10 3 to 5


SAICE (2006)
Pertimbangan Perancangan
Pola Pemadatan

Primer Sekunder
Pertimbangan Perancangan
Dampak Lingkungan Tipe struktur Ambang Batas Jarak Minimum
Kecepatan Ijin(m)
Partikel (mm/s)
𝑊𝐻
,
𝑊𝐻 Drywall 19 14.5
𝑃𝑃𝑉 = 188 𝑗𝑖𝑘𝑎 ≥ 0,1
𝑥 𝑥 Plaster 13 19.0
Semua yang lain 51 7.5
, Becker, 2011
𝑊𝐻 𝑊𝐻
𝑃𝑃𝑉 = 36 𝑗𝑖𝑘𝑎 < 0,1
𝑥 𝑥
Becker, 2011

Dimana:
𝑃𝑃𝑉 = peak particle velocity (mm/s)
𝑊 = weight of tamper (ton)
𝐻 = height of drop (m)
𝑥 = distance from the center of the impact point (m)
Case 3

Tanah Reklamasi setebal 3 m dengan hydraulic fill


(Pasir kelanauan, SPT 5) perlu perbaikan dengan
target SPT 15 untuk bangunan. MAT pada kedalaman
1,5m. Sebuah (E) gudang berada pada jarak 10 m.
Kontraktor menggunakan alat RIC 9 T dengan tinggi
jatuh maksimum 1,2 m.

Tentukan desain awal menggunakan RIC


Case 3 - Solusi

• Berdasarkan data geoteknik, geomaterial yang bermasalah adalah pasir kelanauan dengan
MAT 1,5 m; maka, jenis tanah dan kondisi air tanah cocok untuk RIC.
• Kedalaman perbaikan yang diperlukan adalah 3 m.
• Energi yang diperlukan untuk primary pass adalah 190 ton-m/m2. (tabel)
• Asumsi pola persegi dengan jarak 1,5 m
• Jumlah pukulan yang diperlukan dapat dihitung sebagai berikut: (lihat ke kompaksi dinamik)
𝐴𝐸 . 𝐴 190 × 1,5 × 1,5
𝑁 = = = 40
𝑊𝐻 9 × 1,2
• Nilai N=15 sudah memenuhi (tabel)
• Faktor energi terskala dapat dihitung:
, ,
𝑊𝐻 9 × 1,2 34𝑚𝑚 51𝑚𝑚
𝑃𝑃𝑉 = 188 = 188 × = < (𝑂𝐾)
𝑥 10 𝑠 𝑠
Atau, xdp = 10 m > jarak minimum yang diijinkan 7,5 m (OK).
• Ini adalah desain awal. Pemadatan percobaan diperlukan untuk memverifikasi atau
menyesuaikan parameter desain dan tingkat dan kedalaman perbaikan.
QA & QC

Pengujian Sebelum & Setelah RIC

• Cone Penetration Tests (CPT)


• Standard Penetration Tests (SPT)
• Dynamic Probing Heavy (DPH) Test

Gunakan DAS untuk mencatat dan menyimpan:


Posisi GPS yang presisi
• Jumlah Pukulan (blow)
• Penurunan (mm) per pukulan
• Total penurunan (mm) per titik
• Energi per pukulan
• Total Energi per titik
STUDI KASUS – JALAN TOL

Efisiensi Kerja
Rapid Impulse Compaction:
2,000 m² per day (8 hours)
5 m embankment = 1 layer
1 day = 10,000 m³

Roller Compactor:
2,000 m² - 30 cm per layer
5 m embankment = 17 layer
17 days = 10,000 m³
STUDI KASUS – JALAN TOL

Mencapai:
Pemadatan standar
20% organic content
dengan stone column
maks. 5m
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
(Courtesy of Trevi)
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
Dynamic Compaction Introduction

Dynamic compaction method was used for


ground treatment to improve the strength of
the soil and to reduce the compressibility of
ground soil.
Main advantages are simple equipment,
convenient construction and saving
materials.
The method was widely used in sand and
gravelly soil. The effective reinforcement depth
was the main design basis of the dynamic
compaction method.
In this method, a heavy ponder is dropped on
soil surface from various heights with free drop
within a grid-wise manner and hence subsoil is
compacted by means of the energy delivered to
the soil surface.
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
Dynamic Compaction Limitation

Situasi Merugikan Kemungkinan Kesulitan


Lempung lunak (kuat geser undrained < Resistensi yang tidak memadai untuk menyalurkan impuls
30 kPa) tamper
MAT tinggi Perlu dewatering

Efek getaran (dapat lebih buruk jika MAT Jarak dari struktur terdekat hingga 30 m atau lebih
tinggi)
Permukaan tanah lempung Mungkin tidak memadai untuk crane berat dan kurang sesuai
untuk backfill
Timbunan lempung Dapat terjadi penurunan seketika

Debu melayang Tindakan pencegahan untuk HSE site dan publik

Adanya potensi sinkhole atau tanah Perbaikan mungkin tidak mencapai zona yang kosong atau
karst di bawah tanah yang diperbaiki justru dapat membuatnya kurang stabil.
Material yang terdegradasi secara Pemadatan dapat menciptakan kondisi anaerobik dan
biologis meregenerasi atau mengubah kondisi degradasi biologis.
Mitchell & Jardine (2002)
Pertimbangan Perancangan

Variasi volume, tekanan air pori


ekses, dan kapasitas tanah sebelum
dan sesudah proses pemadatan
Menard & Broise, 1975
Pertimbangan Perancangan

Jenis TANAH

Lukas, 1995
Pertimbangan Perancangan
Kedalaman & Area perbaikan

𝐷 =𝑛 𝑊𝐻

Dimana:
𝐷 = kedalaman perbaikan (m)
𝑊 = berat tamper (ton)
𝐻 = tinggi drop (m)
𝑛 = konstanta, tergantung pada jenis tanah, tingkat saturasi, dan kecepatan drop

Jenis tanah Derajat Kejenuhan 𝑛


Tanah granular Tinggi 0,5
Rendah 0,5 – 0,6
Dominan lanau dengan PI < 8 Tinggi 0,35 – 0,4
Rendah 0,4 – 0,5
Dominan lempung dengan PI > 8 Tinggi Tidak direkomendasikan
Rendah (w < PL) 0.35 – 0.4
Lukas, 1995
Pertimbangan Perancangan
Dimensi & Berat Tamper, Tinggi jatuh & Energi

Tinggi dan Energi


Tinggi jatuh umumnya 10-40 m.
Energi per drop berkisar dari 800 -
8000 kN⋅m, Mayne et al. (1984)

Hubungan ini dapat dinyatakan


sebagai berikut:
𝐻 = (𝑊 𝐻 )0.54

di mana 𝑊 𝐻 = energi per drop


tamper (ton-m), yang ditentukan dari
berdasarkan kedalaman perbaikan
yang diperlukan.
Tinggi jatuh yang dihitung dapat
disesuaikan berdasarkan tamper
yang tersedia.
Pertimbangan Perancangan
Pola dan Spasi

Woodward, 2005
Pertimbangan Perancangan
Kedalaman kawah Rollins & Kim, 2010

,
𝑑 = 0,028𝑁 𝑊𝐻

𝑠
𝑙𝑜𝑔𝑑 = −1,42 + 0,553𝑙𝑜𝑔𝑁 + 0,213𝑙𝑜𝑔𝐻 + 0,873 log 𝑊 − 0,435𝑙𝑜𝑔 − 0,118 𝑙𝑜𝑔 𝑝
𝑑

di mana
𝐻 = drop height (m)
𝑊 = tamper weight (ton)
𝑁 = jumlah drop
𝑠 = drop spacing (m)
𝑑 = tamper width atau diameter (m)
p = tekanan kontak di (T/m2)
Pertimbangan Perancangan
Jumlah drop & Lintasan

𝑁 𝑊𝐻
𝐴𝐸 =
𝐴

dimana
AE = Applied Energy
𝑁𝑑 = jumlah drop dengan satu lintasan di setiap lokasi drop (biasanya 5-10 drop)
𝑊𝑡 = berat tamper
𝐻𝑑 = tinggi jatuh
𝐴𝑒 = Area pengaruh/ekuivalen dari setiap titik tumbukan (Ae= s2 untuk pola persegi
atau 0,867 s2 untuk pola segitiga sama sisi)
s = spasi antar titik
Pertimbangan Perancangan
Total Energi

𝐴𝐸 𝐴𝐸 𝑁 + 𝐴𝐸
𝑈𝐴𝐸 = =
𝐷 𝐷

dimana
UAE = unit applied energy
𝐴𝐸 = energi yang diterapkan oleh lintasan berenergi tinggi
𝐴𝐸 = energi yang diterapkan dengan lintasan ironing 𝐴𝐸 = 𝑈𝐴𝐸 . 𝑑
𝑁 = jumlah pass
𝐷 = kedalaman perbaikan

Jenis Tanah Unit Applied Energy (kJ/m3) % Standard Proctor Energy


Tanah butir kasar – pervious 200 – 250 33 – 41
Tanah butir halus semi-impervious 250 – 350 41 – 60
Lahan timbunan 600 - 1100 100 – 180
Lukas, 1995
Pertimbangan Perancangan
Derajat Perbaikan

NSPT CPT 𝒒𝒄 (Mpa)


Tanah pervious:
Pasir dan kerikil 40 – 50 19 – 29
Tanah semipervious:
Pasir dan kerikil 40 – 50 19 – 29
lanau dan lanau kelempungan 25 – 35 10 – 13
Deposit impervious jenuh sebagian
lempung dan buangan tambang 30 – 40 NA
Landfill 20 – 40 NA
Lukas, 1995
Pertimbangan Perancangan
Dampak Lingkungan
,
𝑊𝐻
𝑃𝑃𝑉 = 70
𝑥

dimana
𝑃𝑃𝑉 = peak particle velocity (mm/s)
𝑊 = tamper weight (ton)
𝐻 = drop height (m)
𝑥 = distance to the drop point (m)

Tipe Stuktur Kecepatan (mm/s)


Komersial, industri 20 – 40
Perumahan 5 – 15
Khusus 3–5

Siskind et al., 1980


Case 4

Timbunan jalan setinggi 5 m akan dibangun di atas urugan pada tanah berbutir halus
bercampur lempung, lanau dan puing dengan ketebalan total mulai dari 5,0 hingga 8,2
m. Di lokasi tertentu, ada rongga dan void di dalam urugan. Uji SPT berkisar antara 5
hingga 20 dengan rata-rata 10. Perkiraan penurunan yang diprediksi antara 140 – 274
mm. Pemadatan dinamik dipilih untuk mengurangi penurunan total dan diferensial. Nilai
SPT setelah perbaikan minimal 20. Permukaan urugan cukup kuat untuk mendukung
peralatan pemadatan dinamis. Leachate di dalam urugan berada pada kedalaman yang
relatif dangkal (sekitar 2,5 m dari permukaan yang ada). Untuk meminimalkan
timbulnya tekanan air pori berlebih, konstruksi dengan beberapa lintasan mungkin
diperlukan. Kontraktor memiliki tamper 18,2 ton (diameter 1,5 m, tinggi 1,5 m).

Lakukan desain awal memperkirakan penurunan setelah pemadatan.


Case 4 – Solusi (1/3)

• Mengingat ketebalan urugan berkisar dari 5,0 hingga 8,2 m, kedalaman perbaikan dipilih sebagai 8,2 m.
Berdasarkan komposisi urugan, dapat dianggap sebagai tanah endapan semipervious.
• Urugan memiliki tingkat kejenuhan yang tinggi  nc dipilih sebagai 0,35 sehingga kebutuhan energi per
pukulan dapat dihitung sebagai berikut:
,
𝑊𝐻 = = 550𝑡. 𝑚
,
• Tamper 18,2 T, maka tinggi jatuh perlu 550 Tm/18,2 T= 30,2 m.
• Energi untuk landfills berkisar antara 600-1000 kJ/m3. Rata-rata applied energy adalah 850 kJ/m3, sehingga
applied energy total, 𝐴𝐸 = 850𝑘𝐽/𝑚 × 8,2𝑚 = = 6.97𝑀𝐽/𝑚
• Lintasan ironing digunakan untuk memadatkan geomaterial dekat permukaan. Kedalaman kawah tipikal
berkisar antara 1,0 - 1,5 m. Geomaterial di atas landfill berbutir halus. Karena geomaterial di dekat
permukaan berada di atas MAT, applied energy untuk tanah berbutir halus semipervious 300 kJ/m3 dapat
digunakan untuk lintasan ironing. Sehingga, applied energy total untuk lintasan ironing, AEIP = 300 kJ/m3 ×
1,5 m = 450 kJ/m2 = 0,45 MJ/m2. Applied energy total yang dibutuhkan pemadatan energi tinggi adalah
AEHEP Np = 6,97 MJ/m2 – 0,45 MJ/m2 = 6,52 MJ/m2.
Case 4 – Solusi (2/3)

• Untuk memungkinkan disipasi air pori selama aplikasi energi, beberapa lintasan diperlukan.
Asumsi gunakan dua lintasan. Applied energy perlu, AEHEP = 6,52 MJ/m2 / 2 = 3,26 MJ/m2. Jarak drop
tipikal adalah 1 ½ -2 ½ kali diameter tamper. Nilai 2,0 dipilih untuk situs ini, yaitu, drop spacing = 2,0
× 1,5 m = 3,0 m (dengan asumsi pola persegi). Jumlah drop pada setiap lokasi titik jatuh tertentu
dapat dihitung:
× / ×( , )
𝑁 = = = 5,3
, × , × ⁄

• Pilih jumlah drop untuk setiap pass: 6.


• Kedalaman kawah dapat diestimasi untuk jumlah drop 6:
𝑑 = 0,075 𝑊 𝐻 = 0,075 550 = 1,75𝑚
• Kedalaman kawah yang diijinkan untuk konstruksi adalah 1,5 + 0,3 = 1,8 m, yang sama dengan
perkiraan kedalaman kawah yang diharapkan di lapangan;
Case 4 – Solusi (3/3)

• Batas atas nilai SPT setelah pemadatan berkisar antara 20 hingga 40 (FHWA). Peurunan induksi untuk urugan
tidak terkontrol antara 5 - 20%. Jika digunakan persentase rata-rata (13%), penurunan induksi: 0,13 × 8,2 m =
1,10 m.
• Namun, berdasarkan perkiraan kedalaman kawah, penurunan yang diharapkan dapat diperkirakan sebagai
berikut (asumsin diameter kawah sama dengan diameter tamper dan tidak ada heave). Rasio area perbaikan,
yang didefinisikan sebagai area setiap kawah ke area pengaruh setiap titik tamping, adalah:
, × , /
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 = = 0,20
,
• Penurunan induksi dengan dua lintasan pemadatan dinamis = 2 × 0,20 × 1,75= 0,70 m. Jika heave
dipertimbangkan, penurunan induksi akan lebih kecil.
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
Project Reference :
Pantai Maju – PIK; NYIA – Yogyakarta; Dubai
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
Site activity & improvement result
V-Flotation V-Replacement D-Compaction
– New Yogyakarta Airport Site activity
DC &DR works for Hassyan Clean Coal Power Plant Phase 1, Jabel Ali, Dubai 2017

V-Flotation V-Replacement D-Compaction


PROJECT PROFILE
Location: Jabel Ali, Dubai
Client: Harbin Electrical International Company LTD
Areas: 197,800m²
Aksan KAWANDA

0811.851.613 aksan.geotech@gmail.com aksankawanda

Anda mungkin juga menyukai