id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi
a. Sejarah SMK Negeri 1 Karanganyar
SMK Negeri 1 Karanganyar berdiri pada tanggal 7 November 1963
dengan mendapat SK MENDIKBUD No.974/ B-3/ Kedj. Bangunan sekolah
berdiri 2 lantai yang mempunyai luas 4750 m2 dengan luas lahan 7656 m2.
Pertama kali berdiri sekolah ini dikepalai oleh Bapak Soekamto. Dahulu
sekolah ini dikenal dengan nama SMEA Negeri 1 Karanganyar. Sekolah ini
mengalami perubahan nama berulang kali dari STM, SMKK, SMEA, SMPS
hingga akhirnya sekarang menjadi SMK.
Pada tahun 1070-an, SMK Negeri 1 Karanganyar mempunyai 2
program jurusan, yaitu tata buku dan tata perusahaan. Pada tahun 1976, ada
penambahan program jurusan, yaitu tata niaga. Seiring dengan perkembangan
jaman, nama program jurusan itupun berubah-ubah. Dengan adanya
kemajuan teknologi dan tuntutan zaman serta harapan dari masyarakat, maka
pada tahun 2000-an, SMK Negeri 1 Karanganyar memperbanyak program
jurusan yang ditawarkan menjadi 5 jurusan, yaitu program keahlian bisnis dan
manajemen yang meliputi 3 program khusus yaitu akuntansi (dulu dikenal
dengan nama tata buku), sekretaris (tata usaha) dan penjualan (tata niaga).
Program keahlian tata busana dan teknologi informasi yaitu multimedia.
Dengan tersedianya berbagai jurusan, maka peminat peserta didik yang ingin
melanjutkan sekolah ke SMK Negeri 1 Karanganyar terus meningkat.
Pada tahun 2008, SMK Negeri 1 Karanganyar semakin mampu untuk
menciptakan daya saing yang kuat dan membuat minat peserta didik untuk
bergabung di SMK Negeri 1 Karanganyar semakin tinggi dengan membuka
jurusan baru yaitu, usaha perjalanan wisata.
commit to user
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
57
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
2. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini terdiri atas data kemampuan berpikir kritis
peserta didik sebelum dan setelah pembelajaran dan data implementasi
eksperimen model Problem Based Learning. Data kemampuan berpikir kritis
peserta didik sebelum pembelajaran dan sesudah pembelajaran diperoleh dari
hasil prestest yang dilaksanakan sebelum pembelajaran dan posttest yang
dilaksanakan setelah pembelajaran. Sedangkan data implementasi eksperimen
model PBL diperoleh dari observasi yang dilakukan selama pemberian treatment
di kelas eksperimen. Untuk lebih memperjelas gambaran dari masing-masing
commit to user
data, maka disajikan deskripsi data hasil penelitian sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
20 18
18
16
Frekuensi 14
12
10
8
6 5
4
4 3
2 1
0
50-53 54-57 58-61 62-65 66-69
Kelas Interval
61
12 11
10
8
8
Frekuensi
6 5 5
4
2 1
0
51-54 55-58 59-62 63-66 67-70
Kelas Interval
62
63
64
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
14
12
12
10
Frekuensi 8
6
6 5
4
4 3
2 1
0
80-82 83-85 86-88 89-91 92-94 95-97
Kelas Interval
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
10 9 9
9
8
7 6
Frekuensi
6
5 4
4
3 2
2
1
0
79-81 82-84 85-87 88-90 91-93
Kelas Interval
67
banyak terdapat pada kelas pertama dengan interval 79-81 dan kelas
interval keempat dengan interval 88-90.
3) Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
Setelah pelaksanaan pembelajaran di kedua kelas, yaitu kelas
eksperimen dengan model Problem Based Learning dan kelas kontrol
dengan model konvensional, terdapat peningkatan kemampuan berpikir
kritis peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran dengan dua model yang
berbeda pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memberikan pengaruh
positif yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis peserta
didik. Data posttest kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen dan
kelas kontrol berdasarkan enam indikator berpikir kritis secara lengkap
disajikan dalam lampiran 34 dan lampiran 35. Berdasarkan lampiran 34
dan lampiran 35 dihitung perolehan skor tiap indikator untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Perhitungan dan contohnya secara
lengkap disajikan dalam lampiran 36. Hasil perhitungan perolehan skor
tiap indikator berpikir kritis kelas eksperimen dapat diringkas dalam
histogram berikut.
Interpretasi Analisis
Evaluasi Penarikan Kesimpulan
Penjelasan Kemandirian
120%
100% 99% 97% 97%
90%88% 90%
PRESENTASE
100% 87%
77% 77% 76%73%
80%
60%
40%
20%
0%
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
68
69
70
Sampel t Test dengan taraf signifikansi 0,05/2. Perhitungan uji hipotesis secara
lengkap disajikan dalam lampiran 40. Rangkuman analisis uji t antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut.
B. Pembahasan
Perhitungan uji hipotesis dengan Independent-Sampel T-Test menunjukkan
hasil thitung > ttabel (5,174 > 2,001) dan didukung dengan pengujian berdasar
probabilitas di mana diperoleh Pvalue sebesar 0,001 yang lebih kecil dari taraf
signifikansi yaitu 0,05/2, sehingga didapat keputusan bahwa H0 ditolak. Dengan
demikian, dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis
antara peserta didik yang belajar dengan model Problem Based Learning dan
peserta didik yang belajar dengan model konvensional. Pernyataan tersebut
menjawab pertanyaan penelitian pada rumusan masalah yang juga membuktikan
commit to user
hipotesis penelitian, yaitu terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
peserta didik yang belajar menggunakan model problem based learning dan peserta
didik yang belajar menggunakan model konvensional pada pembelajaran akuntansi
di SMK Negeri 1 Karanganyar.
Temuan penting selama pelaksanaan penelitian ini ialah dalam penerapan
model Problem Based Learning terdapat kendala yang menghambat pelaksanaan
pembelajaran berupa jadwal pembelajaran yang terganggu jadwal kegiatan lain.
Padahal pembelajaran dengan model PBL seharusnya dilaksanakan secara kontinyu
agar peserta didik mampu mengikuti langkah-langkah pembelajaran dengan
maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Arends (2013: 126) yang menyebutkan
bahwa salah satu hambatan yang mungkin ditemui dalam pelaksanaan model PBL
adalah sekolah belum memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung
pelaksanaan model PBL, baik dari segi sarana prasarana dan waktu atau jadwal
pembelajaran. Jadwal pembelajaran yang terganggu mengakibatkan peneliti harus
mencari dan mengatur kembali waktu penelitian agar penelitian dapat tetap
dilaksanakan dengan baik dan sesuai rencana.
Perbedaan kemampuan berpikir kritis antara peserta didik yang belajar
menggunakan model problem based learning dan peserta didik yang belajar
menggunakan model konvensional pada pembelajaran akuntansi di SMK Negeri 1
Karanganyar dapat dilihat dari hasil posttest yang menunjukkan bahwa kemampuan
berpikir kritis peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi daripada kemampuan
berpikir kritis kelas kontrol. Soal posttest terdiri atas 15 butir soal yang didesain
sesuai dengan enam indikator berpikir kritis, sehingga dapat mengukur kemampuan
peserta didik dalam melakukan interpretasi, analisis, evaluasi, penarikan
kesimpulan, penjelasan, dan kemandirian. Hasil posttest menunjukkan bahwa kelas
eksperimen memperoleh rata-rata nilai sebesar 90,04. Analisis hasil posttest
menunjukkan bahwa presentase keseluruhan indikator mengalami peningkatan
yang signifikan. Hal ini dibuktikan dengan perolehan presentase di atas 90% pada
indikator interpretasi, analisis, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan ketiga
indikator lain memperoleh presentase di atas 75%. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan model PBL kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat ditingkatkan
secara signifikan. Peserta didikcommit
dapat tomelakukan
user interpretasi, analisis, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
73
menekankan pada hasil capaian nilai peserta didik daripada proses pembelajaran,
sehingga kemampuan berpikir kritis peserta didik tidak diperhatikan. Akan tetapi,
pembelajaran dengan model konvensional mempunyai beberapa keunggulan,
seperti penyampaian informasi dapat dilakukan dengan cepat, mudah dilaksanakan,
dan sangat menguntungkan bagi peserta didik nyaman belajar dengan
mendengarkan.
Pada dasarnya semua model pembelajaran memiliki keunggulan dan
kelemahan yang berbeda-beda. Model Problem Based Learning dan model
konvensional memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik
dalam proses pembelajaran dan membantu meningkatkan kemampuan berpikir
kritis peserta didik pada pembelajaran akuntansi. Hanya saja kedua model ini
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan berpikir kritis peserta
didik. Pembelajaran dengan model PBL memberikan hasil yang lebih baik daripada
model konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest
peserta didik kelas eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
kontrol, yaitu 90,04 dibanding 84,75 dengan selisih nilai rata-rata 5,29. Dilihat dari
indikator berpikir kritis, kelas eksperimen lebih unggul dibanding kelas kontrol
pada hampir seluruh indikator berpikir kritis yang meliputi interpretasi, analisis,
evaluasi, penarikan kesimpulan, penjelasan, dan kemandirian. Pada indikator
analisis presentase perolehan skor kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol,
yaitu 90% dan pada indikator penjelasan presentase perolehan skor kelas kontrol
hanya sedikit di bawah kelas eksperimen.
Berdasarkan hasil analisis dapat dinyatakan bahwa perbedaan kemampuan
berpikir kritis antara peserta didik yang belajar menggunakan model PBL dengan
peserta didik yang belajar menggunakan model konvensional disebabkan karena
pembelajaran dengan model PBL memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menghadapi suatu permasalahan nyata, sehingga peserta didik dapat menjadi
lebih aktif, kolaboratif, terampil memaknai informasi, mampu membentuk
pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalamannya, melatih kemampuan berpikir
kritis dan pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Husnidar (2014: 75)
yang menyatakan bahwa dalam PBL,commit to user
peserta didik dihadapkan pada suatu masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74
75
commit to user