Anda di halaman 1dari 23

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi
a. Sejarah SMK Negeri 1 Karanganyar
SMK Negeri 1 Karanganyar berdiri pada tanggal 7 November 1963
dengan mendapat SK MENDIKBUD No.974/ B-3/ Kedj. Bangunan sekolah
berdiri 2 lantai yang mempunyai luas 4750 m2 dengan luas lahan 7656 m2.
Pertama kali berdiri sekolah ini dikepalai oleh Bapak Soekamto. Dahulu
sekolah ini dikenal dengan nama SMEA Negeri 1 Karanganyar. Sekolah ini
mengalami perubahan nama berulang kali dari STM, SMKK, SMEA, SMPS
hingga akhirnya sekarang menjadi SMK.
Pada tahun 1070-an, SMK Negeri 1 Karanganyar mempunyai 2
program jurusan, yaitu tata buku dan tata perusahaan. Pada tahun 1976, ada
penambahan program jurusan, yaitu tata niaga. Seiring dengan perkembangan
jaman, nama program jurusan itupun berubah-ubah. Dengan adanya
kemajuan teknologi dan tuntutan zaman serta harapan dari masyarakat, maka
pada tahun 2000-an, SMK Negeri 1 Karanganyar memperbanyak program
jurusan yang ditawarkan menjadi 5 jurusan, yaitu program keahlian bisnis dan
manajemen yang meliputi 3 program khusus yaitu akuntansi (dulu dikenal
dengan nama tata buku), sekretaris (tata usaha) dan penjualan (tata niaga).
Program keahlian tata busana dan teknologi informasi yaitu multimedia.
Dengan tersedianya berbagai jurusan, maka peminat peserta didik yang ingin
melanjutkan sekolah ke SMK Negeri 1 Karanganyar terus meningkat.
Pada tahun 2008, SMK Negeri 1 Karanganyar semakin mampu untuk
menciptakan daya saing yang kuat dan membuat minat peserta didik untuk
bergabung di SMK Negeri 1 Karanganyar semakin tinggi dengan membuka
jurusan baru yaitu, usaha perjalanan wisata.

commit to user

53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

54

b. Identitas SMK Negeri 1 Karanganyar


Identitas SMK Negeri 1 Karanganyar yang bersumber dari laporan
individu menengah tahun pelajaran 2015/2016 adalah sebagai berikut.
1) Alamat SMK Negeri 1 Karanganyar
Jalan : RW. Monginsidi No.1
Telepon : (0271) 495079
Kelurahan : Tegalgede
Kecamatan : Karanganyar
Kota/ Kabupaten : Karanganyar
Kodepos : 57714
Website : smkn1kra.sch.id
E-mail : smkn_kra@yahoo.com
2) Denah Lokasi SMK Negeri 1 Karanganyar
Sebelah barat : MAN Karanganyar
Sebelah utara : MI Karanganyar
Sebelah timur : SMK Wikarya dan SMK Bhakti Karya
Sebelah selatan : Pertokoan dan rumah warga

Gambar 4.1. Denah Lokasi SMK Negeri 1 Karanganyar

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

55

c. Visi, Misi, dan Tujuan SMK Negeri 1 Karanganyar


Visi dan misi dibuat sebagai sumber arahan bagi sekolah untuk
berkembang. SMK Negeri 1 Karanganyar juga memiliki visi dan misi seperti
berikut.
Visi
“Mewujudkan SMK yang dipercaya oleh masyarakat sebagai lembaga diklat
yang unggul serta mampu menjawab tantangan dalam perubahan di era
global.”
Misi
1) Membekali peserta diklat dengan kompetensi yang memadai sesuai
dengan kebutuhan lapangan kerja dan mampu berwirausaha.
2) Membekali peserta diklat agar memiliki etos kerja yang tinggi dan berbudi
pekerti yang luhur.
Tujuan Pendidikan di SMK Negeri 1 Karanganyar
1) Menyiapkan siswa menjadi insan cerdas, terampil dan kompetitif untuk
memasuki lapangan kerja, memilih karir dan mampu mengembangakan
diri sesuai bidang keahliannya
2) Menyiapkan siswa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
d. Bidang Keahlian SMK Negeri 1 Karanganyar
1) Program Keahlian : Akuntansi
2) Program Keahlian : Administrasi Perkantoran
3) Program Keahlian : Pemasaran
4) Program Keahlian : Busana Butik
5) Program Keahlian : Multi Media
6) Program Keahlian : Usaha Pariwisata

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

56

e. Susunan Organisasi SMK Negeri 1 Karanganyar


Susunan Organisasi SMK Negeri 1 Karanganyar
Tahun 2015 / 2016

Kepala Sekolah : Tenang Pranata, S.Pd, M.Pd


WKS1 / Kurikulum : Hadiansyah, S.Si
WKS2 / Kesiswaan : Tetro Hardjanto, S.Pd
WKS3 / Sarana dan Prasarana : Dra. Nanik Nurhayati
WKS4 / Humas – Hub. Industri : Drs. Joko Nursanto
WKS5 / Ketenagaan : Drs. Parmanto
QMR : Sri Raharjo, S.Pd
Renbang : Drs. Sukirno, M.Pd
Ketua Kompetensi Keahlian : 1. Drs. Waluyo
: 2. Sri Sumarsih, S.Pd., MBA.
: 3. Agus Sarono, S.Pd
: 4. Andi Saputro, S.Kom
: 5. Eka Pethit C., S.Pd
: 6. Suwarni, S.ST
: 7. Paryanta, S.Pd
Teaching Factory / Bisnis Center : Dra. FR. Tri Bekti M
Staf Pengajaran : Usman Yusup, S.Pd
Staf Evaluasi dan Pengembangan Kurikulum : Budi Atmodjo, B.A., S.Kom
Staf IT : Sutopo HP., S.Kom
Kepala Perpustakaan dan Administrasi Dokumen
Pembelajaran : Dwi Purwaningsih, S.Pd
Koord. Bimbingan Karier Kejuruan (BP/BK) : Drs. Soenardjo
Koordinator 9K dan 5R : Drs. Sudarto
Pembina OSIS : Darmadi, S.Pd
Koordinator Ekstra Kurikuler : Sumardi, S.Pd
Perbaikan dan Perawatan : Drs Sumarmo
Panitia Pengadaan commit to user : Drs. Soenardjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

Tim Pemeriksa Barang : Sadiran


Tim Penerima Barang : Sudardi
Koordinator Perpustakaan : Dwi Purwaningsih, S.Pd
PKL / Prakerin : Endang Mardiyati, S.Pd
BKK : Drs. Marsudi
Web-site, Situs Sekolash, dan SIM DIK : Yonanes Setiawan, S.Kom
Koord. Kesejahteraan, Urusan SDM, & PAK : Ari Anggarukmi, S.Pd
Pembina Kerokhanian : Ngadiyanto, S.Ag., M.Pdi
Kepala Laboratorium Mengetik : Dra. Tugiyati
Kepala Laboratorium Pemasaran : Sri Mur Intini, S.Pd
Kepala Laboratorium Bahasa : Nur Hidayati, S.Pd
Kepala Laboratorium IPA : Suranto, S.Si

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

f. Lingkungan Fisik SMK Negeri 1 Karanganyar

Gambar 4.2. Denah Gedung SMK Negeri 1 Karanganyar

2. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini terdiri atas data kemampuan berpikir kritis
peserta didik sebelum dan setelah pembelajaran dan data implementasi
eksperimen model Problem Based Learning. Data kemampuan berpikir kritis
peserta didik sebelum pembelajaran dan sesudah pembelajaran diperoleh dari
hasil prestest yang dilaksanakan sebelum pembelajaran dan posttest yang
dilaksanakan setelah pembelajaran. Sedangkan data implementasi eksperimen
model PBL diperoleh dari observasi yang dilakukan selama pemberian treatment
di kelas eksperimen. Untuk lebih memperjelas gambaran dari masing-masing
commit to user
data, maka disajikan deskripsi data hasil penelitian sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

59

a. Deskripsi Data Awal Sebelum Pembelajaran (Pretest)


Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik
sebelum mendapat pembelajaran dengan model konvensional dan Problem
Based Learning. Pretest dilaksanakan pada Senin, 11 April 2016 di dua kelas,
yaitu kelas XI.1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI.3 sebagai kelas
kontrol. Butir soal pretest terdiri atas soal uraian yang berjumlah 15 soal, di
mana sebelumnya soal tersebut telah diujicobakan dan dianalisis
kelayakannya. Setelah terkumpul, hasil pretest kedua kelas tersebut dianalisis
dan dideskripsikan dengan bantuan program SPSS 23.
1) Nilai Pretest Kelas Eksperimen
Hasil pretest kelas eksperimen secara lengkap disajikan dalam
lampiran 22. Hasil analisis nilai pretest kelas eksperimen dengan peserta
tes yang berjumlah 31 peserta didik secara lengkap disajikan dalam
lampiran 23. Berdasarkan lampiran 23 dapat diringkas dalam tabel berikut.

Tabel 4.1. Ringkasan Deskripsi Data Pretest Kelas Eksperimen


Nilai Rata-rata Nilai Standar Variansi
Terendah Tertinggi Deviasi
50 58,39 69 3,942 15,541

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen


Jumlah Kelas Kelas Interval Frekuensi Presentase
1 50-53 4 12,9%
2 54-57 5 16,1%
3 58-61 18 58,1%
4 62-65 3 9,7%
5 66-69 1 3,2%

Distribusi frekuensi nilai pretest kelas eksperimen dapat


divisualisasikan dalam histogram berikut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

60

20 18
18
16
Frekuensi 14
12
10
8
6 5
4
4 3
2 1
0
50-53 54-57 58-61 62-65 66-69
Kelas Interval

Gambar 4.3. Histogram Data Pretest Kelas Eksperimen

Deskripsi data di atas menunjukkan bahwa rata-rata nilai kelas


eksperimen adalah 58,39 dengan standar deviasi 3,942 yang berarti bahwa
penyimpangan absolut data terhadap nilai rata-rata sebesar 3,942. Gambar
4.3. menunjukkan bahwa peserta didik paling banyak memperoleh nilai
pada kelas ketiga dengan interval 58-61. Hal ini menjukkan bahwa
kemampuan berpikir kritis peserta didik pada materi jurnal khusus masih
rendah, karena rata-rata yang diperoleh belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Mininum (KKM ≥ 75). Skor terendah adalah 50, sedangkan
skor tertinggi adalah 69, dan belum ada peserta didik yang memperoleh
nilai di atas KKM.
2) Nilai Pretest Kelas Kontrol
Hasil pretest kelas kontrol secara lengkap disajikan dalam lampiran
24. Hasil analisis nilai pretest kelas eksperimen dengan peserta tes yang
berjumlah 30 peserta didik secara lengkap disajikan dalam lampiran 25.
Berdasarkan lampiran 25 dapat diringkas dalam tabel berikut.

Tabel 4.3. Ringkasan Deskripsi Data Pretest Kelas Kontrol


Nilai Rata-rata Nilai Standar Variansi
Terendah Tertinggi Deviasi
51 58,46 commit to
69user 3,921 15,375
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

61

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol


Jumlah Kelas Kelas Frekuensi Presentase
Interval
1 51-54 5 16,7%
2 55-58 8 26,7%
3 59-62 11 36,7%
4 63-66 5 16,7%
5 67-70 1 3,3%

Distribusi frekuensi nilai pretest kelas kontrol dapat


divisualisasikan dalam histogram berikut.

12 11
10
8
8
Frekuensi

6 5 5
4

2 1
0
51-54 55-58 59-62 63-66 67-70
Kelas Interval

Gambar 4.4. Histogram Data Pretest Kelas Kontrol

Deskripsi data di atas menunjukkan bahwa rata-rata nilai kelas


kontrol adalah 58,46 dengan standar deviasi 3,921yang berarti bahwa
penyimpangan absolut data terhadap nilai rata-rata sebesar 3,921. Gambar
4.4. menunjukkan bahwa peserta didik paling banyak memperoleh nilai
pada kelas ketiga dengan interval 59-62. Hal ini menjukkan bahwa
kemampuan berpikir kritis peserta didik pada materi jurnal khusus masih
rendah, karena rata-rata yang diperoleh belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Mininum (KKM ≥ 75). Skor terendah adalah 51, sedangkan
skor tertinggi adalah 69, dan belum ada peserta didik yang memperoleh
nilai di atas KKM. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

62

3) Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik


Deskripsi hasil analisis pretest menunjukkan bahwa kondisi
kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas eksperimen dan kelas
kontrol masih rendah. Kemampuan berpikir kritis peserta didik ditinjau
dari enam indikator, yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, penarikan
kesimpulan, penjelasan, dan kemandirian. Data pretest kemampuan
berpikir kritis kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan enam
indikator berpikir kritis secara lengkap disajikan dalam lampiran 26 dan
lampiran 27. Berdasarkan lampiran 26 dan lampiran 27 dihitung perolehan
skor tiap indikator untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perhitungan
dan contohnya secara lengkap disajikan dalam lampiran 28. Hasil
perhitungan perolehan skor tiap indikator berpikir kritis kelas eksperimen
dapat diringkas dalam histogram berikut.

Interpretasi Analisis Evaluasi


Penarikan Kesimpulan Penjelasan Kemandirian
80%
68% 69% 68% 69%
70% 63% 62%
PRESENTASE

60% 52% 54% 52% 54%


46% 47%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
INDIKATOR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

Gambar 4.5. Presentase Hasil Pretest Kemampuan Berpikir Kritis Peserta


Didik Ditinjau dari Indikator Berpikir Kritis

Gambar 4.5. menunjukkan presentase kemampuan berpikir kritis


peserta didik ditinjau dari enam indikator berpikir kritis. Presentase
dihitung dengan membandingkan perolehan skor tiap indikator dengan
skor maksimal tiap indikator. Pada kelas eksperimen, perolehan skor
commit penjelasan,
terendah terdapat pada indikator to user di mana perolehan skor hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

63

46% dibandingkan dengan skor maksimumnya. Sementara untuk indikator


lain, perolehan skor sudah lebih dari 50%, namun presentasenya belum
terlalu baik. Pada kelas kontrol, sama halnya dengan kelas eksperimen.
Perolehan skor terendah terdapat pada indikator penjelasan dengan
presentase 47% dari skor maksimal dan untuk indikator lain perolehan
skornya sudah lebih dari 50%, namun belum terlalu baik.
4) Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal (Pretest)
Setelah diketahui kedua kelas memiliki kemampuan berpikir kritis
yang rendah, dilakukan uji homogenitas hasil pretest. Hal ini bertujuan
untuk memastikan bahwa kedua kelas yang digunakan sebagai sampel
memiliki variansi yang homogen, sehingga memenuhi persyaratan sebagai
kelas kontrol dan eksperimen untuk kemudian diberikan pembelajaran
dengan model Problem Based Learning. Uji homogenitas dilaksanakan
dengan bantua program SPSS 23 dengan Uji Levene Statistic. Variansi
data dinyatakan homogen apabila nilai Lavene Statistic > 0,05.
Perhitungan uji homogenitas data hasil pretest secara lengkap disajikan
dalam lampiran 29. Berikut adalah ringkasan hasil perhitungan uji
homogenitas hasil pretest.

Tabel 4.5. Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal


Keterangan Hasil Uji Homogenitas Kriteria Keputusan
Pretest 0,972 0,972 > 0,05 Homogen

Hasil uji homogenitas menunjukkan P-value = 0,972 > 0,05, maka


variansi data dinyatakan homogen yang juga berarti kelas eksperimen dan
kelas kontrol dinyatakan homogen dan memenuhi persyaratan sebagai
sampel penelitian untuk menerima pembelajaran dengan model Problem
Based Learning pada kelas eksperimen.
b. Deskripsi Data Sesudah Pembelajaran (Posttest)
Posttest dilakukan untuk mengetahui pencapaian tujuan
pembelajaran, dalam penelitian ini ialah kemampuan berpikir kritis peserta
commitjurnal
didik setelah mendapat materi to user
khusus dengan model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

64

Problem Based Learning. Pelaksanaan posttest dilakukan pada Senin, 9


Mei 2016 di dua kelas, yaitu kelas XI.1 sebagai kelas eksperimen dan kelas
XI.3 sebagai kelas kontrol. Butir soal posttest terdiri atas 15 soal uraian.
Nilai hasil posttest kemudian dianalisa dengan bantuan program SPSS 23.
1) Nilai Posttest Kelas Eksperimen
Hasil posttest kelas eksperimen secara lengkap disajikan dalam
lampiran 30. Hasil analisis nilai posttest kelas eksperimen dengan
peserta tes yang berjumlah 31 peserta didik secara lengkap disajikan
dalam lampiran 31. Berdasarkan lampiran 31 dapat diringkas dalam
tabel berikut.

Tabel 4.6. Ringkasan Deskripsi Data Posttest Kelas Eksperimen


Nilai Rata-rata Nilai Standar Deviasi Variansi
Terendah Tertinggi
80 90,04 96 3,866 14,946

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen


Jumlah Kelas Kelas Interval Frekuensi Presentase
1 80-82 1 3,2%
2 83-85 3 9,7%
3 86-88 5 16,1%
4 89-91 12 38,7%
5 92-94 4 12,9%
6 95-97 6 19,4%

Distribusi frekuensi nilai posttest kelas eksperimen dapat


divisualisasikan dalam histogram berikut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

65

14
12
12
10
Frekuensi 8
6
6 5
4
4 3
2 1
0
80-82 83-85 86-88 89-91 92-94 95-97
Kelas Interval

Gambar 4.6. Histogram Data Posttest Kelas Eksperimen

Kelas eksperimen memperoleh rata-rata nilai sebesar 90,04


dengan standar deviasi 3,866 yang berarti bahwa penyimpangan absolut
data terhadap nilai rata-rata sebesar 3,866. Nilai tertinggi diperoleh oleh
salah satu peserta didik dengan skor 96. Sedangkan nilai terendah juga
diperoleh oleh satu peserta didik dengan nilai 80. Keseluruhan peserta
posttest memperoleh nilai di atas KKM, bahkan nilai yang diperoleh
dapat dikatakan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
dengan model PBL memberikan pengaruh positif yang signifikan
dalam pembelajaran. Gambar 4.6. menunjukkan bahwa perolehan nilai
peserta didik paling banyak terdapat pada kelas interval keempat
dengan interval 89-91.
2) Nilai Posttest Kelas Kontrol
Hasil posttest kelas kontrol secara lengkap disajikan dalam
lampiran 32. Hasil analisis nilai posttest kelas eksperimen dengan
peserta tes yang berjumlah 30 peserta didik secara lengkap disajikan
dalam lampiran 33. Berdasarkan lampiran 33 dapat diringkas dalam
tabel berikut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

66

Tabel 4.8. Ringkasan Deskripsi Data Posttest Kelas Kontrol


Nilai Rata-rata Nilai Standar Variansi
Terendah Tertinggi Deviasi
79 84,75 93 4,118 16,961

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol


Jumlah Kelas Kelas Interval Frekuensi Presentase
1 79-81 9 30%
2 82-84 6 20%
3 85-87 4 13,3%
4 88-90 9 30%
5 91-93 2 6,7%

Distribusi frekuensi nilai posttest kelas kontrol dapat


divisualisasikan dalam histogram berikut.

10 9 9
9
8
7 6
Frekuensi

6
5 4
4
3 2
2
1
0
79-81 82-84 85-87 88-90 91-93
Kelas Interval

Gambar 4.7. Histogram Data Posttest Kelas Kontrol

Kelas kontrol memperoleh rata-rata nilai sebesar 84,75 dengan


standar deviasi 4,118 yang berarti bahwa penyimpangan absolut data
terhadap nilai rata-rata sebesar 4,118. Nilai tertinggi diperoleh oleh
salah satu peserta didik dengan skor 93. Sedangkan nilai terendah juga
diperoleh oleh tiga peserta didik dengan nilai 79. Keseluruhan peserta
posttest memperoleh nilai di atas KKM, meskipun masih ada beberapa
peserta didik yang memperoleh nilai hanya sedikit di atas KKM.
Gambar 4.7. menunjukkan bahwa
commit perolehan nilai peserta didik paling
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

67

banyak terdapat pada kelas pertama dengan interval 79-81 dan kelas
interval keempat dengan interval 88-90.
3) Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
Setelah pelaksanaan pembelajaran di kedua kelas, yaitu kelas
eksperimen dengan model Problem Based Learning dan kelas kontrol
dengan model konvensional, terdapat peningkatan kemampuan berpikir
kritis peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran dengan dua model yang
berbeda pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memberikan pengaruh
positif yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis peserta
didik. Data posttest kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen dan
kelas kontrol berdasarkan enam indikator berpikir kritis secara lengkap
disajikan dalam lampiran 34 dan lampiran 35. Berdasarkan lampiran 34
dan lampiran 35 dihitung perolehan skor tiap indikator untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Perhitungan dan contohnya secara
lengkap disajikan dalam lampiran 36. Hasil perhitungan perolehan skor
tiap indikator berpikir kritis kelas eksperimen dapat diringkas dalam
histogram berikut.

Interpretasi Analisis
Evaluasi Penarikan Kesimpulan
Penjelasan Kemandirian
120%
100% 99% 97% 97%
90%88% 90%
PRESENTASE

100% 87%
77% 77% 76%73%
80%
60%
40%
20%
0%
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

Gambar 4.8. Presentase Hasil Posttest Kemampuan Berpikir Kritis Peserta


Didik Ditinjau dari Indikator Berpikir Kritis

Gambar 4.8. menunjukkan perbedaan kemampuan berpikir


commit to yang
kritis antara kelas eksperimen user belajar dengan model Problem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

68

Based Learning dan kelas kontrol yang belajar dengan model


konvensional. Kelas eksperimen menunjukkan hampir keseluruhan
presentase kemampuan berpikir kritis yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol. Pada indikator analisis presentase perolehan skor
kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol, yaitu 90%. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model Problem Based
Learning membantu melatih kemampuan berpikir kritis peserta didik
pada materi jurnal khusus dengan lebih baik daripada pembelajaran
dengan model konvensional.
c. Data Implementasi Eksperimen Model Problem Based Learning
Data implementasi eksperimen model Problem Based Learning
diperoleh dari hasil observasi yang dilaksanakan selama pembelajaran
dengan model PBL. Observasi dilakukan oleh 2 independen observer.
Berdasarkan hasil observasi eksperimen model Problem Based
Learning, dapat dinyatakan bahwa selama kegiatan pembelajaran di
kelas eksperimen berlangsung langkah-langkah pembelajaran model
PBL sudah dilaksanakan dengan baik oleh peneliti. Hal ini dapat
dibuktikan dengan lembar observasi yang telah diisi observer yang
disajikan dalam lampiran 7.
3. Hasil Uji Persyaratan Analisis
Uji persyaratan analisis merupakan syarat wajib yang harus dipenuhi
sebulum melaksanakan pengujian hipotesis. Uji persyaratan analisis yang
dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas data.
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
berasal dari populasi yang normal atau tidak. Normalitas suatu data sangat
penting karena dengan data yang terdistribusi normal berarti data tersebut
dianggap mewakili populasi. Uji normalitas data dalam penelitian ini
menggunakan metode Chi Kuadrat dan dilakukan dengan bantuan program
SPSS 23. Perhitungan uji normalitas secara lengkap disajikan dalam lampiran
37. Berikut adalah ringkasancommit to user normalitas data hasil posttest.
hasil pengujian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

69

Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas


Keterangan Hasil Uji Normalitas Kriteria Keputusan
Posttest Asymp. Sig = 0,087 0,087 > 0,05 Normal
hitung = 21,589 21, 589 < 23,685

Berdasarkan tabel 4.10. hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data


hasil posttest memiliki distribusi normal.
b. Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data dari
beberapa kelompok dalam penelitian memiliki varians yang sama
(homogen) atau tidak. Persyaratan agar uji homogenitas dapat dilakukan
ialah apabila data-data dari kelompok dalam penelitian telah terbukti
berdistribusi normal. Untuk menguji homogenitas data pada penelitian ini
digunakan program SPSS 23 dengan uji Levene Statistic. Variansi data
dinyatakan homogen apabila nilai Lavene Statistic > 0,05. Perhitungan uji
homogenitas data hasil posttest secara lengkap disajikan dalam lampiran
39. Berikut adalah ringkasan hasil perhitungan uji homogenitas data hasil
posttest.

Tabel 4.11. Hasil Uji Homogenitas


Keterangan Hasil Uji Homogenitas Kriteria Keputusan
Posttest 0,347 0,347 > 0,05 Homogen

Hasil uji homogenitas menunjukkan p-value = 0,347 > 0,05, maka


variansi data dinyatakan homogen yang juga berarti kelas eksperimen dan
kelas kontrol dinyatakan homogen.
4. Hasil Uji Hipotesis
Setelah persyaratan analisis yang terdiri atas uji normalitas dan uji
homogenitas telah terpenuhi, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian
hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji perbedaan kelompok
eksperimen yang belajar dengan model Problem Based Learning dengan
kelompok kontrol yang belajar dengan model konvensional. Data yang diperoleh
dari hasil posttest dianalisis dengan bantuan
commit SPSS 23 pada pilihan Independent-
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

70

Sampel t Test dengan taraf signifikansi 0,05/2. Perhitungan uji hipotesis secara
lengkap disajikan dalam lampiran 40. Rangkuman analisis uji t antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut.

Tabel 4.12. Hasil Uji T


Variabel F Hasil Uji t Kriteria Keputusan
Kemampuan 0,898 thitung = 5,174 5,174 > 2,001 H0 ditolak
Berpikir Kritis Pvalue = 0,001 0,001 < 0,025

Hasil analisis data menunjukkan bahwa μ1 ≠ μ 2. Hal ini ditunjukkan


dengan perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen yang lebih tinggi dari nilai
rata-rata kelas kontrol, yaitu 90,04 dan 84,75 dan selisih nilai rata-rata kelas
eksperimen dan kelas kontrol sebesar 5,29 poin. Setelah dianalisis dengan uji t,
diperoleh thitung sebesar 5, 174 dengan df = 59, maka ttabel sebesar 2,001.
Berdasarkan kriteria uji apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak. Keputusan
penolakan didukung dengan pengujian berdasar probabilitas di mana diperoleh
Pvalue sebesar 0,001 yang lebih kecil dari taraf signifikansi yaitu 0,05/2, sehingga
dapat diambil keputusan H0 ditolak. Dengan demikian, uji hipotesis
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara
peserta didik yang belajar menggunakan model problem based learning dan
peserta didik yang belajar menggunakan model konvensional pada pembelajaran
akuntansi di SMK Negeri 1 Karanganyar.

B. Pembahasan
Perhitungan uji hipotesis dengan Independent-Sampel T-Test menunjukkan
hasil thitung > ttabel (5,174 > 2,001) dan didukung dengan pengujian berdasar
probabilitas di mana diperoleh Pvalue sebesar 0,001 yang lebih kecil dari taraf
signifikansi yaitu 0,05/2, sehingga didapat keputusan bahwa H0 ditolak. Dengan
demikian, dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis
antara peserta didik yang belajar dengan model Problem Based Learning dan
peserta didik yang belajar dengan model konvensional. Pernyataan tersebut
menjawab pertanyaan penelitian pada rumusan masalah yang juga membuktikan
commit to user
hipotesis penelitian, yaitu terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

71

peserta didik yang belajar menggunakan model problem based learning dan peserta
didik yang belajar menggunakan model konvensional pada pembelajaran akuntansi
di SMK Negeri 1 Karanganyar.
Temuan penting selama pelaksanaan penelitian ini ialah dalam penerapan
model Problem Based Learning terdapat kendala yang menghambat pelaksanaan
pembelajaran berupa jadwal pembelajaran yang terganggu jadwal kegiatan lain.
Padahal pembelajaran dengan model PBL seharusnya dilaksanakan secara kontinyu
agar peserta didik mampu mengikuti langkah-langkah pembelajaran dengan
maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Arends (2013: 126) yang menyebutkan
bahwa salah satu hambatan yang mungkin ditemui dalam pelaksanaan model PBL
adalah sekolah belum memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung
pelaksanaan model PBL, baik dari segi sarana prasarana dan waktu atau jadwal
pembelajaran. Jadwal pembelajaran yang terganggu mengakibatkan peneliti harus
mencari dan mengatur kembali waktu penelitian agar penelitian dapat tetap
dilaksanakan dengan baik dan sesuai rencana.
Perbedaan kemampuan berpikir kritis antara peserta didik yang belajar
menggunakan model problem based learning dan peserta didik yang belajar
menggunakan model konvensional pada pembelajaran akuntansi di SMK Negeri 1
Karanganyar dapat dilihat dari hasil posttest yang menunjukkan bahwa kemampuan
berpikir kritis peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi daripada kemampuan
berpikir kritis kelas kontrol. Soal posttest terdiri atas 15 butir soal yang didesain
sesuai dengan enam indikator berpikir kritis, sehingga dapat mengukur kemampuan
peserta didik dalam melakukan interpretasi, analisis, evaluasi, penarikan
kesimpulan, penjelasan, dan kemandirian. Hasil posttest menunjukkan bahwa kelas
eksperimen memperoleh rata-rata nilai sebesar 90,04. Analisis hasil posttest
menunjukkan bahwa presentase keseluruhan indikator mengalami peningkatan
yang signifikan. Hal ini dibuktikan dengan perolehan presentase di atas 90% pada
indikator interpretasi, analisis, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan ketiga
indikator lain memperoleh presentase di atas 75%. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan model PBL kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat ditingkatkan
secara signifikan. Peserta didikcommit
dapat tomelakukan
user interpretasi, analisis, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

72

penarikan kesimpulan dengan sangat baik. Pembelajaran dengan model PBL


merupakan pembelajaran yang terpusat pada peserta didik di mana peserta didik
diberi kesempatan untuk menyatakan maksud gagasannya, mengidentifikasi suatu
maksud dan kesimpulan, menilai kebenaran suatu pernyataan, membentuk
kesimpulan, mempertahankan suatu pendapat, dan memonitor proses belajarnya
sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Mudjiman (2011: 59) yang menyebutkan
bahwa ciri utama PBL adalah pengetahuan dicari dan dibentuk oleh peserta didik
sendiri dalam upayanya memecahkan permasalahan yang disajikan guru.
Hal tersebut logis dan dapat dibuktikan karena pembelajaran dengan model
PBL menuntut peserta didik lebih aktif menggali informasi-informasi untuk
memecahkan permasalahan terkait materi yang sedang dipelajari, sehingga
meningkatkan motivasi dari rasa ingin tahu, tantangan, tugas autentik, keterlibatan,
dan otonomi, semua faktor yang meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar.
Selain itu, keterlibatan dan otonomi peserta didik meningkat ketika mereka
memiliki pilihan dalam memutuskan apa yang harus dilakukan dan bagaimana
melakukannya. Dengan demikian peserta didik akan mampu mengarahkan
pembelajaran mereka sendiri yang menyebabkan kemandirian belajar dan
kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat meningkat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2010: 242) yang mengemukakan tujuan
model PBL secara lebih rinci yaitu: (a) membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir dan memecahkan masalah; (b) belajar berbagai peran orang
dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata dan; (c) menjadi para
siswa yang otonom atau mandiri.
Di lain pihak, kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI.3 sebagai
kelas kontrol yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional lebih
rendah karena dalam pembelajaran dengan model pembelajaran dilaksanakan
secara sederhana dan cenderung pada belajar hafalan yang mentolerir respon-
respon yang bersifat konvergen, dan menekankan pada informasi konsep dan
latihan soal dalam tes. Pembelajaran dengan model ini membuat peserta didik
kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Peserta didik hanya menerima materi
yang disampaikan guru, sehinggacommit
sumberto user
belajarnya sempit. Pembelajaran ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

73

menekankan pada hasil capaian nilai peserta didik daripada proses pembelajaran,
sehingga kemampuan berpikir kritis peserta didik tidak diperhatikan. Akan tetapi,
pembelajaran dengan model konvensional mempunyai beberapa keunggulan,
seperti penyampaian informasi dapat dilakukan dengan cepat, mudah dilaksanakan,
dan sangat menguntungkan bagi peserta didik nyaman belajar dengan
mendengarkan.
Pada dasarnya semua model pembelajaran memiliki keunggulan dan
kelemahan yang berbeda-beda. Model Problem Based Learning dan model
konvensional memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik
dalam proses pembelajaran dan membantu meningkatkan kemampuan berpikir
kritis peserta didik pada pembelajaran akuntansi. Hanya saja kedua model ini
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan berpikir kritis peserta
didik. Pembelajaran dengan model PBL memberikan hasil yang lebih baik daripada
model konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata posttest
peserta didik kelas eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
kontrol, yaitu 90,04 dibanding 84,75 dengan selisih nilai rata-rata 5,29. Dilihat dari
indikator berpikir kritis, kelas eksperimen lebih unggul dibanding kelas kontrol
pada hampir seluruh indikator berpikir kritis yang meliputi interpretasi, analisis,
evaluasi, penarikan kesimpulan, penjelasan, dan kemandirian. Pada indikator
analisis presentase perolehan skor kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol,
yaitu 90% dan pada indikator penjelasan presentase perolehan skor kelas kontrol
hanya sedikit di bawah kelas eksperimen.
Berdasarkan hasil analisis dapat dinyatakan bahwa perbedaan kemampuan
berpikir kritis antara peserta didik yang belajar menggunakan model PBL dengan
peserta didik yang belajar menggunakan model konvensional disebabkan karena
pembelajaran dengan model PBL memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menghadapi suatu permasalahan nyata, sehingga peserta didik dapat menjadi
lebih aktif, kolaboratif, terampil memaknai informasi, mampu membentuk
pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalamannya, melatih kemampuan berpikir
kritis dan pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Husnidar (2014: 75)
yang menyatakan bahwa dalam PBL,commit to user
peserta didik dihadapkan pada suatu masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

74

yang bertujuan melatih keterampilan berpikir untuk memecahkan masalah tersebut.


Pendapat lain dikemukakan oleh Rusman (2010: 238) yang menyatakan bahwa
tujuan model PBL adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristik dan
pengembangan keterampilan pemecahan masalah. Di sisi lain, pembelajaran
dengan model konvensional juga memberikan pengaruh pada proses pembelajaran
akuntansi, yaitu pembelajaran yang praktis, mudah, dan cepat dalam penyampaian
materi. Selain itu, dengan model konvensional peserta didik diberikan dril soal yang
melatih kemampuan pemecahan masalah mereka.
Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
penerapan model Problem Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis
peserta didik pada pembelajaran akuntansi di SMK Negeri 1 Karanganyar. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Fakhriyah (2014) yang menyatakan bahwa
penerapan PBL dapat membantu dalam mengembangkan kemampuan berpikir
kritis mahasiswa. Kemampuan berpikir kritis perlu dikembangkan sebagai upaya
mempersiapkan diri menghadapi tantangan dan permasalahan yang akan ditemui
sekarang maupun pada waktu yang akan datang. Penelitian lain dilakukan oleh
Husnidar, dkk (2014) menyatakan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa yang diajar dengan model PBL pada materi bangun ruang lebih
tinggi daripada siswa yang diajar secara konvensional. Selain itu pada
pengelompokkan siswa menurut peringkat, peningkatan kemampuan berpikir kritis
matematis siswa yang diajar dengan model PBL lebih tinggi dari siswa yang diajar
secara konvensional terjadi pada kelompok tinggi dan sedang saja.
Sedangkan dari dunia internasional, penelitian sejenis dilakukan oleh
Tayyeb (2013) yang menyatakan bahwa PBL adalah alat instruksional yang efektif
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan
masalah tidak terlalu mempengaruhi pengetahuan materi mahasiswa. Sedangkan
pembelajaran dengan model tradisional meningkatkan pengetahuan materi
mahasiswa namun tidak dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
pemecahan masalah. Penelitian lain dari Masek (2011) menyatakan bahwa proses
pembelajaran PBL mendukung pengembangan kemampuan berpikir kritis
mahasiswa sesuai dengan desain commit to user
yang diterapkan, bukti empiris yang diperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

75

secara umum menjelaskan pengaruh PBL terhadap kemampuan berpikir kritis


mahasiswa, terutama di luar bidang medis, beberapa bukti menunjukkan bahwa
PBL memerlukan jangka waktu yang panjang untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir mahasiswa, dan ada beberapa hal lain yang mempengaruhi pengaruh PBL
terhadap kemampuan berpikir kritis, seperti usia, jenis kelamin, prestasi akademik,
dan latar belakang pendidikan.
Hasil lebih lanjut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model PBL
dapat lebih mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada
pembelajaran akuntansi dibandingkan dengan model konvensional. Kelebihan
penelitian ini ialah belum pernah dilakukan penelitian sejenis di SMK Negeri 1
Karanganyar. Akan tetapi, hasil penelitian ini masih memiliki keterbatasan, yaitu
hanya dapat digeneralisasikan pada sampel yang memiliki kriteria sama. Untuk
menyempurnakan penelitian ini, peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel-
variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai