Mukroji*
Abstract: The study of Islam from among the West (as well as from among the East), can
be organized according to some discipline. Discussion about the pesantrens, madrasas
and schools, written by Karel A. Steenbrink be very interesting, because it is told how the
upheaval of Islam. In the course of history, the origins of schools can not be separated from
the arrival and spread of Islam in Indonesia. Because discussion pesantrens have a great
impact on the education model in Indonesia.
And changes in the form and content of Islamic education in Indonesia can not be separated
from the demands of the times that it faces. But the process of change is not an event
that is smooth and seamless with no disagreement among those involved in it. Political
background of the Dutch colonial education in determining the changes in the world of
sports peantrens, madrasas and schools in Indonesia
Pendahuluan
Berbicara tentang pendidikan Islam di Indonesia, maka kita tidak
mungkin melepaskan dari tiga institusi pendukungnya, yakni pesantren,
madrasah dan sekolah (agama). Ketiga institusi ini merupakan penopang
gerak langkah dan dinamika dari apa yang dinamakan dengan pendidikan
Islam di Indonesia.
42
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012
dalam lingkungan khas Islam. Kedua, sebab ilmiah, Karel mempunyai ke
yakinan, bahwa aspek kehidupan itu belum digambarkan dalam studi
modern mengenai Islam di Indonesia. Juga ada sebab lain mengapa Karel
memilih kehidupan pesantren sebagai fokus perhatian khusus dalam pe
nelitiannya. Dan sebagai peneliti Karel yang mempunyai latar belakang Ka
tolik, merasa lebih dekat dengan orang pesantren, dari pada dengan orang
Muhammadiyah atu Persatuan Islam (Persis), karena ekspresi keagamaan
Katolik seperti ekspresi keagamaan ummat Islam tradisional di Indonesia,
lebih bervariasi dan beraneka ragam.
Kalau dibandingkan dengan karya Dr. Deliar Noer dan Dr. Zamakhsyari
Dhofier, karya Karel ini terdapat beberapa perbedaan walau mungkin bukan
pertentangan, karena dipengaruhi oleh latarbelakang agama yang berbeda.
Sebenarnya buku ini (Pesantren, Madrasah dan Sekolah) adalah disertasinya
yang dipertahankan pada Universitas Katolik Nijmegen pada bulan Juni
1974. Dan buku ini merupakan hasil penelitian dan pengamatan di sejumlah
pesantren di Jawa dan Sumatera, yang memakan waktu kurang lebih 8 bulan,
ternyata kehidupan dalam pesantren tidak begitu mahal, sehingga dana yang
dulu diberikan hanya untuk periode 6 bulan, akhirnya cukup untuk masa
penelitian selama 12 bulan di Indonesia.
Dalam penelitian ini, Karel menetap lebih lama (3 bulan) di Pesantren
Modern Gontor, Ponorogo, sebab menurutnya pesantren ini masih cukup
berakar dalam tradisi pesantren, di samping sudah menempuh jalan baru.
Dalam hipotesanya, ia menjelaskan bahwa sejak permulaan abad ini telah
terjadi sebuah perubahan besar dalam pendidikan Islam di Indonesia, di
samping lembaga tradisional seperti pesantren dan pengajian Qur’an se
derhana, didirikan lembaga yang memakai metode moderen dan sering
disebut madrasah. Malah perubahan yang paling drastis menurutnya adalah
metodik yang dipakai Muhammadiyah untuk HIS: di sana sistemsekolah di
ikuti saja, ditambah dengan sedikit (2-4 jam per minggu) pelajaran agama.
Pendidikan modern ummat Islam di Indonesia sejak saat itu bersifat aneka
ragam dengan dua pola ekstrim: lembaga tradisional di samping sekolah
moeren. Di antara dua pola ini memang ditemukan cukup banyak bnetuk
sebagai upaya mencari jalan tengah atau sintesa antara dua pola ekstrim ini,
dengan mengambil unsur yang lebih baik dari dua sistem ini.
Uraian di atas memberikan gambaran yang jelas mengenai ketertarikan
Karel dalam meneliti pesantren, madrasah, dan sekolah yang ada di Indonesia.
43
Mukroji, Pesantren, Madrasah, dan Sekolah ...
44
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012
45
Mukroji, Pesantren, Madrasah, dan Sekolah ...
46
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012
47
Mukroji, Pesantren, Madrasah, dan Sekolah ...
48
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012
Islam dibiayai oleh diri sendiri, sedangkan pendidikan umum akan dapat
direalisasikan dengan biaya relatif lebih murah. Karena alasan politik, peng
gabungan sistem tersebut tidak terlaksana, sebagai konsekuensi logis dari
kebijaksanaan pemerintah kolonial Belanda yang tidak mau campur tangan
dalam persoalan Islam.
Pada tahun 1888 Menteri Kolonial menolak memberi subsidi kepa
da sekolah-sekolah Islam dengan alasan menghambur-hamburkan (me
ngorbankan) uang negara. Akhirnya Kolonial Belanda mendirikan sekolah
desa, sebuah lembaga sederhana yang membuka jalan ke arah terwujudnya
pendidikan umum.
Semenjak itulah sekolah Islam mengambil jalan sendiri, lepas dari
gubernemen, tetap berpegang pada tradisinya sendiri, tetapi juga terbuka
untuk perubahan. Oleh karena itu wajar saja bila lama kelamaan pendidikan
Islam mampu menyesuaikan diri dengan sistem pendidikan umum bahkan
mungkin akan lebih maju dari pendidikan umum.
2. Situasi Pendidikan Islam pada Awal Abad Ke-20
Pada akhir abad 19 banyak peneliti yang menjelaskan tentang situasi
pendidikan Islam di Indonesia, antara lain Snouck Hurgronje yang mem
berikan gambaran tentang lembaga pendidikan Islam yang ada di Jawa Barat,
Jawa Tengah dan Aceh, dan Verkerk Pistorius di Minangkabau.
Pada umumnya mereka, para pelapor Barat memberikan gambaran dan
kesan tentang salah satu lembaga yang agak aneh dan khusus menekankan
adanya perbedaan dengan sekolah-sekolah Barat. Bagaimana gambaran se
jarah perkembangan pendidikan Islam dalam kaitannya dengan sekolah-
sekolah model Barat?
Dalam hal ini Karel A. Steenbrink memberikan gambaran tersebut dari
penelitian yang dilakukannya dengan rincian meliputi:
a. Pengajian Al-Qur’an, yang merupakan pendidikan Islam yang paling
sederhana. Seluruhnya dipusatkan pada Al-Qur’an. Pada dasarnya
pendidikan ini berupa pelajaran membaca beberapa bagian dari Al-
Qur’an, mulai dari surat Al-Fatihah kemudian surat-surat pendek
dalam juz ‘Amma sampai 30 juz (surat 1-114) yang penting untuk
melaksanakan ibadah. Dan pengajian ini diberikan secara individual
kepada para murid, baik oleh guru laki-laki maupun wanita. Setelah
tamat atau khatam mereka melanjutakan ke pengajian kitab.
b. Pengajian Kitab: Pendidikan Lanjutan
49
Mukroji, Pesantren, Madrasah, dan Sekolah ...
50
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012
51
Mukroji, Pesantren, Madrasah, dan Sekolah ...
52
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012
53
Mukroji, Pesantren, Madrasah, dan Sekolah ...
54
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012
55
Mukroji, Pesantren, Madrasah, dan Sekolah ...
56
Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012
donesia telah dininabobokan oleh hasil penelitian orang luar. Dan juga ke
seriusan kita yang masih sangat kurang untuk menggali potensi dan sumber-
sumber data yang ada yang bisa dijadikan sebagai obyek kajian, di samping
masalah dana yang sangat mahal untuk sebuah penelitian. Sehingga hasil
penelitiannya tidak maksimal, berbeda dengan hasil penelitian orang luar
Indonesia, karena ditopang oleh dana dan semangat yang membara, maka
kebanyakan penelitian merekapun berhasil.
Dari uraian di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa per
ubahan yang berlangsung selama itu merupakan suatu proses penyesuaian
dari sistem asli Indonesia kepada sistem pendidikan Barat. Dan kebijaksanaan
konvergensi yang menjadi dasar dari proses tersebut nempaknya memang
bermaksud mengadakan sintesa antara sistem pendidikan pesantren dengan
pendidikan sekolah. [ ]
Endnotes
1
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1984) hlm. 18
2
Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1976)
hlm. 223
3
Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, Butche B. Soendjono, Pent.
(Jakarta: LP3ES, 2985) hlm. 16.
4
Zamakhsyari, Tradisi......hlm. 44
5
Haidar Putra Daulay, Historisitas dan Eksistensi Pesantren, Sekolah, dan Madrasah,
(Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2001), hlm. 59
6
Soegarda, Ensiklopedia.....hlm. 221
7
Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri Tahun 1975, pasal 1
8
Haidar, Historisitas..... hlm. 35
9
Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta, FIP IKIP,
1986), hlm. 142
DAFTAR PUSTAKA
Dhofier, Zamakhsyari, 1984 Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3ES
Poerbakawatja, Soegarda, 1976 Ensiklopedia Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung
Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri Tahun 1975, pasal 1
Sutari, Imam Barnadib, 1986 Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Yogyakarta,
FIP IKIP
Ziemek, Manfred, 1985 Pesantren dalam Perubahan Sosial, Butche B. Soedjono,
Pent. Jakarta: LP3ES
57