Anda di halaman 1dari 1

Sejarah Konferensi Meja Bundar KMB

Dalam kaitannya kehadiran A.S. dalam Konferensi Meja Bundar yaitu bermaksud membantu
memastikan bahwa tidak ada sesuatu apapun yang menghalangi terlaksananya negosiasi yang cepat,
dengan tujuan peralihan kekuasaan dari Belanda ke Indonesia.

Namun dalam kenyataannya selama Konferensi Meja Bundar berlangsung, perwakilan A.S.
melangkah lebih jauh dari pedoman tersebut dengan maksud melindungi Belanda. Tindakan ini menjadi
sangat kentara ketika konferensi nyaris menemui jalan buntu di tiga soal penting yaitu pengalihan
tanggungjawab hutang kolonial, membentuk Uni-Indonesia-Belanda, dan Status Irian Barat.

Mengenai soal hutang kolonial, Belanda menuntut bahwa negara Indonesia yang berkewajiban
menanggung seluruh hutang pemerintah Hindia Belanda yang jumlahnya mencapai 6,1 miliar gulden.
Dengan pernyataan tersebut kemudian delegasi Indonesia setuju mengenai tuntutan hutang Hindia
Belanda sebelum tahun 1945, tetapi menolak untuk menanggung hutang setelah tahun 1945. Karena
takut hilangnya bantuan ekonomi Amerika dengan menolak usulan tersebut akhirnya menyetujui untuk
menanggung utang Hindia Belanda sebesar 4,3 miliar gulden.

Tentang masalah Uni-Indonesia-Belanda, delegasi Belanda mengusulkan supaya Ratu Belanda


dan para penerusnya menjadi kepala Uni. Kemudian delegasi Indonesia menolak usulan tersebut.
Mereka menuntut supaya Ratu tidak memegang fungsi apapun baik dalam arti hukum internasional
maupun konstitusional. Kemudian Amerika sekali lagi memutuskan untuk campur tangan, dengan
mengajukan Kepala Uni menjadi simbol dan perwujudan kerja sama yang sifatnya sukarela dan
berkesinambungan. Akhirnya usulan tersebut diterima oleh kedua delegasi.

Mengenai masalah krusial ketiga yakni masalah status dan masa depan Irian Barat, Belanda
bersikeras supaya wilayah ini tidak diikut sertakan di dalam proses peralihan kekuasaan. Dari
perundingan yang cukup lama, diperoleh kesepakatan bahwa Irian Barat akan tetap berada di bawah
wewenang Belanda, tetapi dalam kurun waktu satu tahun setelah peralihan kekuasaan, akan diadakan
perundingan lagi untuk status fina wilayah tersebut.

Setelah tiga hambatan utama dalam Konferensi Meja Bundar tersebut diatasi, pada tanggal 2
November 1949 delegasi Belanda, Republik Indonesia, dan negara-negara boneka buatan Belanda
menandatangani Perjanjian Den Haag yang menetapkan bahwa Belanda akan menyerahkan kedaulatan
atas bekas koloninya (kecuali Irian Barat) kepada Republik Indonesia Serikat.

Pada tanggal 27 Desember 1949, dalam sebuah upacara yang secara bersamaan dilaksanakan di
Den Haag dan Jakarta, dilakukan peralihan kekuasaan secara resmi dai Belanda kepada Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai