Anda di halaman 1dari 18

Artikel

PERAN PERPUSTAKAAN DALAM PRAKTIK DAN PEMBELAJARAN


INFORMASI OBAT (DRUG INFORMATION) MAHASISWA FARMASI

Oleh: Aprilia Mardiastuti*

INTISARI

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui peran perpustakaan dalam
praktik dan pembelajaran informasi obat (drug information) mahasiswa farmasi.
Sebagai ujung tombak pelayanan obat, apoteker berperan memberikan informasi
yang tepat dan dapat digunakan sebagai bahan rujukan yang kredibel bagi praktisi
kesehatan dan masyarakat umum. Peran tersebut diterapkan melalui layanan
informasi obat atau drug information (selanjutnya disebut dengan DI) yang
diperoleh melalui praktik dan pembelajaran di universitas ketika apoteker masih
berstatus sebagai mahasiswa farmasi. Keberhasilan praktik dan pembelajaran DI
tidak terlepas dari peran perpustakaan sebagai pengelola dan penyedia sumber-
sumber DI. Peran tersebut diwujudkan melalui ketersediaan sumber-sumber DI
dan pustakawan sebagai mediator antara mahasiswa dengan sumber-sumber DI
tersebut.

Kata kunci: informasi obat; drug information (DI); praktik dan pembelajaran
DI; mahasiswa farmasi; peran perpustakaan

A. PENDAHULUAN masyarakat (Fukuyama, 2018).


Era masyarakat 5.0 atau disebut Gambar 1 mengilustrasikan bahwa ada
society 5.0 ditandai dengan adanya dua isu pengembangan dan perluasan
transformasi digital yang bertujuan layanan kesehatan pada masyarakat
untuk kesejahteraan manusia. Untuk 5.0, meliputi generasi terbaru bidang
mencapai tujuan tersebut, salah satu pengobatan atau next-generation
langkah strategis yang dilakukan yakni medicine dan layanan kesehatan
inovasi bidang kesehatan melalui terintegrasi atau integrated healthcare
pembaharuan sistem perawatan medis, services (Keidanren, 2018).
asuhan keperawatan dengan penekanan Isu-isu di bidang pengobatan
pada manajemen kesehatan, berkaitan dengan perkembangan
pencegahan penyakit, dan swadaya industri farmasi. Di era masyarakat 5.0,

16 Media Informasi Volume 29, No.1, Juni 2020


Artikel

perkembangan tersebut didukung oleh mereka memperoleh dan


berbagai kemajuan teknologi informasi memanfaatkan informasi
yang mengakibatkan derasnya arus farmakoterapi yang benar dan
informasi di bidang kefarmasian. bagaimana berinteraksi dengan para
Situasi tersebut telah membawa praktisi kesehatan dan masyarakat
tantangan bagi para praktisi bidang umum dalam memberikan konsultasi
kesehatan, terutama para dokter obat melalui layanan DI (Mahmoud,
sebagai pemberi resep. Mereka 2018). Pengetahuan dan keterampilan
dihadapkan pada berbagai jenis sumber layanan DI mulai diperkenalkan dan
informasi obat, dengan bahan dan dipelajari ketika apoteker masih
kualitas yang bervariasi. menempuh pendidikan di perguruan
Perkembangan teknologi juga telah tinggi sebagai mahasiswa. Penelitian
memudahkan para pasien dan keluarga yang dilakukan Khan & Hadi (2014)
untuk mengakses sumber-sumber menunjukkan bahwa masih banyak
informasi obat, bahkan dari atas tempat ditemui mahasiswa farmasi yang
tidur di mana mereka sedang dirawat. belum menguasai keterampilan dalam
Apoteker sebagai ujung tombak mengenali dan memanfaatkan sumber-
pelayanan obat harus mengetahui sumber DI. Penelitian lain
sumber-sumber informasi obat yang mengungkapkan bahwa mahasiswa
tersedia dan dapat digunakan sebagai farmasi masih mengalami kesulitan
bahan rujukan yang kredibel. Selain dalam mengakses sumber informasi
memberikan pemahaman kepada para dan bahan riset obat, kurang menguasai
pasien dan keluarga, informasi obat penelusuran katalog obat, cara
atau drug information (selanjutnya membaca indeks, membuat model
disebut dengan DI) merupakan salah kutipan, dan penelusuran jurnal atau
satu cara untuk membantu para dokter database elektronik yang akan
dalam membuat keputusan terkait digunakan sebagai bahan praktik dan
dengan pilihan perawatan obat yang pembelajaran DI (Conlogue, 2019).
paling tepat untuk menyembuhkan Artikel ini cukup menarik untuk
pasien (Kier & Goldwire, 2018). dibahas mengingat tren pengetahuan
Peran klinis seorang apoteker bidang obat di era masyarakat 5.0 yang
sangat bergantung pada kemampuan semakin maju dan semakin

Media Informasi Volume 29, No.1, Juni 2020 17


Artikel

berkembangnya sumber-sumber DI B. PEMBAHASAN


yang tersedia di perpustakaan. Dari 1. Drug Information (DI)
satu sisi mahasiswa farmasi Di bidang kedokteran dan
memerlukan sumber-sumber tersebut kesehatan, informasi merupakan kunci
sebagai bahan praktik dan utama untuk mencegah adanya
pembelajaran DI, sementara di sisi lain kesalahan dalam pengobatan.
mereka belum memiliki kemampuan Informasi tersebut bertujuan untuk
dan keterampilan yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan
mengaksesnya. Mahasiswa farmasi keberhasilan perawatan pasien. Di
perlu dibekali keterampilan beberapa negara, regulasi obat yang
pengenalan, penelusuran, dan buruk dan minimnya informasi obat-
pemanfaatan sumber-sumber DI yang obatan yang dijual bebas merupakan
tersedia di perpustakaan agar mereka salah satu kontributor semakin
mempunyai kecakapan dan keahlian maraknya penggunaan obat-obatan
dalam praktik dan pembelajaran DI. ilegal dan tidak rasional (Kalra, et. al.,
Keberhasilan mahasiswa farmasi 2016). Terapi pengobatan yang kurang
dalam praktik DI tidak terlepas dari tepat atau pemberian dosis yang
keterlibatan perpustakaan perguruan berlebihan sangat berisiko terhadap
tinggi. Sebagai institusi yang bergerak kondisi pasien dan dapat menimbulkan
dalam bidang pengelolaan sumber- resistensi (Umashankar, et.al., 2017).
sumber informasi di tingkat Dari sisi biaya, data terbaru dari Harian
universitas, perpustakaan perguruan I n t e r n a s i o n a l Wa l l S t r e e t
tinggi berperan atas ketersediaan dan mengungkapkan bahwa tahun 2020
pemanfaatan sumber-sumber DI. obat-obatan di berbagai perusahaan
Berdasarkan uraian di atas, farmasi mengalami kenaikan rata-rata
permasalahan yang dibahas dalam 5,8% (Hopkins, 2020). Berdasarkan
tulisan ini, bagaimanakah peran berbagai pertimbangan tersebut,
perpustakaan dalam praktik dan pemberian informasi terkait dengan
pembelajaran informasi obat (drug bagaimana menggunakan obat-obatan
information) mahasiswa farmasi? secara rasional perlu diperhatikan.
Informasi obat atau drug
information (DI) merupakan

18 Media Informasi Volume 29, No.1, Juni 2020


Artikel

penyediaan informasi tertulis dan/atau dan memelihara data informasi


lisan atau nasihat yang berkaitan obat.
dengan obat-obatan dan terapi obat 5) Untuk merancang produk dan
yang diberikan oleh seorang apoteker mendistribusikan informasi bahan
dalam menanggapi permintaan dari obat.
para praktisi kesehatan (seperti dokter 6) Untuk memberikan informasi
dan perawat), pasien dan keluarga, yang tepat tentang toksikologi dan
serta masyarakat umum yang resiko keracunan obat.
memerlukan informasi obat (Kalra, et. Berdasarkan tujuan di atas,
al., 2016). pengetahuan dan keterampilan DI
Layanan DI menggambarkan diperlukan mahasiswa farmasi untuk
aktivitas yang dilakukan oleh apoteker kesuksesan karir mereka sebagai
dalam memberikan informasi untuk apoteker. Advanced pharmacy practice
mengoptimalkan penggunaan obat. experience (APPE) merupakan salah
Umashankar, et.al. (2017) satu pengembangan kurikulum
mendefinisikan enam tujuan layanan pembelajaran bidang farmasi,
DI sebagai berikut. menjelaskan manfaat mahasiswa
1) Untuk memberikan informasi mempelajari keterampilan DI, sebagai
komprehensif, obyektif, dan berikut (Neill & Johnson, 2012).
evaluatif tentang obat dengan 1) Mahasiswa mampu mengakses,
maksud untuk meningkatkan mengevaluasi, dan
penggunaan obat secara rasional. mengimplementasikan DI untuk
2) Untuk menyebarkan informasi mempromosikan perawatan
teknis, ilmiah, dan obyektif kesehatan yang optimal.
kepada penyedia layanan 2) Mahasiswa mampu me-review
kesehatan terkait dengan layanan dan mengembangkan pedoman
DI. klinis terkait dengan analisis obat.
3) Untuk menyebarkan informasi 3) M a h a s i s w a m a m p u
obat yang tepat kepada mengidentifikasi dan melaporkan
masyarakat umum. kesalahan dalam pengobatan dan
4) U n t u k m e n g h a s i l k a n , reaksi obat yang merugikan.
mengumpulkan, menganalisis, 4) M a h a s i s w a m e n g e t a h u i

Media Informasi Volume 29, No.1, Juni 2020 19


Artikel

pengelolaan dan penggunaan obat Accreditation Council for Pharmacy


terbatas, obat terlarang, dan obat Education (ACPE, 2015) merupakan
yang sedang diselidiki atau Dewan Akreditasi Pendidikan Farmasi
dikembangkan. Internasional merekomendasikan
5) Mahasiswa mengetahui peran dan konsep dasar dan keterampilan DI
partisipasi mereka dalam berbagai harus dipelajari secara formal di dalam
kebijakan perawatan kesehatan kurikulum pembelajaran di setiap
terutama yang berhubungan perguruan tinggi farmasi.
dengan farmasi. Pembelajaran tersebut tidak terlepas
6) Mahasiswa mampu menganalisis dari eksistensi perpustakaan perguruan
baik dari sisi anggaran maupun tinggi sebagai penyedia sumber
klinis untuk mendukung informasi bidang farmasi baik tercetak
rekomendasi formulasi obat yang maupun elektronik. Perpustakaan
akan digunakan sebagai terapi. perguruan tinggi memiliki kedudukan
7) Mahasiswa mampu mencari, yang penting atas peningkatan literasi
mengevaluasi, mengelola, dan sumber-sumber DI untuk
memanfaatkan publikasi klinis mempersiapkan mahasiswa dalam
dan ilmiah yang digunakan profesi khusus mereka sebagai
sebagai dasar untuk proses apoteker, dimana tingkat pengetahuan
pengambilan keputusan atas terapi dan keterampilan yang solid diperlukan
obat. untuk memberikan layanan DI sebagai
8) Mahasiswa memiliki dasar perawatan pasien secara efektif
keterampilan dalam dan efisien (Conlogue, B.C., 2019).
memanfaatkan teknologi yang Peran perpustakaan perguruan
digunakan dalam praktik farmasi. tinggi dalam praktik dan pembelajaran
DI mahasiswa farmasi bergantung pada
2. Peran Perpustakaan unsur-unsur utama yang disediakan,
Bekal pengetahuan dan meliputi ketersediaan sumber-sumber
keterampilan DI yang memadai sangat DI dan sumberdaya manusia atau
diperlukan oleh seorang apoteker pustakawan yang bertindak sebagai
mengingat DI akan diimplementasikan mediator antara pemustaka dengan
di sepanjang karir mereka. sumber-sumber informasi tersebut.

20 Media Informasi Volume 29, No.1, Juni 2020


Artikel

Gambar 2 mengilustrasikan peran sumber informasi primer (Kier &


perpustakaan perguruan tinggi dalam Goldwire, 2018). Sumber tersier
praktik dan pembelajaran DI (hasil mencakup informasi yang bersifat
analisis penulis berdasarkan umum dari sebuah subjek. Apabila
Jayaraman, et.al., 2015), dijelaskan informasi tersebut dinilai kurang
sebagai berikut. komprehensif, maka sumber sekunder
dapat dimanfaatkan untuk mengacu
a. Ketersediaan Sumber kepada sumber primer yang
Informasi Obat dimungkinkan akan membawa lebih
Salah satu bentuk keterlibatan banyak informasi terbaik, terkini, dan
perpustakaan perguruan tinggi dalam dan lebih mendalam dari suatu topik.
praktik dan pembelajaran DI adalah Kier & Goldwire (2018)
dengan menyediakan sumber-sumber menjelaskan ketiga sumber informasi
informasi klinis dan ilmiah bidang tersebut sebagai berikut.
obat. Pada era 5.0, kuantitas literatur 1) Sumber informasi tersier
dan informasi obat yang dapat diakses Sumber informasi tersier
dengan memanfaatkan kemajuan mencakup buku-buku teks, buku acuan
teknologi informasi semakin pembelajaran farmasi, ringkasan atau
meningkat. Teknologi informasi kompendium, review atau ulasan buku,
berbasis komputer, pemanfaatan ulasan artikel yang diterbitkan di
Personal Digital Assistant (PDA), dan jurnal, dan sumber informasi umum
sumber informasi internet telah lainnya termasuk sumber internet.
mengubah metode bagaimana Sumber-sumber informasi tersebut
mahasiswa farmasi mengakses dapat dijadikan sebagai referensi awal
sumber-sumber tersebut (Khan & Hadi, untuk mengidentifikasi informasi
2014). karena data dan fakta-fakta yang
Secara umum, metode terbaik dimuat cukup lengkap dan mudah
untuk menemukan sumber-sumber DI digunakan. Kebanyakan mahasiswa
mencakup tiga pendekatan, meliputi dan praktisi obat sangat nyaman dan
penelusuran atas sumber informasi akrab dengan sumber ini karena hampir
tersier, kemudian sumber informasi sebagian besar informasi yang
sekunder, dan yang terakhir adalah dibutuhkan dapat ditemukan di

Media Informasi Volume 29, No.1, Juni 2020 21


Artikel

dalamnya. Dapat dikatakan, sumber percobaan di bidang obat-obatan.


informasi tersier merupakan sumber Sumber tersebut bermanfaat untuk
pertama yang cukup baik untuk penelitian, pembelajaran, dan
menjawab permasalahan yang kesiapsiagaan informasi yang
berkaitan dengan DI. dibutuhkan. Contoh sumber primer
2) Sumber informasi sekunder yang sering dimanfaatkan para praktisi
Sumber informasi sekunder farmasi meliputi artikel jurnal, laporan
mengacu pada sumber referensi indeks penelitian orisinal seperti laporan uji
dan abstrak dari sumber informasi coba terkontrol, uji klinis, hasil
primer bertujuan untuk mengarahkan penelitian yang telah dipublikasikan
pencari informasi kepada sumber- atau dipatenkan, studi cohort, maupun
sumber primer. Istilah indeks dan sumber lain yang berisi pendapat atau
abstrak memiliki makna yang sedikit gagasan baru. Informasi yang dimuat
berbeda, dimana indeks memberikan dalam sumber ini lebih terperinci dan
informasi bibliografi seperti judul, diakui validitasnya karena telah
pengarang, dan sitasi atau kutipan dari melalui serangkaian penelitian dan
sumber informasi, sedangkan abstrak ujicoba.
dilengkapi dengan deskripsi singkat Tabel 1 mendeskripsikan sumber-
dari sumber informasi yang disitir atau sumber DI yang tersedia dan dapat
dikutip. Di era big data, terdapat diakses di perpustakaan perguruan
berbagai sistem pengindeksan dan tinggi (Kier & Goldwire, 2018).
pengabstrakan terkait bidang DI, oleh Untuk mendapatkan latar
karena itu pencarian di beberapa belakang penelusuran sumber-sumber
database yang berbeda perlu dilakukan DI, mahasiswa farmasi perlu
untuk mendapatkan hasil yang lebih berkonsultasi dengan para ahli dan
komprehensif. mengakses sejumlah besar data dari
3) Sumber informasi primer sumber-sumber referensi tercetak,
Sumber informasi primer elektronik, dan online (Shield & Park,
merupakan sumber informasi up-to- 2018) yang tersedia di perpustakaan.
date berupa tulisan yang Mereka juga melakukan brainstorming
menggambarkan tujuan, metode, dan dengan berita, laporan, atau sumber
hasil ujicoba, atau serangkaian informasi lain yang saat ini bertebaran

22 Media Informasi Volume 29, No.1, Juni 2020


Artikel

di situs internet. Selain peningkatan 3) Kualitas informasi, meliputi


jumlah data dan kecepatan, cara data penulis dan reviewer, sumber
dikomunikasikan juga meningkat informasi yang digunakan,
pesat, seperti adanya visualisasi kebijakan editorial, dan penyajian
gambar, grafik, suara, dan video. informasi yang up-to-date.
Situasi tersebut berakibat pada 4) Usabilitas atau kemudahan,
peningkatan jumlah informasi yang meliputi ketersediaan panduan
dihasilkan. mengakses situs, dan adanya
Meluapnya informasi yang ada di informasi kontak, peta, atau
situs internet dan konsekuensi yang alamat organisasi.
diakibatkan, telah disadari oleh para
ahli bidang farmasi. Ada kemungkinan b. Sumber Daya Manusia
sumber informasi yang didapatkan (Pustakawan)
kurang komprehensif, kurang kredibel, Kerterlibatan perpustakaan
atau kurang berkualitas sebagai bahan perguruan tinggi dalam praktik dan
referensi. Tabel 2 menggambarkan 4 pembelajaran DI berkaitan dengan
parameter yang dapat digunakan eksistensi pustakawan sebagai
sebagai kriteria dalam menilai sumber- pengelola sumber-sumber informasi
sumber DI yang ada di situs web (Kier kesehatan, termasuk di dalamnya
& Goldwire, 2018), dijelaskan sebagai bidang farmasi atau obat. Medical
berikut. Library Association (MLA, 2017)
1) Sumber informasi, meliputi merupakan asosiasi internasional
organisasi/orang yang perpustakaan bidang kesehatan
bertanggung jawab atas situs, mengeluarkan seperangkat kompetensi
kejelasan alamat situs, tujuan yang harus dimiliki oleh pustakawan
membuat situs, dan visi/misinya. pengelola sumber informasi bidang
2) Imbalan, meliputi biaya, imbalan, tersebut, meliputi:
dan konsekuensi yang 1) Lingkup layanan informasi
ditimbulkan atas akses sumber Pustakawan memiliki
informasi, kebijakan atas akses kemampuan untuk menemukan,
informasi pribadi, dan mengevaluasi, melakukan sintesa,
komersialisasi situs. dan memberikan informasi atas

Media Informasi Volume 29, No.1, Juni 2020 23


Artikel

pertanyaan yang berkaitan dengan banyak data klinis dari sumber


sumber referensi DI maupun lokal maupun informasi yang
informasi biomedis lainnya. telah dipublikasikan. Pustakawan
2) Lingkup manajemen informasi harus memiliki kemampuan untuk
Pustakawan memiliki mengelola, memanfaatkan, dan
k e m a m p u a n u n t u k mengkomunikasikan data-data
mengumpulkan dan mengelola klinis tersebut untuk kepentingan
data, informasi, dan pengetahuan riset dan berbagi pengetahuan.
klinis agar mudah diakses dan 6) L i n g k u p p e n g e m b a n g a n
ditemukan kembali. pengetahuan bidang kesehatan
3) Lingkup desain instruksi/ Pustakawan memiliki
pelatihan perpustakaan k e m a m p u a n u n t u k
Pustakawan memiliki mempromosikan informasi
kemampuan untuk memberikan bidang farmasi, obat, dan
instruksi/pelatihan keterampilan kesehatan. Mereka dapat
DI, dan literasi informasi bidang bekerjasama dengan profesi lain
kesehatan lainnya. dalam rangka peningkatan akses
4) Lingkup manajemen atas informasi tersebut.
perpustakaan Merujuk pentingnya eksistensi
Riset dan pembelajaran bidang dan kompetensi di atas, peran
farmasi, obat, dan kesehatan pustakawan dalam praktik dan
berkembang sangat pesat. pembelajaran DI dijelaskan sebagai
Pustakawan harus memiliki berikut (Jinxuan, Stahl, & Knotts,
kemampuan untuk mengelola dan 2018).
memberdayakan sumber daya, 1) Pustakawan berperan dalam
fasilitas, dan teknologi yang penelusuran informasi klinis dan
digunakan untuk mendukung medis
proses riset dan pembelajaran Layanan DI identik dengan
tersebut. informasi klinis dan medis, seperti
5) Lingkup penelitian dan praktik terapi obat dan keperawatan yang
berbasis bukti (evidence-based) digunakan sebagai sarana
Pustakawan mempunyai akses ke pengambilan keputusan berbasis

24 Media Informasi Volume 29, No.1, Juni 2020


Artikel

bukti atau evidence based atau dosen.


medicine (EBM). Pustakawan 3) Pustakawan berperan dalam
dapat memanfaatkan kolaborasi informasi
keterampilan penelusuran Perkembangan bidang medis dan
informasi yang dimilikinya untuk obat-obatan saat ini adalah
menemukan sumber informasi terintegrasinya sumber daya klinis
klinis dan medis untuk berbasis bukti (evidence-based
mendukung para praktisi resources) ke dalam catatan medis
kesehatan dalam menentukan elektronik. Pustakawan dapat
terapi obat yang tepat bagi pasien. berinteraksi dan berkolaborasi
2) Pustakawan berperan dalam dengan ahli informasi kesehatan
literasi, pendidikan, dan atau staf rekam medis melalui
bimbingan pemanfaatan sumber- pengorganisasian, penerapan
sumber DI sistem, dan penciptaan tautan
Pustakawan berperan dalam literatur medis bidang obat ke
literasi dan bimbingan dalam rekam medis elektronik.
pemanfaatan sumber-sumber DI 4) Pustakawan berperan dalam
secara individu maupun manajemen perpustakaan
kelompok. Pada lingkup ini Meskipun saat ini tugas-tugas
pustakawan tidak hanya sebatas kepustakawanan lebih bersifat
memberikan informasi sumber human-centric (berorientasi pada
DI, akan tetapi mendidik pemustaka), pustakawan harus
mahasiswa untuk lebih mandiri mengambil peran manajerial di
dalam menemukan sumber- lembaga mereka. Peran tersebut
sumber DI yang tepat dan diwujudkan dalam layanan teknis
kredibel. Pustakawan dapat perpustakaan, seperti pengelolaan
mengintegrasikan program dan pengembangan sumber-
literasi melalui pembelajaran di sumber DI elektronik dan tercetak,
kelas. Untuk mencapai hasil yang pemberdayaan sarana dan fasilitas
efektif, pustakawan dapat fisik perpustakaan sebagai
mendiskusikan metode yang laboratorium penelitian obat,
digunakan dengan staf pengajar tempat mahasiswa berkolaborasi

Media Informasi Volume 29, No.1, Juni 2020 25


Artikel

dalam penelitian bidang farmasi, (evidence-based medicine), teknik


dan memfasilitasi diskusi ilmiah. penulisan ilmiah, manajemen
5) Pustakawan berperan sebagai sitasi, pengetahuan terkait hak
mitra dan penghubung informasi cipta dan kekayaan intelektual
Tidak semua mahasiswa farmasi (HAKI), dan berperan dalam
memiliki keterampilan yang tinjauan sistematis (systematic
memadai untuk memahami re v i e w ) d e n g a n m e l a k u k a n
kualitas dan menilai sumber- penilaian atau evaluasi literatur
sumber DI yang dibutuhkan untuk dan penelitian bidang obat dengan
bahan riset dan pembelajaran. kriteria spesifik.
Pustakawan berperan sebagai 7) Pustakawan mendukung dalam
mitra bagi mereka dengan advokasi pasien
membantu penelusuran informasi Pustakawan tidak hanya
sumber-sumber DI, menjawab berkontribusi pada institusi
pertanyaan rujukan, menyediakan pendidikan perguruan tinggi,
informasi yang tepat dan kredibel, namun lebih luas dapat
serta membantu mereka untuk diwujudkan dengan melayani
dapat memahami bagaimana kebutuhan pasien atas DI. Hal
memanfaatkan informasi tersebut tersebut bertujuan untuk
sebagai bahan rujukan. meningkatkan pemahaman pasien
6) Pustakawan berperan dalam tentang pengobatan. Peran
penelitian dan penerbitan ilmiah pustakawan bukan sebagai
Pada lingkup ini, pustakawan pemberi saran medis, akan tetapi
dapat mendedikasikan terbatas pada membantu pasien
pengetahuan yang dimiliki dengan dan keluarga, serta masyarakat
menyediakan informasi sebagai umum untuk menemukan sumber-
bahan penelitian obat. Mereka sumber DI yang kredibel dan
memiliki pengalaman dan dapat digunakan sebagai bekal
keterampilan di bidang yang pasien berkonsultasi dengan
spesifik dan tidak dimiliki oleh profesional medis, atau sebagai
staf lain, seperti keahlian referensi bahan pertimbangan untuk
dan informasi klinis berbasis bukti mencari perawatan.

26 Media Informasi Volume 29, No.1, Juni 2020


Artikel

8) Pustakawan hadir dalam informasi dan teknologi data dapat


komunikasi ilmiah di situs web dimanfaatkan oleh pustakawan
Di era masyarakat 5.0, salah satu untuk mengembangkan sistem
cara untuk memfasilitasi repositori perpustakaan sebagai
penelitian ilmiah di bidang upaya pengelolaan hasil penelitian
farmasi dan obat adalah lembaga yang bersangkutan.
pengembangan fasilitas online
berbasis web sebagai sarana C. KESIMPULAN
dalam komunikasi ilmiah. Salah satu langkah strategis era
Pustakawan dapat berkontribusi di masyarakat 5.0 yakni inovasi
dalamnya sebagai mediator dan kesehatan dengan pengembangan
fasilitator dalam pengorganisasian generasi terbaru di bidang pengobatan
dan penyajian informasi online atau next-gen medicine. Apoteker
bidang farmasi dan DI, ikut sebagai ujung tombak layanan di
terlibat dalam desain dan bidang obat dituntut untuk menguasai
perencanaan situs web lembaga, pengetahuan dan keterampilan praktik
berperan sebagai administrator DI. Selain pada saat bekerja,
web, dan pengelola konten web. keterampilan tersebut diperoleh
9) Pustakawan berperan dalam seorang apoteker ketika mereka
pengelolaan repositori lembaga mengikuti pembelajaran di fakultas
Kemajuan ilmu pengetahuan di sebagai mahasiswa. Pengetahuan dan
bidang farmasi dan obat-obatan, keterampilan mahasiswa farmasi
berpengaruh pada perkembangan dalam praktik DI tidak terlepas dari
penelitian yang dilakukan di keterlibatan perpustakaan perguruan
perguruan tinggi. Agar hasil tinggi. Sebagai institusi yang bergerak
penelitian yang dilakukan oleh dalam bidang pengelolaan sumber-
lembaga dapat membawa manfaat sumber informasi di tingkat
bagi perkembangan ilmu universitas, perpustakaan perguruan
pengetahuan, maka diperlukan tinggi berperan atas ketersediaan dan
kemudahan atas akses penelitian pemanfaatan sumber-sumber DI. Peran
tersebut. Kemajuan dalam ilmu tersebut bergantung pada unsur-unsur

Media Informasi Volume 29, No.1, Juni 2020 27


Artikel

utama yang disediakan, meliputi DAFTAR PUSTAKA


ketersediaan sumber-sumber DI dan
sumberdaya manusia atau pustakawan Accreditation Council for Pharmacy
yang bertindak sebagai mediator antara Education (ACPE). (2015).
pemustaka dengan sumber-sumber Guidance for the accreditation
informasi tersebut. standards and key elements for the
Ketersediaan sumber-sumber DI professional program in
di perpustakaan meliputi sumber pharmacy leading to the doctor of
tersier, sumber sekunder, dan sumber pharmacy degree. Chicago:
primer. Sedangkan sumber-sumber lain ACPE. Diakses dari
seperti berita, laporan dan sumber- https://www.acpe-
sumber yang tersebar di internet dapat accredit.org/pdf/GuidanceforStan
dijadikan sebagai acuan setelah melalui dards 2016FINAL.pdf
4 kriteria penilaian, yaitu kriteria Conlogue, B.C. (2019). Information
sumber informasi, imbalan, kualitas literacy instruction for pharmacy
informasi, dan usabilitas atau students: A pharmacy librarian
kemudahan. Peran pustakawan dalam reflects on a year of teaching.
praktik dan pembelajaran DI mengacu Journal of the Medical Library
pada 6 kompetensi yang dikeluarkan Association, Januari, 107(1), 98-
oleh Medical Library Association 102. Doi: dx.doi.org/10.5195/
(MLA) sebagai lembaga asosiasi jmla.2019.522
perpustakaan bidang kesehatan. Peran Fukuyama, M. (2018). Society 5.0:
tersebut diwujudkan dalam bentuk Aiming for a new-human-
kegiatan penelusuran, literasi, dan centered society. Japan Spotlight.
kolaborasi informasi, manajemen Edisi Juli-Agustus, 47-50.
perpustakaan, mitra dan penghubung D i a k s e s d a r i
informasi, penerbitan ilmiah, advokasi https://www.jef.or.jp/journal/pdf/
pasien, komunikasi ilmiah, dan 220th_ Special_Article_02.pdf
pengelolaan repositori lembaga. Hopkins, J.S. (2020). Drug prices
climb by 5.8% on average. The
Wall Street Journal, No. 3 (Maret).
D i a k s e s d a r i

28 Media Informasi Volume 29, No.1, Juni 2020


Artikel

https://www.wsj.com/articles/dru dari https://www.keidanren.or.jp/


g-prices-climb-by-5-8-on- e n / p o l i c y / 2 0 1 8 /
average-less-than-last-year- 021_overview.pdf
11577984680 Khan, T.M. & Hadi, M.A. (2014).
Jayaraman, I., et.al. (2015). Role of Preceptors' use of hand-held
libraries in pharmacy education devices and use of drug
and perceptions of library information resources in Al-Ahsa,
professional's about their job. S a u d i A r a b i a . C u r re n t s i n
Indian Journal of Pharmaceutical Pharmacy Teaching and Learning
Education and Research, 49(3), 6 , 2 8 4 - 2 8 8 . D o i :
272-281. Doi: 10.5530/ http://dx.doi.org/10.1016/j.cptl.2
ijper.49.4.5 013.11.007
Jinxuan M., Stahl, L., & Knotts, E. Kier, K. L., & Goldwire, M. (2018).
(2018). Emerging roles of health Drug information resources and
information professionals for literature retrieval. ACCP Updates
library and information science in Therapeutics, 7th Ed. American
curriculum development: A College of Clinical Pharmacy
scoping review. Journal of the (ACCP): Ohio-Colorado.
Medical Library Association, Mahmoud, A.A. (2018). Impact of drug
106(4), 432-444. DOI: information advanced pharmacy
dx.doi.org/10.5195/jmla.2018.35 practice experience rotation on
4 doctor of pharmacy degree
Kalra M., et.al. (2016). Drug students' skills, Taif, Saudi Arabia.
Information Centers: Need of the WJPMR, 4(1), 84-89. Diakses
hour. Internationale dari https://www.wjpmr.com
Pharmaceutica Sciencia, I(1), Medical Library Association (MLA)
Januari-Maret, 69-76. Diakses (2017). Performance indicators
d a r i for professional competencies:
http://www.ipharmsciencia.com MLA competencies for lifelong
Keidanren Policy And Action. Japan learning and professional success.
Business Federation. (2018). Medical Library Association:
Healthcare in Society 5.0. Diakses Chicago. Diakses dari

Media Informasi Volume 29, No.1, Juni 2020 29


Artikel

https://www.mlanet.org/p/cm/ld/f Division, 2006. Diakses dari


id=1217 https://accesspharmacy.mhmedic
Neill, K.K. & Johnson, J.T. (2012). An al.com/book.aspx?bookid=2275
advanced pharmacy practice Umashankar, M.S., et.al. (2017).
experience in applicationof Review on benefits of drug
evidence-based policy. American information center services: A
Journal of Pharmaceutical new transpiring practice to health
Education, 76 (7), Artikel 133, 1-7 care professionals in hospitals. J.
Doi: 10.5688/ajpe767133 Chem. Pharm. Res., 9(5), 28-38.
Shields, K.M. & Park, S.K. (2018). Diakses dari www.jocpr.com
Drug information resources. Drug
information: A guide for *) Pustakawan UGM
pharmacists, Ed. ke-6. New York:
McGraw-Hill Medical Publishing

30 Media Informasi Volume 29, No.1, Juni 2020


Artikel

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Isu Pengembangan Layanan Kesehatan Masyarakat 5.0


(Sumber: Keidanren Policy & Action, 2018)

Gambar 2. Peran Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam Praktik dan Pembelajaran


Informasi Obat (DI) Mahasiswa Farmasi
(Sumber: Analisis penulis berdasarkan Jayaraman, et.al., 2015)

Media Informasi Volume 29, No.1, Juni 2020 31


Artikel

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Ketersediaan Sumber Informasi Obat (DI) Perpustakaan Perguruan Tinggi

32 Media Informasi Volume 29, No.1, Juni 2020


Artikel

Tabel 2. Kriteria Sumber Informasi Obat (DI) Dalam Situs Web

Media Informasi Volume 29, No.1, Juni 2020 33

Anda mungkin juga menyukai