Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MODEL PEMBANGUNAN DI INDONESIA

DISUSUN OLEH

KELOMPOK III

DIAN MUNADIA : (200222108)

SYARFINA : (200222100)

NURSYAFIKA : (200222107)

LINDA LIRMALASARI : (200222127)

RIZALDY BAKHTIAR : (1922088)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SINJAI

TAHUN 2021 / 2022

i
Kata pengantar

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun
merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar belakang...........................................................................................1

BAB II. PEMBAHASAN......................................................................................3

A. Model pembangunan indonesia.................................................................3


B. Pengatasan masalah pembangunan............................................................4

BAB III. PENUTUP..............................................................................................5

A. Kesimpulan................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. latar belakang masalah

Di Indonesia, kata pembangunan sudah menjadi kata kunci bagi segala hal.
Secara umum, pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan
masyarakat dan warganya; sering kali, kemajuan yang dimaksudkan terutama
adalah kemajuan material. Maka, pembangunan acap kali diartikan sebagai
kemajuan yang dicapai oleh satu masyarakat di bidang ekonomi; bahkan dalam
beberapa situasi yang sangat umum pembangunan diartikan sebagai suatu bentuk
kehidupan yang kurang diharapkan bagi ‘sebagian orang tersingkir’ dan sebagai
ideologi politik yang memberikan keabsahan bagi pemerintah yang berkuasa
untuk membatasi orang-orang yang mengkritiknya (Budiman, 1995).

Suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang
dilakukan secara terencana (Ginanjar Kartasasmita, 1994)

Pembangunan sebenarnya meliputi dua unsur pokok: pertama, masalah


materi yang mau dihasilkan dan dibagi, dan kedua, masalah manusia yang
menjadi pengambil inisiatif, yang menjadi manusia pembangun. Bagaimanapun
juga, pembangunan pada akhirnya harus ditujukan pada pembangunan manusia;
manusia yang dibangun adalah manusia yang kreatif, dan untuk bisa kreatif ini
manusia harus merasa bahagia, aman, dan bebas dari rasa takut. Pembangunan
tidak hanya berurusan dengan produksi dan distribusi barang-barang material;
pembangunan harus menciptakan kondisikondisi manusia bisa mengembangkan
kreativitasnya (Budiman, 1995).

Dalam praktek pembangunan di banyak negara, setidaknya pada tahap


awal pembangunan umumnya berfokus pada peningkatan produksi. Meskipun
banyak varian pemikiran, pada dasarnya kata kunci dalam pembangunan adalah
pembentukan modal. Oleh karena itu, strategi pembangunan yang dianggap paling
sesuai adalah akselerasi pertumbuhan ekonomi dengan mengundang modal asing

1
dan melakukan industrialisasi. Peranan sumber daya manusia (SDM) dalam
strategi semacam ini hanyalah sebagai “instrumen” atau salah satu “faktor
produksi” saja. Manusia ditempatkan sebagai posisi instrumen dan bukan
merupakan subyek dari pembangunan. Titik berat pada nilai produksi dan
produktivitas telah mereduksi manusia sebagai penghambat maksimisasi kepuasan
maupun maksimisasi keuntungan.

Konsekuensinya, peningkatan kualitas SDM diarahkan dalam rangka


peningkatan produksi. Inilah yang disebut sebagai pengembangan SDM dalam
kerangka production centered development (Tjokrowinoto, 1996). Bisa dipahami
apabila topik pembicaraan dalam perspektif paradigma pembangunan yang
semacam itu terbatas pada masalah pendidikan, peningkatan keterampilan,
kesehatan, link and match, dan sebagainya. Kualitas manusia yang meningkat
merupakan prasyarat utama dalam proses produksi dan memenuhi tuntutan
masyarakat industrial. Alternatif lain dalam strategi pembangunan manusia adalah
apa yang disebut sebagai people centered development atau panting people first
(Korten, 1981 dalam Kuncoro, 2004). Artinya, manusia (rakyat) merupakan
tujuan utama dari pembangunan, dan kehendak serta kapasitas manusia
merupakan sumber daya yang paling penting Dimensi pembangunan yang
semacam ini jelas lebih luas daripada sekedar membentuk manusia profesional
dan terampil sehingga bermanfaat dalam proses produksi. Penempatan manusia
sebagai subyek pembangunan menekankan pada pentingnya pemberdayaan
(empowerment) manusia, yaitu kemampuan manusia untuk mengaktualisasikan
segala potensinya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Model Pembangunan

Sejarah mencatat munculnya paradigma baru dalam pembangunan seperti


pertumbuhan dengan distribusi, kebutuhan pokok ( basic needs ) pembangunan
mandiri ( self-reliant development ), pembangunan berkelanjutan dengan
perhatian terhadap alam ( ecodevelopment ), pembangunan yang memperhatikan
ketimpangan pendapatan menurut etnis ( ethnodevelomment ) (Kuncoro, 2003).
Terdapat pula yang mengategorikan paradigma tersebut pada tiga model
pembangunan, yakni Economic Growth, Basic Needs dan People Centered .

1. Economic growth (model pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan)

Teori ini menekankan pada kenaikan pendapatan nasional (perspektif


ekonomi) dalam jangka waktu misal per tahun. Tingkat pertumbuhan
ekonomi tersebut akan secara langsung mempengaruhi penyerapan tenaga
kerja. Oleh karena itu, proses pembangunan menjadi terpusat pada produksi,
antara lain melalui:

akumulasi modal termasuk semua investasi baru dalam bentuk tanah,


peralatan fisik dan SDM;

peningkatan tenaga kerja, baik secara kuantitas maupun kualitas;

kemajuan teknologi, yakni cara baru untuk menggantikan pekerjaanpekerjaan


yang bersifat tradisional.

2. Basic needs (model pembangunan kebutuhan dasar/kesejahteraan)

Tokoh teori ini adalah Gunnar Myrdall yang mencoba memecahkan masalah
kemiskinan secara langsung dengan memenuhi segala kebutuhan dasar
masyarakat khususnya masyarakat miskin, misal dengan memenuhi
kebutuhan sandang, pangan, perumahan, serta akses terhadap pelayanan

3
publik seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, transportasi, dan lain-lain.
Untuk itu, maka pemerintah dapat melakukan subsidi atau bantuan
pemenuhan kebutuhan mendasar masyarakat.

3. People centered (model pembangunan yang berpusat pada manusia)

Fokus sentral proses pembangunan adalah peningkatan perkembangan


manusia dan kesejahteraan manusia, persamaan dan sustainability sehingga
model ini berwawasan lebih jauh dari sekedar angka pertumbuhan GNP atau
pengadaan pelayanan sosial. Contoh dari model ini, adalah empowering /
pemberdayaan. Pada proses ini pemerintah berperan sebagai fasilitator.
Peranan pemerintah dalam hal ini adalah menciptakan lingkungan sosial yang
memungkinkan manusia untuk berkembang, yaitu lingkungan sosial yang
mendorong perkembangan manusia dan aktualisasi potensi manusia secara
lebih besar.

B. Pengatasan Masalah Pembangunan 

Pada dasarnya setiap permasalahan yang terjadi pasti ada solusi atau jalan
keluarnya, hanya itu semua tergantung kita bagaimana dalam menyikapi dan
memberi tindakan terhadap permasalahan-permasalahan tersebut. Begitu juga
dengan masalah pembangunan yang ada di Indonesia, pada dasarya pemerintah
tidak hanya berdiam diri, banyak upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah
untuk memeratakan pembanguna di Indonesia meskipun sampai pada saat ini
hasilnya belum sesuai dengan harapan, tetapi itu semua sudah menunjukan
perkembangan yang positif.

Upaya-upaya tersebut diantaranya adalah :

1. Membentuk daerah otonom baru (DOB)

Pembentukan DOB sejak tahun 1999 sampai 2008 menunjukkan


perkembangan yang cukup signifikan, karena jumlah Provinsi di
Indonesiameningkat sebesar 21%, jumlah Kabupaten meningkat sebesar 41%, dan
jumlah Kota meningkat sebesar 37%. 

Peningkatan tersebut sangat mempengaruhi penyelenggaraan


pemerintahan di Indonesia, khususnya pemerintahan daerah, mengingat tujuan
penyelenggaraan otonomi daerah seluas-luasnya adalah untuk: (1) meningkatkan

4
kesejahteraan masyarakat, (2) pelayanan umum, (3) dayasaing daerah. 

2. Dengan melakukan berbagai perencanaan

Ada dua arahan yang tercakup dalam perencanaan.Pertama, arahan dan


bimbingan bagi seluruh elemen bangsa untuk mencapai tujuan bernegara seperti
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Arahan ini dituangkan dalam rencana
pembangunan nasional sebagai penjabaran langkah-langkah untuk mencapai
masyarakat yang terlindungi, sejahtera, cerdas dan berkeadilan dan dituangkan
dalam bidang-bidang kehidupan bangsa: politik, sosial, ekonomi, budaya, serta
pertahanan dan keamanan. Kedua, arahan bagi pemerintah dalam menjalankan
fungsinya untuk mencapai tujuan pembangunan nasional baik melalui intervensi
langsung maupun melalui pengaturan masyarakat/pasar,

Proses Perencanaan Politik dan Teknokratik Pada mulanya ahli-ahli teori


perencanaan publik menggunakan informasi preferensi (keinginan) semua
penduduk sebagai awal dari proses perencanaan pembangunan. Namun kini,
karena kurang praktis, maka preferensi penduduk tidak lagi dikumpulkan melalui
penelitian, tetapi diganti dengan proses politik. Dalam pemilihan umum
dipandang sebagai wakil dimana para calon Presiden/Wakil Presiden/Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah menawarkan program-program pembangunan yang
akan dilaksanakan bila kelak menang. Sebagai contoh, bila dalam pemilu ada
calon peserta yang menawarkan program pembangunan jembatan, maka pemilih
yang tinggal di desa sekitar jembatan merasa ada insentif untuk memilihnya.
Kalau menang, maka pembangunan jembatan yang dijanjikan akan menjadi
program Presiden/Wakil Presiden/Kepala Daerah tersebut selama berkuasa.
Sehingga bila program para calon sesuai dengan kebutuhan masyarakat pemilih,
maka akan terjadi simbiosis. Inilah yang dinamakan proses politik dalam
perencanaan. 

Proses lain dalam menghasilkan rencana pembangunan adalah proses


teknokratik. Untuk contoh dua desa di sisi sungai di atas, kebutuhan akan
jembatan juga bisa muncul ke permukaan melalui pengamat profesional. Dengan
data yang ada, pengamat profesional bisa sampai pada kesimpulan bahwa
jembatan tersebut memang diperlukan dan layak untuk di bangun. Pengamat
profesional adalah kelompok masyarakat yang terdidik yang walau tidak
mengalami sendiri, namun berbekal pengetahuan yang dimiliki dapat
menyimpulkan kebutuhan akan suatu barang yang tidak dapat disediakan pasar.
Pengamat ini bisa pejabat pemerintah, bisa non-pemerintah, atau dari perguruan
tinggi.Selanjutnya dari hasil pengamatan kebutuhan masyarakat, rencana

5
pembangunan dapat disusun.Agregat dari kebutuhan masyarakat yang ditemukan
oleh pengamat profesional menghasilkan perspektif akademis pembangunan.
Inilah yang dinamakan proses teknokratik dalam perencanaan.

Untuk mendapat suatu rencana yang optimal maka rencana pembangunan


hasil proses politik perlu digabung dengan rencana pembangunan hasil proses
teknokratik. Agar kedua proses ini dapat berjalan selaras, masing-masing perlu
dituntun oleh satu visi jangka panjang. Agenda Presiden/Wakil Presiden/Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah yang berkuasa yang dihasilkan dari proses politik
perlu selaras dengan perspektif pembangunan yang dihasilkan. Selanjutnya
agenda pembangunan jangka menengah ini diterjemahkan ke dalam rencana kerja
pemerintah (RKP) tahunan yang sekaligus menjadi satu dalam Rancangan
Anggaran dan Pendapatan Negara (RAPBN) sebelum disetujui oleh DPR untuk
ditetapkan menjadi UU.

3. Pengembangan Wilayah Tertinggal

Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJM) Nasional Tahun


2004-2009 (Perpres Nomor 7 Tahun 2005) telah diidentifikasi ada 199 daerah
yang dikategorikan sebagai daerah tertinggal, yaitu daerah kabupaten yang
masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain
dalam skala nasional. 199 daerah yang dikategorikan sebagai daerah tertinggal,
yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Papua, dan Nusa Tenggara
Timur.Sebagian kecil daerah tertinggal terdapat di Pulau Jawa dan Bali.Bagian
terbesarnya tersebar di kawasan Timur Indonesia (KTI). Berdasarkan sebaran
wilayahnya, sebanyak 123 kabupaten atau (63%) kawasan tertinggal berada di
kawasan Timur Indonesia, 58 Kabupaten (28%) berada di Pulau Sumatera, dan 18
Kabupaten (8%) berada di Pulau Jawa dan Bali. Di luar kategori wilayah
tertinggal, terdapat sejumlah kawasan yang dapat kita sebut sebagai “kawasan
paling tertinggal”.

Kawasan ini dihuni oleh Komunitas Adat Terpencil (KAT), yaitu


kelompok sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar.Pada umumnya,
kawasan itu belum tersentuh oleh jaringan dan pelayanan sosial, ekonomi dan
politik.Sementara itu, hampir seluruh pulau-pulau kecil terluar dan terdepan di
dalam wilayah kedaulatan negara kita, yang berjumlah 92 pulau, termasuk pula di
dalam kategori kawasan tertinggal.

Berbagai permasalahan sebagai penyebab suatu daerah kabupaten menjadi


daerah tertinggal, secara dominan dikelompokkan ke dalam:

6
1. Permasalahan aspek pengembangan ekonomi lokal yaitu
keterbatasanpengelolaan sumber daya lokal dan belum terintegrasinya
dengankawasan pusat pertumbuhan.
2. Permasalahan aspek pengembangan sumber daya manusia yaiturendahnya
kualitas sumber daya manusia.
3. Permasalahan aspek kelembagaan, terutama rendahnya
kemampuankelembagaan aparat dan masyarakat.
4. Permasalahan aspek sarana dan prasarana terutama transportasidarat, laut, dan
udara; telekomunikasi, dan energi, serta keterisolasiandaerah.
5. Permasalahan aspek karakteristik daerah terutama berkaitan dengandaerah
rawan bencana (kekeringan, banjir, longsor, kebakaran hutan,gempa bumi, dll)
serta rawan konflik sosial.

Untuk mengatasi permasalahan pembangunan daerah tertinggaldilakukan


strategi dasar melalui empat pilar:

(1) Pilar pertama, meningkatkan kemandirian masyarakat dan daerahtertinggal,


dilakukan melalui:

1. pengembangan ekonomi lokal,


2. pemberdayaan masyarakat,
3. penyediaan prasarana dan sarana lokal/perdesaan, dan
4. peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah, dunia usaha,
masyarakat.

(2) Pilar kedua, mengoptimalkan pemanfaatan potensi wilayah, dilakukan melalui:

1. penyediaan informasi potensi sumberdaya wilayah,


2. pemanfatan teknologi tepat guna,
3. peningkatan investasi dan kegiatan produksi,
4. pemberdayaan dunia usaha dan UMKM, dan
5. pembangunan kawasan produksi.

(3) Pilar ketiga, memperkuat integrasi ekonomi antara daerah tertinggal dan
daerah maju, dilakukan melalui:

1. pengembangan jaringan ekonomi antar wilayah,


2. pengembangan jaringan prasarana antar wilayah, dan
3. pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi daerah.

(4) Pilar keempat, meningkatkan penanganan daerah khusus yang memiliki


karakteristik ‘keterisolasian ’, dilakukan melalui:

7
1. pembukaan keterisolasian daerah (pedalaman, pesisir, dan pulau kecil
terpencil),
2. penanganan komunitas adat terasing, dan
3. pembangunan daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil.

Berdasarkan evaluasi terhadap kebijakan alokasi dana perimbangandan


kinerja ekonomi daerah tertinggal, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Faktor atau dimensi yang paling dominan yang menyebabkan


ketertinggalan suatu daerah yaitu:

a. Belum adanya sikap profesionalisme dan kewirausahaan daripelaku


pengembangan kawasan di daerah.
b. Masih lemahnya koordinasi, sinergi, dan kerjasama diantarapelaku-pelaku
pengembangan kawasan, baik pemerintah, swasta,lembaga non pemerintah,
dan masyarakat, serta antarapemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota,
dalam upayameningkatkan daya saing produk unggulan.
c. Jeterbatasan jaringan prasarana dan sarana fisik dan ekonomidalam
mendukung pengembangan kawasan dan produk unggulan daerah.
d. Belum optimalnya pemanfaatan kerangka kerjasama antar wilayahmaupun
antar negara untuk mendukung peningkatan daya saing kawasan dan produk
unggulan.
e. Ketidakseimbangan pasokan sumberdaya alam dengan kebutuhan
pembangunan.
f. Permasalahan utama dari ketertinggalan pembangunan di wilayahperbatasan
adalah arah kebijakan pembangunan kewilayahanyang selama ini cenderung
berorientasi ’inward looking’ sehingga seolah-olah kawasan perbatasan
hanya menjadi halaman belakang dari pembangunan negara.
g. Pulau-pulau kecil yang ada di Indonesia sulit berkembang terutama karena
lokasinya sangat terisolir dan sulit dijangkau. Diantaranya banyak yang
tidak berpenghuni atau sangat sedikit jumlah penduduknya, serta belum
tersentuh oleh pelayanan dasar dari pemerintah.
2. Faktor pengungkit untuk mempercepat pembangunan daerah tertinggal:
a. Peningkatan kapasitas fiskal merupakan titik awal dari percepatan
pembangunan daerah tertinggal.
b. Pembangunan infrastruktur sosial dan dasar agar berdampak optimal
terhadap penegmbangan sumberdaya manusia, baik dari apsek ekonomi,
pendidikan,dan kesehatan.
c. Aksestabilitas masyarakat daerah tertinggal terhadap faktor produksi yang
terdapat diwilayahnya maupun diluar wilayahnya.

8
3. Strategi percepatan pembangunan dari masing-masing daerah
tertinggal berdasarkan dimensi yang paling dominan dan faktor
pengungkit dari masing-masing dimensi ketertinggalan:

a. Pembangunan daerah tertinggal harus dilakukan dengan pendekatan


kewilayahan.
b. Perlu dibedakan stratagi pembangunan daerah tertinggal yang ada di
kepulauan dan pesisir dengan di non kepulauan dan non pesisir.
c. Perlu dibedakan stratagi pembangunan daerah tertinggal yang ada
diperbatasan dan non perbatasan.

4. Rencana kedepan strategi percepatan pembangunan daerah


tertinggal:

a. Pengembangan daerah tertinggal dapat dilakukan dengan strategi pokok


sebagai berikut:

a) setiap daerah harus menentukan sector unggulan;


b) pembangunan sumberdaya manusia disesuaikan dengan potensi
sumberdaya alam lokal dan sesuai dengan standar industri, untuk
meminimalkan atau menghilangkan konflik antara masyarakat lokal
dengan industri;
c) pengembangan komoditas unggulan secara terfokus;
d) pemberian insentif fisik dan nonfisik bagi pengembangan
sektor/komoditas unggulan, diantaranya berupa keringanan pajak dan
retribusi, pembangunan prasarana dan sarana, kemudahan perijinan, dan
kepastian hukum;
e) pembangunan industri berbasis sumberdaya alam;
f) meningkatkan produktivitas untuk menciptakan daya saing daerah; dan
g) membangun alur pasar yang jelas, terutama UKM, melalui perantara
perusahaan besar.
b. Fungsi Pemerintah adalah melakukan pemihakan kepada yang lemah,
sehingga pembangunan tidak sekedar bersifat marketdriven, sehingga
diperlukan instrumen untuk mengkoordinasikan program dan anggaran
dalam pengembangan daerah tertinggal, yang diantaranya dapat melalui
peningkatan kerjasama antardaerah, sesuai PP Nomor 50 Tahun 2007,
yang diperlukan untuk permasalahan daerah-daerah tertinggal.

9
c. Permasalahan utama dalam pengembangan ekonomi lokal adalah pasarnya
yang kecil sehingga strategi ekspor sangat penting untuk memperluas pasar,
yang diantaranya:

(a) fokus pada pengembangan berbasis klaster; dan

(b) membangun kemitraan antara pemerintah dengan sektor swasta.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembangunan sebenarnya meliputi dua unsur pokok: pertama, masalah


materi yang mau dihasilkan dan dibagi, dan kedua, masalah manusia yang
menjadi pengambil inisiatif, yang menjadi manusia pembangun. Bagaimanapun
juga, pembangunan pada akhirnya harus ditujukan pada pembangunan manusia;
manusia yang dibangun adalah manusia yang kreatif, dan untuk bisa kreatif ini
manusia harus merasa bahagia, aman, dan bebas dari rasa takut. Pembangunan
tidak hanya berurusan dengan produksi dan distribusi barang-barang material;
pembangunan harus menciptakan kondisikondisi manusia bisa mengembangkan
kreativitasnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. www.google.com/perencanaanpembangunanIndonesia.html
2. www.google.com/
ReformasiPemerintahDaerahdalamPembangunandiIndonesia-
Netsains.Com.html
3. http://mydollarkuh.blogspot.com/2010/11/makalah-ketidakmerataan-
pembangunan-di.html

12

Anda mungkin juga menyukai