Anda di halaman 1dari 2

Penyakit merupakan stressor atau penyebab stress bagi seseorang(Hidayanti, 2013).

Penyakit
merupakan stimulus yang membuat seseorang mengalami stress. HIV/AIDS merupakan ketegori
penyakit yang menyebabkan stress tingkat tinggi bagi penderitanya. Para perempuan dengan
HIV/AIDS mempunyai cara yang berbeda dalam menghadapi stress (strategi koping) yang
dihadapi karena penyakitnya. Perempuan Ibu Rumah Tangga dapat menjadi kelompok rentan
tertular HIV & AIDS(Yuliani, 2016). Umumnya mereka terjangkiti HIV & AIDS dari suaminya
yang melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan, atau karena pecandu narkoba.
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran perempuan Ibu Rumah Tangga terhadap HIV & AIDS
semakin mempermudah mereka tertular virus itu. Pengetahuan yang baik tentang penyakit
HIV/AIDS dan sikap yang positif terhadap pelayanan kesehatan berhubungan positif dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan(Burhan, 2013), walaupun masih terdapat stigma di pelayanan
kesehatan. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima akan meningkatkan pemanfaatan
pelayanan kesehatan pada perempuan terinfeksi HIV/AIDS. Ada dua hal yang diperoleh dari
studi ini(Waluyo, Nurachmah, & Rosakawati, 2006) yaitu pertama, stigma merupakan masalah
yang terjadi di mana-mana, dan tidak hanya terjadi pada negara dengan latar belakang budaya,
sosial, dan agama tertentu. Kedua, diketahui ada indikasi yang menunjukkan bahwa pengetahuan
dan pemahaman tentang HIV/AIDS masyarakat rendah. Kedua hal ini saling berkaitan karena
rendahnya pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS akan memicu munculnya stigma. Deteksi
dini pada orang berisiko HIV/AIDS tidak dapat dilakukan dan dapat berdampak pada tidak
optimalnya terapi ARV yang diberikan pada pasien HIV/AIDS. Sebenarnya, semakin dini
deteksi dini HIV/AIDS semakin baik hasil yang akan didapat pada terapi ARV pasien
HIV/AIDS. Dari hasil penelitian, dapat ditarik simpulan berupa tiga variabel yang
diteliti(Universitas Negeri Semarang. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2010) yaitu
pengetahuan, motivasi, dan dukungan keluarga berhubungan dengan kepatuhan terapi ARV. Hal
ini ditunjukkan dengan nilai p=0,026; CC=0,464 untuk variabel pengetahuan; nilai p=0,007;
CC=0,528 untuk variabel motivasi; nilai p=0,023; CC=0,467 untuk variabel dukungan keluarga.

Daftar Pustaka:
Burhan, R. (2013). Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Perempuan Terinfeksi HIV / AIDS
Health Service Utilization in Women Living with HIV / AIDS. Kesmas: Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, 8(1), 33–38. Retrieved from
http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/view/339
Hidayanti, E. (2013). STRATEGI COPING STRESS PEREMPUAN DENGAN HIV/AIDS.
Sawwa: Jurnal Studi Gender, 9(1), 89–106. https://doi.org/10.21580/SA.V9I1.667
Universitas Negeri Semarang. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, A. B. (2010). KEMAS :
Jurnal Kesehatan Masyarakat. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat (Vol. 5). State
University of Semarang. Retrieved from
https://www.neliti.com/publications/25351/hubungan-antara-pengetahuan-motivasi-dan-
dukungan-keluarga-dengan-kepatuhan-tera
Waluyo, A., Nurachmah, E., & Rosakawati, R. (2006). Persepsi Pasien dengan HIV/AIDS dan
Keluarganya Tentang HIV/AIDS dan Stigma Masyarakat Terhadap Pasien HIV/AIDS.
Jurnal Keperawatan Indonesia, 10(2), 61–69. https://doi.org/10.7454/JKI.V10I2.175
Yuliani, A. P. (2016). KERENTANAN PEREMPUAN TERHADAP PENULARAN HIV
& AIDS : STUDI PADA IBU RUMAH TANGGA PENGIDAP HIV/AIDS DI
KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH. PALASTREN Jurnal Studi Gender, 6(1), 185–200.
https://doi.org/10.21043/PALASTREN.V6I1.983

Anda mungkin juga menyukai