Tugas Teori Perencanaan
Tugas Teori Perencanaan
Oleh:
Dinda Alshauma Dwi Harman 15417055
Dosen:
Dr. Ir. Heru Purboyo Hidayat P., DEA
1. Pendahuluan
Sejak akhir tahun 2019, dunia mulai dikhawatirkan oleh kehadiran suatu wabah penyakit yang
penyebarannya sangat cepat. Kejadian ini mulai disadari keberadaannya oleh dunia ketika Pemerintah
China melaporkan adanya penyakit baru sejenis pneumonia di Kota Wuhan kepada pihak perwakilan
World Health Organization (WHO) di negaranya pada tanggal 31 Desember 2020 (WHO, 2020).
Beberapa minggu setelahnya, wabah tersebut mendapatkan perhatian penuh dari WHO untuk
diinvestigasi dan kemudian diumumkan sebagai jenis penyakit pandemi global akibat virus baru yang
diberi nama SARS n-Cov-19 dari varian Virus Corona. WHO pun mengumumkan status darurat
kesehatan masyarakat secara global pada tanggal 30 Januari 2020, dan menetapkannya sebagai
pandemi pada 11 Maret 2020.
Penyakit yang disebut dengan COVID-19 (Corona Virus Desease-19) ini menjalar ke seluruh
benua dan hampir setiap negara dalam kurun waktu yang singkat, hanya 1-2 bulan sejak pertama kali
ditemukan. Tingginya mobilitas masyarakat, didukung perkembangan sistem dan moda transportasi
saat ini yang mempermudah mobilitas tersebut, disinyalir menjadi faktor utama penyebaran COVID-
19 di seluruh belahan dunia. Berbagai peringatan disampaikan guna setiap negara melakukan langkah
yang serius untuk menghindari transmisi penyebaran virus ini, termasuk di Indonesia. Meskipun
awalnya terdapat banyak perdebatan terkait tiadanya kasus infeksi virus ini di Indonesia hingga
Februari 2020, namun perkembangan penyakit COVID-19 masih terus melaju mengkhawatirkan
setidaknya hingga tulisan ini dibuat sejak diumumkannya kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020.
Semenjak hari itu, pemerintah telah melakukan berbagai langkah serius dalam merespon
perkembangan penyebaran virus, mulai dari kebijakan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) hingga
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Skala Mikro (PPKM Mikro) yang pada dasarnya
menganjurkan pemusatan seluruh aktivitas di rumah masing-masing (physical distancing).
Pandemi ini tentu mengubah berbagai kebiasaan dan rutinitas masyarakat. Bahkan, perubahan
ini disinyalir bukan bersifat sementara melainkan berkelanjutan dan akan menjadi kebiasaan baru
peradaban. Secara global, terjadi penurunan secara drastis mobilitas masyarakat. Banyak pemenuhan
kebutuhan saat ini yang semulanya harus dilakukan secara langsung bertatap muka kemudian
bertransformasi menjadi virtual, seperti kebutuhan pekerjaan di kantor (work from home), sekolah
(school from home), bahkan kebutuhan rekreasi seperti konser (virtual concert). Selain itu, terdapat
pula perubahan kepedulian terhadap lingkungan dan kesehatan; kebiasaan mencuci tangan, sterilisasi
berbagai peralatan, juga aktivitas olahraga yang seakan-akan tiba-tiba menjamur.
Perubahan tersebut selaras dengan apa yang dituliskan oleh Veaceslav (2020) dalam
makalahnya, Post-Pandemic City: Historical Context for New Urban Design. Perubahan kebiasaan
tidak hanya terjadi ketika pandemi COVID-19 mencuat, melainkan sejak berabad-abad lalu ketika
terjadi epidemi maupun pandemi di permukaan bumi ini. Tiga diantaranya yang terdokumentasi
pertama kali adalah Antonie Plague pada 165-180 SM, Justinianic Plague pada 541–549 SM, dan
pandemi Black Death pada 1347–1351—yang menjadi pandemi terbesar dalam sejarah (Veaceslav,
2020). Berbagai wabah, epidemi, maupun pandemi terbukti telah mempengaruhi semua bidang
kehidupan, dari aspek ekonomi hingga budaya.
Secara khusus, fenomena ini pun berkontribusi terhadap pembangunan serta perkembangan
bentuk perkotaan. Berbagai bentuk wabah penyakit mengharuskan pemerintah kota untuk mengubah
bentuk kota: melakukan penyediaan air, membangun perumahan sewa yang relatif terjangkau dengan
sanitasi yang memadai, dan menata ulang ruang publik perkotaan (Veaceslav, 2020). Misalkan,
Spanish Flu yang merebak pada awal abad ke-20 mendorong perkembangan konstruksi perumahan
tipe baru. Standar baru dideklarasikan bagi setiap hunian: harus memiliki cukup sinar matahari, ruang
dan udara segar, dengan tetap memerhatikan estetika yang dileburkan dengan fungsi sehari-hari.
Investasi dikeluarkan negara guna mendukung pembangunan perumahan publik massal yang layak
untuk dapat dibeli atau disewa masyarakat. Pandemi COVID-19 pun diyakini akan mengubah kota
dengan cara yang sama: membangun kembali infrastrukturnya untuk meningkatkan kualitas hidup di
kota.
Dari studinya tersebut, Veaceslav mengusulkan gagasan mengenai sebuah konsep kota yang
komprehensif dan fleksibel dalam mengakomodasi berbagai bentuk perubahan akibat pandemi
COVID-19: Urbanisme 3.0. Konsep ini memungkinkan evolusi dan kemajuan kota berdasarkan tiga
pilar: budaya, teknologi hijau, dan teknologi pintar. Selain dibentuk sesuai dengan persyaratan baru
physical distancing untuk melindungi kesehatan masyarakat dari penyebaran virus, konsep ini juga
melindungi lingkungan serta memungkinkan untuk mengkonsolidasikan soft power (budaya,
teknologi) perkotaan untuk menciptakan citra kota yang positif. Hal ini diharapkan dapat mewujudkan
kehidupan yang berkualitas dari segala sudut pandang.
Namun, konteks yang dijelaskan dalam penelitian Veaceslav ialah apa yang terjadi di negara-
negara maju di Eropa maupun Amerika Serikat. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk
merefleksikan relevansi konsep Urbanisme 3.0. dengan kondisi eksisting di Indonesia. Metode yang
digunakan ialah studi literatur dari berbagai artikel, baik ilmiah maupun populer, dengan juga
mempertimbangkan diskusi yang telah terjadi di beberapa pertemuan kelas PL4201 Teori
Perencanaan.
3. Simpulan
Seperti wabah-wabah penyakit sebelumnya, pandemi COVID-19 juga berkontribusi terhadap
perkembangan bentuk perkotaan. Studi yang dilakukan Veaceslav (2020) mengusulkan gagasan
mengenai sebuah konsep kota yang dianggap mampu mengakomodasi berbagai bentuk perubahan
akibat pandemi COVID-19: Urbanisme 3.0. Konsep ini memungkinkan evolusi dan kemajuan kota
berdasarkan tiga pilar: budaya, teknologi hijau, dan teknologi pintar. Pandemi COVID-19 idealnya
mendorong kota untuk memberikan perhatian terhadap budaya, teknologi hijau, dan teknologi pintar
untuk menumbuhkan daya tarik kotanya setelah pandemi berlalu. Namun, nampaknya kondisi ketiga
pilar tersebut di Indonesia masih belum menjadi fokus utama saat ini. Diseminasi budaya di banyak
kota Indonesia ketika masa pandemi justru mengalami keterhambatan akibat kesenjangan sarana dan
prasarana sehingga transformasi dari institusi budaya masih sulit diakses oleh beberapa kelompok
penduduk, terutama di daerah terpencil. Perkembangan teknologi hijau sudah cukup mendapat
perhatian, namun perkembangannya masih perlu terus dipantau. Sementara itu, teknologi pintar
nyatanya belum dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan penanganan pandemi COVID-19 ini.
4. Daftar Pustaka
Arifa, Fieka Nurul. (2020). Tantangan Pelaksanaan Kebijakan Belajar dari Rumah dalam Masa
Darurat COVID-19. Info Singkat, 12(7): 13-18.
Aghnia, Adzkia. (2021, 1 Maret). COVID-19: Setahun Pandemi Virus Corona, Indonesia Belum
Aman Masih ‘Stadium Empat’. Diakses 5 Mei 2021 dari
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-56238695
CNN Indonesia. (2021, 20 Januari). Tren Bisnis Baru Pandemi: Sewa Kantor Virtual Meningkat.
Diakses 5 Mei 2021 dari https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210119191251-206-
595840/tren-bisnis-baru-pandemi-sewa-kantor-virtual-meningkat
Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung. (2020). Buruan SAE. Diakses 10 Desember 2020 dari
https://buruansae.bandung.go.id/
Hajid, Silvano. (2021, 1 Maret). COVID-19: Kiprah Para Pelacak Kontak yang Terbelenggu Stigma.
Diakses 5 Mei 2021 dari https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-56234842
Kumparan. (2020, 24 September). Jokowi: Pandemi Corona, Ada Perpindahan Penduduk dari Kota ke
Desa. Diakses pada 5 Mei 2021, dari https://kumparan.com/kumparannews/jokowi-pandemi-
corona-ada-perpindahan-penduduk-dari-kota-ke-desa-1uGGezFL1T0/full
Mir, Veaceslav. (2020). Post-Pandemic City: Historical Context for New Urban Design.
Transylvanian Review of Administrative Sciences (special issue): 94-108.
Setiawan, Andi. (2020, 13 Mei). Merancang Kota Pascapandemi. Diakses pada 5 Mei 2021, dari
https://www.solopos.com/merancang-kota-pascapandemi-1061017
Trilestari, Irna. (2020, 12 Oktober). Digitalisasi Museum: Pameran Museum di Masa Pandemi
COVID-19. Diakses pada 5 Mei 2021 dari
https://puslitjakdikbud.kemdikbud.go.id/assets_front/images/produk/1-gtk/materi/
Sesi_II_K5_Digitalisasi_Museum_(Pameran_Museum_di_Masa_Pandemi_Covid-19)_-
_Irna_Trilestari.pdf
WHO. (2020, 27 April). Archived: WHO Timeline–COVID-19. Diakses pada 5 Mei 2021, dari
https://www.who.int/news/item/27-04-2020-who-timeline---covid-19