Anda di halaman 1dari 10

Proceedings of the International Conference on Industrial Engineering and Operations Management

Dubai, UAE, March 10-12, 2020

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2013


Tentang Jalan Kabupaten Sumbawa Tahun 2022
Muhammad Saleh
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Teknologi Sumbawa
Sumbawa Besar, 84313, Indonesia
Alamat e-mail

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi peraturan daerah nomor 02 tahun
2013 tentang jalan Kabupaten Sumbawa tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,
observasi, dan dokumentasi terhadap kepala dinas perhubungan, kepala terminal sumer payung,
kasi jalan dan angkutan, tata usaha terminal dan sopir angkutan umum dan khusus. Data di
analisis dengan model interaktif yang terdiri dari data reduction, data display, dan verification.

Kata Kunci : Implementasi, Peraturan Daerah

1. Pendahuluan
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menyebutkan memajukan kesejahteraan umum
dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Bumi dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Hal ini dipertegas pula dalam ketentuan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menyatakan bahwa, “Negara bertanggung jawab
atas penyediaan pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”, mengingat jalan
merupakan bagian dari fasilitas pelayanan umum.
Dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang jalan disebutkan bahwa, jalan
sebagai salah satu prasarana transportasi yang merupakan unsur penting dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa, dan fungsi masyarakat
serta dalam memajukan kesejahteraan umum. Selain itu, jalan berperan mewujudkan sasaran
pembangunan seperti pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan
perwujudan keadilan sosial pada sila kelima. Jalan sebagai bagian atau subsistem dari
transportasi, juga mempunyai peranan penting dalam mendukung kegiatan ekonomi, sosial
budaya, lingkungan, politik, serta pertahanan dan keamanan.
Dari aspek aspek ekonomi, jalan sebagai modal sosial masyarakat merupakan katalisator
diantara proses produksi, pasar, dan konsumen akhir. Dari aspek sosial budaya, keberadaan jalan
membuka cakrawala masyarakat yang dapat menjadi wahana perubahan sosial, membangun
toleransi, dan mencairkan sekat budaya. Dari aspek lingkungan, keberadaan jalan diperlukan

© IEOM Society International


Proceedings of the International Conference on Industrial Engineering and Operations Management
Dubai, UAE, March 10-12, 2020

untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Dari aspek politik, keberadaan jalan


menghubungkan dan mengikat antar-daerah. Sedangkan, dari aspek pertahanan dan keamanan,
keberadaan jalan memberikan akses dan mobilitas dalam penyelenggaraan sistem pertahanan dan
keamanan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan
Jalan. Bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung
pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum.
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan
keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas dan angkutan jalan dalam
rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan wilayah.
Peranan jalan dan lalu lintas angkutan jalan yang begitu strategis tersebut terkadang tidak
dapat dilaksanakan secara maksimal, disebabkan karena kegiatan masyarakat dalam penggunaan
jalan yang justru mengganggu penggunaan fungsi jalan. Padahal sejatinya sesuai dengan
semangat Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, keberadaan jalan dalam konteks
sosial budaya diharapkan membuka cakrawala masyarakat sehingga dapat menjadi wahana
perubahan sosial, membangun toleransi, dan mencairkan sekat budaya.
Perkembangan masyarakat dalam gerak kendaraan dan lalu lintas angkutan jalan, serta
perubahan lingkungan strategis nasional dan daerah dewasa ini, bahwa penggunaan terhadap
jalan di daerah provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), seringkali dipergunakan di luar fungsi
utamanya, yaitu untuk penyelenggaraan kegiatan kemasyarakatan, baik kegiatan yang berkaitan
dengan adat istiadat, budaya, kegiatan keagamaan, dan kegiatan yang bersifat pribadi.
Penggunaan ruas jalan sebagian atau seluruhnya untuk kegiatan kemasyarakatan tersebut sering
menyebabkan kemacetan atau terhambatnya kelancaran lalu lintas jalan, termasuk terjadinya
kecelakaan serta timbulnya biaya ekonomi tinggi terhadap distribusi barang dan jasa di daerah.
Kemacetan yang panjang di beberapa ruas jalan pada jalan provinsi merupakan
pemandangan yang acapkali terjadi ketika penyelenggaraan kegiatan kemasyarakatan
dilaksanakan di jalan. Dengan kondisi tersebut dapat mengakibatkan pengguna jalan tidak dapat
menggunakan jalan raya sebagaimana mestinya untuk lalu lintas karena adanya gangguan atau
hambatan atas jalan raya tersebut. Permasalahan ketertiban penggunaan dan pemanfaatan jalan
selama ini telah mengakibatkan bertambahnya kemacetan lalu lintas dan meningkatnya beban
biaya angkutan barang lebih atau biaya perjalanan. Selain itu aspek keselamatan merupakan
faktor yang perlu mendapat perhatian, sehingga kuantitas kejadian kecelakaan dan fatalitas
kecelakaan dapat di minimalisir.
Penggunaan ruas jalan sebagai prasarana transportasi terhadap lalu lintas gerak pindah
kendaraan, orang, atau distribusi barang dan jasa, serta mendukung mobilitas pertumbuhan
perekonomian daerah, harus didorong untuk terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan
jalan yang aman, selamat, tertib, dan lancar. Pemerintahan provinsi sesuai dengan
kewenangannya harus berperan maksimal dalam menciptakan ketertiban, keselamatan, dan
kelancaran lalu lintas jalan. Namun di sisi lain, tradisi yang terlanjur terbangun dalam aktivitas
kegiatan kemasyarakatan selama ini dengan menggunakan jalan umum sebagai sarana, perlu
mendapat perhatian dan diarahkan agar tidak mengganggu kepentingan umum lainnya,
khususnya pengguna jalan untuk berlalu lintas. Oleh karena itu, diperlukan keterlibatan
Pemerintahan Daerah Provinsi untuk mengarahkan agar kegiatan kemasyarakatan tetap terjaga
dan tidak mengganggu penggunaan untuk kepentingan masyarakat umum.

A. Implementasi

© IEOM Society International


Proceedings of the International Conference on Industrial Engineering and Operations Management
Dubai, UAE, March 10-12, 2020

Menurut Van Meter dalam (Abdul Wahab 2001: 65) implementasi adalah suatu proses
implementasi yang dipengaruhi oleh sifat kebijakan yang akan dilaksanakan. Dalam rangka
implementasi, pelaksanaan harus tunduk pada instruksi-instruksi legal dan petunjuk-petunjuk
tertentu yang dibuat oleh pembuatan kebijakan, maka sebelumnya melaksanakan proses
implementasi, pelaksana harus mengetahui atau memahami apa yang harus mereka lakukan
(Islamy, 2003: 74).
Hal ini dikarenakan pelaksanaan kebijakan publik dalam masyarakat akan sering
menimbulkan konsekuensi-konsekuensi, baik yang berupa dampak positif yang diharapkan oleh
pembuat kebijakan dalam pelaksanaannya banyak membawa manfaat bagi pemerintah maupun
dampak yang tidak diharapkan atau dampak negatif. Dampak positif maupun dampak negatif
sangatlah mempengaruhi oleh lingkungan dan akan menjadi umpan balik yang akan
dimanfaatkan oleh perumus kebijkan publik sebagai masukan baru.

1. Syarat Implementasi
Agar kebijakan dapat diimplementasikan dengan sempurna, maka diperlukan syarat-
syarat seperti yang dikemukakan oleh Guun dalam (Wahab, 2008: 70-78):
a. Kondisi eksternal (sikap masyarakat) yang dihadapi oleh pelaksana tidak akan
menimbulkan gangguan atau kendala serius.
b. Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber daya yang cukup memadai.
c. Perpaduan sumber daya yang diperlukan benar-benar tersedia.
d. Program yang akan dilaksanakan didasari oleh suatu hubungan kualitas yang handal.
e. Hubungan kualitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai penghubungnya.
f. Hubungan saling ketergantungan
g. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.
h. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat.
i. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna.
j. Pihak-pihak yang mempunyai wewenang kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan
kepatuhan yang sempurna.

2. Model Implementasi
Menurut William N. Dunn dalam (Mahmud, 2019), ada berbagai kebijakan yang
ditentang oleh masyarakat karena bersifat reaktif dan masih banyak kekurangan-kekurangan dan
kelemahan dari kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Kebijakan pada dasarnya berada
dalam sistem kebijakan yang mencakup hubungan timbal balik yang dapat digambarkan sebagai
berikut.

Pelaku Kebijakan

Lingkungan Pelaku Kebijakan Publik

Gambar 1. Model Sistem Kebijakan

© IEOM Society International


Proceedings of the International Conference on Industrial Engineering and Operations Management
Dubai, UAE, March 10-12, 2020

Dari gambar di atas, William N. Dunn merumuskan tiga elemen penting dalam sistem kebijakan
publik, yaitu sebagai berikut:
a. Lingkungan Kebijakan (Policy Environments), yaitu keadaan yang melatarbelakangi atau
peristiwa yang menyebabkan timbulnya sesuatu “isu (masalah) kebijakan”, yang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh para pelaku kebijakan dan kebijakan tersebut.
b. Kebijakan Publik (Public Policies), yaitu keputusan atas sejumlah atau serangkaian
pilihan yang berhubungan satu sama lain (termasuk keputusan untuk tidak berbuat) yang
dibuat oleh badan-badan atau kantor-kantor pemerintahan dan dimaksudkan untuk
mencapai tujuan tertentu.
c. Pelaku Kebijakan (Policy Stakeholders), yaitu individu atau kelompok yang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan-keputusan pemerintah.

B. Konsep Jalan Raya


Konsep penyelenggaraan jalan raya harus dipandang sebagai satu kesatuan sistem
jaringan jalan. Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pelayanan dari suatu sistem
jaringan jalan adalah seberapa besar sistem jaringan jalan tersebut dapat melayani mobilitas
orang, kendaraan, dan barang. Secara umum penyelenggaraan jalan tidak dapat dipisahkan dari
sejumlah kebijakan yang melatarbelakangi konsep penyelenggaraannya. Alur pelaksanaan
penyelenggaraan jalan dimulai dari ditetapkannya sejumlah Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah tingkat pusat maupun tingkat daerah yang menjadi dasar kebijakan umum dan
kebijakan teknis bagi penyelenggaraan jalan di Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, bahwa
pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sebagai penyelenggara jalan umum wajib
mengusahakan agar jalan dapat digunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat, terutama untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dengan mengusahakan agar biaya umum
perjalanan menjadi serendah-rendahnya. Sebagai salah satu pra-sarana di dalam sistem
transportasi, perlu diusahakan agar jalan dapat dipergunakan dengan sebaik mungkin demi
kelancaran arus distribusi barang atau jasa yang bermula dari lokasi sumber/asal dan menerus
sampai konsumen akhir, termasuk jasa angkutan sebagai bagian yang tak dapat dipisahkan.
Kepentingan umum sebagaimana dikemukakan oleh Huybers (1982: 286), adalah
kepentingan masyarakat sebagai keseluruhan yang memiliki ciri-ciri tertentu antara lain
menyangkut semua sarana publik (umum) bagi berjalannya kehidupan yang beradab. Sejalan
dengan itu, Mertokusumo berpendapat kepentingan umum menyangkut kepentingan bangsa dan
negara, pelayanan umum dalam masyarakat luas, rakyat banyak, dan pembangunan. Berkaitan
dengan pembinaan dan penyelenggaraan lalu lintas jalan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
instansi masing-masing, meliputi: (a) urusan pemerintahan di bidang jalan; (b) urusan
pemerintahan di bidang sarana dan pra-sarana lalu lintas dan angkutan jalan; (c) urusan
pemerintahan di bidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi,
penegakan hukum, operasi manajemen, dan rekayasa lalu lintas.

2. Metode Penelitian
Berangkat dari kajian masalah dalam penelitian ini maka pendekatan pada penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan suatu
metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada dan
menggambarkan suatu kondisi dengan apa adanya. Lokasi dan waktu penelitian dilakukan di

© IEOM Society International


Proceedings of the International Conference on Industrial Engineering and Operations Management
Dubai, UAE, March 10-12, 2020

kantor Dinas Perhubungan Kabupaten Sumbawa dan petugas jaga di Terminal Sumer Payung
Kecamatan Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa dan waktu penelitian dilakukan pada bulan
April, 2020.
Pada penelitian ini subjek yang dipilih adalah Kepala Dinas Perhubungan, Kepala
Terminal Sumer Payung, Kasi Jalan dan Angkutan, Tata Usaha (TU) terminal, dan 10 supir
pengguna baik sopir angkutan umum maupun sopir angkutan khusus. Dalam penelitian ini di
fokuskan pada implementasi dan faktor pendukung peraturan daerah nomor 02 tahun 2013
tentang jalan umum dan jalan khusus di kabupaten sumbawa.
Dalam penelitian ini menggunakan dua sumber data: (a) data primer yang diperoleh dari
subjek penelitian melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. (b) data sekunder yang
diperoleh dari kepustakaan seperti buku, peraturan perundang-undangan, serta jurnal yang
berhubungan dengan objek yang diteliti. Selanjutnya, dalam penelitian ini penulis menggunakan
teknik analisis data yang dikembangkan oleh Miles dan Hubberman dalam (Sugiono, 2005: 204),
yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

3. Hasil dan Pembahasan

A. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2013 Tentang Jalan di


Kabupaten Sumbawa

1. Kebijkan Publik
Kebijakan publik adalah sebuah pilihan yang dibuat oleh pemerintah pada bidang-
bidang yang menyangkut tugas pemerintahan, seperti pertahanan keamanan, energi,
kesehatan, pendidikan, kesejahteraan masyarakat, kriminalitas, perkotaan dan lain-lain
(Pasolong, 2010). Berdasarkan hasil penelitian dilapangan bahwa, pelaksanaan analisis
kebijakan sangat perlu dilaksanakan dikarenakan dapat membantu pembuat keputusan
untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan keputusan yang akan dibuat.
Dengan demikian, kegiatan analisis kebijakan tersebut dapat dilakukan melalui
penelitian, mengklarifikasi dan memisahkan permasalahan yang dapat menemukan
ketidaksesuaian antara tujuan dan upaya untuk menyajikan alternatif baru, serta
mengusulkan cara untuk menyampaikan ide dalam perumusan kebijakan tersebut.
Adapun tahap dan proses perumusan yang diungkapkan oleh Mardiawan, bahwa
penyusunan agenda, tahap adopsi kebijakan, tahap formulasi kebijakan, tahap
implementasi kebijakan dan tahap evaluasi.

2. Pelaku Kebijakan
Pelaksanaan kebijakan terdiri dari pemerintahan (pusat dan daerah) organisasi
internasional, kelompok penekan dan kelompok kepentingan lembaga bilateral, profesi
dan lain-lain. Dengan menggunakan prinsip tata kelola pemerintahan para pelaku
kebijakan dikelompokkan menjadi:
a. Pelaku yang terlibat dalam penyusunan kebijakan dan fungsi regulasi. Ada
beragam organisasi yang dapat digambarkan sebagai sektor kesehatan dan
sistem antar-sektor.
b. Pelaku pada fungsi keuangan. Sumber daya keuangan bisa dari pemerintahan,
masyarakat, dan sektor swasta.

© IEOM Society International


Proceedings of the International Conference on Industrial Engineering and Operations Management
Dubai, UAE, March 10-12, 2020

c. Pelaku pada fungsi penyediaan layanan. Beragam institusi dan perorangan


menyediakan layanan seperti: rumah sakit pemerintah dan swasta, klinik,
praktek perorangan.
Proses pelaksanaan implementasi peraturan daerah nomor 2 tahun 2013 tentang
jalan di kabupaten sumbawa di awali dengan sasaran pengguna kendaraan umum dan
khusus, dengan ketentuan implementasi berat kendaraan. Berhubungan dengan sasaran
proses pelaksanaan implementasi peraturan daerah nomor 02 tahun 2013 tentang jalan di
kabupaten sumbawa ini, bagi pengguna kendaraan umum dengan bobot 5 ton ke atas atau
roda 6 sampai 10 dan kendaraan khusus bobot kendaraan 5 ton ke bawah atau kendaraan
beroda 4.

3. Lingkungan Pelaku Kebijakan


Pelaksanaan kebijakkan tidak terlepas dari berbagai masalah dalam
implementasinya, mulai dari persoalan yang timbul akibat di sengaja atau tidak di
sengaja. Untuk pentingnya memahami apa itu implementasi peraturan daerah nomor 02
tahun 2013 tentang jalan di kabupaten sumbawa, hak penerimaannya sampai pada sanksi
apabila melanggar aturan dari implementasinya.
Berdasarkan hasil temuan dilapangan, bahwa pemahaman masyarakat tentang
implementasi peraturan tersebut belum tuntas, misalnya tentang hak-hak lajur mereka,
kemudian aturan implementasinya, kemudian alur koordinasi laporan temuan
pelanggaran belum maksimal disosialisasikan. Inilah yang membuat masalah-masalah
tidak kunjung selesai dikarenakan pemahaman masyarakat tentang peraturan tidak
sepenuhnya dipahami, sehingga oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab bisa
dengan mudah melakukan banyak kesalahan.
Sebagian dari sopir angkutan umum maupun khusus juga belum sepenuhnya
memahami akan trayek mereka sehingga perlu dilakukan sosialisasi bagi pemberi
kebijakan dengan adanya pembatasan untuk masuk kota. Bagi bus dan travel harus masuk
terminal dan bagi kendaraan yang bertonase tinggi harus melalui jalur khusus. Hal
demikian ini yang belum sepenuhnya dikuasai oleh para sopir.

B. Faktor-faktor Mempengaruhi Implementasi Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun


2013 Tentang Jalan di Kabupaten Sumbawa

1. Komunikasi
Adapun komunikasi yang di maksud dalam hal ini adalah penyampaian informasi
kepada masyarakat sangatlah penting yang di mana dapat menentukan berhasil tidaknya
suatu kebijakan. Komunikasi di perlukan agar pembuat kebijakan dan pelaksana rencana
lebih konsisten dalam mengimplementasikan setiap rencana yang akan di terapkan pada
tujuan perencanaan. Ketika meneruskan pesan dalam suatu organisasi atau dari organisasi
satu ke organisasi lain, komunikator dapat menyebarkannya dengan sengaja. Selain itu,
jika sumber informasi yang berbeda memberikan penjelasan yang bertentangan, maka
para pelaksana akan menghadapi kesulitan yang lebih besar dalam upaya mencapai
tujuan kebijakan.
Peraturan daerah nomor 02 tahun 2013 tentang jalan umum dan jalan khusus
merupakan suatu peraturan yang dapat disosioalisasikan dan dikomunikasikan kepada
pengguna guna tertibnya trayek kendaraan dalam kabupaten khususnya kabupaten

© IEOM Society International


Proceedings of the International Conference on Industrial Engineering and Operations Management
Dubai, UAE, March 10-12, 2020

sumbawa. Sosialisasi dinas perhubungan tentang jalan umum dan jalan khusus.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dinas Perhubungan mengungkapkan,
bahwasannya kami telah melakukan sosialisasi kepada pengendara pengguna jalan
terutama kendaraan yang bertonase tinggi atau kendaraan yang berbobot di atas 5 ton.
Pemerintah melaui dinas terkait telah melakukan atau membuat edaran kepada
semua yang memiliki kendaraan enam roda dan kendaraan sepuluh roda agar mematuhi
aturan yang berlaku.

2. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi merupakan salah satu dari empat variabel yang mempengaruhi
jalannya implementasi atau penerapan suatu kebijakan. Aspek struktur birokrasi meliputi
dua hal yaitu mekanisme dan struktur birokrasi itu sendiri. Aspek pertama yaitu
mekanisme kebijakan biasanya dibuat standart operation procedure (SOP) menjadi
pedoman agar kebijakan yang dibuat tidak melenceng dari implementasi tujuan dan
sasaran kebijakan. Aspek kedua adalah struktur birokrasi. Struktur birokrasi yang terlalu
panjang dan terfragmentasi dan cenderung melemahkan pengawasan menyebabkan
prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang selanjutnya akan menyebabkan
aktivitas organisasi menjadi tidak fleksibel.
Struktur birokrasi berhubungan dengan prosedur atau pola yang mengatur agar
dalam pengerjaan implementasi suatu kebijakan dapat berjalan dengan baik. Adapun
yang di maksud dengan struktur birokrasi adalah prosedur yang mengatur berjalannya
pekerjaan dan pelaksanaan suatu kebijakan. Selain itu kadang kala dalam pelaksanaan
suatu kebijakan terdapat tanggung jawab antara beberapa unit pelaksana oleh karena itu
di butuhkan koordinasi agar dapat mengontrol suatu implementasi.
berdasarkan hasil wawancara berkaitan dengan struktur birokrasi ditemukan
bahwa, dalam melaksanakan tugas secara bergiliran (sheap) di pos pantau pada pintu
masuk terminal Sumer Payung dari jam 08.00 sampai dengan jam 20.00 wita.

3. Sumber Daya
Sumber daya manusia merupakan salah satu variable yang mempengaruhi
keberhasilan pelaksanaan kebijakan. Edward III juga menambahkan “tidak peduli
seberapa jelas dan konsisten urutan pelaksanaanya dan tidak perduli mereka
ditransmisikan dengan akurat, jika personel yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
program kebijakan mengalami kekurangan dalam melakukan tugasnya, maka sumber
daya manusia yang tidak memadai baik dari segi jumlah maupun kemampuan akan
berdampak pada tidak terlaksananya program secara efektif”.
Sumber daya manusia yang direktur dan ditetapkan oleh Kementerian
perhubungan diawali dari Kepala Dinas sebagai penetapan administrasi. Tugas dan
tanggungjawab kepala Dinas kabupaten secara umum adalah membuat edaran yang
berpatokan dengan undang- undang no 2 tahun 2013 tentang jalan umum dan jalan
khusus. Kepala terminal Sumer Payur yang memiliki tanggung jawab tentang
pengelolaan terminal dan lalin yang berada dalam terminal.
Kabit lalu lintas memiliki tugas membuat surat tugas atau sprin yang dilaksanakan
oleh anggota lalu lintas setiap melakukan pemeriksaan terhadap semua kendaraan. Kassi
OP Lalulintas yang bertanggung jawab terhadap anggota yang melaksanakan tugas

© IEOM Society International


Proceedings of the International Conference on Industrial Engineering and Operations Management
Dubai, UAE, March 10-12, 2020

pengamanan atau Tindakan pada saat melakukan pemeriksaan surat- surat kendaraan
disaat melaksanakan rahasia.

4. Disposisi
Selain variabel komunikasi dan sumber daya, salah satu variabel yang
mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap implementor. Di mana
Menurut Edward III dalam Subarsono mengemukakan bahwa “kecenderungan-
kecenderungan atau disposisi merupakan salah satu faktor yang mempunyai konsekuensi
penting bagi implementasi kebijakan yang efektif”. Artinya Jika para pelaksana
mempunyai kecenderungan atau sikap positif atau adanya dukungan terhadap
implementasi kebijakan maka terdapat kemungkinan yang besar implementasi kebijakan
akan terlaksana sesuai dengan keputusan awal.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa para
implementor baik tingkat instansi tertinggi sampai dengan terendah di desa yaitu tim
peliuk yang ditugaskan langsung untuk turun ke lapangan untuk menyampaikan
tujuan dari program daerah. Disposisi kecenderungan perilaku atau karakteristik dari
pelaksana kebijakan berperan penting untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang
sesuai dengan tujuan atau sasaran.
Karakter penting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan misalnya kejujuran
dan komitmen yang tinggi. Kejujuran mengarahkan implementor untuk tetap berada
dalam program yang telah digariskan, sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana
kebijakan akan membuat mereka selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang,
fungsi, dan tanggung jawab sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Sikap dari
pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Apabila
implementator memiliki sikap yang baik maka dia akan dapat menjalankan kebijakan
dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan, sebaliknya apabila
sikapnya tidak mendukung maka implementasi tidak akan terlaksana dengan baik.

4. Kesimpulan

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan
bahwa dalam Implementasi Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2013 tentang jalan raya di
kabupaten sumbawa sudah terimplementasi namun belum berjalan cukup baik. Hal ini
dikarenakan kurangnya pengelolaan dan penyediaan prasarana terminal angkutan barang serta
kurangnya komunikasi terhadap armada-armada angkutan yang terlibat dalam distribusi
angkutan barang dan supir angkutan barang, minimnya pengelolaan dan penyediaan prasarana
terminal angkutan barang di Kabupaten Sumbawa dikarenakan dikelola langsung Kementrian
Perhubungan bukan lagi tanggung jawab dari Dinas Perhubungan Kota Sumbawa, bentuk kerja
sama yang dilakukan Dinas Perhubungan dengan instansi terkait untuk mengimplemetasi
Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2013 Dalam Rangka Pelayanan Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan/Barang Di Kabupaten Sumbawa belum dilakukan secara optimal.
Namun Dinas Perhubungan Kabupaten Sumbawa dalam menjalankan tanggung jawab
sudah cukup baik melaksanakan tugas pokok dan fungsinya masing-masing di bidang nya dan
pegawai dinilai memiliki kemampuan sesuai dengan tugas dan fungsinya pada tiap bagian
masing-masing untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

© IEOM Society International


Proceedings of the International Conference on Industrial Engineering and Operations Management
Dubai, UAE, March 10-12, 2020

4.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dan uraian yang telah dijelaskan maka penulis
memberikan saran dalam Implementasi Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2013 tentang jalan
umum di kabupaten Sumbawa antara lain:
a. Meningkatkan komunikasi dan sosialisasi terhadap perusahaan-perusaahan yang terlibat
dalam distribusi angkutan barang maupun supir angkutan barang dan jasa yang ada di
kabupaten Sumbawa
b. Diharapakan Dinas Perhubungan untuk memberlakukan suatu regulasi dan komprehensif.
Hal ini dalam rangka memberikan jaminan kepada masyarakat untuk mendapatkan
layanan perhubungan yang tertib dan lancar.
c. Diharapakan Dinas Perhubungan untuk memperhatikan prasarana yang di miliki Dinas
Perhubungan Kabupaten sumbawa kurang memadainya dan minimnya pengelolaan serta
pengadaannya dapat mempengaruhi pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
d. Dinas perhubungan agar dapat merefitalisasi bangunan dan jalan yang ada di terminal
Sumbir paying agar penumpang nyaman

Reference

Abdul Wahab, Solikin. 2001. Analisis Kebijakan Dari Formulasi KeImplementasi


Kebijakan Negara. Bumi Aksara : Jakarta. Gunawan,
Correa, G., & Montero, A. V. (2013a). PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 2
TAHUN 2013. 1–10.

Gugun.2007. Mengelola Sampah Jadi Uang. Jakarta : Trans Media Pustaka.


Hasibuan, Malayu S.P, 2001. Manajemen: Dasar, Pengertian Dan Masalah, EdisiRevisi, Cetakan
Pertama, Bumi Aksara. Jakarta.
, 2001. Manajemen: Dasar, Pengertian Dan Masalah, Edisi Revisi, Cetakan Kedua, Bumi
Aksara. Jakarta.
Islamy, Irfan. 2003. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Ismatullah, Deddy. 2015. Otonomi Daerah dan Desentralisasi. Bandung : CV Pustaka Setia.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sukandarrumidi. 2014. Metode Penelitian. Yogyakarta: UGM Press Adrian Sutedi, Hukum Perizinan
Dalam Sektor Pelayanan Publik. Sinar Grafika, Jakarta, 2010.

Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan Nasional. Cet. I,


Bandung: PT Alumni, 2002.

Moekijat, 2001. Latihan Pengembangan Pegawai, Edisi Revisi. Alumni, Bandung.

N.M.Spelt dan J.BJ.M. Ten Berge, Pengantar Hukum Perizinan, Yuridika, Surabaya, 1992.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Pudyatmoko, Y. Sri, Perizinan, Problem dan Upaya Pembenahan, Grasindo, Jakarta, 2009.

Putra, M. (2019). IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 5 TAHUN 2013
TENTANG PENGATURAN PENGGUNAAN JALAN UMUM DAN JALAN KHUSUS (STUDI
KASUS KERUSAKAN JALAN/JEMBATAN MAREDAN PERAWANG).
http://repository.uir.ac.id/id/eprint/1845

© IEOM Society International


Proceedings of the International Conference on Industrial Engineering and Operations Management
Dubai, UAE, March 10-12, 2020

Rambe, I. F., Studi, P., Ilmu, M., Hukum, F., & Utara, U. S. (2018). Analisis Pelaksanaan Pemungutan
Retribusi Tempat Khusus Parkir Dan Retribusi Parkir Di Tepi Jalan Umum Sebagai Sumber
Pendapatan Asli Daerah Kota Padangsidimpuan. Usu Law Journal, 6(2), 44–57.

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011.

Romli Atmasasmita, Teori Hukum Integratif: Rekonstruksi Terhadap Teori Hukum Pembangunan
dan Teori Hukum Progresif, cetakana pertama, Yogyakarta, Genta Publishing, 2012.

Sudikno Mertokusumo, Perundang-undangan Agararia Indonesia, Liberty, Yogyakarta.

© IEOM Society International

Anda mungkin juga menyukai