Anda di halaman 1dari 7

Nama : Riyan Fardhany Wirawan

NIM : 20180420315

FINANCIAL TECHNOLOGY SYARIAH

I. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Sekarang, dunia sedang memasuki masa modern. Pada masa itu, banyak bahkan
hampir semua aktivitas yang dilakukan oleh manusia sudah tidak menggunakan cara
manual lagi, melainkan menggunakan alat teknologi yang sudah canggih. Manusia
tidak mengeluarkan banyak tenaga lagi dan hanya mengoperasikan teknologi yang
dipakai untuk membantunya dalam menjalankan aktivitasnya. Bahkan ada aktivitas
yang sudah dilakukan oleh robot yang mempunyai AI (artificial intelligence) atau
kecerdasan yang sama seperti manusia. Pastinya, penggunaan robot tersebut sudah
mengurangi banyak tenaga manusia lagi.
Salah satu aktivitas manusia adalah aktivitas yang berhubungan dengan
keuangan (finansial). Finansial tidak lepas juga dari penerapan teknologi. Mereka
menggunakan teknologi dalam memenuhi kebutuhan finansialnya. Saya mengambil
salah satu contoh dari aktivitas tersebut, yaitu aplikasi jual beli online. Dalam aplikasi
tersebut, pembeli dapat membeli barang tanpa harus pergi ke pasar bahkan bisa
membeli barang yang sulit didapatkan di toko manapun. Kemudian pembeli
membayar melalui transfer ke bank atau minimarket tertentu atau juga menggunskan
uang elektronik. Selanjutnya, penjual mengirim barang tersebut melalui jasa
pengiriman ke alamat pembeli. Sebenarnya, masih ada bentuk teknologi finansial
yang lain.
Namun, teknologi finansial (financial technology) masih menjadi perdebatan di
kalangan para ulama sampai saat ini. Ada sebagian ulama yang mengharamkan
teknologi finansial karena rawan terjadi transaksi yang diharamkan misalnya transaksi
barang yang tidak jelas (gharar) atau adanya penipuan. Namun, ada sebagian ulama
yang juga menghalalkan karena sudah adanya akad yang jelas dari dua pihak dan
sudah ada badan atau lembaga yang mengawasi penerapan teknologi finansial.
Teknologi finansial merupakan bentuk dari muamalah. Asal mula hukum dari
muamalah adalah halal sampai ada dalil yang mengharamkannya. Karena tidak ada
dalil yang mengatur teknologi finansial, maka para ulama masih memperdebatkannya.
Jadi, saya sebagai penulis akan membahas secara jelas tentang teknologi finansial atau
yang bisa disebut fintech.
2. Rumusan Masalah
 Apa yang diketahui tentang fintech?
3. Tujuan
 Untuk mengetahui dengan jelas apa itu fintech?

II. Pembahasan
1. Pengertian Fintech
Berdasarkan penjelasan dari The National Digital Resource Centre (NDRC) di
Dublin, Irlandia, fintech (financial technology) adalah inovasi dalam layanan
keuangan atau inovasi pada sektor finansial yang mendapat sentuhan teknologi.
Kemudian dari The Oxford Dictionary, fintech adalah “a computer program and
other technology used to support or enable banking and financial services” atau
sebuah program komputer dan teknologi lain yang digunakan untuk mendukung atau
menghidupkan layanan keuangan dan perbankan. Dari dua pengertian di atas, bisa
disimpulkan bahwa fintech adalah penerapan teknologi dalam layanan keuangan atau
finansial.
Fintech merupakan metode layanan jasa keuangan digital yang populer saat ini.
Salah satu sektor industri fintech yang berkembang di Indonesia adalah pembayaran
digital. Hal itu diharapkan dalam pemerintah dan masyarakat untuk mendorong
peningkatan jumlah masyarakat yang memiliki akses pelayanan keuangan. Transaksi
dalam fintech meliputi pembayaran, investasi, peminjaman uang, transaksi, dan lain-
lain. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), ada sekitar 142 perusahaan yang
bergerak di bidang teknologi finansial yang sudah teridentifikasi
2. Peran Fintech
Dengan adanya fintech, maka ada revolusi dalam bisnis start up. Perusahaan
start up dapat berdiri dengan mudah karena perusahaan tersebut memanfaatkan
fintech untuk memperoleh dana dengan mudah dari seluruh dunia. Bahkan,
perusahaan mendapatkannya dari orang yang belum dikenal sekalipun. Lalu, jasa
pembayaran dalam fintech dapat merubah kurs mata uang secara otomatis. Jadi,
seseorang dari Indonesia bisa membeli barang dari negara lain dengan mudah dan
sebaliknya. Ada peran penting dari fintech yang mengubah perilaku konsumen dan
ekspetasinya yaitu :
 Bisa mengakses data dan informasi di mana saja dan kapan saja
 Bisnis besar dan kecil bisa disamaratakan sehingga ada kecenderungan untuk
berharap tinggi meskipun bisnisnya kecil dan baru saja dibangun.
Fintech terus berkembang pesat secara global. Perusahaan start up itu
contohnya. Banyak perusahaan start up yang mucul di bidang fintech diikuti investasi
global yang besar di dalamnya. Hal ini menarik perhatian banyak pebisnis Indonesia
sehingga bisnis fintech berkembang dengan sangat pesat di Indonesia.
3. Fintech Syariah
Fintech syariah mempunyai mekanisme yang hampir sama dengan fintech
konvensional. Hanya saja, fintech syariah seperti transaksi syariah yang menggunakan
prinsip-prinsip yang sesuai syariah Islam. Fintech syariah tidak mempunyai sistem
bunga seperti fintech konvensional karena bunga dalam fintech termasuk riba yang
diharamkan dalam Islam. Selain itu, fintech syariah juga tidak mengandung unsur
dhoror (penipuan), dhorot (efek negatif), dan al jahalah (tiadanya transparansi) antara
penjual dan pembeli.
4. Perkembangan Fintech Syariah
Menyadari adanya potensi pangsa pasar muslim yang sangat besar, para
perusahaan start up yang bergerak di bidang fintech tidak menyia-nyiakan kesempatan
ini dengan cara membangun fintech yang berbasis syariah. Dimulai dari Uni Emirat
Arab, tepatnya di Dubai. Pada tahun 2004 di negara tersebut, ada perusahaan fintech
yang bernama Beehive yang menggunakan prinsip syariah. Beehive melayani
pembayaran murah untuk UMKM dengan menggunakan pendekatan peer-to-peer
lending marketplace. Berkat penerapan tersebut, Beehive menjadi perusahaan fintech
yang mendapat sertifikat syariah di dunia. Dari Dubai, perkembangan fintech syariah
telah sampai di Asia Tenggara, tepatnya di Singapura. Pada tahun 2016, Financial
Shariah Advisory Consultancy (FSAC) memberikan sertifikat kepatuhan syariah
kepada perusahaan asal Singapura, Kapital Boost. Kapital Boost menamakan dirinya
sebagai “The first Islamic SME Crowdfunding Platform. Selain itu, ada perusahaan
fintech lain yang juga berasal dari Singapura. Sejak dua tahun sebelumya, perusahaan
EthisWorld sudah menguasai pasar Indonesia dalam memiliki pelayanan syariah.
Crowdfunding syariah terus berkembang dalam beberapa tahun berakhir. Contohnya,
Alamisharia.com, Indves.com, B;ossom, Launch Good, Narwi, dan Skola Fund.
Di Indonesia sendiri, ada fintech syariah seperti Investree, StartZakat dan
Indvest, SyarQ, MariUsaha (P2P) dan lain sebagainya. Paytren menjadi perusahaan
fintech Indonesia pertama yang mendapatkan sertifikat MUI pada tahun 2017.
Walaupun di Indonesia fintech syariah terus berkembang, tetapi jumlah fintech
syariah masih belum menyamai bahkan lebih banyak dari pada jumlah fintech
konvensional.
5. Jenis-Jenis Fintech
Pada dasarnya, fintech punya banyak produk dan layanan yang bisa digunakan
oleh masyarakat. Berdasarkan dari data di Bank Indonesia, ada empat jenis fintech
sebagai berikut:
a. Peer-to-Peer (P2P) Lending dan Crowdfunding
Intinya, jenis ini mempertemukan pihak yang membutuhkan dana dengan
pihak yang memberikan dana dan dana tersebut dijadikan modal atau juga
investasi. Proses P2P biasanya lebih praktis karena bisa dilakukan hanya
menggunakan satu platform dan bisa disebut marketpace finansial
b. Manajemen Risiko Investasi
Fintech jenis ini dapat memantau kondisi keuangan dan dapat melakukan
perencanaan dengan praktis. Jenis ini biasanya dapat diakses melalui gadget atau
smartphone. Jenis ini hanya memerlukan data yang dibutuhkan untuk mengontrol
keuangan.
c. Payment, Clearing, dan Settlement
Ada beberapa perusahaan start up finansial yang menyediakan fasilitas
payment gateway atau e-wallet di mana kedua produk itu termasuk dalam payment,
clearing, dan settlement.
d. Market Aggregator
Jenis ini mengacu pada portal yang mengumpulkan beragam informasi terkait
keuangan untuk disuguhkan ke target audiens dan pengguna. Biasanya berisi
informasi, tips keuangan, kartu kredit, dan investasi. Dengan adanya jenis fintech
ini, diharapkan dapat menyerap banyak informasi sebelum pengambilan keputusan
keuangan.
6. Regulasi Fintech Syariah di Indonesia
Untuk fintech pada umumnya, ada regulasi dari pemerintah melalui Bank
Indonesia. Ada tiga landasan hukum tentang fintech di Indonesia yaitu :
 Surat Edaran Bank Indonesia No. 18/22/DKSP tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Keuangan Digital
 Peraturan Bank Indonesia No. 18/17/PBI/2016 tentang Uang Elektronik
 Peraturan Bank Indonesia No. 18/40/PBI/2016 tentang Penyelengaraan
Pemrosesan Transaksi Keuangan
Khusus fintech syariah, Otoritas Jasa Keuangan belum mempunyai regulasi
yang mengatur tentang fintech syariah. Peraturan OJK tentang fintech masih
mengarah ke fintech konvensional. Sementara ini, regulasi tentang fintech ini masih
mengacu pada standar Dewan Syariah Nasional (DSN-MUI)
7. Manfaat dan Risiko Fintech
Fintech mempunyai banyak manfaat yang bisa diambil oleh masyarakat. Berikut
ini adalah manfaat dari fintech :
a. Mudah dalam melayani konsumen
Untuk perusahaan yang memanfaatkan teknoligi ini mendapatkan kemudahan
dalam melayani konsumennya dan hanya membutuhkan pemanfaatan koneksi
internet untuk akses semua layanan ke konsumen. Seperti, perusahaan, konsumen
juga dapat kemudahan dalam layanan keuangan dan dapat melakukan transaksi
sendiri melalui smartphone atau gadget.
b. Informasi cepat dan murah
Berkat adanya teknologi ini, informasi terkait keuangan sangat cepat dan
murah untuk didapatkan.
c. Keamanan terjamin
Fintech mempunyai metode keuangan seperti enkripsi, data biometrik, dan
tokenization yang menjamin keamanan data keuangan.
d. Prosesnya cepat
Fintech dapat melayani kebutuhan keuangan dengan sangat cepat seperti
proses pinjaman, proses dokumentasi keuangan, dan validasi skor kredit.
e. Mudah disetujui dalam 24 jam
Tingkat persetujuan peminjaman uang dengan fintech mudah disetujui. Paling
lama selama 24 jam atau satu hari.
f. Pelayanan efisien
Konsumen dapat menikmati pelayanan keuangan dengan efisien dan nyaman
dengan menggunakan fintech dan konsumen juga dapat mengontrol keuangannya.
g. Notifikasi pembayaran dan nominal akurat
Di fintech telah dilengkapi jadwal pemberitahuan atau notifikasi dengan sistem
pembayaran tagihan yang akurat. Konsumen tidak perlu ragu dan khawatir dalam
membayar tagihannya.
Se;ain manfaat, ternyata fintech mempunyai risiko yang harus diperhatikan
yaitu :
a. Wajib terkoneksi internet
Bagi orang yang tempat tinggalnya sulit mendapatkan jaringan internet, maka
harus mencari tempat yang jaringan internetnya kuat, karena fintech memerlukan
koneksi internet yang cukup untuk menggunakannya.
b. Hanya menjangkau pebisnis yang melek internet
Tidak semua kalangan dapat menggunakan fintech. Hanya orang yang bisa
mengakses internet yang dapat menggunakan fintech.
c. Rawan penipuan
Walaupun keamanan terjamin, tetapi masih banyak kemungkinan terjadi
penipuan dengan iming-iming keuntungannya tinggi yang ternyata hanya modus
penipuan saja.

III. Penutup
1. Simpulan
Dari pembahasan di atas, maka bisa disimpulkan bahwa :
 Fintech merupakan suatu penerapan teknologi dalam layanan keuangan atau
finansial dan metode layanan jasa keuangan digital yang populer saat ini.
 Berkat pemanfaatan fintech, banyak perusahaan start up yang berdiri karena
mendapatkan dana sebagai modal dengan mudah dari seluruh dunia
 Fintech syariah mempunyai mekanisme yang sama dengan fintech konvensional,
hanya saja fintech syariah menggunakan prinsip-prinsip yang sesuai syariah Islam.
 Fintech syariah dimulai dari Dubai pada tahun 2004 dan berkembang pesat sampai
sekarang.
 Sampai sekarang, OJK belum mempunyai regulasi yang mengatur fintech syariah.
Sementara ini, fintech syariah masih mematuhi standar Dewan Syariah Nasional.
 Fintech memberi banyak manfaat tetapi juga ada risiko yang harus diperhatikan.
2. Saran
Saya sebagai penulis mengharapkan pemerintah terutama Otoritas Jasa
Keuangan agar membuat regulasi yang mengatur tentang fintech syariah sehingga
fintech syariah dapat dikenal dengan luas dan dapat digunakan dengan nyaman oleh
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Achmad Basori. 2018. “Pembiayaan Berbasi Teknologi Informasi (Fintech) yang
Berdasarkan Syariah”. Al-Qanun, Vol. 21, No. 2, Hal. 255-271.
Muzdalifa, Irma dkk. 2018. “Peran Fintech dalam Meningkatkan Keuangan Inklusif Pada
UMKM di Indonesia (Pendekatan Keuangan Syariah)”. Jurnal Masharif al-Syariah,
Vol. 3, No. 1.
Nasution, Dewi Sartika. 2017. “Urgensi Finech Dalam Kurikulum Pendidikan Tinggi”.
Iqtishaduna : Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 8, No. 2, Hal. 116-129.
Rusydiana, Aam Slamet. 2018. “Bagaimana Mengembangkan Industri Fintech Syariah di
Indonesia (Pendekatan Interpretive Structure Model). Jurnal Al- Muzara’ah, Vol. 6,
No. 2, Hal. 117-128
https://www.domainesia.com/berita/tantangan-fintech-syariah-di-indonesia/
https://www.finansialku.com/kelebihan-dan-kelemahan-fintech/
https://keuangan.kontan.co.id/news/peraturan-ojk-belum-berpihak-ini-kata-fintech-
pendanaan-syariah
https://www.online-pajak.com/fintech

Anda mungkin juga menyukai