PENDAHULUAN
Bila ”saksi diam” tersebut diteliti dengan memanfaatkan berbagai macam ilmu
forensik (forensic sciences) maka tidak mustahil kejahatan tersebut akan dapat
terungkap dan bahkan korban yang sudah membusuk atau hangus serta pelakunya
akan dapat dikenali. Sebagai contoh, pada kasus infantisida, untuk kepentingan
pengadilan perlu diketahui apakah bayi tersebut lahir hidup kemudian meninggal
karena pembunuhan atau memang lahir mati, dengan mudah dapat kita ketahui
dengan melakukan pemeriksaan hidrostatik, dimana bila jaringan paru yang
1
dicelupkan ke dalam air tawar tersebut mengapung maka bayi tersebut dilahirkan
dalam keadaan hidup.
I.2 Tujuan
Penyusunan referat ini bertujuan agar tenaga medis khususnya para dokter
umum yang diwajibkan untuk dapat melakukan visum dan membuat V et R, dapat
mengetahui dan memahami macam-macam pemeriksaan laboratorium sederhana yang
ada pada ilmu forensik dan dapat menentukan pemeriksaan laboratorium sederhana
yang dapat dilakukan pada kasus tertentu untuk membantu mengetahui penyebab
kematian.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Obat dan bahan-bahan tertentu seperti material yang berasal dan tanaman, bubuk,
tablet, kapsul atau sediaan zat yang lain untuk identifikasi senyawa yang telah
masuk ke tubuh.
Serat atau fiber
Bahan alam seperti kapas atau benang wol. Bahan atau serat sintetis seperti rayon
dan dacron untuk identifikasi dan perbandingan.
Jari-jari telapak tangan dan telapak kaki
Jejak telapak kaki atau tangan bermanfaat untuk identifikasi dan perbandingan.
Cap atau cetakan dari pola ban kendaraan dan alas sepatu seringkali masuk
kategori ini.
Material yang mudah meledak dan api
Bahan cairan padat ataupun sisa hasil bakaran bermanfaat untuk identifikasi residu
ledakan dan akselerasi.
Peluru atau proyektil dan tes senjata melalui jarak tembakan dan kemampuan
kerja dari masing-masing senjata.
Kaca
Pecahan kaca dapat dihubungkan diperlukan untuk menganalisa atau
memperkirakan arah kekerasan yang terjadi atau urutan arah penembakan. Analisa
gelas juga digunakan untuk rekonstruksi kecelakaan lalu lintas (tabrakan).
Rambut
Rambut diperlukan untuk identifikasi spesies (hewan atau manusia), ras dan
bagian tubuh asal dari rambut tersebut.
Nomor seri mesin
Tanah dan mineral, kayu dan tanaman lain
Diidentifikasi dan dibandingkan untuk mengetahui sumber atau lokasi yang
mungkin dan dapat dihubungkan dengan tersangka atau korban.
Dokumen yang dipertanyakan
Bentuk dari bukti fisik yang mungkin berisi tulisan tangan, ketikan, salinan atau
tulisan yang dihasilkan komputer yang diperiksa untuk bukti pemalsuan.
Pemeriksaan terdiri dari analisa tinta dan kertas, juga perbandingan tulisan tangan
untuk memperkirakan keaslian.
4
II.3 Manfaat Pemeriksaan Laboratorium
Penggunaan barang bukti bermanfaat dalam investigasi forensik seperti:
1. Menentukan elemen kriminal
2. Membantu investigasi untuk sebuah kasus
3. Mencari kaitan antara Tempat Kejadian Perkara atau korban terhadap tersangka
4. Mematahkan pernyataan seorang tersangka atau alibi
5. Mengidentifikasi tersangka
6. Memacu pengakuan tersangka melalui barang bukti yang diperiksa
7. Menyelamatkan/ membebaskan seorang tertuduh yang tidak bersalah
8. Memberi masukan data bagi keputusan hakim di pengadilan
Darah4
Lokasi terbaik yang dimaksudkan adalah vena femoralis dan vena iliaka.
Namun jika tidak menemukan darah dari kedua lokasi tersebut, sampel darah dapat
diambil dari vena aksilaris. Sangat tidak dianjurkan untuk mengambil darah vena
jugularis karena sudah terkontaminasi oleh refluk cairan dari rongga dada.
Darah juga tidak boleh diambil dari rongga badan mengingat daerah tersebut
telah terkontaminasi oleh isi perut, efusi, urin, feses dll. Dalam sirkulasi darah, organ
tubuh akan mengambil zat kimia dari sirkulasi sehingga kadar zat kimia dalam vena
lebih rendah dibandingkan arteri. Pada korban mati, juga terdapat variasi kadar zat
kimia karena destruksi zat tersebut oleh aktivitas enzimatik dan mikroorganisme serta
difusi zat kimia berukuran kecil melewati membran sel yang telah kehilangan
permeabilitasnya. Para ahli menganjurkan untuk lebih baik mengambil akan dapat
diidentifikasi pemilik cairan tubuh tersebut. Beberapa metode pemerikaan darah
5
dikerjakan sesuai dengan racun yang ingin dibuktikan berdasarkan dugaan ahli
forensik.
2. Karbon Monoksida
Karbon monooksida bersifat stabildan tidak dapat berdifusi. Oleh sebab itu zat
karbon mono oksida dapat diambil dari pembuluh darah dan darah di rongga
tubuh. Cara lain untuk mengambil darah adalah dengan melakukan pengirisan
pembuluh vena iliaka dan femoralis setelah mengeluarkan organ perut terlebih
dahulu. Demikian pula, vena jugularis interna dapat memberikan banyak sampel
darah setelah dilakukan insisi pada pembuluh vena tersebut.
3. Narkotika
6
Darah merupakan port de entre dari zat-zat narkotika. Cara pengambilan darah
untuk pemeriksaan adalah dengan mengambil darah dari vena perifer secara
terpisah ataupun secara langsung dari jantung. Dengan meneliti kadar obat-obatan
dari berbagai tempat akan dapat diperkirakan seberapa jauh tingkat keracunannya.
Pengambilan sampel darah dalam bentuk cair atau kering yang dilakukan
terhadap tiap noda darah yang ada ditempat kejadian perkara. Untuk menghindarkan
terjadinya cross contamination, para ahli harus mengikuti panduan umum:
1. Menggunakan sarung tangan baru dan mengganti sarung tangan tiap pengambilan
pola darah. Tidak dianjurkan menggunakan peralatan standart, namun sebaiknya
menggunakan scalpel disposibble atau single edge razor blades untuk
pengambilan kerokan sampel darah kering, swab steril atau pipet disposable dan
semprotan untuk pengambilan sampel darah cair. Penting diingat untuk mengganti
mata scalpel atau pipet tiap pengambilan darah dari pola darah yang berbeda.
Urin
Urin dapat diambil sebelum otopsi, melalui pungsi suprapubik. Jika urin ingin
diambil setelah otopsi maka terlebih dahulu organ di dalam perut dikeluarkan.
Kemudian kandung kemih diangkat dan di aspirasi menggunakan spuit. Atau juga
dengan melakukan insisi pada permukaan ventral kandung kemih lalu aspirasi urin
7
dilakukan dengan spuit. Contoh zat racun yang dapat ditemukan dalam pemeriksaan
urin adalah racun golongan barbiturate dan dapat pula menemukan alkohol.
Feses
Feses tidak selalu diperlukan untuk analisa toksikologik kecuali jika dicurigai
adanya intoksikasi logam berat, misalnya arsen, merkuri, timah. Sebanyak 20 – 30
gram feses dimasukkan dalam wadah tertutup.
• Swab bukal atau darah dari korban untuk identifikasi DNA korban dan pelaku
Gunakan dua buah cutton bud dan usapkan dengan seksama pada
mukosa antara pipi dan gusi, antara bibir dan gusi, pertemuan antara gusi dan
langit-langit mulut dan di belakang gigi seri. Beri label pada cutton bud,
kemudian kemas hasil swab pada tempat berlabel setelah sebelumnya
dikeringkan terlebih dahulu, kemudian didokumentasikan.
9
Usapkan dental floss pada sela-sela gigi korban, keringkan dan
tempatkan pada amplop kecil atau dalam lipatan kertas.
• Sepatu
Bahan biologis dapat ditemukan pula pada sepatu. Foto noda bahan
tersebut dengan posisi sepatu awal, kemudian pindahkan sepatu, foto kembali
dari sudut yang berbeda dan tempatkan sepatu ke dalam kantung kertas.
• Rambut
Bila didapati rambut pada tempat kejadian perkara, maka haruslah
barang bukti ini difoto, dan diambil dengan menggunakan sarung tangan.
Gunakan Post It Notes untuk mengambil rambut atau gunakan cotton bud
kemudian tempatkan ke dalam jilidan kertas. Hindarkan menggunakan
penjepit atau memungut rambut dengan rambut, karena rambut tersebut dapat
jatuh dan hilang.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika suatu saat kita menemukan bercak
darah pada tempat kejadian perkara, karena selain dapat diambil dari tubuh jenazah
juga dapat diambil dari tempat kejadian perkara tanpa ada sumber perdarahan
tersebut, yaitu :
1. Bentuk dari bercak darah
2. Apakah bercak tersebut bercak darah
3. Apakah bercak tersebut darah manusia atau bukan
4. Darah berasal dari tubuh bagian mana
5. Berapa banyak darah terdapat pada suatu tempat dan sudah berapa lama
10
Beberapa persyaratan wadah sampel, yaitu:
1. Wadah tersebut baik masih baru atau pernah dipakai, harus dipastikan telah dicuci
dan disteril sebelum digunakan. Bukan hanya bersih secara fisik juga bersih secara
biologi dan kimia.
2. Sampel darah ditampung dalam tabung/botol 30 ml atau tabung plastik 5 ml.
3. Urin dan kandung empedu beserta isinya ditampung dengan wadah 30 ml.
4. Lambung dan isinya ditampung dalam wadah toples kaca atau plastik berukuran
250 ml.
5. Hati dimasukkan dalam wadah berisi 3 liter. Namun jika laboran hanya
membutuhkan sedikit irisan hati, maka cukup dipakai wadah berisi 250-500 gram.
6. Cairan humour vitreus dan liqour cerebrospinal cukup dengan tabung 5 ml.
11
100 mg sodium fluoride per 100 ml darah, mampu mempertahankan kadar alkohol
dalam darah meskipun sampel telah disimpan diatas 3 bulan (Glendening dan
Waugh)
5 mg sodium fluoride per 1 ml darah, mampu menghambat aktivitas alkohol
dehydrogenase yang merusak alkohol namun tidak mampu menghambat produksi
alkohol oleh mikroorganisme (Pleuckhahn)
0,5 mg sodium citrate dan 0,1 mg mercuric chloride per 1 ml darah. Menjamin
darah tetap cair dan steril. (Bradford)
12
e. Jantung
Darah seharusnya diberi label sesuai dengan tempat pengambilan.
Pada kejadian yang jarang terjadi, yang biasanya berhubungan dengan trauma
massive, darah tidak dapat diambil dari pembuluh darah tetapi terdapat darah
bebas pada rongga badan.
- Darah diambil dan diberi label sesuai dengan tempat pengambilan.
- Jika dilakukan tes untuk obat dan hasilnya negatif, maka dapat diasumsikan bahwa
orang tersebut tidak dibawah efek obat pada saat kematian.
- Jika tes positif harus diperhitungkan kemungkinan kontamina
Pada beberapa kasus bahan lain seperti vitreus/ otot dapat dianalisa untuk
mengevaluasi akurasi dari hasil tes dalam kavitas darah.
Sebelum dilakukan pemeriksaan darah yang lebih lengkap, terlebih dahulu kita
harus dapat memastikan apakah bercak berwarna merah itu darah. Oleh sebab itu
perlu dilakukan pemeriksaan guna menentukan :
a. Bercak tersebut benar darah
b. Darah dari manusia atau hewan
c. Golongan darahnya, bila darah tersebut benar dari manusia
• Luminol
Luminol menolong kita untuk melihat sejumlah kecil darah yang terluput oleh
mata, yang sudah dihapus, bahkan yang sudah dihapus beberapa tahun yang lalu.
Luminol sendiuri terdiri atas natrium perborat, natrium karbonat, 3-aminoftalidrazid
dan air destilasi. Rasio campuran ini 0,7:5:0,1 gram dilarutkan dalam 100 milimeter air.
Bahan-bajhan ini mudah didapat dan relatif murah.
• Tes Takayama
Apabila heme sudah dipanaskan dengan seksama dengan menggunakan
pyridine dibawah kondisi basa dengan tambahan sedikit gula seperti glukosa, Kristal
pyridine ferroprotoporphyrin atau hemokromogen akan terbentuk.6
Tes Takayama dilakukan dengan cara meletakkan seujung jarum bercak pada
gelas kaca objek, kemudian ditetesi dengan setetes reagen takayama, tutup dengan
gelas penutup kemudian dipanaskan.
Kelebihan:
Test dapat dilakukan dan efektif dilakukan pada sampel atau bercak yang
sudah lama dan juga dapat memunculkan noda darah yang menempel pada baju.
Selain itu test ini juga memunculkan hasil positif pada sampel yang mempunyai hasil
negative pada test Teichmann. Tes ini lebih spesifik tapi kurang sensitif dibandingkan
tes benzidin.
• Tes Teichmann8
Pertama kali dilakukan oleh Teicmann (1853). Test diawali dengan
memanaskan darah yang kering dengan asam asetat glacial dan chloride untuk
membentuk derivate hematin. Kristal yang terbentuk kemudian diamati di bawah
16
mikroskop, biasanya Kristal muncul dalam bentuk belah-belah ketupat dan berwarna
coklat.
Cara pemeriksaan:
Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek tambahkan 1 butir
kristal NaCL dan 1 tetes asam asetat glacial, tutup dengan kaca penutup dan
dipanaskan.
Hasil:
Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya Kristal hemin HCL yang
berbentuk batang berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskopik.(1)
Kesulitan :
Mengontrol panas dari sampel karena pemanasan yang terlalu panas atau
terlalu dingin dapat menyebabkan kerusakan pada sampel.
17
Hemastix
Hemastix adalah tes yang paling sederhana, menggunakan stik pendek yang
mengandung reagen pada bagian ujungnya. Bagian ujung yang mengandung reagen
tersebut diusapkan pada noda yang ingin diidentifikasi, kemudian dicelupkan pada air
steril. Bila reaksi positif, maka akan muncul warna hijau pada hemastix. Kelemahan
dari hemastix adalah hanya dapat digunakan pada noda darah dalam jumlah tertentu,
dan dapat muncul hasil false positif bila terkontaminasi dengan residu mesiu senjata
api.
Bila hanya terdapat sedikit sampel, maka sebaiknya digunakan reagen tes
yang lain. Cara melakukan pemeriksaannya adalah dengan melipat kertas saring steril,
kemudian tepi lipatan digosokkan pada noda yang ingin diidentifikasi. Alternatif lain
adalah dengan membasahkan tepi atau batas kertas dengan larutan saline (digunakkan
pada noda yang sangat kering), kemudian tepi yang sudah dibasahkan tersebut
digosokkan pada noda. Kemudian bubuhkan reagen sejumlah yang dibutuhkan.
Fenoflalein
Untuk tes yang menggunakan fenoftalein, diperlukan pula etanol dan hidrogen
peroksida setelah pengambilan sampel, kertas saring ditetesi fenoftalein sejumlah satu
tetes. Kemudian secara berurutan diteteskan setetes etanol dan setetes hidrogen
peroksida. Hasil positif akan muncul berupa merah muda keunguan.
Leukomalasit Hijau
Reagen leukomalasit berisi campuran natrium perborat, leukomalasit hijau,
asam glasial asetik dan air. Seperti pada tes fenoftalein, beberapa tetes reagen
diteteskan pada usapan darah atau pada kertas saring, diikuti beberapa tetes hidrogen
peroksida. Hasil posotif akan muncul warna biru kehijauan.
18
Tes lainnya untuk identifikasi noda darah adalah OneStep ABAcard
HemaTrace yang dapat digunakan baik di laboratorium maupun pada tempat kejadian
perkara. Tes ini sangat mudah dikerjakan karena tidak memerlukan pemyimpanan di
pendingin dan tidak memerlukan persiapan reagen. Selain itu, tes ini memiliki
kelebihan yaitu sangat sensitif dan hanya memerlukan sedikit sampel. Tes ini jauh
lebih akurat daripada tes presumtif.
Cara pemeriksaan :
Antiserum ditempatkan pada tabung kecil dan sebagian kecil ekstrak
bercak darah ditempatkan secara hati-hati pada bagian tepi antiserum. Biarkan
pada temperatur ruang kurang lebih 1,5 jam. Pemisahan antara antigen dan
antibody akan mulai berdifusi ke lapisan lain pada perbatasan kedua cairan.
Hasil:
Akan terdapat lapisan tipis endapan atau precipitate pada bagian antara
dua larutan. Pada kasus bercak darah yang bukan dari manusia maka tidak
akan muncul reaksi apapun.
Hasil :
Hasil positif memberikan presipitum jernih pada perbatasan lubang
tengah dan lubang tepi.
Pembuatan agar buffer :
1 gram agar; 50 ml larutan buffer Veronal pH 8.6; 50 ml aqua dest; 100
mg. Sodium Azide. Kesemuanya dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer,
tempatkan dalam penangas air mendidih sampai terbentuk agar cair. Larutan
ini disimpan dalam lemari es, yang bila akan digunakan dapat dicairkan
kembali dengan menempatkan labu di dalam air mendidih. Untuk melapisi
gelas obyek, diperlukan kurang lebih 3 ml agar cair yang dituangkan ke
atasnya dengan menggunakan pipet.
Sperma itu sendiri didalam liang vagina masih dapat bergerak dalam waktu 4
– 5 jam post-coitus; sperma masih dapat ditemukan tidak bergerak sampai sekitar 24-
36 jam post coital dan bila wanitanya mati masih akan dapat ditemukan 7-8 hari
Cara pemeriksaan :
Letakkan satu tetes cairan vagina pada kaca objek kemudian ditutup. Periksa
dibawah mikroskop dengan pembesaran 500 kali. Perhatikan pergerakkan
spermatozoa
21
Hasil :
Umumnya disepakati dalam 2 – 3 jam setelah persetubuhan masih dapat
ditemukan spermatozoa yang bergerak dalam vagina. Haid akan memperpanjang
waktu ini sampai 3 – 4 jam. Berdasarkan beberapa penelitian, dapat disimpulkan
bahwa spermatozoa masih dapat ditemukan 3 hari, kadang – kadang sampai 6 hari
pasca persetubuhan. Pada orang mati, spermatozoa masih dapat ditemukan hingga
2 minggu pasca persetubuhan, bahkan mungkin lebih lama lagi.
Bila persetubuhan tidak ditemukan, belum tentu dalam vagina tidak ada
ejakulat karena kemungkinan azoosperma atau pascavasektomi. Bila hal ini terjadi,
maka perlu dilakukan penentuan cairan mani dalam cairan vagina.
Bahan pemeriksaan
Pakaian yang mengandung bercak diambil sedikit pada bagian tengahnya.
Kemudian diwarnai dengan pewarnaan BAEECHI selama 2 menit. Kemudian cuci
22
dengan HCL 1% dehidrasi dengan alkohol 70%, 85% dan alkohol absolut lalu
bersihkan dengan xylol dan keringkan dengan kertas saring.
Reagen :
Larutan A
(1) Brentamin Fast Blue B 1 g
(2) Natrium asetat trihidrat 20 g
(3) Asam asetat glasial 10 ml
(4) Askuades 100 ml
Reagen (2) dan (3) dilarutkan dalam (4) untuk menghasilkan larutan penyangga
dengan pH 5, kemudian (1) dilarutkan dalam larutan peyangga tersebut.
23
Larutan B
Natrium alfa naftil fosfat 800 mg + aquades 10 ml.
Cara pemeriksaan :
Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saring yang terlebih dahulu
dibasahi dengan aquades selama beberapa menit. Kemudian kertas saring diangkat
dan disemprotkan / diteteskan dengan reagen. Ditentukan waktu reaksi dari saat
penyemprotan sampai timbul warna ungu, karena intensitas warna maksimal tercapai
secara berangsur-angsur.
Hasil :
Bercak yang tidak mengandung enzim fosfatase memberikan warna serentak
dengan intensitas tetap, sedangkan bercak yang mengandung enzim tersebut
memberikan intensitas warna secara berangsur-angsur.
Waktu reaksi 30 detik merupakan indikasi kuat adanya cairan mani. Bila 30 –
65 detik, masih perlu dikuatkan dengan pemeriksaan elektroforesis. Waktu reaksi > 65
detik, belum dapat menyatakan sepenuhnya tidak terdapat cairan mani karena pernah
ditemukan waktu reaksi > 65 detik tetapi spermatozoa positif.
Enzim fosfatase asam yang terdapat di dalam vagina memberikan waktu reaksi
rata-rata 90 – 100 detik. Kehamilan, adanya bakteri-bakteri dan jamur, dapat
mempercepat waktu reaksi.
24
Bila pada cairan vagina terdapat kristal-kristal kholin yang periodida tampak
berbentuk jarum-jarum yang berwarna coklat.
Berberio
Reaksi ini dilakukan dan mempunyai arti bila mikroskopik tidak ditemukan
spermatozoa.
Dasar reaksi : Menentukan adanya spermin dalam semen.
Reagen :
• Larutan asam pikrat jenuh.
• Cara pemeriksaan (sama seperti pada reaksi Florence) :
• Bercak diekstraksi dengan sedikit akuades. Ekstrak diletakkan pada kaca
objek, biarkan mengering, tutup dengan kaca penutup. Reagen dialirkan
dengan pipet dibawah kaca penutup.
Hasil :
Hasil positif bila, didapatkan kristal spermin pikrat kekuningan berbentuk jarum
dengan ujung tumpul. Kadang-kadang terdapat garis refraksi yang terletak
longitudinal. Kristal mungkin pula berbentuk ovoid.
25
Penggunaan obat perkosaan dapat dideteksi melalui pemeriksaan urin dalam
72 jam setelah terjadinya tindak perkosaan, namun dapat pula diperiksa di atas waktu
jam 72 jam setelah perkosaan. Setelah diambil, substans yang akan diperiksa ini
masih dapat digunakan 28 hari setelah ingesti.
Ahli forensik wajib memeriksa adanya DFSA dalam urin bila didapati cerita
pasien yang khas menggambarkan adanya penggunaan DFSA. Bahkan bila korban
buang air sebelum tiba di rumah sakit, hendaknya diinformasikan pada korban agar
menempatkan urinnya pada wadah bersih dan membawanya ke rumah sakit.
Cara lugol
Kaca objek ditempelkan dan ditekan pada glans penis, terutama pada bagian
kolum, korona serta frenulum, kemudian letakkan dengan spesimen menghadap
kebawah diatas tempat yang berisi larutan ligol dengan tujuan agar uap yodium akan
mewarnai sediaan tersebut. Hasil akan menunjukkan sel-sel epitel vagina dengan
sitoplasma berwarna coklat karena mengandung banyak glikogen.
Untuk memastikan bahwa sel epitel berasal dari seorang wanita, perlu
ditentukan adanya kromatin seks (barr bodies) pada inti. Dengan pembesaran besar,
perhatikan inti sel epitel yang ditemukan dan cari barr bodies. Ciri-cirinya adalah
menempel erat pada permukaan membran inti dengan diameter kira-kira 1 µ yang
berbatas jelas dengan tepi tajam dan terletak pada satu dataran fokus dengan inti.
27
Kelemahan pemeriksaan ini adalah bila persetubuhan tersebut telah
berlangsung lama atau telah dilakukan pencucian pada alat kelamin pria, maka
pemeriksaan ini tidak akan berguna lagi.
Pada umumnya pada kasus bekas gigitan menyebabkan luka pada kulit. Orang
yang digigit bisa masih hidup atau sudah mati. Pada kedua contoh berupa bekas
gigitan tersebut dapat berubah dengan cara menjadi sembuh atau membusuk. Penyidik
harus curiga jika ada bekas atau memar yang memiliki karakteristik yang sesuai
dengan ciri luka karena gigitan. Penentuan suatu luka merupakan luka gigitan oleh
kerana gigi manusia memerlukan informasi-informasi yang sifatnya mendasar.
Konfirmasi lanjut berupa analisi DNA dari saliva yang didapat dari tempat yang sama
mendukung atau meniadakan dugaan sementara tentang bekas gigitan yang tidak
28
lengkap. Identifikasi seseorang secara khusus paling baik dilakukan dengan cara
mengumpulkan bukti fisik dan biologik yang didapat di tempat yang sama.
Diagnosis bekas gigitan manusia pada bukti fisik kategori ini harus dibuat
secara lebih konservatif karena memar tidak merupakan informasi yang cukup detail
untuk identifikasi manusia.
Sebagai tambahan, cacat dari permukaan dataran dan alur menetukan anak
peluru dapat membantu menentukan karakteristik individual. Pada anak peluru yang
berjaket tanda-tanda tersebut lebih mudah ditemui. Dari karakteristik individual dari
jenis anak peluru tadi maka dapat menentukan jenis senjata api yang digunakan. Hal
ini akan menentukan jejak tentang senjata api apa yang dipakai karena tidak ada dua
senjata yang meskipun dibuat dari bahan yang sama akan menghasilkan tanda yang
sama pula pada ciri-ciri luka tembak yang dihasilkan.
Tanda berupa bubuk tersebut lebih menonjol pada anak peluru dengan dasar
timah yang dilapisi jaket metal daripada yang tidak berjaket. Anak peluru yang
dilapisi bagian bawah (metal partial jacketed bullet) akan menunjukkan tanda berupa
bubuk mesiu yang sangat sedikit.
30
Bubuk tersebut dapat melekat kebagian dasar anak peluru dan terbawa masuk
ke dalam tubuh yang tertembak. Hal ini terkait dengan anak peluru dengan dasar
timah yang terlihat pula pada anak peluru yang dilapisi jaket pada bagian dasarnya.
Apabila anak peluru ditemukan di TKP atau beberapa anak peluru ditemukan
pada rongga tubuh setelah menembus beberapa organ, hal-hal tersebut dapat
digunakan untuk membedakan anak peluru ini menancap di tubuh atau anak peluru
yang menembus tubuh setelah melewati organ. Apabila ada anak peluru tertancap
pada tulang dan partikel tulang akan terkumpul pada anak peluru maka identifikasi
dari tulang dapat dibuat dari pemeriksaan histopatologi jika fragmen cukup besar
namun jika fragmennya terlalu kecil maka dilakukan metode SEM-EDX.
Apabila anak peluru yang tertancap pada jaringan atau bahkan organ yang
spesifik dapat ditentukan melalui pemeriksaan sitologi. Nicols and Seens telah
menjelaskan metode untuk menemukan dan mengidentifikasi jaringan dan material
yang terlalu kecil untuk dapat dilihat. Proses ini terkait dengan membersihkan anak
peluru yang tidak dapat tercuci dengan cairan tertentu,menyaring cairan atau solusio
tersebut dengan penyaring stiologi dan kemudian pewarnaan sitologi. Pada kasus anak
peluru berkecepatan tinggi mereka mencatat terdapat pecahan yang banyak dan luas
dari jaringan dengan bercak darah,fragmen tulang,otot dan debris yang tidak
berbentuk. Hampir sebagian jaringan dapat diperbaiki namun tidak demikian pada
31
mesotel dan fragmen tulang. Penemuan jaringan dari anak peluru yang berkecepatan
rendah lebih mudah untuk disimpan dan jumlahnya banyak. Jaringan lemak, pecahan
dari pembuluh darah kecil, gumpalan sel-sel spindel lebih sering ditemukan
sedangkan otot jantung dan rangka hanya kebetulan saja ditemukan. Pecahan organ
dalam tidak terlalu penting ditemukan meski organ tersebut telah tertembus. Kulit
yang biasanya jarang diperiksa. Dalam kaitannya dengan jenis senjata shotgun pada
kepala,tulang,otot gerak,jaringan penyangga dan potongan-potongan biasanya
ditemukan. Fragmen-fragmen dari otak ditemukan namun saraf-sarafnya tidak dapat
dipastikan sesuai dengan tempat asalnya.
32
Seksi laboratorium ini sering identik dengan seksi sidik jari yang tersembunyi.
Peran seorang dokter ahli forensik ini adalah pengambilan sidik jari dalam keadaaan
khusus seperti bila telah terjadi pembusukan, dokter membuat sidik tersebut lebih
jelas dan trebal untuk diambil sebagai alat identifikasi.
Sidik jari yang terdapat dalam logam bersifat laten artinya sidik mengendap
pada permukaan logam dan dapat diambil untuk identifikasi.
Dalam bidang kedokteran forensik, pemeriksaan air liur penting untuk kasus-
kasus dengan jejas gigitan untuk menentukan golongan darah pengigitnya. Golongan
darah penggigit yang termasuk dalam golongan sekretor dapat ditentukan dengan cara
absorpsi inhibisi.
Reagen yang digunakan yaitu anti A dan anti B dapat diperoleh dari
laboratorium transfusi darah PMI, demikian pula dengan anti H. Anti H dapat dibuat
dari biji-biji Ulex europaeus yang digerus dalam mortir. Tiap 1 g biji-bijian
ditambahkan 10 ml salin. Kemudian campuran tadi dikocok dengan mesin pengocok
selam 1 jam dan dipusing selama 5 menit dengan kecepatan 3000 RPM. Cairan
supernatan disaring dan dapat segera dipergunakan.
Untuk pemeriksaan perlu dilakukan kontrol dengan air liur yang telah
diketahui golongan sekretor atau non sekretor.
33
antiserum. Campuran tersebut didiamkan selama 30 menit pada suhu ruang untuk
proses absopsi.
Selama menunggu, tentukan titer anti A, anti B dan anti H yang digunakan.
Setelah 30 menit berlalu, pada campuran tersebut ditentukan titer anti A, anti B dan
anti H dengan cara yang sama.
SDM yang digunakan adalah suspensi 4 % yang berumur kurang dari 24 jam.
Bandingkan titer antisera yang digunakan dengan titer campuran antiserum + air liur.
Hasil positif bila titer berkurang lebih dari 2 kali.
34
Rambut kepala umumnya kasar, lemas, lurus/ ikal/ keriting dan panjang
dengan penampang melintang yang berbentuk bulat (pada rambut yang lurus), oval
atau elips (pada rambut ikal/ keriting). Alis, bulu mata dan bulu hidung umumnya
relatif kasar, kadang-kadang kaku dan pendek. Rambut kemaluan dan rambut ketiak
lebih kasar sedangkan rambut badan halus dan pendek.
b. Sebab kematian
Informasi tentang sebab kematian juga dapat diperoleh melalui rambut
mengingat beberapa racun tertentu, terutama racun metalik, disimpan di
bagian tubuh tersebut.
c. Jenis kejahatan
Mengenai jenis kejahatan yang terjadi dapat diperkirakan dengan
melihat macam rambut yang ditemukan. Adanya rambut pubes pada tubuh
korban memberikan dugaan adanya tindak pidana perkosaan atau tndak pidana
seksual lainnya dan adanya rambut binatang pada tubuh manusia atau
sebaliknya juga dapat memberikan perkiraan adanya bestialiti
36
d. Identitas korban
Rambut mempunyai sifat tahan terhadap pembusukan dan bahan-bahan
kimia sehingga dapat dijadikan sarana identifikasi bagi mayat-mayat tidak
dikenal yang sudah membusuk. Meskipun tak dapat memberikan identitas
personal tetapi dari rambut paling tidak dapat ditemukan umur, jenis kelamin,
ras, dan sebagainya.
e. Identitas pelaku
Rambut juga dapat dipakai sebagai sarana identifikasi guna
mengetahui identitas pelakunya. Sebagaimana diketahui bahwa pada tindak
pidana perkosaan dan pembunuhan, sering ditemukan rambut pelaku tertinggal
atau berhasil dijambak oleh korban sehingga dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan identifikasi.
Jika ditemukan rambut yang diduga ada kaitannya dengan kejahatan maka
hendaknya rambut tersebut diperiksa dengan teliti untuk mengetahui :
37
1. Keaslian rambut
Pemeriksaan keaslian rambut perlu dilakukan mengingat adanya
berbagai serat yang bentuk dan warnanya mirip rambut.
Rambut yang utuh biasanya terdiri atas akar, batang dan ujung. Akar ranbut
terdiri atas jaringan ikat longgar sedangkan batang rambut terdiri atas kutikula,
korteks dan medula. Serat yang bukan berasal dari rambut tidak mempunyai
susunan seperti itu. Serat sintetis misalnya, gambaran mikroskopiknya terlihat
homogen.
Ciri rambut manusia yaitu halus dan tipis, kutikula mempunyai sisik
kecil dan bergerigi, medula sempit atau kadang-kadang tak ada, kortek tebal,
index medulla kurang dari 0,3 dan pigmennya lebih ke arah perifer.
Sedangkan, ciri rambut binatang ialah kasar dan tebal, kutikula mempunyai
sisik lebar dan polihidral, medula lebar, kortek tipis, index medulla lebih dari
0,5 dan pigmennya di perifer maupun di sentral. Dengan tes presipitasi akan
dapat dibedakan dengan tepat antara rambut manusia dan rambut binatang.
3. Identifikasi
Jika sudah dapat dipastikan rambut manusia maka pemeriksaan
lanjutan perlu dilakukan untuk menentukan siapa pemiliknya. Perlu diketahui
bahwa rambut mempunyai sifat tahan terhadap pembusukan dan bahan-bahan
kimia sehingga dapat dijadikan salah satu sarana identifikasi bagi mayat-
mayat yang sudah membusuk.
Meskipun tak dapat memberikan identitas personal seperti halnya sidik
jari, tetapi dapat memberikan identitas umum, antara lain :
a. Umur
Umur dari pemilik rambut dapat ditentukan dengan memeriksa rambut
tersebut berdasarkan tempat tumbuh dan warnanya.
38
Tumbuhnya rambut di berbagai bagian tubuh berbeda-beda waktunya.
Rambut pubis dan rambut ketiak misalnya, tumbuh pada masa
adolesen. Selain itu warna rambut juga dapat dipakai sebagai petunjuk
umur dari pemiliknya. Pada orang-orang tua warna rambut akan
berubah menjadi putih. Rambut lanugo pada bayi baru lahir
mempunyai sifat halus, tidak berpigmen, tak bermedula dengan pola
sisik yang lebih seragam.
b. Jenis kelamin
Melalui berbagai pemeriksaan yang teliti akan dapat ditentukan jenis
kelamin dari pemilik rambut. Rambut laki-laki pada umumnya lebih
kaku, lebih kasar dan lebih gelap. Sedang rambut wanita umumnya
halus, panjang dan meruncing ke arah ujung.
Dari distribusinya juga dapat ditentukan jenis kelaminnya. Rambut
jenggot, rambut dada dan kumis adalah khas rambut laki-laki.
Penyebaran rambut pubis antara laki-laki dan wanita juga
menunjukkan gambaran yang berbeda.
c. Ras
Untuk menentukan jenis rasnya dapat dilihat dari warna, panjang,
bentuk dan susunan rambut. Rambut orang Eropa misalnya, berwarna
pirang, kecoklatan atau kemerahan.
Caranya :
Ukur diameter pupil dengan pupilometer dan lakukan pemeriksaan ini di
dalam ruang khusus yang tidak dipengaruhi cahaya. Pemeriksaan dilakukan lagi 30
menit setelah diberikan 3 mg Nalorfin subkutan.
39
II.5.J Pemeriksaan Organ Spesifik Forensik : Paru
Pemeriksaan makroskopik paru.
Paru-paru mungkin masih tersembunyi di belakang kandung jantung atau telah
mengisi rongga dada. Osborn (1953) menemukan pada 75% kasus, ternyata paru-paru
sudah mengisi rongga dada, baik pada bayi yang lahir hidup maupun lahir mati. Paru-
paru berwarna kelabu ungu merata seperti hati, konsistensi padat, tidak teraba derik
udara dan pleura yang longgar (slack pleura). Berat paru kira-kira 1/70x berat badan.
Hingga tahap ini, paru bayi yang baru lahir mati masih dapat mengapung oleh
karena kemungkinan adanya gas pembusukan. Bila potongan kecil itu mengapung,
letakkan di antara dua karton dan ditekan (dengan arah tekanan tegak lurus, jangan
bergeser) untuk mengeluarkan gas pembusukan yang terdapat pada jaringan
interstisial paru, lalu masukkan kembali ke dalam air dan di amati apakah masih
mengapung atau tenggelam. Bila masih mengapung berarti paru tersebut berisi udara
residu yang tidak akan keluar. Kadang-kadang dengan penekanan, dinding alveoli
pada bayi yang telah membusuk akan pecah dan udara residu keluar dan
memperlihatkan hasil uji apung paru negatif.
40
Hasil negatif belum berarti pasti lahir mati, karena adanya kemungkinan bayi
dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti bernafas meskipun jantung masih berdenyut,
sehingga udara dalam alveoli diresopsi. Pada hasil negatif ini, pemeriksaan
histopatologi harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati atau hidup. Hasil uji
apung paru positif berarti pasti lahir hidup.
Mikroskopik Paru
Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi
dengan larutan formalin 10%. Sesudah 12 jam, dibuat irisan-irisan melintang untuk
memungkinkan cairan fiksatif meresap dengan baik ke dalam paru. Setelah difiksasi
selama 48 jam, kemudian dibuat sediaan histopatologi. Biasanya dibuat pewarnaan
HE dan bila paru telah membusuk digunakan pewarnaan Gomori atau Ladewig.
Tanda khas untuk paru bayi belum pernah bernafas adalah adanya tonjolan
(projection), yang berbentuk seperti bantal (cushion-like) yang kemudian akan
bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga tampak seperti gada (club-like).
Pada permukaan ujung bebas projection tampak kapiler yang berisi banyak darah.
Tanda khas untuk paru bayi yang belum bernafas yang sudah membusuk, dengan
pewarnaan Gomori atau Ladewig, tampak serabut-serabut retikuler pada permukaan
41
dinding alveoli berkelok-kelok seperti rambut keriting, sedangkan pada projection
berjalan dibawah kapiler sejajar dengan permukaan projection dan membentuk
gelung-gelung terbuka (open loops). Pada paru bayi baru lahir mati mungkin juga
ditemukan tanda inhalasi cairan amnion yang luas karena asfiksi intrauterin.
Lahir hidup adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang lengkap,
yang setelah pemisahan bernafas atau menunjukkan tanda kehidupan lain, tanpa
mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belum tali pusat dipotong dan uri dilahirkan.
Bila seseorang mati karena tenggelam, maka cairan bersama diatom akan
masuk ke dalam saluran pernapasan atau pencernaan, kemudian diatom akan
masuk ke dalam aliran darah melalui kerusakan dinding kapiler pada waktu
korban masih hidup dan tersebar ke seluruh jaringan.
Pemeriksaan diatom dilakukan pada jaringan paru segar. Bila mayat telah
membusuk, pemeriksaan diatom dilakukan dari jaringan ginjal, otot skelet atau
sumsum tulang paha. Pemeriksaan diatom pada hati dan limpa kurang bermakna
sebab berasal dari penyerapan abnormal dari saluran pencernaan terhadap air
minum atau makanan.
42
asam sambil diteteskan asam nitrat pekat samapi terbentuk dan cairan dipusing
dalam centrifuge.
Sedimen yang terjadi ditambah dengan akuades, pusing kembali dan hasilnya
dilihat dengan mikroskop. Pemeriksaan diatom positif bila pada jaringan paru
ditemukan diatom cukup banyak, 4-5/LPB atau 10-20 per satu sediaan; atau pada
sumsum tulang cukup ditemukan hanya satu.
Reaksi ini tidak spesifik, hasil positif semu didapatkan bila isi lambung
mengandung klorin, nitrogen oksida atau ozon; sehingga reaksi ini hanya untuk
skrining.
d. Kristalografi
Bahan yang dicurigai berupa sisa makanan/ minuman, muntahan, isi lambung
di masukkan ke dalam gelas beker, dipanaskan dalam pemanas air sampai kering,
kemudian dilarutkan dalam aceton dan disaring dengan kertas saring. Filtrat yang
didapat, diteteskan dalam gelas arloji dan dipanaskan sampai kering, kemudian
dilihat di bawah mikroskop. Bila terbentuk kristal-kristal seperti sapu, ini adalah
golongan hidrokarbon terklorinasi.
e. Metoda Kopanyi
Dilakukan dengan memasukkan 50 ml urin atau isi lambung dalam sebuah
corong. Periksa dengan kertas lakmus, jika bersifat alkali tambahkan HCl sampai
bersifat asam. Tambahkan 100 ml eter, kocok selama beberapa menit. Diamkan
sebentar, tampak air terpisah dari eter, lapisan air dibuang, barbiturat terdapat
dalam lapisan eter. Saring eter ke dalam beaker glass dan uapkan sampai kering di
atas penangas air. Tambahkan 10 tetes kloroform untuk melarutkan sisa barbiturat
yang mengering.
Ambil beberapa tetes larutan dan letakkan pada white pocelain spot plate.
Tambahkan 1 tetes kobalt asetat (1 % dalam metil alkohol absolut) dan 2 tetes
isopropilamin (5% dalam metil-alkohol absolut), Barbiturat akan memberi warna
merah muda sampai ungu.
45
IMPLEMENTASI PEMERIKSAAN LABORATORIUM FORENSIK SEDERHANA
PADA KASUS TERTENTU
46
Gambar 2. Kasus Tenggelam
47
Gambar 3. Keracunan CO
48
Gambar 4. Kasus Perkosaan
49
II.6 Prosedur penyitaan barang bukti
Berikut ini adalah barang bukti yang dapat diambil beserta dengan cara / prosedur
penyitaannya :
1. Muntahan si korban
Muntahan diambil dengan kertas saring dan disimpan dalam toples.
Muntahan dinilai, apakah ada bau fosfor ( bau bawang putih ); bagaimana sifat
muntahannya misalnya seperti bubuk kopi ( zat kaustik ), berwarna hitam ( H 2SO4
pekat ), kuning ( HNO4 ), biru kehijauan ( CuSO4 )
2. Sisa obat - obatan. Dihitung jumlahnya dan dikumpulkan dengan pembungkusnya.
3. Sisa minuman/makanan yang dimakan/diminum sikorban, serta tempat seperti gelas
dan alat minum lainnya atau pembungkusnya.
4. Sisa - sisa air seni si korban.
5. Kertas – kertas catatan, surat peninggalan/perpisahan jika merupakan kasus bunuh
diri.
50
BAB III
KESIMPULAN
1. Setiap kejahatan pasti akan menimbulkan barang bukti yang dapat menjadi petunjuk
adanya tindak pidana. Untuk itulah perlu dilakukan pemeriksaan barang bukti secara
cermat dengan menggunakan tehnik pemeriksaan menurut standar baku yang telah diakui
di bidang forensik.
Sebab kematian tidak selalu dapat mengungkap melalui pemeriksaan luar dan
pemeriksaan dalam. Oleh karena itu dalam hal ini diperkirakan laboratorium terhadap
barang bukti yang terdapat pada tubuh korban, tempat kejadian perkara maupun pada
tersangka pelaku.
2. Tahapan dalam pemeriksaan barang bukti terkait denngan ketrampilan dan
pengetahuan yang baik dari seorang ahli forensik dalam mengambil sampel dari tempat
kejadian perkara, pengawetan hingga kepada metode pemeriksaan laboratorium secara
sederhana untuk kemudian dilakukan intepretasi.
3. Pemeriksaan Laboratorium Forensik mencakup bidang yang sangat luas yaitu
mencakup pemeriksaan terhadap cairan tubuh, lambung beserta bahan muntahan, rambut
dan kuku, bekas gigitan, uji balistik, dan ekstrasi DNA.
4. Hasil interpretasi dari berbagai macam pemeriksaan laboratorium ataupun pelaku
akan membantu mengungkapkan sebab kematian.
5. Laboratorium Forensik memiliki peranan yang sangat besar bagi keberhasilan
pengungkapan suatu tindak pidana. Laboratorium forensik sendiri dapat merupakan
lembaga yang termasuk dalam kepolisian namun dapat pula berdiri sendiri (independen).
51
DAFTAR PUSTAKA
1. Kiely, Terrence F, Forensic Evidence Science and the Criminal Law, Science, Forensic
Science and Evidence, 2002
52