Puan
Puan
Gerakan-gerakannya
memperlihatkan keserasian dan mengesankan dilakukan sepasang anak muda yang tengah
jatuh cinta. Setelah tarian selesai munculah Puan Hamidah. Ia seperti gelisah menunggu
seseorang. Tak beberapa lama kemudian munculah Malin.
Malin : Puan, apa gerangan yang terjadi sehingga Puan berkenan memanggil
saya menghadap, di hari dan waktu yang bukan seharusnya saya
bekerja…
Malin : Maaf Puan, saya hanya bawahan, apa kata para pekerja yang lain, jika
mengetahui kita berdua di sini
Puan Hamidah : Tidak bisakah kita sempatkan waktu, untuk memperbincangkan hal yang
hakiki diluar persoalan kerja dan kantor.
Malin :Hal yang hakiki? Puan, saya bukanlah orang yang terpelajar. Mohon
berbicaralah dengan kata-kata yang bisa saya pahami…
Puan Hamidah : Kita ke sini tak berkait dengan urusan perniagaan atau pekerjaan apapun,
kita ke sini untuk berbicara masa depan kita?
Malin : Masa depan Kita? Puan jangan membuat jantung ini berdetak malampaui
helaan nafas….
Puan Hamidah : (Berdiri mendekati Malin) Saya ingin menawarkan sesuatu untuk masa
depan kita berdua?
Puan Hamidah :Jika belum terbaca jelas saya ulangi: saya ingin menikah denganmu,
Malin.
Malin : Saya?
Malin : Saya merasa mendapatkan kehormatan besar dengan tawaran itu, tapi
saya harus katakan dengan terus terang, saya tak bisa menerima tawaran,
Puan.
Puah Hamidah :Bagaimana kalau saya katakan padamu: Tinggalkan dia atau, kamu akan
kehilangan pekerjaanmu?
Malin : Itu pilihan yang sangat tidak adil. Tapi demi dia saya rela kehilangan
apapun.
Puan Hamidah : Kamu selalu bisa mengambil sisi yang baik atas keburukan yang kamu
alami, terkecuali dua hal sesuatu yang membahayakan jiwamu atau
penghinaan atas harga dirimu. Bagaimana kalau sekarang saya katakan:
Begitu beraninya kamu hinakan harga diriku…
Malin : Maafkan saya… Dalam soal perasaan saya tak bisa berpura-pura…