“ETHICS EXPECTATIONS”
2
1.2 Sensitivitas Moral
Selama tahun 1980-an dan 1990-an, ada peningkatan yang signifikan dalam kepekaan
terhadap kurangnya keadilan dan ketidaksesuaian dalam perlakuan yang adil yang biasanya
diberikan kepada individu dan kelompok dalam masyarakat. Peningkatan pengakuan atas
penderitaan beberapa kelompok bertanggung jawab atas kesadaran sosial menjadi meningkat,
termasuk gerakan feminis, orang-orang asli dan minoritas yang menderita mental dan fisik.
Sampai taraf tertentu, publik siap untuk menghibur keprihatinan kelompok-kelompok ini karena
peristiwa-peristiwa yang tidak menguntungkan telah membawa kesadaran bahwa beberapa
kelompok kepentingan khusus patut didengarkan, seperti yang dilakukan oleh para aktivis
lingkungan, pendukung konsumen, dan pendukung anti-apartheid.
Sensitivitas moral terbukti pada masalah internasional maupun domestik. Kampanye
untuk memboikot pembelian dari perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam pekerja anak-anak
atau buruh tani asing: negara-negara memberikan banyak kesaksian untuk ini dan telah
menghasilkan penciptaan kode praktik etis bagi para pemasok dan mekanisme kepatuhan untuk
memastikan bahwa mereka diikuti, organisasi seperti sosial akuntabilitas internasional dan
Akuntabilitas adalah kebijakan tempat kerja yang devdoping. standar, program pelatihan auditor
di tempat kerja, dan kerangka pelaporan.
3
Awalnya dipelopori oleh dana pensiun besar seperti CalPERS dan Dana Pensiun Karyawan New
York City, serta beberapa dana investasi gereja, gerakan ini telah ditambah sejak awal 1990-an
oleh beberapa reksadana etika. Reksa dana etis ini menggunakan layar yang dimaksudkan untuk
merobohkan perusahaan dari pertimbangan yang terlibat dalam kegiatan berbahaya yang disebut-
seperti-seperti memproduksi produk tembakau, persenjataan, atau energi atom, atau
penyalahgunaan hewan untuk pengujian. Di samping itu, terdapat reksa dana untuk berinvestasi
di perusahaan atau dalam indeks perusahaan yang telah disaring oleh layanan konsultasi etis
seperti Domini Social Investments. Morgan Stanley Capital International (MSCI), misalnya,
menyediakan beberapa indeks perusahaan peringkat tinggi dalam keberlanjutan, tanggung jawab
sosial, atau kinerja lingkungan.
1.5 Financial Scandals: The Expectations Gap and The Credibility Gap
Diguncangkan dengan peristiwa akibat bencana AS pada tahun 2001 dan 2002 yang
melibatkan Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom, kepercayaan publik menjadi rendah dalam
komunitas bisnis, pelaporan keuangan dan dalam profesi akuntansi. Hal ini membuat adanya
krisis kepercayaan yang terjadi di pasar modal. Presiden George W. Bush dan para pemimpin
bisnis lainnya berusaha memulihkan kepercayaan diri yang hilang, tetapi upaya ini tidak berhasil.
Kemudian ketika diadakan Kongres AS dan Senat telah meloloskan Sarbanes-Oxley Act of 2002
4
(SOX) pada 30 Juli 2002. Tindakan itu mengatur reformasi tata kelola perusahaan dan profesi
akuntansi, pertama di Amerika Serikat, secara tidak langsung di Kanada dan di seluruh dunia.
5
bahwa risiko yang dihadapi oleh perusahaan mereka dikelola dengan baik, risiko etika sekarang
terlihat menjadi aspek kunci dari proses tersebut. Sebab, reformasi pemerintahan untuk
memastikan ini terjadi sudah terlambat.
6
1. 9 Hasil
Secara garis besar, harapan publik telah berubah untuk menunjukkan kurang toleransi,
kesadaran moral tinggi, dan harapan yang lebih tinggi dari perilaku bisnis. Menanggapi tingginya
harapan, sejumlah pengawas dan penasehat telah muncul untuk membantu publik dan bisnis.
Organisasi seperti Greenpeace, Polusi Probe, dan Koalisi untuk Lingkungan Ekonomi
Bertanggung Jawab sekarang mempertahankan antarmuka lingkungan bisnis. Konsultan tersedia
untuk menasihati perusahaan dan disebut investor etika tentang bagaimana untuk menangkap
kegiatan dan investasi untuk profitabilitas dan integritas etis. Reksa dana yang mengkhususkan
diri dalam investasi etis bermunculan untuk melayani kebutuhan investor kecil.
7
Harapan publik untuk laporan yang dapat dipercaya dalam kinerja perusahaan tidak dapat
dipenuhi kecuali akuntan profesional yang mempersiapkan atau mengaudit laporan tersebut
fokus loyalitas utama mereka pada kepentingan umum dan mengadopsi prinsip-prinsip seperti
kemerdekaan penilaian, objektivitas, dan integritas yang melindungi kepentingan publik.
Loyalitas oleh auditor kepada manajemen dan / atau direksi dapat menyesatkan karena mereka
telah sering terbukti sangat mementingkan diri sendiri bahwa mereka tidak bisa dipercaya. Selain
itu, direksi yang seharusnya mengatur manajemen sering mengandalkan ekstensif pada akuntan
profesional, seperti dengan melaporkan ke Sub-komite Audit Dewan, untuk memenuhi direksi
tanggung jawab fidusia sendiri. Akibatnya, tanggung jawab fidusia utama akuntan profesional
harus untuk publik, atau untuk kepentingan umum.
8
Perusahaan mulai mengembangkan dan menerapkan kode etik/etik yang komprehensif
sebagai upaya dalam mengurangi kerentanan perilaku menyimpang para karyawan serta
memberikan pedoman yang dapat digunakan sebagai pedoman dasar dalam berperilaku secara
etis. Pada tahun1996, Caremark National Case menambahkan tanggungjawab kepada direksi
untuk menggali masalah etika sebagai prasyarat proaktif.
Kredibilitas Reliabilitas
Reputasi
Organisasi
Kepercayaan Responsibilitas
Gambar 1.3
Sejak tahun 1990-an, manajemen dan auditor telah berorientasi ke arah manajemen
risiko. Teknik manajemen risiko telah berkembang dalam mengenali nilai dalam
mengidentifikasi risiko awal dan perencanaan untuk menghindari atau mengurangi konsekuensi
yang melekat dalam resiko tersebut. Akuntan profesional juga telah mengubah pendekatan audit
mereka menjadi beberapa tindakan seperti, pemeriksaan risiko perusahaan, upaya perusahaan
9
dalam mengatasi risiko secara operasional, dan tindakan pertanggungjawab yang diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan.
Meskipun telah banyak perusahaan besar yang mempertimbangkan akibat yang timbul
dari proses manajemen risiko, namun masih terdapat beberapa perusahaan yang tidak berfokus
secara khusus untuk mempertimbangkan risiko etika. Namun, karena risiko etika ini telah
terbukti sangat penting bagi reputasi dan keberlanjutan perusahaan, maka beberapa perusahaan
seperti: Martha Stewart, Firestone, enron, Arthur Andersen, world com telah memasukkan
proses manajemen risiko.
3.3 Akuntabilitas
Secara umum, diakui bahwa laporan keuangan seringkali tidak memiliki integritas karena
tidak mencakup beberapa masalah, juga tidak adanya penyajian yang berimbang tentang
bagaimana kepentingan stakeholder akan dipengaruhi. Kadang-kadang masalah akan disebutkan,
tetapi dengan cara yang tumpul atau tidak jelas bahwa kurangnya transparansi yang akan
mengurangi pemahaman publik Hal ini menyebabkan dibutuhkan prinsip-prinsip yang berdasar
pada integritas, transparansi, dan akurasi untuk memberikan pedoman yang lebih kuat.
4.2 Pemerintahan
Globalisasi dan internasionalisasi telah masuk ke dunia usaha, pasar modal, dan
akuntabilitas perusahaan sehingga diperlukan tata kelola yang dapat digunakan secara
internasioanal. Dalam profesi akuntan, terdapat satu kumpulan harmonisasi peraturan prinsip
akuntansi dan auditing secara global (GAAP dan GaAS) untuk menyediakan kemudahan bagi
para penyedia modal untuk masuk ke pasar dunia dan efisiensi komputasi serta audit di seluruh
dunia.
Permasalahan yang diungkap dalam kasus etika ini adalah sebagai berikut.
Norm adalah salah seorang pelamar pekerja yang akan melamar ke kantor akuntan.
Namun, dalam hal ini Norm tidak percaya diri untuk menjadi seorang akuntan. Hal ini
12
disebabkan, menurut Norm antara profesi dengan realisasi pekerjaan tidak selalu sejalan.
Beberapa artikel yang dapat digunakan sebagai tolak ukur atas kasus etika bisnis dan profesi
untuk Norm adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan data dari artikel “Krisis Akuntan dan S&L” dapat ditunjukkan terdapat
praktik akuntan yang mengubah arus kas yang negatif menjadi dana deposit karena
regulator dan real estate pasar sebesar $ 200juta. Praktik yang terjadi pada akuntan dan
S&L ternyata mengandung tujuh permasalahan, yaitu:
(1) penghapusan kerugian atas pinjaman yang dijual selama masa pinjaman, tetapi tidak
berdasarkan kerugian terjadi;
(2) penggunaan Net Worth Certificates yang dikeluarkan pemerintah untuk dihitung
sebagai modal S&L;
(3) penggunaan kesepakatan yang melibatkan uang muka dan arus kas jangka pendek,
dapat meningkatkan pendapatan saat ini dengan pengorbanan kemudian,
(4) ketentuan peminjaman yang tidak memadai akibat buruknya pemantauan pinjaman,
(5) penghapusan goodwill telah dilakukan ketika penggabungan S & L selama periode
empat puluh tahun,
(6) penulisan properti yang dimiliki berdasarkan nilai penilaian, dankurangnya pelaporan
berbasis pasar untuk mencerminkan realitas ekonomi perusahaan.
2. Adanya praktik – praktik dari akuntan yang melanggar kode etik dari prinsip – prinsip
akuntan di GAAP dan akuntan mengubah hasil dari auditnya.
3. Adanya klaim kepada akuntan akibat karena tidak terlibat dalam perhitungan dana rumah
sakit yang merilis dana kesehatan akan habis sebesar $ 1 Triliun. Laporan ini dirilis pada
tanggal 21 April. Hal ini ditunjukkan ketika bulan Mei 1994 yang dirilis oleh Pusat
Ketergantungan dan Penyalahgunaan Zat di Universitas Columbia bahwa
diperkirakanpada tahun 1994 telah terjadi penyalahgunaan zat yang menghabiskan biaya
Medicare $20 miliar untuk biaya rumah sakit rawat inap saja. Namun,selama dua puluh
tahun ke depan, penyalahgunaan zat akan membebani program Medicare $1 triliun.
4. Terjadinya kecurangan ketika dilakukan pemeriksaan dana BCCI oleh auditor yang mana
dana dari BCCI hilang sebesar $1,7 miliar.
13
Pertanyaan Kasus:
1. Apa yang akan andasampaikankepada Norm?
Jawaban:
Cara untuk meyakinkan Norm bahwa profesi akuntan tidaklah selalu seperti kasus yang
membelenggu dipikirannya. Baik buruknya profesi akuntan kembali lagi bagaimana individu
akuntan tersebut meposisikan dirinya. Hal pertama yang harus diperhatikan oleh seorang akuntan
adalah cermat (due professional care), seorang akuntan wajib menyadari bahwa ia harus
mempertanggung jawabkan hasil dari pekerjaannya.
Selain itu seorang akuntan juga perlu menyadari pentingnya menumbuhkan prinsip
independensi pada dirinya. Independen yang berarti bebas dari pengaruh dan tidak memihak
terhadap pihak manapun, baik terhadap entitas yang bertanggung jawab atas penyusunan laporan
maupun terhadap pengguna laporan tersebut. Independensi terbagi dua yakni, independensi
dalam kenyataan (in fact) dan independensi dalam penampilan (in appearance). Independensi
dalam kenyataan yang terdapat dalam jiwa yang secara sungguh-sungguh tidak memihak kepada
pihak manapun dan memiliki mental yang kuat sehingga akuntan bekerja secara objektif tanpa
ada pengaruh subjektifitas dari pihak manapun. Independensi dalam penampilan ditunjukkan
oleh keadaan atau sikap yang tampak dari pihak akuntan yang dapat memicu adanya
pendapat/komentar dari pihak lain terhadap independensinya.
Integritas merupakan suatu elemen karakter pribadi seorang akuntan yang mendasari
timbulnya pengakuan professional. Integritas diperlukan dalam mengukur dan mengungkapkan
laporan akuntan. Intergritas juga merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan public dan
merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya. Secara
tidak langsung integritas mengharuskan seorang akuntan untuk mampu bersikap jujur, dan
berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasanya. Hal ini diperkuat oleh
pernyataan Mulyadi, 2002, bahwasanya Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak
disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi dapat menerima kecurangan atau peniadaan
prinsip.
Jadi hal yang dapat kami sarankan kepada Norm bila ingin menjadi seorang akuntan
adalah seorang akuntan harus mememgang teguh prinsip integritas dan independen serta
menerapkan prinsip kode etik berdasarkan pedoman yang berlaku. Dengan demikian Norm dapat
14
memberikan kinerja audit yang sesuai dengan keadaan lapangan tanpa memanipulasi data yang
merugikan publik maupun mengakibatkan Norm terseret kasus skandal keuangan.
15