Anda di halaman 1dari 65

Ketrampilan Dasar Bedah

Ahmad Fawzy
Dpartemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal
Soedirman, ID
@bedahplastik

Disajikan dalam acara UPON THE STICH – AMSA FK UNS 2022


Pengetahuan dan ketrampilan
dasar tindakan bedah
 Prinsip-Prinsip Bedah Secara Umum
 Tindakan Antisepsis dan Asepsis
 Penggunaan Anestesi lokal
 Instrumen Dasar
 Jarum dan Benang Bedah
 Pengetahuan dan keterampilan melakukan
manuver prosedur bedah dengan baik dan
benar
 Sayatan
 Hemostasis bedah
 Simpul dan Jahitan
 Teknik menjahit
Prinsip bedah

 Safe surgery
 Keamanan pasien
 Keamanan dan kenyamanan
operator, asisten dan tim
 Surgical ergonomic
 Kesalahan-kesalahan
KISS – keep it sterile & safe

 STERILE hands are


surgeons’ tools
 Posisi berdoa 
menjamin terpantau mata
tidak ada kontak dengan
benda non-steril
 Posisi bersedekap 
menjamin terlindung rapih
tidak ada kontak dengan
benda non-steril
Antisepsis & asepsis

Antisepsis
 Membuat kondisi kontaminasi menjadi suci
hama

Asepsis
 Mempertahankan kondisi suci hama yang
sudah dibuat

Tindakan antisepsis SELALU LEBIH DAHULU


daripada asepsis
Antisepsis & asepsis operator

 Antisepsis
 Mencuci tangan
 Asepsis
 Penggunaan baju operasi, topi,
masker, kacamata pelindung
 Menggunakan bahan dan alat
steril: sarung tangan, kain penutup
steril
1

2 3 4 5

6 7

Cara mencuci tangan


Jangan menggunakan sikat
TANGAN KANAN
Sarung tangan steril standar
selalu dalam keadaan sedikit
bagian proksimalnya terlipat
keluar. INGAT bahwa sisi luar
lipatan merupakan sisi non-
asepsis sementara sisi
dalamnya adalah sisi asepsis.

Hal ini memudahkan prosedur


di mana sisi non-asepsis boleh
terpegang dengan tangan kiri
saat menyarungkan tangan
kanan
TANGAN KIRI
Sarung tangan steril standar
selalu dalam keadaan sedikit
bagian proksimalnya terlipat
keluar. INGAT bahwa sisi
luarnya merupakan sisi non-
asepsis sementara sisi
dalamnya adalah sisi asepsis.

Tangan kanan yang sudah


bersarung tangan steril
menyelipkan jari-jarinya ke
dalam lipatan sisi dalam
sarung tangan (sisi asepsis).
Kemudian perlahan-lahan jari-
jari tangan kiri didorong masuk
ke dalam sarung tangan.
Antisepsis & asepsis pasien /
lapang operasi
 Antisepsis
 Bercukur
 Mencuci daerah lapang operasi
dengan antiseptik
 Asepsis
 Penggunaan baju operasi, kain
steril penutup lapang operasi
Anestesia lokal

 Mengatasi nyeri pada prosedur operatif


 Jenis anestesi lokal:
 Field infiltration
 Terbatas pada lapangan operasi
 Nerve block
 Interupsi konduktivitas saraf sensorik
 Anestesi topikal  kulit utuh
 Euthetics Mixture Light Anesthesia (EMLA), Topsy
 Krim 1g (25mg Lidokain + 25 mg Prilokain)
Anestesia infiltrasi
Jarum suntik perlajan-lahan ditusuk-sisipkan ke bawah kulit sampai
ujungnya mencapai titik yang diharapkan. Kemudian obat
disemprotkan saat alat suntik ditarik perlahan-lahan. Sebelum jarum
suntik tercabut keluar, dorong-sisipkan ke arah area lainnya,
kemudian lakukan penyemprotan dan penarikan serupa.
Anestesia blok saraf
Anestesia topikal
Sifat umum anestesia lokal

Mencari yang ideal


Anestesia lokal dengan onset
cepat dan durasi panjang?
 Penambahan
vasokonstriktor:
1 : 80.000–100.000

 Konstriksi pembuluh
darah
• Mengurangi
perdarahan
• Meningkatkan
durasi ZAL
• Mengurangi
toksisitas
“Intro standar” laporan
prosedur bedah
LOKAL
Urutan: antisepsis lapang operasi – asepsis lapang
operasi – anestesia lokal – prosedur

UMUM
Urutan: anestesia umum/narkosa – antisepsis lapang
operasi – asepsis lapang operasi – prosedur
Instrumen dasar bedah

 Alat pemotong
 Pisau
 Gunting
 Pemegang jaringan
 Penjepit hemostat
 Pemegang jarum
Pisau bedah

 Disposable vs. reusable


 Kombinasi:
 Gagang reusable
 Bilah disposable
Kesalahan handling pisau
Gunting benang / suture scissors
Gunting jaringan / dissecting scissors

 Gunting benang adalah yang selalu ada di set minor dasar


(basic), gunting jaringan hanya ada di set bedah
 Gunting benang:
 Struktur lengan potongnya berdesain tepi tegas, tidak
landai/smooth yang khas gunting jaringan
 Bilah potong gunting bisa berujung tumpul-tumpul / tumpul-
tajam / tajam-tajam, ujung tumpul diposisikan di sisi yang
berkontak dengan kulit
 Gunting jaringan:
 Struktur lengan potongnya berdesain tepi landai/smooth,
meminimalisir cedera jaringan saat diseksi
 Bilah potong gunting lancip namun berujung landai,
dimaksudkan untuk diseksi tumpul –untuk fungsi potong dan
diseksi tajam menggunakan sisi dalam bilah yang sangat
tajam.
tegas

Gunting benang (suture scissors) ujung lurus

Macam-macam gunting
tegas

Gunting benang (suture scissors) ujung lengkung

Macam-macam gunting
landai landai

landai landai

landai

Gunting jaringan (dissecting scissors)

Macam-macam gunting
Pinset / Forceps
 Pinset anatomi : ujungnya tidak bergigi,
tidak dimaksudkan untuk
mencengkeram hanya untuk menjepit
ringan yang minimal traumatik (misalnya
untuk pembuluh darah, serabut saraf) 
hemostatik elektrokauter

 Pinset bedah : ujungnya bergigi “2-1”,


sehingga mampu menjepit dan
mencengkeram jaringan, jarum, dll
Dalam hal menggunakan instrumen bedah standar seperti
pinset anatomi dan pinset bedah, posisikan sumbu panjang
instrumen seolah-olah sedang menggunakan pena (pen-
handling).

Salah satu kaki pinset ditumpukan dan digerakkan aktif oleh


ibu jari. Kaki yang lain disandarkan di sisi jari tengah sebagai
penggerak pasif dan ditumpangkan ujung jari telunjuk sebagai
penstabil posisi dan gerakan instrumen selama digunakan di
dalam prosedur operasi.

Cara memegang-menggunakan pinset


Penjepit hemostat (clamp)

 Fungsi utama untuk


menjepit dan mengunci
pembuluh darah tanpa
harus dipegang oleh
operator selama durasi
jepitan
 Dalam hal menggunakan instrumen bedah standar
seperti gunting, penjepit pembuluh darah, pemegang
jarum, dll, kedua kaki instrumen digerakkan oleh ibu
jari (1) dan jari manis (4). Ibu jari berperan sebagai
penggerak aktif sedangkan jari manis sebagai
penggerak pasif.

 Perhatikan bahwa ujung jari telunjuk (2) difiksasi pada


titik sumbu kaki-kaki instrumen dengan tujuan
menstabilkan posisi dan gerakan instrumen selama
digunakan di dalam prosedur operasi.
Prinsip dasar hemostasis
 kendalikan ujung proksmal & ujung distal
(contoh menggunakan klem hemostat)
 Memberikan instrumen
bedah standar seperti
gunting, penjepit pembuluh
darah, pemegang jarum, dll,
kepada rekan kerja, maka
berikanlah dengan
mempresentasikan kedua
kaki instrument lebih dulu
sampai kepada rekan 
agar ujung instrumen tidak
membahayakan rekan kerja
Pemegang jarum / needle holder

Cara memegang jarum bedah


Jarum & KULIT cutting

benang

Bagian-bagian
tip jarum eye

KULIT reverse cutting

body

JARINGAN tappered/
LUNAK round-bodied
Eye needle :Traumatic & atraumatic

Closed eye French eye Swaged eye

Ukuran
jarum
semakin
kecil dari
ukuran ½
semakin
dangkal
jangkauan
jarum dari
permukaan
kulit
Jarum 3/8 Jarum 1/2 Jarum 1/2
Gerakan rotasi
 Rotasi pergelangan tangan / lengan bawah
 (BUKAN SIKU)

Cara menggunakan jarum bedah -- ikuti lengkung rotasi jarumnya


BAHAYA

Kesalahan handling jarum bedah


Macam-macam klasifikasi benang bedah

Materi Organik : Silk, Catgut


Sintetik : Nylon, Polyglycolic acid
Struktur Monofilamen
Multifilamen : braided
Penyerapan Diserap (absorbable)
Tidak diserap (Non absorbable)
Reaksi Minimal
jaringan Maksimal
Ukuran benang Arah membuka kemasan
Kode benang
Jenis-struktur Profil jarum di katalog
benang

Exp.date

Panjang benang Ukuran jarum Metode sterilisasi

Persiapan benang bedah


Handling benang bedah
jangan dijepit
pemegang jarum
Sayatan lurus
Istilah “insisi”

 Insisi  In~ = “dalam”, scissum = “belah”


 Membuat perlukaan /irisan pada kulit
untuk akses masuk ke lapang operasi /
jaringan yang berada di dawah kulit
Sayatan elips
Istilah “eksisi”

 Eksisi  Exo~ = “ke luar”, scissum =


“belah”
 Membuat desain perlukaan / desain
irisan pada kulit untuk membuang
sebuah lesi dan sebagian jaringan
sehat disekitarnya
Istilah “diseksi”

 Mengurai, memilah-milah jaringan


 Diseksi tajam : menggunakan
ketajaman gunting jaringan ataupun
mata pisau  Pro: cepat / Kontra:
cedera mikrovaskular
 Diseksi tumpul : menggunakan sisi
luar/sisi tumpul gunting jaringan.
Pro: preservasi mikrovaskular /
Kontra: ketelatenan butuh waktu
Surgeon’s knot
Simpul dan jahitan

 Macam jahitan
 Jahitan interrupted
 Jahitan continuous
 Matras vertikal
 Matras horizontal
 Jahitan subkutikular
Interrupted sutures

Jarak
dari
tepi

X = ukur kedalaman luka


Meletakkan interrupted sutures pada
sayatan lurus vs sayatan elips
9
7
3
5
1
4
2
6
8

Selalu jahit area midline Jahitan dari tepi-tepi


Continuous suture
Eversi?
 Seiring perjalanan waktu dan pematangan penyembuhan luka fase remodelling
/ refinement, proses pemendekan serat-serat kolagen menyebabkan proses
kontraksi di sekitar tepi luka  hasil akhir luka mendatar
 Bila saat awal ditautkan permukaan luka sudah datar  hasil akhir parut
hipotrofik
Eversi
 Normalnya dalam perjalanan jarum jahit jarak masuk dari
tepi (x) sampai ke jarak kedalaman dasar luka (x) dan
jarak keluarnya jarum dari tepi (x) SAMA
 Dengan membuat jarum menyelam lebih dalam daripada
lebar antara titik kasuk-keluarnya  EVERSI
Vertical* mattress sutures
*vertical = benang di permukaan letaknya tegak lurus garis luka

Tautan luar

Tautan dalam

Membuat eversi pada luka yang jarak antar tepinya lebar dan
berisiko tegang/putus pada jahitan kulit bila memakai simpul jahit
interrupted biasa  dengan 1 simpul jahit memberikan 2 lapis tautan
Horizontal* mattress sutures
*horizontal = benang di permukaan letaknya sejajar garis luka

Membuat eversi pada luka yang tepi-tepi nya tipis atau berisiko
kompromis vitalitas jaringan (iskemia jaringan tepi luka) bila dijerat
simpul jahit biasa
Running subcuticular suture

• Meminimalisir ruang rugi


• Menautkan secara kuat
tanpa harus menjerat
dan merisikokan iskemia
kedua tepi luka
• Mencegah invasi kuman
karena tidak terowongan
benang ke permukaan
kulit hanya di ujung-
ujung sumbu luka
• Estetis
“PENTING DICERMATI”
 Luka dijahit definitif hanya bila bersih dari pencemar dan
jaringan mati, tidak ada perdarahan aktif, dan setelah
organ-organ bawah kulit yang rusak dan perlu tindakan
korektif sudah diperbaiki

 Fungsi jahitan pada luka bukanlah sebagai modalitas


definitif penutup luka, melainkan sekedar penaut/fiksasi
dari 2 tepi luka yang telah didekatkan (aproksimasi).
 Fungsi penutup luka tetaplah proses epitelialisasi dari
sel-sel epitel yang menyeberang dari jaringan di satu tepi
luka ke tepi yang berseberangan.

 Harus menghindari ruang rugi (dead space)  kumpulan


rembesan darah (hematoma) atau serum (seroma)
 Hematoma dan seroma harus diserap dahulu  penyembuhan
semakin lama
 Bila ditambah kondisi pencucian luka yang kurang baik,
memperburuk keberadaan hematoma/seroma  infeksi
susulan, pus, abses
 Seringkali datang kepada kita penderita luka yang
sifatnya lebar dan dalam, yang mana perlu kita fikirkan
daya regangan dari tepi-tepi luka tersebut sangat kuat.
 Risiko putus
 Tegang  jelek secara estetik karena berisiko terjadi parut
bekas luka yang hipertrofik bahkan menjadi keloid

Untuk kasus-kasus seperti itu perlu diberikan jahitan-jahitan


bawah kulit (subcutaneous sutures) yang lapis demi lapis
(layer-by-layer)
 Supaya jahitan permukaan kulit tidak tegang
 Tarikan-tarikan jaringan sisi luka dipegang oleh jahitan
dalam  seperti mekanisme “korset”
Segera setelah sel-sel epitel membentuk
jembatan jaringan penutup luka dan tercipta
jalinan-jalinan serat-serabut pengikat (fibrosis)
sebagai penguatnya, maka fungsi jahitan
selesai dan dapat dilepaskan

Kira-kira 1 minggu pascaprosedur


penjahitan luka, kekuatan pertautan jaringan
sudah > 80% dan simpul jahitan yang tidak
terserap (non-absorbable) bisa dilepaskan
saja
s.id/bedahplastik

Lihat tautan
di keterangan
klip
ERIMA KASIH

Bila Anda berminat untuk mendapatkan makalah asli dan materi presentasi ini,
boleh DM saya di bedahplastik

Anda mungkin juga menyukai