Anda di halaman 1dari 16

CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)

No. Dokumen :
No Revisi :
../PPK/YANMED/SPH/ Halaman :
04
11.2021 1/16

Dibuat Oleh, Ditetapkan


Tanggal Terbit Ketua KSM Direktur
PANDUAN PRAKTIK
KLINIS 3 November 2021 dr. Sabrina Ermayanti,
Sp .P (K) FISR, FAPSR dr. Selfi Farisha
Pengertian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Coronavirus jenis baru yaitu SARA-CoV-2 (Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2). Masa inkubasi COVID-19
rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14 hari.
Anamnesis Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan sampai berat.
Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan
tetap merasa sehat. Namun, pada kasus berat pasien dapat mengalami
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik,
gagal multi organ, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut hingga
berakibat kematian. Orang lanjut usia (lansia) dan orang dengan kondisi
medis yang sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan
jantung dan paru, diabetes dan kanker beresiko lebih besar mengalami
keparahan.
Gejala COVID-19 yang paling umum :
1. Demam atau riwayat demam
2. Rasa lelah
3. Batuk kering
4. Rasa nyeri dan sakit
5. Hidung tersumbat, pilek
6. Hilang penciuman dan pembauan
7. Nyeri kepala
8. Konjungtivitis
9. Sakit tenggorokan
10. Diare
11. Ruam kulit
Pemeriksaan Fisik 1. Kesadaran compos mentis – koma
2. Tanda vital : frekuensi nadi normal atau meningkat, frekuensi
nafas normal atau meningkat, tekanan darah normal, suhu tubuh

WPR/11.2021
CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
No. Dokumen :
No Revisi :
../PPK/YANMED/SPH/ Halaman :
04
11.2021 2/16

normal atau meningkat.


3. Jika pemeriksaan fisik paru dapat dilakukan, dapat ditemukan
suara nafas normal atau terdapat tambahan berupa ronki basah
kasar
Pemeriksaan Penunjang 1. Radiologi : foto thorax, CT-Scan (jika foto thorax tidak
jelas/meragukan)
2. Laboratorium:
a) Darah rutin + Diffcount
b) RT-PCR
c) Jika diperlukan dapat ditambah : LED, Gula darah, Faal Hepar,
Faal Ginjal, Elektrolit, AGD, Procalcitonin, Waktu perdarahan,
PT, APTT, Bilirubin Direct, Billirubin Indirest, Billirubin Total,
CRP, Kultur MO (aerob) dengan resistensi Anti HIV
3. Pemeriksaan lain sesuai indikasi atau komorbid pasien.
Kriteria Diagnosis A. Kasus Suspek
Yang dimaksud dengan kasus suspek adalah orang yang memenuhi salah
satu kriteria berikut:
a. Orang yang memenuhi salah satu kriteria klinis:
1) Demam akut dan batuk; atau
2) Minimal 3 gejala berikut: demam, batuk, lemas, sakit kepala,
nyeri otot, nyeri tenggorokan, pilek/hidung tersumbat, sesak
napas, anoreksia/mual/muntah, diare, atau penurunan ke-
sadaran; atau
3) Pasien dengan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) berat
dengan riwayat demam/demam (> 38℃) dan batuk yang ter-
jadi dalam 10 hari terakhir, serta membutuhkan perawatan
rumah sakit; atau
4) Anosmia (kehilangan penciuman) akut tanpa penyebab lain
yang teridentifikasi; atau
5) Ageusia (kehilangan pengecapan) akut tanpa penyebab lain
yang teridentifikasi.
b. Seseorang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable/
konfirmasi COVID-19/kluster COVID-19 dan memenuhi kriteria
klinis pada huruf a.

` WPR/11.2021
CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
No. Dokumen :
No Revisi :
../PPK/YANMED/SPH/ Halaman :
04
11.2021 2/16

c. Seseorang dengan hasil pemeriksaan Rapid Diagnostic Test Antigen


(RDT-Ag) positif sesuai dengan penggunaan RDT-Ag pada kriteria
wilayah A dan B, dan tidak memiliki gejala serta bukan merupakan
kontak erat.
 Kriteria A: jika ada akses NAAT dan pemeriksaan dapat di-
lakukan dengan cepat (waktu pengiriman ≤24 jam DAN
waktu tunggu ≤24 jam).
 Kriteria B: jika ada akses NAAT tetapi pemeriksaan tidak da-
pat dilakukan dengan cepat (waktu pengiriman ≤24 jam DAN
waktu tunggu ≥24 jam) ATAU jika tidak ada akses NAAT
tetapi pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat (waktu pen-
giriman >24 jam DAN waktu tunggu ≤48 jam).
 NAAT mencakup quantitative Reverse Transcription Poly-
merase Chain Reaction (qRT-PCR), Tes Cepat Molekuler
(TCM), dan Loop-Mediated Isothermal Amplification
(LAMP) yang telah disetujui Kementerian Kesehatan.
 Kriteria daerah penggunaan RDT-Ag ditetapkan oleh kepala
dinas kesehatan daerah kabupaten/kota atau dinas kesehatan
daerah provinsi untuk Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta sesuai
dengan hasil self assessment yang dilakukan oleh dinas kese-
hatan daerah kabupaten/kota atau dinas kesehatan daerah
provinsi untuk Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
 Penegakan diagnosis COVID-19 utamanya menggunakan Nu-
cleic Acid Amplification Test (NAAT). Dalam hal keter-
batasan akses terhadap NAAT serta kecepatan pemeriksaan
NAAT, dan kondisi tertentu lainnya seperti peningkatan kasus
yang cukup signifikan sesuai self assessment yang dilakukan
oleh dinas kesehatan daerah kabupaten/kota atau dinas kese-
hatan daerah provinsi untuk Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta,
maka penegakan diagnosis COVID-19 dapat menggunakan
RDT-Ag sebagai alternatif. Dalam kondisi peningkatan kasus
yang signifikan di wilayah kabupaten/kota yang berdampak
meluas secara nasional, Kementerian Kesehatan juga dapat
menetapkan kriteria wilayah sehingga penggunaan RDT-Ag

` WPR/11.2021
CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
No. Dokumen :
No Revisi :
../PPK/YANMED/SPH/ Halaman :
04
11.2021 2/16

dapat digunakan sebagai diagnosis COVID-19.


B. Kasus Probable
Yang dimaksud dengan kasus probable adalah kasus suspek yang
meninggal dengan gambaran klinis meyakinkan COVID-19 dan memiliki
salah satu kriteria sebagai berikut:
1) tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium Nucleic Acid Amplifica-
tion Test (NAAT) atau RDT-Ag; atau
2) hasil pemeriksaan laboratorium NAAT/RDT-Ag tidak memenuhi
kriteria kasus konfirmasi maupun bukan COVID-19 (discarded).
C. Kasus Konfirmasi
1) Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID19 yang
dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium NAAT termasuk hasil
RT-PCR positif; atau
2) Seseorang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang dibuk-
tikan dengan hasil pemeriksaan RDT-Ag positif pada daerah tertentu
yang memenuhi kriteria kecepatan pemeriksaan NAAT dan kriteria
akses terhadap NAAT berupa daerah dengan kriteria B dan kriteria
C sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Kriteria B: jika ada akses NAAT tetapi pemeriksaan tidak da-
pat dilakukan dengan cepat (waktu pengiriman ≤24 jam DAN
waktu tunggu ≥24 jam) ATAU jika tidak ada akses NAAT
tetapi pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat (waktu pen-
giriman >24 jam DAN waktu tunggu ≤48 jam).
 Kriteria C: jika tidak ada akses NAAT dan pemeriksaan tidak
dapat dilakukan dengan cepat (waktu pengiriman >24 jam
DAN waktu tunggu >48 jam).
 NAAT mencakup quantitative Reverse Transcription Poly-
merase Chain Reaction (qRT-PCR), Tes Cepat Molekuler
(TCM), dan Loop-Mediated Isothermal Amplification
(LAMP) yang telah disetujui Kementerian Kesehatan.
 Kriteria daerah penggunaan RDT-Ag ditetapkan oleh kepala
dinas kesehatan daerah kabupaten/kota atau dinas kesehatan
daerah provinsi untuk Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta sesuai
dengan hasil self assessment yang dilakukan oleh dinas kese-

` WPR/11.2021
CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
No. Dokumen :
No Revisi :
../PPK/YANMED/SPH/ Halaman :
04
11.2021 2/16

hatan daerah kabupaten/kota atau dinas kesehatan daerah


provinsi untuk Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
 Penegakan diagnosis COVID-19 utamanya menggunakan Nu-
cleic Acid Amplification Test (NAAT). Dalam hal keter-
batasan akses terhadap NAAT serta kecepatan pemeriksaan
NAAT, dan kondisi tertentu lainnya seperti peningkatan kasus
yang cukup signifikan sesuai self assessment yang dilakukan
oleh dinas kesehatan daerah kabupaten/kota atau dinas kese-
hatan daerah provinsi untuk Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta,
maka penegakan diagnosis COVID-19 dapat menggunakan
RDT-Ag sebagai alternatif. Dalam kondisi peningkatan kasus
yang signifikan di wilayah kabupaten/kota yang berdampak
meluas secara nasional, Kementerian Kesehatan juga dapat
menetapkan kriteria wilayah sehingga penggunaan RDT-Ag
dapat digunakan sebagai diagnosis COVID-19.
D. Kontak erat
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus Probable atau
konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud anatara lain :
a) Kontak tatap muka/berdekatan dengan ksus probable atau kasus
konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15
menit atau lebih
b) Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau
konfirmasi (seperti bersalaman, berpegangan tangan dan lain-
lain)
c) Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus
probable atau konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai
standar
d) Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak
berdasarkan penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim
penyelidikan epidemiologi setempat.
Pada kasus probable atau konfirmasi yang bergejala (simptomatik),
untuk menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari
sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus
timbul gejala.

` WPR/11.2021
CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
No. Dokumen :
No Revisi :
../PPK/YANMED/SPH/ Halaman :
04
11.2021 2/16

pada kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik), untuk


menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari
sebelum dan 14 setelah tanggal pengambilan spesimen kasus
konfirmasi.
Kriteria gejala klinis dan manifestasi klinis yang berhubungan
dengan infeksi COVID-19
Kriteria Manifestasi Penjelasan
Gejala Klinis
Tanpa Tidak ada Pasien tidak menunjukkan gejala
Gejala gejala klinis apapun
Ringan Sakit ringan Pasien dengan gejala non-spesifik
tanpa seperti demam, batuk, nyeri
komplikasi tenggorokan, hidung tersumbat,
malaise, sakit kepala, nyeri otot.
Perlu waspada pada usia lanjut dan
imunocompromised karena gejala
dan tanda tidak khas.
Sedang Pneumonia Pasien remaja atau dewasa dengan
ringan tanda klinis pneumonia (demam,
batuk, dyspnea, nafas cepat) dan
tidak ada tanda pneumonia berat.
Anak dengan pneumonia ringan
mengalami batuk atau kesulitan
bernafas + nafas cepat dengan
frekuensi napas :
<2 bulan, ≥ 60x/menit;
2-11 bulan, ≥ 50x/menit;
1-5 tahun, ≥ 40x/menit;
Dan tidak ada tanda pneumonia berat
Berat Pneumonia Pasien remaja atau dewasa dengan
berat/ISPA demam atau dalam pengawasan
berat infeksi saluran napas, ditambah satu
dari : frekuensi napas > 30x/menit,
distress pernapasan berat, atau

` WPR/11.2021
CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
No. Dokumen :
No Revisi :
../PPK/YANMED/SPH/ Halaman :
04
11.2021 2/16

saturasi oksigen (SpO2) 90% pada


udara kamar.
Pasien anak dengan batuk atau
kesulitan bernapas, ditambah
setidaknya satu dari berikut ini :
1. Sianosis sentral atau SpO2
<90%;
2. Distress pernapasan berat
(seperti mendengkur, tarikan
dinding dada yang berat);
3. Tanda pneumonia berat:
ketidakmampuan menyusui atau
minum, letargi atau penurunan
kesadaran atau kejang.

Tanda lain dari pneumonia yaitu


tarikan dinding dada, takipnea:
<2 bulan, ≥ 60x/menit;
2-11 bulan, ≥ 50x/menit;
1-5 tahun, ≥ 40x/menit;
>5 tahun, ≥ 30x/menit.

Diagnosis ini berdasarkan klinis;


pencitraan dada dapat membantu
penegakan diagnosis dan dapat
menyingkirkan komplikasi.
Kritis Acute Onset : baru terjadi atau perburukan
Resoiratory dalam waktu satu minggu.
Distress Pencitraan dada (CT scan thoraks,
Syndrome atau ultrasonografi paru): opasitas
(ARDS) bilateral, efusi pleura yang tidak
dapat dijelaskan penyebabnya, kolaps
paru, kolaps lobus atau nodul.
Penyebab edema : gagal nafas yang

` WPR/11.2021
CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
No. Dokumen :
No Revisi :
../PPK/YANMED/SPH/ Halaman :
04
11.2021 2/16

bukan akibat gagal jantung atau


kelebihan cairan. Perlu pemeriksaan
objektif (seperti ekokardiografi)
untuk menyingkirkan bahwa
penyebab edema bukan akibat
hidrostatik jika tidak ditemukan
faktor risiko.
KRITERIA ARDS PADA
DEWASA:
1. ARDS ringan ; 200 mmHg <
PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg
(dengan PEEP atau continuous
positive airway pressure
(CPAP) ≥ 5 cmH2O, atau yang
tidak diventilasi)
2. ARDS sedang ; 100 mmHg <
PaO2/FiO2 ≤ 200 mmHg
(dengan PEEP ≥ 5 cmH2O, atau
yang tidak diventilasi)
3. ARDS berat ; PaO2/FiO2 ≤ 100
mmHg (dengan PEEP ≥ 5
cmH2O, atau yang tidak
diventilasi)
Ketika PaO2 tidak tersedia,
SpO2/FiO2 ≤ 315 mengindikasikan.
KRITERIA ARDS PADA
ANAK:
Usia Eksklusi pasien
dengan penyakit
paru perinatal
Waktu Dalam 7 hari sejak
onset penyakit
Penyebab Gagal nafas yang
Edema tidak dapat

` WPR/11.2021
CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
No. Dokumen :
No Revisi :
../PPK/YANMED/SPH/ Halaman :
04
11.2021 2/16

dijelaskan oleh
gagal jantung atau
kelebihan cairan
(fluid overload)
Radiologis Infiltrat baru
konsisten dengan
penyakit paru akut
Oksigenasi Ventilasi mekanis
non invasive atau
ventilasi mekanis
invasive
PARDS Ringan, sedang,
berat
Masker 4≤OI≤8
fullface 8≤OI≤16
OI≥16
Ventilasi bi-level
atau CPAP
Diagnosis Kerja 1. Suspek COVID-19
2. Probable COVID-19
3. Konfirmasi COVID-19
Diagnosis Banding 1. ISPA
2. Pneumonia Bakteri

Kriteria pasien rawat 1. Pasien suspek/konfirmasi COVID-19 dengan atau tanpa ko-
jalan
morbid/penyakit penyerta, melampirkan bukti pemeriksaan
laboratorium darah rutin dan x-ray foto thorax dan/atau radi-
ologi lainnya. Bukti x-ray foto thorax dan/ atau radiologi lain-
nya dikecualikan bagi ibu hamil dan pasien dengan kondisi
medis tertentu yaitu kondisi tidak dapat dilakukan pemerik-
saan x-ray foto thorax dan/atau radiologi lainnya seperti pasien
gangguan jiwa, gaduh gelisah, yang dibuktikan dengan surat
keterangan dari DPJP.

2. Pasien konfirmasi COVID-19 dengan atau tanpa komorbid/

` WPR/11.2021
CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
No. Dokumen :
No Revisi :
../PPK/YANMED/SPH/ Halaman :
04
11.2021 2/16

penyakit penyerta, melampirkan bukti hasil pemeriksaan labo-


ratorium RT-PCR dari rumah sakit atau dari fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya. Jarak waktu pemeriksaan RT-
PCR paling lama 7 (tujuh) hari sebelum pasien melakukan pe-
meriksaan pada rawat jalan rumah sakit.

3. Pasien konfirmasi COVID-19 dengan gejala ringan, sedang


atau berat, dengan atau tanpa komorbid/penyakit penyerta
pada daerah yang memenuhi kriteria penggunaan RDT-Ag,
dibuktikan dengan:

a) hasil pemeriksaan RDT-Ag positif;

b) hasil pemeriksaan klinis dari DPJP atau bukti pe-


meriksaan laboratorium darah rutin atau x-ray foto thorax
dan/atau radiologi lainnya; dan

c) SK kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota


mengenai kriteria penggunaan RDT-Ag.

Kriteria pasien rawat 1. Pasien suspek dengan:


inap
a. usia ≥60 (enam puluh) tahun dengan atau tanpa ko-
morbid/penyakit penyerta.

b. usia kurang dari 60 (enam puluh) tahun dengan ko-


morbid/penyakit penyerta.

c. ISPA berat/peneumonia berat yang membutuhkan


perawatan di rumah sakit dan tidak ada penyebab
lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.
2. Pasien probable
3. Pasien konfirmasi
a. Pasien konfirmasi tanpa gejala
Pasien tersebut harus melakukan isolasi baik
mandiri di rumah maupun isolasi terpusat di fasili-
tas publik yang disediakan oleh pemerintah pusat/
pemerintah daerah.

` WPR/11.2021
CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
No. Dokumen :
No Revisi :
../PPK/YANMED/SPH/ Halaman :
04
11.2021 2/16

Dalam kondisi tertentu dimana pasien konfirmasi


tanpa gejala dan gejala ringan tidak memiliki fasili-
tas untuk isolasi mandiri di rumah atau di fasilitas
publik yang dipersiapkan pemerintah pusat atau pe-
merintah daerah, dapat dilakukan di rumah sakit la-
pangan/rumah sakit darurat COVID-19 atau rumah
sakit yang dibuktikan dengan surat keterangan dari
kepala puskesmas.
b. Pasien konfirmasi COVID-19 tanpa gejala dengan
komorbid/penyakit penyerta yang tidak terkontrol.
c. Pasien konfirmasi dengan gejala ringan, gejala
sedang, dan gejala berat/kritis.
Pasien konfirmasi COVID-19 dengan melampirkan laborato-
rium RT-PCR dari rumah sakit atau dari fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Jarak waktu pemeriksaan RT-PCR paling
lama 7 (tujuh) hari sebelum pasien melakukan pemeriksaan
pada rawat inap rumah sakit.
4. Pasien suspek dan konfirmasi COVID-19 gejala ringan pada
daerah yang memenuhi kriteria penggunaan RDT-Ag. Pasien
tersebut harus melakukan isolasi baik mandiri di rumah
maupun isolasi terpusat di fasilitas publik yang disediakan
oleh pemerintah pusat/pemerintah daerah. Dalam kondisi
tertentudimana pasien tersebut
tidak memiliki fasilitas untuk isolasi mandiri di rumah atau di
fasilitas publik yang dipersiapkan pemerintah pusat atau pe-
merintah daerah, dapat dilakukan di rumah sakit lapangan/
rumah sakit darurat COVID-19 atau rumah sakit yang dibuk-
tikan dengan hasil pemeriksaan RDT-Ag positif, SK kepala di-
nas kesehatan daerah kabupaten/kota mengenai kriteria peng-
gunaan RDT-Ag, hasil pemeriksaan klinis dari DPJP atau
bukti pemeriksaan laboratorium darah rutin dan x-ray foto
thorax dan/atau radiologi lainnya, dan surat keterangan dari
kepala puskesmas.
5. Pasien konfirmasi COVID-19 gejala sedang atau berat pada

` WPR/11.2021
CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
No. Dokumen :
No Revisi :
../PPK/YANMED/SPH/ Halaman :
04
11.2021 2/16

daerah yang memenuhi kriteria penggunaan RDT-Ag, melam-


pirkan hasil pemeriksaan RDT-Ag positif, hasil pemeriksaan
klinis dari DPJP atau bukti pemeriksaan laboratorium darah
rutin dan x-ray foto thorax dan/atau radiologi lainnya, dan SK
kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota mengenai krite-
ria penggunaan RDT-Ag.
6. Pasien konfirmasi COVID-19 dengan komorbid/penyakit
penyerta yang tidak terkontrol pada daerah yang memenuhi
kriteria penggunaan RDT-Ag, melampirkan hasil pemeriksaan
RDT-Ag positif, hasil pemeriksaan klinis dari DPJP atau bukti
pemeriksaan laboratorium darah rutin dan x-ray foto thorax
dan/atau radiologi lainnya, dan SK penetapan kepala dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota mengenai kriteria penggu-
naan RDT-Ag.
7. Pasien suspek/probable/konfirmasi tanpa gejala dan gejala
ringan dengan co-insidens.
8. Bayi baru lahir dengan kriteria suspek dirawat di ruang isolasi
khusus terpisah dari ibunya, atau rawat gabung (rooming in)
tersendiri untuk bayi dan ibu sesuai dengan Pedoman
Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir.
Penatalaksanaan 1. Tatalaksana
a) Isolasi dan pemantauan dilakukan untuk kondisi tanpa gejala
dan gejala ringan, disarankan dilakukan dirumah (Self Isoation)
dengan melakukan pelaporan kepada FKTP/Puskesmas terdekat.
Bila tidak ada rumah/kondisi rumah tidak memungkinkan untuk
isolasi diri dan atau terdapat komorbid, pasien dapat dirawat
inap di rumah sakit, dalam ruangan dengan aliran udara baik dan
penempatan antar pasien minimal jarak 1 meter.
b) Pasien terkonfirmasi sakit berat, sedang dan sakit ringan dengan
penyulit harus dirawat di RS.
2. Farmakologis
A. Tatalaksana pasien dewasa dan anak
Hingga saat ini belum ada vaksin dan obat yang spesifik untuk
mencegah atau mengobati COVID-19, sehingga pengobatan

` WPR/11.2021
CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
No. Dokumen :
No Revisi :
../PPK/YANMED/SPH/ Halaman :
04
11.2021 2/16

yang diberikan bersifat simptomatis dan dapat meningkatkan


daya tubuh pasien, antara lain:
a) Vitamin C, B, E, Zink
b) Azitromisin 500 mg/24 jam oral (3-7 hari) atau dengan
alternatif Levofloxacin 750 mg/24 jam (3-7 hari), dan
Amoxicilin pada pasien anak sesuai indikasi.
c) Pengobatan simptomatis seperti Paracetamol,
Acetylcysteine, Bromhexin/Ambroxol dan lain-lain.
d) Bila diperlukan dapat diberikan antivirus : Oseltamivir 75
mg/12 jam oral atau favipiravir (avigan) 600mg/12 jam oral
(7-10 hari).
e) Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (5 hari) atau
Hidroksiklorokuin 400 mg/24 jam oral (5 hari) berdasarkan
pertimbangan DPJP terhadap kondisi pasien.
f) Pemberian Hepatoprotektor dapat dipertimbangkan
g) Jika pasien dengan komorbid lain, maka pasien dirawat
bersama dengan DPJP non-COVID dan diberikan
tatalaksana terintegrasi
h) Pengobatan lain sesuai dengan komplikasi yang terjadi.

B. Tatalaksana Neonatus
Dalam menolong persalinan, alur resusitasi neonatus tidak
dibedakan dengan non-COVID.
a) Tatalaksana bayi sehat yang lahir dari ibu terkonfirmasi
COVID-19
 Bayi sehat yang lahir dari ibu terkonfirmasi COVID-
19 termasuk dalam kriteria kontak erat resiko tinggi.
 Segera dimandikan untuk menghilangkan virus
dipermukaan
 Bayi dilakukan pemeriksaan swab pada hari 1 dan ke
14 untuk pemeriksaan SARS-CoV-2
 Bayi dirawat terpisah dari ibu, sampai ibu dinyatakan
sembuh oleh dokter yang merawat (sesuai dengan
kriteria yang berlaku)

` WPR/11.2021
CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
No. Dokumen :
No Revisi :
../PPK/YANMED/SPH/ Halaman :
04
11.2021 2/16

 ASI tetap diberikan kepada bayi dalam bentuk ASI


perah
 Pompa ASI hanya digunakan oleh ibu tersebut dan
dilakukan pembersihan pompa setelah digunakan
 Kebersihan peralatan untuk memberikan ASI perah
harus diperhatikan
 Dukungan kesehatan mental dan psikososial dibrikan
untuk ibu dan keluarga
 Bayi dimonitor ketat dan perlu do follow up hingga
pulang
 Jika bayi menunjukkan gejala, bayi dirawat sebagai
suspek diruang isolasi tekanan negatif. Jika tidak
memungkinkan, bayi dirawat diruang isolasi (satu
ruang sendiri)
 Perlengkapan resusitasi neonatus yang digunakan
khusus, dibedakan dengan alat resusitasi non-COVID
b) Tatalaksana bayi sehat yang lahir dari ibu Suspek/Probable :
 Bayi sehat yang lahir dari ibu suspek masuk dalam
kriteria kontak erat risiko rendah
 Tidak perlu dilakukan swab pada bayi
 Segera dimandikan untuk menghilangkan virus
dipermukaan
 Bayi dirawat terpisah dari ibu, sampai diketahui hasil
pemeriksaan SARS-CoV-2 ibu negatif
 ASI tetap diberikan kepada bayi dalam bentuk ASI
perah
 Pompa ASI hanya digunakan oleh ibu tersebut dan
dilakukan pembersihan pompa setelah digunakan
 Kebersihan peralatan untuk memberikan ASI perah
harus diperhatikan
 Bayi dimonitor ketat dan perlu di follow up hingga
pulang
 Dukungan kesehatan mental dan psikososial diberikan

` WPR/11.2021
CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
No. Dokumen :
No Revisi :
../PPK/YANMED/SPH/ Halaman :
04
11.2021 2/16

untuk ibu dan keluarga


 Perlengkapan resusitasi neonatus yang digunakan
khusus, dibedakan dengan alat resusitasi non-COVID
c) Bayi tidak sehat dengan ibu Suspek/ Probable/ terkonfirmasi
COVID-19 :
 Ruang perawatan NICU Isolasi, ruang tersendiri, jika
memungkinkan bertekanan negatif
 Bila tidak tersedia, rawat di inkubator jarak 2 meter
Kriteria Pulang:
1. Hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR 1x (-) negatif, dan
2. Kondisi klinis pasien membaik berdasarkan penilaian dari dokter
penanggungjawab pasien (DPJP)
Edukasi 1. Memakai masker, mencuci tangan 6 langkah sesuai standar WHO
dan menjaga jarak.
2. Etika batuk dan bersin
3. Ketika memiliki gejala saluran napas segera berobat ke fasilitas
layanan kesehatan.
4. Hindari bepergian ke daerah outbreak, hindari menyentuh hewan
atau burung serta mengunjungi peternakan atau pasar hewan hidup.
5. Hindari kontak dekat dengan pasien yang memiliki gejala infeksi
saluran napas.
Prognosis Dubia
Penelaah Kritis Dokter Spesialis Paru

Kepustakaan 1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan


dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19). Revisi ke-5.
Jakarta; Kemenkes RI; 2020
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Panduan Praktik Klinik
(PPK): Pneumonia COVID-19 ringan. Jakarta: SuspekI; 2020
3. Joseph T, Moslehi MA. COVID-19: International Pulmonologist’s
Consensus on COVID-19. 2020. P.1-34.
4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan

` WPR/11.2021
CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
No. Dokumen :
No Revisi :
../PPK/YANMED/SPH/ Halaman :
04
11.2021 2/16

Dokter Anak Indonesia (IDAI). Protokol tatalaksana COVID-19.


Edisi 1, April 2020. Jakarta; 2020.

` WPR/11.2021

Anda mungkin juga menyukai