Anda di halaman 1dari 46

Neuropthalmology

1. Jalur visual adalah jaras saraf yang dilalui impul penglihatan, mulai dari sel ganglion retina ke
korteks visual di lobus oksipitalis

Cahaya > ditangkap oleh sel-sel batang-kerucut mata > dihantarkan melalui N II ( nervus optikus) >
berjalan sepanjang intraocular, intraorbital, intrakanalikuli, dan intracranial > bertemu dengan N II
kontralateral (bagian yang menghantarkan impuls penglihatan regio nasal) di kiasma optikum >
traktus optikum > badan genikulatum lateral > traktur genikulokalkarina > menyebar seperti kipas di
radiatio optika > melintasi lobus temporal dan parietal > korteks pengilihatan di lobus oksiptalis.

2. Kelainan-kelainan pada jaras visual


a. Lesi pada N II > anopia pada mata yang terkena
b. Lesi pada kiasma optikum > hemianopsia bitemporal
c. Lesi pada traktus optikum > hemianopsia homonym kontralateral
d. Lesi pada BGL > hemianopsia homonym
e. Lesi pada radiatio optika bagian temporal > hemikuadranopsia homonym superior kontralateral
f. Lesi pada radiatio optika bagian parietal > hemikuadranopsia homonym inferior lengkap
kontralateral
g. Lesi pada lobus oksipitalis > hemianopsia homonym kongruen inkomplit kontralateral
3. Jaras reflek pupil

Jaras reflek pupil bagian aferen tidak jauh berbeda dengan jaras penglihatan. Impuls cahaya yang
diterima oleh retina > N II > foramen optikum > kiasma optikum > traktus optikum > sebelum
mencapai BGL, impuls berbelok ke arah kolikulus superior > area pretectalis > nucleurs Edinger
Westphal kedua sisi [JALUR AFEREN]

Nucleus Edinger Westphal > N III (okulomotorik) > ganglion siliaris > n. ciliaris > m. sphincter pupil >
miosis
4. Orbita

Rongga orbita berbentuk pyramid dengan basis pada bagian anterior dan pada apeks pada bagian
posterior. 7 tulang wajah yang membentuk rongga orbita:

- Os frontalis
- Os zigomatikus
- Os maksilaris
- Os nasalis
- Os sphenoidalis
- Os lakrimalis
- Os palatine

Foramen optikum : tempat lewat N II, arteri dan vena opthalmika (cabang dari arteri karotis interna)

Fissura orbitalis superior: tempat lewat N III, N IV, N VI lateral, N V cabang I

- N III berasal dari mesencephalon, intinya pada nucleus Edinger Westphal. Mempersarafi m.
rektus superior, medial, dan inferior m. obliq inferior, m. levator palpebra, m. sphincter iris
- N IV berasal dari mesencephalon, mempersarafi m. obliq superior
- N VI berasal dari margin posterior pons, mempersarafi m. rektus laterali
- N V-I, berasal dari pons, mempersarafi kelenjar lakrimal

Fissura orbitalis inferior

Bola mata mengisi rongga orbita, berbentuk bulat dengan bagian paling anterior adalah kornea dan
porsterior

5. Kelainan pada N II
a. Neuritis optikus
- Paling sering disebabkan proses demielinatif
- Penyebab lain: infeksi langsung (herpes zoster, sifilis, TB, CMV), reaksi imun (morbilis, mumps,
varicella, influenza), dan penyakit radang sekitar (penyakit sinus, meningitis, ensefalitis)
- GK: visus jelek, gangguan persepsi warna, nyeri sekitar bola mata bila digerakkan, tanda orthoff
(visus memburuk setelah berolahraga atau ketika suhu tubuh meningkat), gangguan lap.
Pandang sentral (scotoma central)
- 2 jenis : papillitis, dengan neuritis retrobulbar
- Papillitis: tampak kelainan pada pemeriksaan funduskopi: papil edem, hiperemis, batas tidak
jelas. RAPD serta Terdapat sel dalam badan kaca
- Neuritis retrobulbar: tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan funduskopi.
- Therapy: sesuai kausa, kortikosteroid disertai AB
- Prognosis: sering sembuh sendiri, sering residif
b. Neuropati Optikus Iskemik Anterior
- Kelainan N II yang diduga disebabkan oleh emboli/thrombus/radang yang menghambat
pembuluh darah papil saraf optic.
- Terbagi dua : arteritik (arteritis, giant cell cell arteritis) dan non arteritik (artero-arteriosklerosis,
DM, HT. hiperlipidemia
- Banyak diderita lansia diatas decade ke-6
- GK: visus jelek, gangguan persepsi warna, scotoma central, biasanya tidak nyeri kecuali diikuti
arteritis bagian temporal (ada nyeri kepala)
- Funduskopi: papil edem, batas kabur, perdarahan peripapil
- Terapi berdasarkan kausa
c. Papil edema
- Kongesti diskus optikus yang disebabkan oleh peningkatan TIK
- Umumnya bersifat bilateral
- Penyebab: glaucoma, massa intracranial, radang/abses otak
- Unilateral : sindrom foster kennedy > tumor belakang bola mata
- GK: visus biasa atau memburuk (kronis, sudah neuropati), sakit kepala, muntah
- Terapi berdasarkan kausa
- Funduskopi: papil sembab, batas kabur, warna pucat, arteri dan vena sekitar tampak berkelok,
eksudat putih di macula, perdarahan.
d. Atrofi N. II
- Biasanya karena proses penyakit/ lesi yang berlanjut, seperti: tumor, neuritis, trauma bentur,
keracunan logam berat/obat tertentu
- GK: visus sangat buruk, lapangan pandang sempit/buta sama sekali
- Funduskopi: papil pucat batas tegas (primer) batas kabur (sekunder)
Refraksi

1. Kelainan refraksi

Emetropia: semua sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga jatuh pada mata dalam keadaan
istirahat dibiaskan tepat di retina.

Ametropia: semua sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga jatuh pada mata dalam keadaan
istirahat dibiaskan tidak tepat di retina. Jenis-jenisnya yaitu:

a. Hipermetropia
- Definisi: semua sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga jatuh pada mata dalam
keadaan istirahat dibiaskan di belakang retina.
- Prevalensi: 20%
- Klasifikasi berdasarkan etiologi: h. aksial (bola mata lebih pendek), h. refraksi (indeks bias
kurang), h. curvature (kelengkungan kornea/lensa kurang)
- Macam-macam hypermetropia: h. manifes (didapatkan tanpa sikloplegik), h. total (didapatkan
setelah sikloplegik), lh. Laten (selisih total-manifes)
- Gk: susah melihat jarak dekat, mata Lelah (akibat akomadasi terus menerus)
- Bisa esotropia dan glaucoma sekunder akibat penebelan m. ciliaris
- Therapi: kacamata lensa positif dengan ukuran koreksi terbesar yang memberikan visus terbaik
b. Myopia
- Definisi: semua sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga jatuh pada mata dalam
keadaan istirahat dibiaskan di depan retina.
- Prevalensi: 70-80%
- Klasifikasi base on etiology: m. aksial (Panjang bola mata lebih), m. refraksi (indeks bias
bertambah), m. curvature (kelengkungan kornea/lensa bertambah)
- Klasifikasi lainnya: m. fisiologis (pada anak, remaja), m. patologis (m. progressif bertambah terus
dan mencapai puncak di usia remaja, m. maligna lebih ekstrim dan beresiko terjadi ablasio retina
dan kebutaan)
- Deraja myopia; ringan ( <1-3 D) sedang (3-6 D) berat (>6 D)
- GK: kabur melihat jauh, sakit kepala, bola mata relative menonjol, pupil relative lebar, sering
menyipitkan mata agar mendapat pandangan yang lebih jelas (pinhole effect)
- Therapy: kacamata lensa negative terkecil yang memberikan visus terbaik

Pinhole effect: banyaknya berkas sinar yang masuk ke dalam mata tidak terfokus ke retina. Dengan
ini mata berusaha memfokuskan sinar yang masuk dengan cara mengernyitkan sehingga cahaya
yang masuk terbatas dan benar-benar terfokus ke retina sehingga menghasilkan bayangan yang
lebih tajam.

c. Astigamatisme
- Definisi: kelainan refraksi dimana cahaya yang masuk ke dalam mata tidak terfokus pada satu
titik
- Terjadi karena kelainan kelengkungan kornea/lensa
- Klasifikasi: REGULER>> a. miopikus simpleks (berkas cahaya satu tepat di retina dan yang lainnya
di depan retina, lensa silinder -), a. miopikus kompositus (kedua focus cahaya jatuh di depan
retina, lensa sferis - silinder - ), a. hipermetrop simpleks (satu garis jatuh di retina dan lainnya di
belakang retina, lensa silinder +), a. hipermetrop kompositus (kedua garis terfokus di belakang
retina, lensa sferis + silinder +), a. mikstus (satu garis di depan dan lainnya di belakang retina).
Astimatisme Irregular (meridian utama bola mata tidak saling tegak lurus, disebabkan kelainan
kornea seperti sikatriks, lensa seperti katarak insipin, imatur)
d. Presbyopia
- Definisi: gangguan akomodasi mata yang disebabkan oleh proses degenerative (kelemahan otot
akomodasi dan berkurangnya elastisitas lensa
- GK: kabur membaca dekat, mata Lelah, mata berair
- Koreksi umur 40 (+1), 45 (+1,5), 50 (+2), 55 (+2,5), 60 (+3)
- Jarak baca normal adalah 33 cm maka +3 D adalah lensa + terkuat yang diberikan agar mata
tidak berakomodasi

2. Akomodasi

Kemampuan mata untuk memperbesar daya biasnya atau kemampuan lensa untuk mencembung
agar bayangan pada jarak dekat dapat difokuskan ke retina/macula lutea

Teori:

- Hemholtz : kontraksi m. ciliary akan mengendurkan zonula zinii sehingga lensa akan
mencembung
- Tsernig : pada dasarnya nucleus lensa tidak bisa berubah bentuk sehingga yang mencembung
adalah bagian superfisial atau korteks ketika terjadi proses akomodasi

3. Koreksi kelainan refraksi

a. Kaca mata dengan berbagai macam lensa:


- Lensa plano; tidak mempunyai efek bias, titik lengkung sama
- Lensa sferis (-) mendivergensikan cahaya, untuk koreksi myopia
- Lensa sferis (+) menkonvergensikan cahaya, untuk koreksi hypermetropia
- Lensa silinder; planosilindris dan sferosilindris
- Prisma; tebal pada satu sisi, efeknya membiaskan ke arah sisi yang tebal
b. Lensa kontak, jenisnya ada yang keras, lunak, rigid gas permeable (RGP). Diindikasikan pada
kasus anisometropia yang besar, astigmat irregular, dan mempercepat penyembuhan pada
penyakit kornea. Kontraindikasi: penggunaan di tempat yang banyak debu, infeksi mata luar, dan
olahraga renang.

4. Beberapa istilah dalam refraksi

a. Min separable: jarak minimal antara dua garis yang dapat dipersepsikan mata sebagai dua garis
yang terpisah
b. Nodal point: pusat optic yang letaknya sekitar 7 mm belakang kornea dimana sinar yang
melawati titik ini tidak akan dibiaskan
c. Punctum proximum; titik terdekat yang masih dapat dilihat jelas oleh mata yang berakomodasi
maksimum
d. Punctum remotum; titik terjauh yang masih dapat dilihat jelas oleh mata tanpa akomodasi
e. Amplitude akomodasi: jarak benda yang dapat dilihat jelas oleh mata, yaitu antara p. proximum
dan p. remotum
f. Jack in the box: penglihatan seperti badut dimana yang hanya bisa dilihat jelas adalah bagian
sentral
g. Conoid of sturm: lapisan 3 dimensi cahaya yang terbentuk dari lensa astigmat
h. Circle of confusion: salah satu jenis dari conoid of sturm

5. Pemeriksaan refraksi

Pemeriksaan refraksi pada mata dilakukan satu persatu, dengan anamnesis yang jelas. Pemeriksaan
visus terbagi dua: bersifat subjektif dan objektif.

Pemeriksaan visus subjektif:

a. Trial and error:


- Menggunakan Snellen chart yang diletakkan 5-6 meter dari pasien.
- Mata yang diperiksa satu per satu
- Pasien diinstruksikan untuk membaca huruf yang ada, mulai dari atas sampai ke bawah. Visus
ditentukan pada baris tertentu dimana pasien tidak bisa/salah-salah dalam membaca Snellen
chart. (visus normal 6/6)
- Jika tidak bisa membaca huruf paling atas pasien diinstruksikan menyebutkan jumlah jari. Missal
pasien bisa menyebutkan jumlah jari pada jarak 3 meter, maka visusnya dibilang 3/60. (jarak
maksimal 1 meter)
- Jika tidak bisa menghitung jari pada jarak satu meter maka dilakukan tes lambaian tangan. Bila
dapat dilihat, visus 1/300.
- Bila tidak bisa mengidentifikasi lambaian tangan, dilakukan tes cahaya, bila bisa, visus 1/∞. Bila
tidak bisa maka visus 0
- Pasang trial frame dengan mata tertutup. Mulai gunakan lensa sferis yang kira-kira pas, misal
visul 5/50 dengan lensa sferis (-)/(+) 2 D

b. Cara pengabutan atau foging


- Untuk mencegah akomodasi, mata dipasangkan lensa sferis (+) 4, misal kekuatan +4D. Jika
pasien mengatakan kabur terus kurangi sampai ke visus terbaik.

Pemeriksaan visus objektif:

a. Retinoskop; cermin, streak, spot


b. Autorefractometer
Vitreoretina

1. Pemeriksaan retina
a. Pemeriksaan subjektif:
- Pemeriksaan visus
- Pemeriksaan lapangan pandang
- Pemeriksaan buta warna
b. Pemeriksaan objektif:
- Funduskopi
- Elektroretinogram
- Elektrookulogram
- Visual evoked respond

Funduskopi; ophtalmoskop direk dan indirek

direk Indirek
Bayangan Nyata, tegak Maya, terbalik
Pembesaran 15x 2-3x
Efek stereoskopik tidak Ya (dilihat dengan 2 mata)
Luas lap. penglihatan Perifer sampai ekuator (2x Perifer sampai ora serata (8x
diameter papil) diameter papil)

Yang dinilai:

- Jernih/Kekeruhan media refraksi


- Papil N II: ratio cup per disk 0,3; batas tegas/kabur, warna merah jambu/pucat
- Pembuluh darah retina, aa : vv = 2:3
- Retina: adanya eksudat atau perdarahan
- Macula lutea; diperiksa terakhir karna silau. Reflek fovea (+/-)

2. Retina

Retina merupakan jaringangan saraf yang tipis, membentang dari papil hingga ora serata, yang
berfungsi sebagai media penangkap cahaya.

Retina terdiri atas 10 lapis, dimana pada bagian dalam berbatasan dengan vitreus sedangkan bagian
luar berbatasan dengan koroid. 10 lapis retina tersebut antara lain (dari dalam ke luar):

1. Membran limitan interna


2. Lapisan sel saraf
3. Lapisan sel ganglion
4. Lapisan pleksiform dalam
5. Lapisan nucleus dalam
6. Lapisan pleksiform luar
7. Lapisan nucleus luar
8. Membrane limitan eksterna
9. Lapisan sel batang dan kerucut
10. Retina pigmen epithelial (RPE)
Macula merupakan area sentral yang paling berperan dalam tajam penglihatan dan penglihatan
warna (area fovea). Area ini berupa pigmen kekuningan yang dibatasi arcade arteri retina centralis
(area fovea avascular).

Sel batang dan kerucut merupakan agen fotoreseptor, terletak pada lapisan terluar retina, berfungsi
mengolah cahaya yang masuk menjadi impuls untuk diteruskan ke jaras visual. Terdapat bagian
inner segmen dan outer segmen.

RPE berfungsi sebagai sawar retina-koroid, ikut memelihara sel-sel fotoreseptor, serta menyerap
kelebihan cahaya yang masuk.

Retina diperdarahi oleh arteri retina centralis (cabang dari a. ophtalmika) yang memperdarahi 2/3
lapisan dalam retina, serta arteri koriokapilaris (berada diluar membrana bruch) memperdarahi 1/3
luar (lapisan pleks luar, nucleus luar, fotoreseptor, dan RPE). **fovea seluruhnya diperdarahi oleh a.
koriokapilaris.

3. Kelainan retina
a. Kelainan vascular
Oklusi arteri sentralis retina
- Penurunan aliran dari pembuluh darah arteri retina ec peningkatan TIO, emboli, stenosis aorta
- GK; Penglihatan hilang timbul (amaurosis fugax), tidak ada nyeri, reflek pupil melemah,
anisocoria
- Funduskopi: papil pucat, arteri halus hingga tidak tampak, cattle tract appearance, cherry red
spot pada macula lutea
- Therapy: masase bola mata, parasentese, vasodilator, hiperbarik oksigen
- Komplikasi; glaucoma neovascular

Oklus vena sentralis retina

- Lokasi oklusi pada lamina kribosa temporal atas dan bawah


- Predisposisi: ht, dm, aterosklerosis polisitemia
- Gk: buta mendadak (visus tidak sampai 0) dalam beberapa hari, tanpa nyeri
- Funduskopi; papil edem, vena berkelok-kelok, edem macula, flame shape appearance
- Komplikasi; degenarasi macula, perdarahan vitreus, glaucoma neovascular
- Prognosis jelek
- Therapy; atasi kausa, fotokoagulasi, terapi glaucoma bila ada kejadian, operasi untuk
mengurangi tekanan

b. Kelainan vascular
Retinopati diabetikum
- Bersifat proliferative dan non proliferative

Non proliferative

Kadar gula dalam darah ꝉ > toksik > kerusakan pembuluh darah > pelebaran beberapa pembuluh
darah > mikroaneurisma

perdarahan intraretinal edem macula

derajat:

I ; mikroaneurisma dengan/tanpa eksudat lemak di fundus okuli

II ; mikroanerusima dengan perdarahan bintik dan bercak dengan/tanpa eksudat

III ; mikroaneurisma dengan perdarahan bintik & bercak + neovaskularisasi dan proliferasi pada
fundus okuli

Proliferative

Gangguan pembuluh darah akibat kadar gula darah yang tinggi akan menyebabkan iskemik sekaligus
memicu pembentukan pembuluh darah baru untuk kompensasi (di sekitar papil N II). Pembuluh
darah yang baru ini bersifat rapuh sehingg mudah terjadinya perdarahan

Therapy adalah control DM, fotokoagulasi, vitrektomi (jika sudah terjadi perdarahan hingga ke
vitreus

Retinopati hipertensi

Retinopati hipertensi merupakan kelainan pembuluh darah retina akibat peningkatan tekanan darah.
Terbagi atas 4 stadium, yaitu:

- Stadium 1 ; perubahan pada dinding pembuluh darah (penebalan dinding, sheating, kaku)
- Stadium 2 ; seperti stadium 1, terdapat gambaran copper wire appearance, silver wire
appearance, a.v cross phenomenon (elevasi, deviasi, kompresi)
- Stadium 3 ; seperti stadium 2, terdapat gambaran cotton wool patches (edema serat saraf retina
akibat mikroinfark), (+) hemorrhagi (flame shaped)
- Stadium 4 ; seperti stadium 3, terdapat papil edem, star shapped (perdarahan eksudat pada
macula)

Retinopati leukemia

Pada leukemia akut terjadi perdarahan retina pada jaringan serabut saraf. Pembuluh darah arteri
juga tampak melebar karena hipoksia.

Ablasio retina

Lepasnya lapisan sensorik retina dari lapisan RPE sehingga terdapat suatu rongga potensial yang
mudah terisi oleh cairan subretina.

Klasifikasi ablasio retina:

1. Ablasio retina regmatogenesa

Terjadi akibat terdapat robekan pada retina sehingga vitreus mengalami likuifikasi dan masuk rongga
subretina. Causa: myopia tinggi, pasca retinitis

2. Ablasio retina eksudatif

Terjadi akibat tertimbunnya cairan eksudat pada rongga subretina dan mendorong retina tersebut.
Biasanya disebabkan oleh keluarnya cairan dari pembuluh darah retina dan koroid (coroiditis,
skleritis, uveitis, tumor retrobulbar, toksemia gravidarum.

3. Ablasio retina traksi

Terjadi akibat tarikan dari jaringan parut di vitreus, ec RD proliferative, trauma, dan perdarahan
vitreus

GK; fotopsia, floaters, pandangan seperti tertutup tirai, defek lapang pandang, visus bisa menurun
jika macula ikut terkena. Pada pemeriksaan funduskopi akan tampak bagian retina yang terangkat
berwarna pucat, keabu-abuan, dan bergelombang. Pembuluh darah retina juga tampak
bergelombang mengikuti arah lekukan.

Therapi: menutupi lubang, menghilangkan cairan, menempelkan retina

- Sclera bucking (implant, eksplan)


- Drainase cairan subretina
- Vitrektomi
- Injeksi intravitreal (udara, balanced salt solution/RL, silicon)

Retinitis pigmentosa (rabun senja)

>>merupakan kelainan autosomal resesif, autosomal dominan, x-linked resesif, sehingga terjadi
degenerasi sel batang dan pigmen epitel, membentuk jaringan ikat secara progresif.

GK; rabun senja, penyempitan lapang pandang

Funduskopi, papil saraf optic pucat, aa halus dan sempit, bone corpuscle appearance (tampilan
timbunan pigmen seperti susunan tulang), gun barrel vision

Th; belum ada, pencegahan dengan konsultasi premarital


Retinitis serosa sentral

>> kerusakan pada pigmen epitel dibawah macula sehingga cairan masuk ke lapisan subretina dan
mengangkat area macula. Visus akan sangat menurun, bisa binokuler atau monokuler. Pada
pemeriksaan funduskopi; macula edem, reflek fovea (-). Therapi konservatif diharapkan sembuh
sempurna 6 bulan. Alt lain dengan fotokoagulasi.
Strabismus

1. Otot-otot ekstraokuler

otot pjg lebar insersi origo Perdarahan nervus Fungsi


mrm 40 mm 10,3 mm 5,5 mm Annulus Cabang a. N III Adduksi
belakang zinnii opthalmika
limbus
mrl 40 9,8 6,9 sda sda N VI Abduksi
mrs 40 10,6 7,7 sda sda N III P: elevasi
S: intorsi,
adduksi
mri 40 9,2 6,5 sda sda N III P: depresi
S:
ekstorsi,
adduksi
mos 32 Bawah Periosteum sda N IV P: intorsi
mrs os S:
sphenoid depresi,
abduksi
moi 37 Bawah Periosteum sda N III P:
mrl os maxilla ekstorsi
S: elevasi,
abduksi

HUKUM SHERRINGTON

Otot sinergistik ; otot-otot yang memiliki bidang kerja yang sama. Misal untuk menggerakkan bola
mata ke atas diperantarai kerja mrs dan moi

Otot antagonis ; otot-otot yang bidang kerjanya berlawanan, misal untuk melihat ke arah kanan
maka mrm kanan dan mrl kiri mengalami inhibisi sementara mrl kanan dan mrm kiri tereksitasi.
HUKUM HERING

Agar gerakan kedua mata berada dalam arah yang sama maka otot-otot yang berkaitan harus
menerima persarafan yang setara. Dikenal istilah yoke pair atau otot-otot agonis dengan fungsi
primer yang sama. Misal; menoleh kekiri, mrl kiri dan mrm kanan.

2. Strabismus

Strabismus merupakan kelainan pada mata dimana visual axis mata tidak mengarah secara
bersamaan pada titik fiksasi. Strabismus dapat terjadi pada penglihatan binokuler (manifes, -tropia)
atau ketika penglihatan binokuler terganggu (laten, -foria).

Strabismus sebabkan:

- Gangguan fusi, stereoskopik


- Supresi (terjadi pada mata yang sakit)
- Diplopia
- Gangguan psikologis
- Amblyopia
- Eye strain, reading problem

Pembagian strabismus:

a. Strabismus paralatik
- Sudut deviasi tidak sama arah
- Sudut deviasi bertambah besar ketika melihat ke arah otot yang parese
- Sudut deviasi menghilang ketika melihat ke arah otot yang berlawanan arah dengan otot yang
parese
b. Strabismus non paralitik
1) Esotropia
- Merupakan strabismus konvergen manifes dimana sumbu penglihatan mengarah ke nasal
- Terbagi atas; e. akomodatif (refraktif/nonrefraktif) dan e. nonakomodatif (congenital/didapat)

Esotropia akomodatif terjadi bila terdapat mekanisme akomodasi fisiologis yang normal
disertai konvergensi berlebihan, tetapi fusinya relative tidak cukup untuk mempertahankan arah
mata tetap lurus.

Gk;

- Usia timbul 2-7 tahun


- Besarnya sudut deviasi kecil (15-20 D)
- Amblyopia sering
- Factor herediter
- Kelainan refraksi untuk e. akomodatif refraktif : hypermetropia, non refraktif: high AC/A
- Deviasi refraktif deviasi dekat > jauh, deviasi dekat=jauh

**AC/A ratio adalah angka yang menyatakan perbandingan konvergensi akibat akomodasi dengan
besarnya akomodasi

Terapi esotropia akomodatif>> refraktif: kacamata lensa sferis (+) dan miotiK

>> non refraktif: kacamata bifocal dan miotik

Esotropia non akomodatif terbagia atas esotropia kongenital dan di dapat


Esotropia kongenital Esotropia didapat
- Kelainan pada pusat akomodasi - Akibat adanya kelainan sensoris, seperti
konvergensi katarak, kelainan retina, ptosis kongenital
- Usia timbul <6 bulan - Usia timbul >6 bulan
- Amblyopia jarang - Sudut deviasi kecil
- Factor herediter (+) - Factor herediter (+)
- Kelainan refraksi kecil - Amblyopia tergantung usia
- Deviasi jauh dan dekat sama - Kelainan refraksi kecil
- Pola fiksasi bergantian - Pola fiksasi satu mata
- Th; operasi recess mrm dan resect mrl. - Deviasi jauh dan dekat sama
Bilateral recess mrm - Th; operasi recess mrm dan resect mrl

2) Eksotropia
- Merupakan strabismus divergen manifes dimana sumbuh penglihatan mengarah ke temporal.
- Klasifikasi: e. intermitten (berasal dari eksoforia yang berkembang menjadi eksotropia ec
kelelahan, peny. Umum, factor usia, tidak konsentrasi) dan e. konstan/kongenital (e. intermitten
yang berkembang menjadi konstan, timbul sejak lahir)
- Gk:
a. Usia timbul deviasi (kongenital < 6 bulan., intermiten 2-7 tahun
b. Sudut deviasi besar (>50 prisma D)
c. Amblyopia sering pada konstan/kongenital, (-) intermiten
d. Factor herediter (-)
e. Kelainan refraksi kecil
f. Deviasi jauh dan dekat pada kongenital sama, jauh>dekat pada intermiten
g. Pola fikasasi pada kongenital 1 mata, intermiten bergantian

- Th; recess mrl. Resect mrl

3. Pemeriksaan strabismus

a. Cover-uncover test
- Untuk melihat heteroforia maka apabila fusi diganggu (dengan menutup 1 mata) maka deviasi
yang laten/tersembunyi. Pemeriksa memperhatikan pada mata yang ditutup sewaktu tutup
dibuka. Bila terdapat pergerakan mata:
a) Temporal ke nasal : eksoforia
b) Nasal ke temporal : esoforia
c) Superior ke inferior : hiperforia
d) Inferior ke superior : hipoforia
b. Cover test
- Untuk melihat heterotropia, diperhatikan pada mata yang tidak ditutup. Bila terdapat
pergerakan mata:
a) Temporal ke nasal eksotropia
b) Nasal ke temporal esotropia
c) Superior ke inferior hypertropia
d) Inferior ke superior hypotropia
c. Hirschberg test
- Deteksi deviasi dengan memperhatikan reflek cahaya pada kornea pada jarak 33 meter
menggunakan sentolop. Normal bila reflek cahaya pada kedua mata berada di tengah-tengah
pupil.
- Deviasi:
a) 15° pantulan sinar pada pinggir pupil pada mata yang deviasi
b) 30° pantulan sinar antara pupil dan limbus pada mata yang deviasi
c) 45° pantulan sinar pada limbus pada mata yang deviasi
d. Krimsky test
Pasien melakukan fiksasi pada suatu cahaya, lalu ditempatkan prisma pada mata yang deviasi
(base in untuk eksotropia, base out esotropia) lalu kekuataannya ditingkatkan sampai reflek
cahaya tepat ditengah kornea. Kekuatan prisma tersebut merupakan besar deviasi.
e. Tes prisma cover
- Syarat fovea masih berfungsi baik
- Prisma diletakkan pada salah satu mata sesuai arah deviasi (base in eksoforia/tropia, base out
esoforia/tropia). Kemudia ditutup mata secara bergantian>> kekuatan prisma dinaikkan sampai
tidak ada lagi pergerakan mata dengan penutupan secara bergantian tersebut.
- Besarnya kekuatan prisma merupakan besarnya deviasi mata.

4. Ambliopia

Amblyopia adalah kurangnya tajam penglihatan pada satu mata dibanding yang lainnya tanpa ada
kelainan yang jelas. Mekanisme terjadinya amblyopia:

- Adanya gangguan penglihatan binokuler


- Kurang tegasnya bayangan yang jatuh di fovea

Pembagian amblyopia:

a. Amblyopia strabismic
- Kejadiannya sering (disebabkan strabismus manifes/-tropia)
- Terjadi pada anak yang mengalami juling (biasanya esotropia) sebelum usia penglihatan tetap
- Terjadi supresi pada mata yang terkena
b. Amblyopia refraktif
- Anisometropia, terutama apabila perbedaannya >2,5 D
- Terjadi supresi pada mata yang terkena
- Bisa juga pada kasus isometropia, dengan kelainan hypermetropia
c. Amblyopia deprivasi
- Jarang, tapi paling merusak
- Hambatan sinar masuk (obstruksi visual axis), ec ex: katarak kongenital, ptosis, perdarahan
vitreus

Gk;

- Kurang tajam penglihatan pada salah satu mata yang signifikan


- Crowding phenomenon
- Pola fiksasi yang tidak normal (diluar fovea)

Deteksi dini, TNO stereoskopik test, photoscreening. Th; koreksi kelainan dasar, oklusi
Pediatric Ophthalmology

1. Perkembangan tajam penglihatan


- Bayi baru lahir : menggerakan mata ke sumber cahaya
- 6 minggu : mulai melakukan fiksasi
- 3 bulan : menggerakkan mata ke arah benda yang bergerak
- 4-6 bulan : koordinasi penglihatan dgn gerakan mata, dapat melihat/mengamati objek
- 9 bulan : visus 20/200
- 1 tahun : 20/100
- 2 tahun : 20/40
- 3 tahun : 20/30
- 5 tahun : 20/20

2. Pemeriksaan mata pada anak


a. Pemeriksaan mata neonates
- Lihat reflex merah normal pada kedua mata (red reflex)
- Anatomis mata luar
- Simetris kedua mata
- Instrument : senter, lup, oftalmoskop (direk/indirek), portable slit lamp, midriatikum (kombinasi
cyclopentolate 0,2% + phenylephrine 1%)
b. Pemeriksaan mata bayi dan anak
- Forced-choice preferential looking : N 20/30 (usia 2 tahun)
- Allen chart gambar >> anak usia 2,5 – 3 tahun >> N 20/40-20/30
- E Snellen & uji HOTV >> anak usia 4 tahun (2-5 tahun) >> N 20/40-20/20
- Alfabet Snellen >> anak usia 5-6 tahun >> N 20/30-20/20

3. Embriologi lensa

Mata berkembang dari 3 lapisan (ectoderm Permukaan, neuroectoderm, mesoderm)

- Pada usia 4 minggu vesikel optic terbentuk dari pertumbuhan neuroectoderm. Pada tahap ini
terjadi penebalan ectoderm permukaan (lempeng lensa). Vesikel optic berinvaginasi membentuk
mangkuk optic dan seiring dengan itu lempeng lensa mulai melepaskan diri
- Pada usia 6 minggu sel-sel pada dinding posterior lensa mulai memanjang dan mengisi ruang
kosong serta mensekresikan kapsul hialin. Sel-sel pada bagian equator juga membelah dan
mengisi ruang hingga dibawah epitel subcapsular (selapis sel epitel kuboid).
- Pada bulan ke 7 pertumbuhan lensa selesai, namun pada prinsipnya pertumbuhan dan
proliferasi dari sel quator lensa berlangsung seumur hidup dengan kecepatan semakin menurun.
4. Katarak kongenital
- Katarak kongenital merupakan kekeruhan pada lensa yang terjadi sebelum/segera setelah anak
lahir dan bayi berusia <1 tahun.
- Bersifat unilateral/bilateral, partial/total
- Penyebab kebutaan pada bayi bila tidak segera ditangani dengan tepat
- Penyebab; ibu dengan TORCH, galaktosemia, DM, hipoparatiriodisme, homosistinuria, sindrom
down.
- Biasanya disertai dengan kelainan lainnya
- Gk; leukocoria, amblyopia sensoris (macula lutea tidak berkembang karena tidak mendapat
rangsangan cahaya yang adekuat), nystagmus, strabismus, fotofobia
- Th; operasi secepatnya setelah terdeteksi

5. Leukocoria
- Pupil putih/white pupil
- Dapat terlihat normal pada cahaya kamar namun red reflex (-)
- Penyebabnya:
 Retinoblastoma
 Katarak kongenital
 Katarak traumatika
 Uveitis intrauterine
 ROP
 Uveitis anterior
 Endoftalmitis
 Glioma nervus optikum

6. Retinopathy of prematurity (ROP)

ROP merupakan kelainan pekembangan pembuluh darah retina pada bayi premature. Beberapa
factor resiko ROP:

- Bayi baru lahir dengan masa gestasi kurang dari 32 minggu


- Penyakit jantung
- Asupan oksigen yang tinggi
- BBL <1.500 gram
- Anemia
- Bradikardi
- Perdarahan intraventrikuler
- Maternal = merokok, DM, HT

Pembuluh darah retina mulai terbentuk usia kandungan 3 bulan dan lengkap pada waktu usia
kelahiran normal. Jika persalinan premature tentu beresiko akan terjadi kelainan seperti
pertumbuhan terhenti atau pembuluh darah yang terbentuk rapuh dan mudah bocor sehingga
menyebab perdarahan pada retina.

Proses terjadinya ROP:

- Fase 1; hiperoksik >> vasokonstriksi pembuluh darah dan kerusakan endotel vaskuler yang
irrversibel
- Fase 2; nutrisi dan oksigen tidak menjangkau semua bagian retina >> hipoksia >>
neovaskularisasi yang abnormal

Protocol skrining sesuai usia gestasi:

- Usia gestasi 23-24 minggu : pemeriksaan mata pertama pada usia gestasi 27-28
- Usia gestasi 25-28 minggu : pemeriksaan mata pertama pada usia kehidupan 4-5 mingggu
- Usia gestasi ≥29 minggu : pemeriksaan mata pertama sebelum bayi dipulangkan dari RS

Klasifikasi ROP berdasarkan lokasinya:

- Zona I : memanjang 2x jarak papil optic ke macula


- Zona II : area melingkar yang mengelilingi zona I dengan ora serata sebagai batas nasal
- Zona III : berbentuk bulan sabit yang tidak dicakup zona II pada bagian temporal

Terapi: medis (skrining, obat anti neovaskularisasi intravitreal), bedah (ablative, krioterapi, laser)

7. Retinoblastoma
- Merupakan neoplasma yang berasa dari sel retina
- Merupakan keganasan primer intraokuler sering pada anak
- 2/3 kasus muncul sebelum akhir tahun ke-3
- Bisa unilateral/bilateral
- Mutase pada gen Rb 1, yaitu gen yang berfungsi menekan retinoblastoma itu sendiri

pola pertumbuhan retinoblastoma:

a. Pertumbuhan endofilik
Tumor menembus membrane limitan interna ke arah corpus vitreus, memiliki gambaran
massa berwarna putih sampai krem, bisa menginfiltrasi ke N II, koroid, sklera
b. Pertumbuhan eksofilik
Pertumbuhan ke arah celah subretina >> akumulasi cairan subretina, hingga ke otak
c. Kombinasi

Stadium retinoblastoma (rsup m djamil):

- Stadium I : tumor terbatas pada bola mata (dini; leukocoria (-), lanjut; leukocoria (+))
- Stadium II : proptosis dengan/tanpa pembesaran KGB
- Stadium III : metastasis

Another staging:

- Stadium tenang
 Pupil melebar >> tampak reflex kuning
 Funduskopi: tampak bercak kuning mengkilap yang menonjol ke corpus vitreus. Bisa
juga terdapat neovaskularisasi dan ablasio retina
- Stadium glaucoma
 Tumor membesar >> peningkatan TIO
 Funduskopi: media refraksi keruh, sukar menentukan besarnya tumor
- Stadium ekstraokuler
 Tumor lebih besar >> bola membesar >> eksoftalmus
 Keluar rongga orbita disertai nekrose di atasnya

GK:

- Leukocoria
- Strabismus
- Glaucoma sekunder
- Inflamasi orbital
- Proptosis
- Hifema spontan

Pemeriksaan

- Simple; red reflex, corneal light reflex, pemeriksaan struktur mata


- Lab: analisis gen Rb 1
- CT scan, MRI, USG

DD:

- persistent hyperplasia primary vitreus (PHPV)


- Coat’s disease
- Toxocara cariis
- ROP
- Katarak kongenital
- Uveitis anterior
- Perdarahan vitreus

Th:

- External beam radiation therapy (EBRT)


- Operasi
- Enukleasi (pada tumor endofilik)
- Fotokoagulasi
- Exenterasi orbita (pada tumor eksofilik)

Prognosis: baik jika ditangani dengan tepat.


Glaukoma

1. Fisiologis aqueous humor


- Aqueous humor merupakan cairan yang mengisi ruang di depan lensa, terdistribusi di cop dan
coa (iris sebagai pembatas)
- Komposisi: volume 250 ml, jernih, tekanannya lebih tinggi dari plasma, komposisi mirip plasma
dengan askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi, serta protein, urea, glukosa yang lebih
rendah
- Disekresikan oleh prosesus siliaris dengan cara transport aktif, ultrafiltrasi, simple diffusion
- Aliran aqueous humor; processus siliaris >> cop >> coa >> trabecular meshwork >> kanalis
shclemm >> kanal collector >> vena episklera
- Sebagian kecil akan keluar melalui di antara berkas-berkas otot siliaris dan di sela-sela sklera
(aliran uveoscleral)
- Trabecular meshwork berperan penting dalam proses ekskresi aqueous humor, terdiri atas 3
bagian; uveal meshwork, corneoscleral meshwork, endotelial meshwork

2. Glaucoma
- Merupakan kelainan berupa neuropathy optic yang ditandai dengan peningkatan TIO (N 10-21
mmHg), pencekungan (cupping) N II, dan pengecilan lapang pandang.
- Penyebab dasar: tidak seimbang antara sekresi dan ekskresi aqueous humor

Klasifikasi:

a. Glaucoma primer
Glaucoma primer sudut terbuka
- Bersifat kronik, slowly progresif, biasanya bilateral
- Terjadi karena proses degenerasi trabecular meshwork dan/atau kanalis schlemm, aliran
aqueous humor dari cop ke coa aman
- 90-95% kasus glaucoma
- Factor resiko: usia >40 tahun, lebih sering kulit hitam, familial
- GK: biasanya muncul pada tahap lanjut, penurunan lapang pandang, bisa juga disertai
penurunan visus
- Penegakkan diagnose: kelainan N II, TIO bisa normal atau meningkat, penurunan lapang pandang
(2 cardinal sign harus ada tapi minimal harus ada kelainan N II)
- PP: tonometry, pemeriksaan lapang pandang, funduskopi, gonioskopi)
- Th: medikamentosa (first line beta blocker timolol, analog prostaglandin latanaporost), laser
trabeculoplasty, trabekulektomi, glaucoma drainase device, siklodestruksi.
Glaukoma sudut tertutup
- Bersifat akut, subakut, atau kronik
- Terjadinya blok aliran aqueous humor sebelum mencapai trabecular meshwork ec iris bombe
(kontak iris perifer)
- COA dangkal
- Dapat dipicu penggunaan obat-obatan dengan efek antikolinergik/simpatomimetik seperti
atropine, antidepresan, bronkodilator inhalasi, dekongestan hidung
- GK: penurunan visus mendadak, disertai nyeri, penurunan lap. Pandang
- Pemeriksaan: peningkatan TIO, COA dangkal, kornea keruh, pupil dilatasi sedang dan reflek
lambat, sudut tertutup, lensa; subkapsul opacity (glaucoma flecken), optic disk mungkin normal
atau hiperemi selama serangan
- Th; Medikamentosa maksimal dan sesegera mungkin
 Asetazolamid 500 mg IV/oral
 Topical aqueous supresant
 Pilokarpin 1-2% tiap 30 menit
 Hiperosmotik agent
 Kortikosteroid topical
- Tanda serangan berhenti; sudut terbuka, pupil mengecil, penurunan TIO, nyeri berkurang
- Setelah terkontrol: iridotomy (laser lebih baik) perifer untuk membentuk hubungan permanen
antara cop dan coa sehingga kekambuhan iris bombe dapat dicegah.
b. Glaucoma sekunder (misalnya karena glaucoma fakolitik, glaucoma fakomorfik)
c. Glaucoma kongenital
d. Glaucoma absolut

3. Pemeriksan penunjang glaucoma


a. Tonometry
- Untuk mengukur TIO (N 10-24 mmHg, glaucoma bisa 40-80 mmHg terutama sudut tertutup)
- Tonometry aplanasi goldman>> diletakkan di slitlamp
- Tonometry schlotz>> portable, mengukur identasi kornea yang ditimbulkan oleh beban tertentu,
teteskan pantocain 2% terlebih dahulu sebelum digunakan
- Tonometry Perkin & Tonopen>> untuk permukaan kornea yang ireguler dan dapat digunakan
walaupun terdapat lensa kontak
b. Funduskopi
- Menggunakan opth. Direk dan indirek
- Pada glaucoma terlihat: perdarahan peripapiler, kelainan papil saraf optic (pembesaran cup yang
konsentrik, saraf optic pucak, menggaung), kelainan serabut retina, serat yang pucat/atropi akan
berwarna hijau
c. Pemeriksaan lap. Pandang berupa tes konfrontasi dan perimetri goldman
d. Gonioskopi
- Periksa sudut coa: apabilah hanya garis Schwalbe/sebagian kecil dari jalin trabekula>> dikatakan
sudut sempit. Apabila garis Schwalbe tidak terlihat>> sudut tertutup
e. Pachymetry; melihat ketebalan kornea yang merupakan salah satu factor resiko glaucoma

4. Macam-macam obat-obatan glaucoma


a. Menghambat pembentukan aqueous humor
1) Beta blocker; contohnya timolol 0,25%, 0,5% dosis 4x/hari, bersifat non selektif, dan
betaxolol 0,25% dosis 2x/hari, selektif
2) Beta-2 adrenergik agonists;
- Menghambat sekresi aqueous humor tanpa menimbulkan efek pada ekskresi
- Contoh obat; apraclonidine 0,5%, brimonidine tartrate 0,2% dosis 2-3x/hari
3) Adrenergic agonist; epinefrin, dipinefrin
4) Penghambat anhydrase karbonat; asetazolamid dosis 4x125-250 mg/hari peroral
b. Meningkatkan ekskresi aqueous humor
1) Analog prostaglandin (termasuk first line, meningkatan aliran aqueous humor melalui
uveosklera); latanaprost 0,005%, bimatoprost 0,003%, traroprost 0,004%, masing-masing
dipakai 1x/hari di malam hari
2) Parasimpatomimetik; pilokarpin 0,2-10% dosis 2-4x/hari. Fungsinya untuk meningkatkan
aliran trabecular sehingga menurunkan TIO melalui kontraksi otot siliaris >> menarik scleral
spur >> anyaman trabekula meregang >> jalur aqueous terbuka >> peningkatan ekskresi
c. Penurunan volume vitreus
1) Obat hiperosmotik: mengubah darah menjadi hipertonik sehingga air tertarik keluar dari
vitreus >> penciutan vitreus >> menurunkan produksi aqueous humor. Bermanfaat untuk
glaucoma sudut tertutup
d. Miotik, midriatik, sikloplegik: untuk kasus penutupan sudut yang disebabkan pergerakan lensa ke
anterior
Tumor

Salah satu ciri adanya tumor pada mata (tidak selalu) adalah proptosis. Proptosis atau penonjolan
abnormal pada salah satu atau kedua bola mata dapat disebabkan oleh:

Bilateral Unilateral
Anak-anak - Neuroblastoma - Hemangioma
- Meningokel - Limfangioma
- Leukemia - Galioma
- Selulitis orbita - Trauma kelahiran
Dewasa - Limfoma - Tumor kelenjar lakrimal
- Metastasis Ca - hemangioma
- Graves’s disease - Kelainan sinus
- Fistula sinus kavernosus

Salah satu instrument pemeriksaan yang pengukuran dengan Hertel. Bila terdapat perbedaan
penonjolan antara kedua mata > 3 mm >> eksoftalmus

Arah proptosis juga dapat menggambarkan lokasi massa:

- Perubahan arah ke atas : tumor sinus maksila


- Perubahan arah medial & bawah : Kista dermoid dan tumor glandula lakrimal
- Perubahan arah lateral & bawah : karsinoma sinus dan abses osteoma

Pemeriksaan penunjang untuk tumor:

- Foto kepala dan sinus paranasal:


 adanya kalsifikasi orbita pada anak>> curiga retinoblastoma, hemangioma
 adanya lesi lisis/kistik tulang kepala>> metastase karsinoma
- USG; untuk melihat daerah posterior orbita/periorbita
- CT scan; terbaik karena menggambarkan ketebalan, lokasi, dan perluasan masa

1. Tumor jinak palpebra

a. Nevus/tahi lalat
- Jarang menjadi ganas, dapat dihilangkan dengan eksisi
b. Xanthelasma
- Kelainan pada permukaan anterior palpebra, biasanya bilateral di kedua sudut dalam mata
berupa plak kekuningan di dalam kulit palpebra.
- Sering pada orang lanjut usia
- Berhubungan dengan hiperlipidemia dan DM
- Th; control hiperlipidemia, operasi (kosmetik)
c. Hemangioma
- Proliferasi pembuluh darah abnormal akibat angiogenesis
- Tumor vascular kongenital paling umum di palpebra (nevus strawberry)
- Timbul segera setelah lahir, cepat, dan dapat berinvolusi spontan jelang usia 7 tahun
- Th; observasi, dipertimbangkan jika telah menghalangi sumbu penglihatan
d. Veruka
- Nodul hiperkeratotik papilomatosa yang disebabkan oleh virus kutil (papovirus)
- Lokasi: margo palpebra, berlobus, bertambah besar
- Th; eksisi, kauterisasi

2. Tumor ganas palpebra


a. Karsinoma sel basal (basalioma)
- Asal: sel epitel kulit
- Bersifat local destruktif
- Lokasi: palpebra superior dan inferior, kantus internus dan eksternus
- Jarang bermetastase
- Klasifikasi: tipe nodular, multisentrik, morphea, ulserativa
- Th; non bedah>> radioterapi, kemoterapi, interferon
- Bedah>> fresh frozen excision, bedah mikrograf cara Motts, bedah dengan laser CO2, eksisi
tanpa potong beku
- Jika terbatas pada adnexa eksisi 3-5 mm batas makroskopis
- Jika invasi orbita eksentrasi dan radioterapi
- Invasi intracranial>> konsul bedah saraf
b. Karsinoma sel squamosa
- Lokasi; kelopak mata, konjungtiva
- Berupa papilloma, berbenjol-benjol, ulserasi
- Invasi intraokuler, orbita >> metastase KGB regional/jauh
- Th; eksisi (terbatas kelopak mata, 6-7 mm batas makroskopis), enukleasi, eksentrasi, debulking
- Invasi orbita tanpa KGB: eksentrasi+radioterapi, dengan pembesaran KGB:
eksentrasi+radioterapi+diseksi KGB regional
- Invasi intrakrania; konsul bedah sarah
- Metastase jauh; sitostatik
- Konj. Bulbi: 1-2 mm (eksisi dan krioterapi), 2-5 mm (enukleasi bulbi), >5 mm (eksentrasi)

c. Karsinoma kelenjar sebasea


- Paling sering pada kelenjar meibom dan zeis
- Mirip lesi peradangan jinak (kalazion) tapi agresif; invasi ke orbita, limfatik, dan metastasis
- Dx>>Biopsi
d. Melanoma maligna
- Histopatologi sama dengan melanoma tempat lain
- Dx>>Biopsi

3. Tumor jinak intraokuler


a. Nevus
b. Angioma retina
c. Hemangioma koroid
4. Tumor ganas intraokuler
a. Melanoma ganas
b. retinoblastoma
Hemangioma

- Merupakan proliferasi pembuluh darah yang abnormal dan dapat terjadi pada setiap pembuluh
darah
- Muncul segera setelah lahir dan bisa berinvolusi sendiri dalam beberapa bulan
- Klasifikasi:
1) Hemangioma kapiler; berada pada superfisial kulit (epidermis), cepat tumbuh, dan
sering berinvolusi spontan tanpa bekas
2) Hemangioma kavernosa; berada di kulit lebih dalam (dermis-subkutis), mengubah kulit
sekitarnya, berinvolusi dengan meninggalkan bekas
- Pp: USG doppler
- Komplikasi: perdarahan, nyeri, ulkus, amblyopia (jika axis penglihatan terganggu), astigmatisme
- Th: observasi, eksisi local, kortikosteroid (prednisone 20-30 mg/d selama 2-3 minggu, injeksi>> h.
kavernosa)

Jenis operasi pengangkatan bola mata

- Enukleasi : pengangkatan bola mata, dan sebagian N II anterior, dengan usaha mempertahankan
konjungtiva, kapsula tenon, serta otot-otot ekstraokuler
- Eviserasi : pengangkatan isi bola mata (lensa, uvea, vitreus, retina) dengan meninggalkan sklera,
otot-otot ekstraokuler, dan N II intak
- Eksenterasi : pengangkatan bola mata beserta jaringan lunak orbita (kelopak mata, konjungtiva,
dan area periorbita. Eksenterasi subtotal : mencakup pengangkatan bola mata, konjungtiva,
otot-otot ekstraokuler, tanpa dilakukan diseksi subperiosteal

Diplopia

- Penglihatan ganda, pasien melihat 2 tampilan dari objek


- 2 macam; d. monokuler (terjadi ketika satu mata ditutup, karena astig, kekeruhan media
refraksi) dan d. binokuler (terjadi ketika kedua mata terbuka, akibat ketidaksejajaran mata yang
disebabkan oleh gangguan pada saraf, otot, atau persimpangan otot, saraf, dan tulang sekitar
mata).

Tumor pada N II

a. Pada ujung kepala N II, ex melanocytoma (jinak, adanya tumor pigmen melanin di cup disk, bisa
melebar ke retina), peripapillary choroidal melanoma, hemangioma
b. Pada retrobulbar N II, ex glioma/astrocytoma, meningioma
Glioma:
- Bisa terdapat pada sepanjang jaras visual, termasuk diskus optic
- Berhubungan dengan neurofibromatosis/NF 1
- Muncul pada decade pertama kehidupan

Meningioma:

- Meningioma pembungkus N II primer berasal dari pembungkus arachnoid N II, dapat merusak
saraf, menyebar ke durameter
- Meningioma orbital sekunder: menyebar ke orbita dari intracranial
Katarak

Katarak merupakan penyakit mata berupa kekeruhan pada lensa

1. Klasifikasi katarak

Morfologi maturitas Usia


Katarak kapsular K. insipien K. kongenital (lahir - <1
Kekeruhan mulai dari tepi tahun)
ekuator menuju korteks
anterior dan posterior (k.
kortikal)
Menimbulkan polyopia
karena indeks refraksi tidak
sama pada seluruh bagian
lensa
Iris shadow (-)
K. subcapsular/kupuliformis K. imatur K. juvenile
- Pada korteks dekat kapsul - Kekeruhan sebagian - Terjadi di atas usia 1
posterior bagian central lensa tahun
- Gangguan penglihatan - Volume lensa bertambah
karena melibatkan axis - Bila lensa menyerap air >
penglihatan intumesen > lensa
- Gangguan penglihatan menjadi bengkak >
terutama pada cahaya artifisial myopia >
terang mendorong iris > COA
dangkal > glaucoma
fakomorfik
- Iris shadow (+)
K. kortikal/kuneiformis K. matur K. senilis
- Penyerapan air meningkat - Kekeruhan seluruh lensa - Kekeruhan lensa terjadi
> lensa cembung > - Ukuran lensa kembali pada usia >50 tahun
miopisasi normal (COA normal) - Penyebab pasti belum
- Bentuk kuneiformis, - Deposit ion Ca > diketahui
koronal pengapuran > lensa - Terjadi proses
sangat putih kondensasi normal
- Iris shadow (-) dalam nucleus lensa
K. nuclear K. hipermatur sehingga menyebabkan
- Nucleus makin besar, - Protein di korteks lensa terjadi “sclerosis
sklerotik mencair > cairan lensa nuclear” setelah usia
- Putih kekuningan > coklat bisa keluar dari kapsul > pertengahan
> hitam katarak nigra lensa mengerut
(Brunesen nuclear - Bila korteks cukup tebal >
cataract) nucleus terbenam dalam
K. lamellar korteks lensa > katarak
K. sutural Morgagni
- Iris shadow (+)
- Komplikasi; Glaucoma
fakolitik, uveitis fakolitik
Gejala Klinis:

- Silau, susah melihat pada cahaya terang


- Halo berwarna
- Pandangan berkabut (biasanya gejala awal)
- Penurunan visus, terutama pada kekeruhan yang menganggu axis penglihatan

Pemeriksaan katarak:

- Pemeriksaan visus
- Iluminasi oblik; melihat warna lensa melalui pupil
- Iris shadow test; makin keruh lensa makin sedikit bayangan iris yang terbentuk (begitu
sebaliknya). Jernih atau keruh total tidak ada bayangan iris.
- Oftamolskop direk/indirek; N reflex fundus warna merah kekuningan, keruh parsial >> bayangan
hitam
- Slit lamp dengan pupil didilatasi dengan agen midriatik; memberikan gambaran morfologi
kekeruhan (lokasi, ukuran, bentuk, warna, kepadatan nucleus

2. Operasi katarak

Indikasi:

- Indikasi visus
- Indikasi medis, misal lens induced glaucoma, endoftalmitis fakoanafilaktik, ablasio retina,
retinopati diabetikum
- Indikasi kosmetik, biasanya pada katarak matur untuk mendapatkan pupil hitam

Jenis-jenis operasi katarak

a. Phacoemulsification
- Paling sering digunakan, menggunakan vibrator ultrasonic untuk menghancurkan nucleus yang
keras hingga substansinya bisa diaspirasi melalui insisi ukuran 3 mm >> bisa insersi IOL foldable.
Bila IOL kaku insisi dilebarkan hingga 5 mm
- Indikasi: pasien 40-50 tahun, COA dalam, pupil dapat dilebarkan hingga 7 mm, tidak ada
penyakit endotel
- Keuntungan; kondisi intraoperasi terkendali, tidak memerlukan penjahitan, perbaikan luka
cepat, mengurangi peradangan IOL paska operasi

b. ECCE
- Mengeluarkan isi lensa (katarak kortikal dan nuclear) melalui kapsul anterior dengan
mempertahankan kapsul posterior
- Indikasi: katarak imatur, matur yang nukelusnya keras sehingga sulit dilakukan phaco
- Insisi kornea 5-6 mm>> penyembuhan lebih cepat
- Kapsul posterior utuh>> tempat meletakkan IOL
- Komplikasi: rupture kapsul posterior, prolapse vitreus, hifema, peningkatan TIO, endoftalmitis,
katarak sekunder

c. ICCE
- Mengeluarkan insi lensa + dengan kapsul lensa
- Bermanfaat pada kasus tidak stabil, katarak intumesen hipermatur, katarak luksasi dan terutama
pada kasus kelemahan zonula zinii (biasanya marfan syndrome)
- Kontraindikasi, absolut; anak, dewasa muda, rupture kapsul akibat trauma
- Kontraindikasi, relative; myopia tinggi, katarak morgagni/hipermatur
- Insisi luas, penyembuhan lama, cendrung menyebabkan astigmat, inkarserasi iris dan vitreus
- Komplikasi intraop; trauma endotel kornea
- Komplikasi paskaop; cystoid macular edema (CME), edema kornea, prolapse vitreus,
endfotalmitis

Follow up pasien pos operasi katarak;

- Pada operasi dengan insisi kecil bisa 1 day care


- Anjuran setelah operasi bergerak berhati-hati, menghindari peregangan, menghindari
mengangkat berat selama sekitar 1 bulan
- Follow up:
 Kunjungan I : 24-48 jam pos op, mengatasi komplikasi dini seperti kebocoran
luka, peningkatan TIO, edema kornea, dan tanda-tanda paradangan
 Kunjungan II : 4-7 hari jika tidak ada masalah setelah kunjungan I. biasanya untuk
mengatasi endoftalmitis yang sering terjadi seminggu postoperasi
 Kunjungan III :sesuai dengan kebutuhan pasien, tujuannya untuk memberi
kacamata terbaik
Infeksi

1. Hifema

Hifema adalah suatu kondisi patologis dimana terdapat sel darah merah di coa. Umumnya hal ini
dikarenakan terjadi perdarahan pada sirkulus arteri iris mayor (anastomosis a. ciliaris ant dengan a.
ciliaris posterior long), sirkulus arteri iris minor (lingkaran arteri dekat pupil pada iris)

Klasifikasi hifema:

- Hifema traumatic; Tersering, akibat trauma pada bola mata


- Hifema iatrogenic; akibat komplikasi tindakan medis seperti pembedahan intra-postoperative
- Hifema spontan; akibat adanya proses neovaskularisasi, neoplasma, gangguan hematologic

Gejala klinis:

- Trauma pada mata


- Nyeri pada mata
- Sakit kepala
- Fotofobia
- Penurunan tajm penglihatan

Derajat hifema:

- Pseudohifema : bintik darah, bisa dilihat pada slit lamp saja


- 1 : mengisi <1/3 coa
- 2 : mengisi 1/3-1/2 coa
- 3 : mengisi 1/2-hampir total coa
- 4 : total mengisi coa

Komplikasi

- Atrofi optic
- Corneal blood staining (deposisi hb dan hemosiderin pada struma kornea, bisa hilang namun
bertahun-tahun)
- Glaucoma traumatic
- Sinekia anterior (bila >9 hari)
- Sinekia posterior

Terapi:

- Bed rest dengan kepala elevasi 30-45°. Tujuannya agar darah tidak menghalangi axis
penglihatan, mempermudah evaluasi hifema tiap hari, dan merupakan posisi optima mencegah
sel darah merah berkontak dengan kornea
- Penutupan mata dengan eye patch (pada anak tidak dilakukan)
- Memberikan sedasi pada pasien yang tidak kooperatif/pediatrik
- Analgetik; pct, kodein (nyeri berat), hindari NSAID yang dapat picu perdarahan
- Pencegahan komplikasi, misal glaucoma traumatic dengan memberikan timolol, latanoprost
- Sikloplegik; SA 1% 2x1 gtt untuk menstabilkan blood aqueous barrier, mengistirahatkan iris, dan
mencegah sinekia
- Indikasi bedah:
 corneal blood staining
 riw. Kelainan pembuluh darah dengan TIO>24 mmHg selama >24jam
 hifema derajat 3-4 selama 9 hari (mencegah terjadi sinekia)
 hifema total dengan TIO >50mmHg selama 5 hari
 hifema total atau lebih 75% dengan TIO >25 mmHg selama >6 hari meskipun telah dapat
terapi maksimal

2. tear film (lapisan air mata)

tear film terdiri atas 3 lapis:

- superfisial (lipid); dihasilkan oleh kelenjar meibom dan sebasea. Fungsi: mencegah evaporasi
- middle (aquos); dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis utama + tambahan (Krause dan wolfring).
Fungsi: pengambilan oksigen untuk metabolisme kornea
- lower (musin); dihasil sel-sel goblet konjungtiva. Fungsi: untuk membasahi epitel

fungsi tear film:

- sebagai media optic


- melindungi permukaan mata dari benda asing
- sumber oksigen untuk epitel kornea dan konjungtiva
- pelumas antara kelopak mata dan permukaan mata
- efek entibakteri
- membuang debris dan sel-sel yang mengalami deskuamasi
3. trauma kimia pada mata

terbagi atas dua: trauma asam dan trauma basa

a. trauma asam

Sesuai Namanya, disebabkan oleh zat yang bersifat asam dengan pH <7, menyebabkan kerusakan
jaringan yang hampir selalu terlokalisir.

Patofis: Asam cendrung berikatan dengan protein>> kerusakan protein plasma sebagai barrier
namun terlokalisir, kecuali pada jenis asam lemah asam hidroflorida yang dengan cepat menembus
membrane sel.

Th;

- pemeriksaan cepat uji lakmus


- irigasi sesegea mungkin dengan garam fisiologis atau air bersih selama 15-30 menit (beri
pantocain 2 tetes terlebih dahulu)
- bersihkan sisa zat kimia di forniks konjungtiva dengan kapas lidi
- anastesi topical bila blefarospasme berat
- antibiotic bila perlu

biasanya trauma asam dapat sembuh sempurna tanpa menimbulkan penurunan tajam penglihatan

b. trauma basa

Sesuai Namanya, disebabkan oleh zat yang bersifat basa, seperti semen, soda kuat, ammonia, NaOH,
CaOH, dan beberapa cairan pembersih rumah tangga

Patofis: kerusakan massif karena alkali dapat menembus cepat ke kornea, coa, lensa, sampai lapisan
retina dengan efek saponifikasi (penyabunan) disertai dengan gangguan penyembuhan sel (dapat
berlanjut menjadi ulkus/perforasi)

Derajat trauma basa:

 derajat I : erosi epitel kornea (+). Prognosis baik


 derajat II : terdapat kekeruhan kornea, iskema <1/3 limbus. Prognosis baik
 derajat III : Kekeruhan kornea sehingga sulit melihat iris dan pupil secara jelas, iskemia 1/3
-1/2 limbus disertai necrosis ringan kornea dan konjungtiva. Prognosis kurang
 derajat IV : kekeruhan kornea yang massif, pupil sulit dinilai, iskemia >1/2 limbus, sklera
dan konjungtiva pucat. Prognosis buruk.

Th:

- pemeriksaan cepat dengan kertas lakmus


- irigasi dengan garam fisiologis selama mungkin (2000 cc selama 30 menit). Jika penyebab CaOH
beri EDTA (bereaksi dengan basa di jaringan
- AB untuk mencegah infeksi
- Sikloplegik untuk istirahatkan iris
- Antiglaucoma untuk mencegah glaucoma sekunder
- Steroid selama 7 hari pertama
- Kolagenase inhibitor (sistein) selama 1 minggu>> untuk menghilangkan efek kolagenase
- Vitamin C>> membentuk jaringan kolagen
- Artificial tear film
- Bebat perban pada mata
- Operasi keratoplasty>> bila kekeruhan kornea menganggu penglihatan

4. Konjungtivitis

Konjungtivitis Overview Etiologi GK Pemeriksaan/ Terapi


diagnosis
Gonore - Infeksi N gonore 3 stadium: - Pemeriksaan - Rawat isolasi
terjadi - Infiltratif (1- sekret dgn - Periksa
segera 3d) metilen blue, pulasan
stlah Secret serosa, bs ditemukan konjungtiva
lahir berdarah, edema diplokokus sekali dua
melalui dan hiperemis dalam sel hari
pervagin palpebra, injeksi leukosit - AB sistemik:
am konjungtiva, - Pewarnaan penisilin G
- Mengen blefarospasm, gram>>gram 50k:100k
ai kedua pseudomembran, negative IU/ug/d
mata demam, kel. - Pewarnaan selama 7 hari
Periaurikuler giemsa - Secret
- Supuratif/ dibersihkan
purulent (2- dengan kapas
3w) basah setiap
Secret sangat ¼ jam, irigasi
purulent, dengan
proyektil, larutan
berdarah fisiologis
- Konvalesen/ hangat
penyembuha - AB tetes mata
n (2-3w) seperti
Gejala mulai penisilin
berkurang setiap jam
- Bila
pemeriksaan
kuman 3x
berturut-
turut (-):
pasien dpt
dpulangkan
- Org tua
dikonsulkan
ke Sp.DV
AB sistemik:
penisilin prokain
IM dosis tunggal
50k IU/kgBB
selama 5 hari
Neonatal - Infeksi Chlamydi Kurang lebih mirp Pulasan - Isolasi
Inclusion terjadi a k. gonore konjungtiva - AB sistemik:
melalui dengan giemsa eritromisin 50
persalina didapatkan badan mg/kgBB/d
n inklusi, seperti dibagi 4 dosis
spontan trakoma - AB topical:
eritromisin/te
trasiklin salf
setelah secret
dibersihkan
dahulu
- Daerah
endemic chl:
preventif dgn
eritromisin
salf drpd
larutan crede
- Ortu
konsulkan ke
Sp.DV
Chemical C. Biasanya Larutan - Mata berair - Bilas segera
Neonatorum terjadi CREDE - Edema - Beri artifisial
setelah palpebra/konj tear
pemakaian - Secret serosa - AB bila ada
larutan - Injeksi konj. infeksi
CREDE untuk - Injeksi siliar sekunder
profilak - Membran/
konj.GO pseudomemb
ran
Keratokonjun Sindrom Def tear - Sensasi Histopatologis: - Artificial tear
gtivitis Sika mata kering film tergores - Bintik-bintik film
akibat (scratchy) kering pada - Sesuai
defisiensi - Sensasi epitel kornea penyebab
tear film terbakar & konjungtiva defisiensi tear
- Gatal - Hilangnya sel film
- Mata merah goblet konj
- Fotosensitif - Pembentukan
- Nyeri dan filamen
sulit - Pembesaran
menggerakan abnormal sel
palpebra epitel non
goblet
- Peningkatan
stratifikasi sel
& keratinisasi

PP:
- Break up
time test
Mengukur
lamanya pecah
tear film (N>10 s)
- Schemer test
Mengukur jumlah
air mata dengan
membasahi
kertas isap yang
ditempatkan
dipinggir margo
inferior selama 5
menit (N>10 mm)
- Ferning test
Menilai kualitas
air mata,
diperiksa di
bawah mikroskop
(N tampak
percabangan
seperti
pohon/ferning.
Tidak N jika
percabangannya
berkurang)
- Fluroscein
test
Menilai defek
kornea
- Rose Benga &
Lissamine
green test
Mewarnai epitel
dan mucus musin
yang rusak

5. Kornea

Kornea merupakan jaringan/selaput jernih dan bening (avascular) pada bagian paling anterior mata.
Kornea terdiri dari 5 lapis:

- Epitel : 5-6 lapis, berbentuk kubus sampai gepeng, 10% dari ketebalan kornea
- Membran bowman : lapisan tipis yang terdiri dari serat kolagen yang kuat
- Stroma : 90% ketebalan kornea, kumpulan dari sel-sel yang membentuk jaringan
ikat yang kuat. Rusak dapat menimbulkan sikatrik
- Membrane Descemet: lapisan tipis kenyal, kuat, bening, barrier terhadap mikroorg dan vascular
- Endotel : satu lapis sel berbentuk kubus, tidak mempunyai kemampuan regenerasi
6. Uvea

Uvea merupakan jaringan intermediet mata yang terjadi atas:

- Iris
 Permukaan pipih dengan apertura di tengah (pupil)
 M. sfingter pupil (miosis)<< parasimpatis
 M. dilator pupil (midriasis)<< simpatis
- Corpus siliaris
 Pars plikata: permukaan berombak terdiri atas 2 lapis sel. Fungsi untuk sekresi aqueous
humor
 Pars plana: pipih, sedikit pembuluh darah
 Muskulus siliaris: longitudinal, sirkuler (kontraksi zonula zinii), radial (relaksasi zonula zinii)
- Koroid
 Terletak antara retina dan sklera seolah-olah sebagai bantalan bagi retina
 3 lapis pembuluh darah; besar, sedang, kecil
 Bagian dalam pembuluh darah; koriokapilaris
 Darah dari koroid dialirkan melalui vena vortikosa
 Antara koroid dan retina terdapat “blood retinal barrier”
 Antara koroid RPE terdapat membrana Bruch

Kelainan pada uvea:

- Inflamasi, infeksi, atau autoimun


- Tumor (primer/metastase)
- Kelainan kongenital/genetic
- Trauma mekanik tumpul/tajam
- Degenerasi jaringan

a. Uveitis (peradangan pada uvea)

Terbagi atas 4: u. anterior (iritis, siklitis, iridosiklitis), uveitis intermedia (pars palanitis), uveitis
posterior (coroidits), panuveitis. Penyebabnya: infeksi (virus, bakteri, jamur), parasite (TORCH, filaria,
larva cacing), reaksi imun).
1) Uveitis anterior
- Menimbulkan kelainan khas yang mudah dikenali dari luar
- Gejala klinis: gangguan visus, nyeri, silau karena kontraksi otot siliaris yang meradang
- Pemeriksaan:
 Injeksi siliar
 Edem kornea
 Kekeruhan di COA oleh protein-protein sel radang
 Keratic precipitate berupa bercak-bercak endapan produk radang di belakang
kornea/endotel kornea
 Pupil biasanya miosis
 Sinekia anterior dan/atau posterior
 floaters
 pupil ireguler karena sinekia posterior
 muddy iris
 hipopion
 peningkatan TIO karena; sumbatan sel radang di trabekula, penyempitan sudut
penempetan iris ke trabekula/kornea, iris bombe
 penurunan TIO karena gangguan sekresi aqueous akibat atrofi korpus siliaris yang kronis

2) Uveitis intermedia
- Mengenai vitreus anterior, basis vitreus (meliputi retina perifer, pars plana korpus siliaris)
- Sering dihubungkan dengan sarcoidosis, multiple sclerosis, TB (80% penyebab idiopatik)
- Pemeriksaan:
 [khas] Gumpalan eksudat di korpus anterior berupa bola salju/orang-orangan salju
(snowball, snowman)
 Oftalmoskop indirek; tampak bercak gelap dengan latar belakang kemerahan
- Komplikasi:
 Neovaskularisasi di daerah snowball beresiko pendarahan
 Kontraksi membrane yang melekat pada retina perifer beresiko menyebabkan rupture
retina
 Sinekia posterior yang kronis

3) Uveitis posterior
- Mengenai koroid, bisa meluas ke retina dan N II (neuro-koroido-retinitis)
- Gejala klinis: penurunan visus, floater, scotoma, metamorphosis (perubahan bentuk yang dilihat.
Kelainan tidak tampak dari luar
- Funduskopi: infiltrate local/difus di retina/koroid, kelainan vascular>> arteriolitis, flebitis,
neovaskularisasi retina/subretina

4) Panuveitis
- Uveitis yang radang secara difus, meluas
- Penyebab: infeksi bakteri> TB, leptospirosis, lepra
- Difus purulent>> endoftalmitis
- Rentan pada orang immunocompromise, konsumsi kortikosteroid jangka Panjang
Plaskti dan bedah rekonstruksi

1. Penampang palpebra

Konjungtiva (membrane tipis yang melapisi mata): k. palpebra, forniks, dan bulbi

4 jenis kelenzar yang terdapat pada palpebra:

- Meibom
 Kelenjar sebasea Panjang di dalam tarsus yang tidak berhubungan dengan folikel bulu
mata
 40 buah di palpebra superior, 20 buah di palpebra inferior
 Menghasilkan lapisan lipid untuk tear film
- Zeis
 Modifikasi kelenjar sebasea dengan ukuran lebih kecil, berhubungan dengan folikel bulu
mata
- Moll (kelenjar keringat/apokrin)
- Kelenjar lakrimal aksesoris (Krause & wolfring)
 Kelenjar tambahan untuk produksi air mata (kelenjar utama terdapat di
temporoanterosuperior palpebra)
 Struktur identic dengan kelenjar utama tetapi tidak memiliki ductus

Dalam kelopak mata terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar meibom di
dalamnya, bermuara pada margo palpebra. Tarsus ditahan oleh septum orbita
Septum orbita : jaringan fibrosa yang berasal dari rima orbita,membatasi isi orbita dengan
kelopak depan

Otot-otot yang melekat pada palpebra:

- M. orbicularis okuli
 Melingkar dalam kelopak mata
 Untuk menutup bola mata
 Dipersarafi N VII
- M. levator palpebra
 Origo anulus foramen orbita, insersi pada tarsus superior
 Menembus orbicularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah
 Untuk mengangkat palpebra
 Dipersarafi N III

2. Apparatus lakrimal

Unit sekresi (produksi air mata):

- Kelenjar lakrimal orbita (utama)


- Kelenjar aksesoris lakrimal (Krause & wolfring)

Uni ekskresi:

- Punvctum lakrimalis (sup & inf)


- Kanal lakrimalis (sup & inf)
- Sakus lakrimalis
- Ductus nasolakrimalis

3. Mekanisme sekresi dan ekskresi air mata


- Saat kelopak mata terbuka kanalikuli sup dan inf terisi air mata
- Ketika kelopak mata menutup saat berkedip, bagian media palpebra sekitar punctum meninggi,
air mata mengalir
- Kedua punctum (sup & inf) saling menutup, mencegah regurgitasi air mata
- Otot orbicularis okuli pretarsal berkontraksi ketika mata menutup, mendorong air mata ke sakus
lakrimal. Sedangkan kontraksi m. orbicularis okuli preseptal meregangkan sakus lakrimal
sehingga tercipta tekanan negative yang menarik air mata ke dalam sakus lakrimal
- Ketika kelopak mata membuka, relaksasi m. orbicularis, ciptakan tekanan positif di sakus
lakrimal, air mata terdorong ke ductus nasolacrimal hingga bermuara di meatus inferior.

Tes fungsi eksresi air mata : Anel test

- Mata di anastesi local menggunakan pantokain 2 tetes


- Dengan menggunakan spuit berisi cairan fisiologis (RL atau NaCl 0,9%) masukkan cairan tersebut
melalui punctum lakrimal inferior
- Pasien ditanyakan apakah merasakan sesuatu (pahit/asin), bila ada reaksi menelan berarti
ekskresi baik. Bila tidak ada berarti ada osbtruksi.

4. Kelainan pada system lakrimal

a. Gangguan kongenital system lakrimal


- Obstruksi ductus nasolacrimal: bisa temporary atau permanen
Th; AB tetes mata, pemijatan sakus lakrimal, probing

b. Infeksi system nasolacrimal


- Dakrioadenitis (radang kelenjar lakrimal)

Akut Kronis
- Penyebab pada anak-anak: komplikasi - Penyebab: TB, leukemia, trakoma
parotitis, infeksi EBV, campak, influenza (anak/dewasa)
- Penyebab pada dewasa: berhubungan - GK; mirip dengan akut namun tanpa nyeri
dengan gonore - Th AB atau tergantung penyebabnya
- Gk; nyeri, merah, edem, kadang
blefaroptosis
- Th; kompres hangat, AB sistemik, insisi
bila ada abses

- Dakriosistitis

Akut Kronis
- Penyebab pada anak-anak: H. influenza. - Penyebab: TB, lepra, trakoma, jamur,
Dewasa: S. aureus, S. beta hemolitikus atau lanjutan dari akut
- Gk; nyeri, merah, bengkak pada daerah - GK mirip tanpa rasa nyeri, bila sakus
sakus lakrimal, epifora, dan keluar secret ditekan keluar sekret mucoid
mukopurulen ketika sakus ditekan. - Th mirip dengan akut
Demam (+)
- Th; kompres hangat, AB sistemik dan
local, insisi bila abses
- Dakriosistorinostomi>> bila obstruksi
ductus nasolakrimal

c. Obstruksi atau stenosis ductus nasolacrimal


- Penyebab: kongenital (bayi), dakriolit atau dakriosistitis (dewasa)
- GK: epifora, blefaritis (peradangan kelopak mata akiba pajanan epifora)
- Th: irigasi probing, residif>> dakriosistorinostomi

5. Kelainan pada palpebra


a. Hordeolum
- Peradangan supuratif dari kelenjar meibom (H. interna), atau kelenjar zeiss & moll (H. eksterna)
- Penyebab; S. aureus
- GK; benjolan ke arah K. tarsal (H. interna) atau kulit kelopak (H. eksterna), merah, nyeri, bila
dipencet keluar secret purulent
- Th: kompres hangat+masase, AB local&sistemik, insisi bila ada fluktuasi, perbaiki hygiene
- Komplikasi: selulitis

b. Kalazion
- Peradangan granulomatosa kronik kelenjar meibom
- Penyebab: penyumbatan dengan infeksi ringan pada kelenjar meibom yang bersifat kronis
- GK: benjolan, tanpa nyeri, tidak hiperemis, pseudoptosis
- TH: kompres hangat+masase, AB local/sistemik, insisi/kuretase
- Bila berulang curiga keganasan

c. Blefaritis
- Radang tepi kelopak mata bersifat subakut/menahun

Blefaritis skuamosa Blefaritis ulserativa


- Sisik halus berwarna putih - Keropen kekuningan yang melekat pada
- Penebalan kelopak mata tepi palpebra
- Th: bersihkan tepi palpebra dengan - Bila keropeng dibuang terdapat ulkus
sampo bayi, AB lokal yang mudah berdarah
- Th: bersihkan tepi palpebran dengan
sampo bayi, AB local

ANOMALI
a. Entropion
- Palpebra melipat ke arah dalam, bulu mata jadi menggesek konjungtiva dan kornea
- Penyebab: mekanik, spasme m. orbicularis, sikatrik akibat trauma
- Th; bedah plastic

b. Ektropion
- Palpebra melipat ke arah luar sehingga terekspos>> meningkatkan resiko infeksi
- Th; bedah plastic

c. Trikiasis
- Bulu mata tumbuh ke arah dalam sehingga menggesek konjungtiva dan kornea>> radang
- Sering terjadi Bersama penyakit lain seperti trakoma, trauma kimia basa, sikatrikal pemfigoid
- GK; nyeri, kelilipan, mata merah, epifora, fotofobia
- Th; epilasi atau mencabut bulu mata yang salah tumbuh
- Komplikasi; erosi atau ulkus kornea
d. Lagophthalmos
- Palpebra tidak dapat menutup sempurna>> terdapat bagian konjungtiva-kornea yang selalu
terekspos>> resiko radang
- Penyebab: sikatrik yang menarik palpebra, ektropion, paralisis m. orbicularis, eksoftalmus goiter,
tumor retrobulbar
- Gk mata kering>> kongjutivitis-keratitis
- Th; mempertahan bola mata tetap basah dengan artificial tear film

e. Ptosis
- Kelopak mata atas tidak dapat diangkat sehingga celah kelopak mata lebih kecil dari normal
- Penyebab: ganggua m. levator palpebra, parese N III, jaringan penyokong kurang baik. Bisa
kongenital atau di dapat, unilateral atau bilateral (miastenia gravis), parsial atau total
- Th; bila monokuler>> segera, ancaman amblyopia. Operasi plastic; ringan (fasanella servat),
sedang (reseksi m. levator palpebra), berat (suspense otot frontalis, bisa dengan fascia lata

f. Koloboma
- Kelainan kongenital dimana sebagian palpebra tidak terbentuk
- Th; operasi plastic

g. Grave ophthalmology
- Masalah mata pada pasien grave’s diseases berupa eksoftalmus, proptosis, dan infeksi kornea
- GK; iritasi mata, dry eye, sensitive terhadap cahaya, penglihatan ganda. Tahap lanjut; mata
ssusah digerakkan, ulserasi kornea, penurunan visus
- Th; kompres dingin, artificial tear film, sunglasses, tidur dengan posisi kepala lebih tinggi
Ophtalmology Sosial

1. Kebutaan

Kriteria buta menurut WHO:

- Kategori 1 : visus <6/18


- Kategori 2 : visus <6/60
- Kategori 3 : buta; visus <3/60, lap pandang <10°
- Kategori 4 : buta; visus <1/60, lap pandang < 5°
- Kategori 5 : tidak ada persepsi cahaya

Buta menurut WHO: seseorang dengan visus <3/60 dengan koreksi maksimal

Definisi fungsional: berkurangnya penglihatan sehingga seseorang tidak mampu mandiri dalam
pekerjaan sehingga menyebabkan seseorang bergantung pada orang lain/alat bantu agar dapat
menjalani hidup.

2. Defisiensi vitamin A
- Dapat terjadi pada semua umur tetapi kelainan mata pada umumnya terjadi pada usia 6 bulan-4
tahun
- Penyebab>> primer : kurang asupan vitamin A dalam diet, sekunder : gangguan absorpsi di usus,
sirosis (dewasa)
- Def vit A >> keratinisasi >> xerosis konjungtiva >> bercak bitot >> xerosis kornea >> ulkus kornea
>> keratomalasia
- Klasifikasi def vit A menurut WHO:
 X1A : xerosis konjungtiva tanpa bercak bitot
 X1B : xerosis konjungtiva dengan bercak bitot
 X2 : xerosis kornea
 X3A : ulserasi kornea dengan keratomalasia <1/3 permukaan kornea
 X3B : ulserasi kornea dengan keratomalasia >1/3 permukaan kornea
- Gk: retardasi mental, gangguan perkembangan tubuh, apatis, kulit kering, keratinisasi mukosa,
rabun senja
- Fungsi vit A: membantu metabolisme sel-sel yang terdapat di lapisan paling luar retina,
mencegah pembentukan radikal bebas yang dapat merusak retina dan lensa
- Th def vit A: sesuai kausa
 Tablet vit A dosis tinggi (200.000 IU) secara berkala
 Fortifikasi makanan dengan vit A
 Penyuluhan gizi
- Beberapa penyebab def vit A menjadi endemic di suatu daerah:
 Padi digulir jadi beras (sedikit vit A)
 Pantangan/hal tabu makan makanan mengandung vit A
 Paceklik/rawan pangan
 Sarana pelayanan kesehatan sulit dijangkau
 Penyakit yang menyebabkan gangguan absorpsi di usus
3. Vision 2020 “the right to sight”
- merupakan joint program WHO dengan International Agency for the Prevention of Blindness
(IAPB)
- angka kebutaan di Indonesia sekitar 1,5%, tertinggi di asia tenggara, untuk mengatasi hal ini
pada tanggal 15 februari tahun 2000 ditandatangani program vision 2020 yang artinya
pemerintah bertanggung jawab memberikan hak bagi setiap warga negara untuk mendapatkan
penglihatan optimal pada tahun 2020 dengan salah satu indikatornya penurunan angka
kebutaan nasional.
- Pada tahun 2003, kemenkes dan perdami menyusun strategi nasional “penanggulangan
gangguan penglihatan dan kebutaan (PGPK) yang menjadi pedoman bagi program kesehatan
indra penglihatan oleh semua pihak baik pemerintah dan swasta
- Penyebab kebutaan di Indonesia (sesuai urutan)
Katarak – glaucoma – kelainan retina – kelainan refraksi – penyakit usia lanjut

Anda mungkin juga menyukai