Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

MATA KULIAH MANAJEMEN PENDIDIK DAN


TENAGA PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU : Prof.Dr. Slameto,M.Pd

WORKSHOP PENGEMBANGAN DIRI SEBAGAI UPAYA


PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU

Disusun oleh:

Hery Ridawati 942015015


WORKSHOP PENGEMBANGAN DIRI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN
PROFESIONALITAS GURU

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Profesi guru harus dihargai dan dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen. Hal ini dikarenakan guru merupakan tenaga profesional yang mempunyai
fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat penting dalam mencapai visi pendidikan 2025
yaitu menciptakan insan Indonesia cerdas dan kompetitif. Profesionalitas guru sering
dikaitkan dengan tiga faktor yang cukup penting, yaitu kompetensi guru, sertifikasi guru,
dan tunjangan profesi guru. Ketiga faktor tersebut merupakan latar yang disinyalir
berkaitan erat dengan kualitas pendidikan. Guru profesional yang dibuktikan dengan
kompetensi yang dimilikinya akan mendorong terwujudnya proses dan produk kinerja
yang dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan. Guru kompeten dapat dibuktikan
dengan perolehan sertifikasi guru berikut tunjangan profesi yang memadai menurut ukuran
Indonesia. Sekarang ini, terdapat sejumlah guru yang telah tersertifikasi, akan
tersertifikasi, telah memperoleh tunjangan profesi, dan akan memperoleh tunjangan
profesi. Fakta bahwa guru telah tersertifikasi merupakan dasar asumsi yang kuat, bahwa
guru telah memiliki kompetensi. Kompetensi guru tersebut mencakup empat jenis, yaitu
(1) kompetensi pedagogi (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi sosial, dan (4)
kompetensi kepribadian.
Persoalan yang muncul kemudian, bahwa guru yang diasumsikan telah memiliki
kompetensi yang hanya berlandaskan pada asumsi bahwa mereka telah tersertifikasi,
tampaknya dalam jangka panjang sulit untuk dapat dipertanggungjawabkan secara
akademik. Bukti tersertifikasinya para guru adalah kondisi sekarang, yang secara umum
merupakan kualitas sumber daya guru sesaat setelah sertifikasi. Oleh karena sertifikasi erat
kaitannya dengan proses belajar, maka sertifikasi tidak bisa diasumsikan mencerminkan
kompetensi yang unggul sepanjang hayat. Pasca sertifikasi seyogyanya merupakan
tonggak awal bagi guru untuk selalu meningkatkan kompetensi dengan cara belajar
sepanjang hayat. Untuk memfasilitasi peningkatan kompetensi guru, diperlukan
manajemen pengembangan kompetensi guru. Hal ini perlu dipikirkan oleh berbagai pihak
yang berkepentingan, karena peningkatan kompetensi guru merupakan indikator
peningkatan profesionalitas guru itu sendiri.
Salah satu bentuk aktualisasi tugas guru sebagai tenaga profesional adalah
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Undang Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Undang-undang
dan peraturan pemerintah ini diharapkan dapat memfasilitasi guru untuk selalu
mengembangkan keprofesiannya secara berkelanjutan. Pelaksanaan program
pengembangan keprofesian berkelanjutan ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi
pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
masa depan yang berkaitan dengan profesinya sebagai guru.
Sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya, pengembangan keprofesian berkelanjutan merupakan salah satu unsur
utama yang diberikan angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru.
Pelaksanaan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan diharapkan dapat
menciptakan guru profesional, bukan hanya sekedar memiliki ilmu pengetahuan yang luas,
tetapi juga memiliki kepribadian yang matang. Dengan demikian, guru mampu
menumbuhkembangkan minat dan bakat peserta didik sesuai dengan bidangnya dalam
menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Sehingga guru sebagai pembelajar abad
21 mampu mengikuti perkembangan ilmu dalam bidangnya dan dapat memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan standar kompetensi yang harus
dimiliki peserta didik. Guru tidak selayaknya bekerja seperti era sebelumnya, melainkan
harus menunjukkan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi. Setiap kinerjanya harus
dapat dipertanggung jawabkan baik secara publik maupun akademik. Untuk itu ia harus
memiliki landasan teoretik atau keilmuan yang mapan dalam melaksanakan tugas
mengajar maupun membimbing peserta didik.
Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru sudah pasti akan berhadapan dengan
berbagai persoalan baik menyangkut peserta didik, sarana prasarana sekolah, maupun
metode pembelajaran. Sebagai seorang profesional, guru harus mampu
membuat keputusan profesional yang didasarkan pada data sekaligus teori yang akurat.
Selain itu guru juga harus melakukan peningkatan mutu pembelajaran secara terus
menerus agar prestasi belajar peserta didik optimal. Untuk mewujudkan hal tersebut guru
harus dibekali dengan kemampuan meneliti, khususnya Penelitian Tindakan Kelas.

B. Rumusan masalah
Berkaitan dengan latar belakang masalah di atas, dapat di uraikan permasalahan
sebagai berikut :
1) Apa bentuk pengembangan keprofesian berkelanjutan yang diharapkan dapat
meningkatkan profesionalisme guru ?
2) Bagaimana prosedur Penelitian Tindakan kelas ?

C. Tujuan
Berbagai hal bisa dilakukan oleh seorang guru untuk dapat meningkatkan
profesionalismenya. Menurut Permeneg PAN dan RB no 16 tahun 2009, seorang guru
dapat melakukan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan melalui tiga
komponen yaitu: 1) melaksanakan pengembangan diri, 2) malakukan publikasi ilmiah dan
3) menemukan dan menciptakan karya-karya innovatif.
Kegiatan pengembangan diri bisa dilakukan melalui dua kegiatan yaitu diklat fungsional
dan kegiatan kolektif guru. Seorang guru yang melaksanakan pengembangan diri atau
kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan lainnya disamping akan dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sebagai seorang guru, juga mendapat
penghargaan angka kredit yang dapat diperhitungkan untuk perkembangan kariernya untuk
naik pangkat. Berdasarkan paparan di atas, pengembangan diri dilakukan oleh penulis
dengan tujuan:
1. Penulis dapat menguasai konsep serta prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
sehingga mampu dalam merencanakan, melaksanakan, dan menyusun laporan
PTK.
2. Mengumpulkan angka kredit yang disyaratkan untuk kenaikan pangkat/jabatan
setingkat lebih tinggi.

C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan pengembangan diri ini antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Peserta Didik, akan memperoleh jaminan pelayanan dan pengalaman belajar
yang lebih efektif.
2. Bagi Guru, dapat memenuhi standar dan mengembangkan kompetensinya sehingga
mampu melaksanakan tugas-tugas utamanya secara efektif sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik untuk menghadapi kehidupan di masa datang.
3. Bagi Sekolah/Madrasah, akan mampu memberikan layanan pendidikan yang
berkualitaskepada peserta didik.
4. Bagi Orang Tua/Masyarakat, akan memperoleh jaminan bahwa anak mereka
mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas dan pengalaman belajar yang
efektif.
5. Bagi Pemerintah, akan memberikan jaminan kepada masyarakat tentang layanan
pendidikan yang berkualitas dan profesional
BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Hakekat Profesionalitas Guru

Profesionalisme merupakan sikap professional yang berarti melakukan sesuatu


sebagai pekerjaan pokok sebagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang atau
sebagai hoby belaka. Seorang professional mempunyai kebermaknaan ahli (expert)
dengan pengetahuan yang dimiliki dalam melayani pekerjaannya. Setiap orang yang
berprofesi sebagai pengajar pasti ingin menjadi guru yang professional. Guru yang baik
akan mampu membuat siswa menikmati kegiatan belajar disekolah.
Profesi guru mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam dunia
pendidikan. Profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan segala
daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan
kepada masyarakat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka profesionalisasi
guru merupakan suatu keharusan. Pengembangan profesionalisme guru dimaksudkan
untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan kompetensi guru dalam memecahkan
masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu
hasil belajar siswa.
Profesionalitas berakar pada kata profesi yang berarti pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian. Profesionalitas itu sendiri dapat berarti mutu, kualitas, dan tindak
tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional. Profesionalitas guru
dapat berarti guru yang profesional, yaitu seorang guru yang mampu merencanakan
program belajar mengajar, melaksanakan dan memimpin Proses Belajar Mengajar, menilai
kemajuan Proses Belajar Mengajar dan memanfaatkan hasil penilaian kemajuan belajar
mengajar dan informasi lainnya dalam penyempurnaan Proses Belajar Mengajar
(Sahabuddin,1993:6). Dalam bidang profesi, seorang guru profesional berfungsi untuk
mengajar, mendidik, melatih, dan melaksanakan penelitian masalah-masalah  pendidikan.
Dalam bidang kemanusiaan, guru profesional berfungsi sebagai pengganti orang tua
khususnya dalam bidang peningkatan kemampuan intelektual peserta didik. Guru
profesional menjadi fasilitator untuk membantu peserta didik mentransformasikan potensi
yang dimiliki peserta didik menjadi kemampuan serta keterampilan yang berkembang dan
bermanfaat bagi kemanusiaan. Ada 10 kompetensi profesional guru yang dikutip Samana :
1)Guru dituntut mengusai bahan ajar;2) Guru mampu mengelola kelas;3) Guru mampu
mengunakan media dan sumber pengajaran;4) Guru menghargai landasan-landasan
pendidikan;5)  Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar;6) Guru mampu menilai
prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran;7) Guru mampu menilai prestasi siswa untuk
kepentingan pengajaran;8)Guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan;9)Guru mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah;10) Memahami
prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.

B. Hakikat Strategi Peningkatan Profesionalitas Guru


Strategi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang atau
organisasi untuk sampai pada tujuan. Yang dimaksud dengan strategi pengembangan
profesionalitas guru adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh seseorang atau
organisasi dalam mengembangkan profesionalitass guru.
Sumber daya manusia dalam konteks manajemen adalah kesiapan masyarakat
untuk mengkontribusikan kesamaan kehendak guna mencapai tujuan yang sama. Oleh
karena itu sumber daya manusia dalam suatu organisasi termasuk organisasi pendidikan
memerlukan pengelolaan dan pengembangan yang baik dalam upaya meningkatkan kinerja
mereka agar dapat memberi sumbangan bagi pencapaian tujuan. Profesi keguruan
mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam dunia pendidikan. Profesionalisasi
dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka
pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Untuk
meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka profesionalisasi guru merupakan suatu
keharusan. Pengembangan profesionalitas guru dimaksudkan untuk merangsang,
memelihara, dan meningkatkan kompetensi guru dalam memecahkan masalah-masalah
pendidikan dan pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu hasil belajar siswa.

C. Strategi pengembangan atau peningkatan profesionalitas.


Peningkatan Kompetensi guru dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam
bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) dan bukan diklat, antara lain seperti berikut ini.
1. Pendidikan dan Pelatihan                                                                           
a.    Inhouse training (IHT). Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang
dilaksanakan secara internal di KKG/MGMP, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan
untuk menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan
berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan
karir guru tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang
memiliki kompetensi kepada guru lain yang belum memiliki kompetensi. Dengan strategi
ini diharapkan dapat lebih menghemat waktu dan biaya.
b.    Program magang. Program magang adalah pelatihan yang dilaksanakan di
institusi/industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi professional guru.
Program magang ini terutama diperuntukkan bagi guru kejuruan dan dapat dilakukan
selama priode tertentu, misalnya, magang di industri otomotif dan yang sejenisnya.
Program magang dipilih sebagai alternatif pembinaan dengan alasan bahwa keterampilan
tertentu khususnya bagi guru-guru sekolah kejuruan memerlukan pengalaman nyata.
c.    Kemitraan sekolah. Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat dilaksanakan
bekerjasama dengan institusi pemerintah atau swasta dalam keahlian tertentu.
Pelaksanaannya dapat dilakukan di sekolah atau di tempat mitra sekolah. Pembinaan
melalui mitra sekolah diperlukan dengan alasan bahwa beberapa keunikan atau kelebihan
yang dimiliki mitra dapat dimanfaatkan oleh guru yang mengikuti pelatihan untuk
meningkatkan kompetensi profesionalnya.
d.   Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan
tanpa menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan
dengan sistem pelatihan melalui internet dan sejenisnya. Pembinaan melalui belajar jarak
jauh dilakukan dengan pertimbangan bahwa tidak semua guru terutama di daerah terpencil
dapat mengikuti pelatihan di tempat-tempat pembinaan yang ditunjuk seperti di ibu kota
kabupaten atau di propinsi.
e.    Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di
P4TK dan atau LPMP dan lembaga lain yang diberi wewenang, di mana program pelatihan
disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut dan tinggi. Jenjang
pelatihan disusun berdasarkan tingkat kesulitan dan jenis kompetensi. Pelatihan khusus
(spesialisasi) disediakan berdasarkan kebutuhan khusus atau disebabkan adanya
perkembangan baru dalam keilmuan tertentu.
f.     Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya. Kursus singkat di
LPTK atau lembaga pendidikan lainnya dimaksudkan untuk melatih meningkatkan
kompetensi guru dalam beberapa kemampuan seperti melakukan penelitian tindakan kelas,
menyusun karya ilmiah, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran,
dan lain-lain sebagainya.
g.    Pembinaan internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh
kepala sekolah dan guru-guru yang memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas,
rotasi tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan, diskusi dengan rekan
sejawat dan sejenisnya.
h.    Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut juga
merupakan alternatif bagi pembinaan profesi guru di masa mendatang. Pengikutsertaan
guru dalam pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar,
baik di dalam maupun di luar negeri, bagi guru yang berprestasi. Pelaksanaan pendidikan
lanjut ini akan menghasilkan guru-guru pembina yang dapat membantu guru-guru lain
dalam upaya pengembangan profesi.
2. Kegiatan Selain Pendidikan dan Pelatihan
a.    Diskusi masalah pendidikan. Diskusi ini diselenggarakan secara berkala
dengan topik sesuaidengan masalah yang di alami di sekolah. Melalui diskusi berkala
diharapkan para guru dapat memecahkan masalah yang dihadapi berkaitan dengan proses
pembelajaran di sekolah ataupun masalah peningkatan kompetensi dan pengembangan
karirnya.
b.    Seminar. Pengikutsertaan guru di dalam kegiatan seminar dan pembinaan
publikasi ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan profesi guru dalam
meningkatkan kompetensi guru. Melalui kegiatan ini memberikan peluang kepada guru
untuk berinteraksi secara ilmiah dengan kolega seprofesinya berkaitan dengan hal-hal
terkini dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan.
c.    Workshop.
Workshop dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi pembelajaran,
peningkatan kompetensi maupun pengembangan karirnya. Workshop dapat dilakukan
misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum, pengembangan silabus,
penulisan RPP, dan sebagainya.
d.   Penelitian.
Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas, penelitian
eksperimen ataupun jenis yang lain dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran.
e.    Penulisan buku/bahan ajar.
Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk diktat, buku pelajaran ataupun buku dalam
bidang pendidikan.
f.     Pembuatan media pembelajaran.
Media pembelajaran yang dibuat guru dapat berbentuk alat peraga, alat praktikum
sederhana, maupun bahan ajar elektronik (animasi pembelajaran).
g.    Pembuatan karya teknologi/karya seni.
Karya teknologi/seni yang dibuat guru dapat berupa karya teknologi yang bermanfaat
untuk masyarakat dan atau pendidikan dan karya seni yang memiliki nilai estetika yang
diakui oleh masyarakat.

 D. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas


Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian
refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk
pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan
diperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana praktik
tersebut dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu perbaikan
dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area
yaitu; (1) untuk memperbaiki praktik; (2) untuk pengembangan profesional dalam arti
meningkatkan pemahaman para praktisi terhadap praktik yang dilaksana- kannya; serta (3)
untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan.
Komponen-komponen di dalam kelas yang dapat dijadikan sasaran PTK adalah sebagai
berikut.

1. Siswa, antara lain perilaku disiplin siswa, motivasi atau semangat belajar siswa,
keterampilan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah dan lain-lain.
2. Guru, antara lain penggunaan metode, strategi, pendekatan atau model pembelajaran.
3. Materi pelajaran, misalnya urutan dalam penyajian materi, pengorganisasian materi,
integrasi materi, dan lain sebagainya.
4. Peralatan atau sarana pendidikan, antara lain pemanfaatan laboratorium, penggunaan
media pembelajaran, dan penggunaan sumber belajar.
5. Penilaian proses dan hasil pembelajaran yang ditinjau dari tiga ranah (kognitif, afektif,
psikomotorik).
6. Lingkungan, mengubah kondisi lingkungan menjadi lebih kondusif misalnya melalui
penataan ruang kelas, penataan lingkungan sekolah, dan tindakan lainnya.
7. Pengelolaan kelas, antara lain pengelompokan siswa, pengaturan jadwal pelajaran,
pengaturan tempat duduk siswa, penataan ruang kelas, dan lain sebagainya.
Karena makna “kelas” dalam PTK adalah sekelompok peserta didik yang sedang
belajar bersama dalam waktu yang bersamaan, serta guru yang sedang memfasilitasi
kegiatan belajar, maka permasalahan PTK cukup luas. Permasalahan tersebut di
antaranya adalah sebagai berikut.
1. Masalah belajar siswa di sekolah, seperti misalnya permasalahan pembelajaran di
kelas, kesalahan-kesalahan dalam pembelajaran, miskonsepsi, misstrategi, dan lain
sebagainya.
2. Pengembangan profesionalisme guru dalam rangka peningkatan mutu perencanaan,
pelaksanaan serta evaluasi program dan hasil  pembelajaran.
3. Pengelolaan dan pengendalian, misalnya pengenalan teknik modifi- kasi perilaku,
teknik memotivasi, dan teknik pengembangan potensi diri.
4. Desain dan strategi pembelajaran di kelas, misalnya masalah pengelolaan dan prosedur
pembelajaran, implementasi dan inovasi penggunaan metode pembelajaran (misalnya
penggantian metode mengajar tradisional dengan metode mengajar baru), interaksi di
dalam kelas (misalnya penggunaan stretegi pengajaran yang didasarkan pada
pendekatan tertentu).
5. Penanaman dan pengembangan sikap serta nilai-nilai, misalnya pengembangan pola
berpikir ilmiah dalam diri siswa.
6. Alat bantu, media dan sumber belajar, misalnya penggunaan media perpustakaan, dan
sumber belajar di dalam/luar kelas.
7. Sistem assesment atau evaluasi proses dan hasil pembelajaran, seperti misalnya
masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen penilaian
berbasis kompetensi, atau penggunaan alat, metode evaluasi tertentu
8. Masalah kurikulum, misalnya implementasi KBK, urutan penyajian meteri pokok,
interaksi antara guru dengan siswa, interaksi antara siswa dengan materi pelajaran, atau
interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas


Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di
dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan
melalui tindakan yang akan dilakukan. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan
nyata guru dalam pengembangan profesinya. Tujuan khusus PTK adalah untuk mengatasi
berbagai persoalan nyata guna memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses
pembelajaran di kelas. Secara lebih rinci tujuan PTK antara lain:
1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di
sekolah.
2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi masalah
pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
3. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
4. Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta
sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/pembelajaran secara
berkelanjutan.
Adapun manfaat PTK antara lain sebagai berikut:
a. Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan bagi para
pendidik (guru) untuk meningkatkan kulitas pembelajaran. Selain itu hasil-hasil
PTK yang dilaporkan dapat dijadikan sebagai bahan artikel ilmiah atau makalah
untuk berbagai kepentingan antara lain disajikan dalam forum ilmiah.
b.    Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis
artikel ilmiah di kalangan pendidik. Hal ini ikut mendukung professionalisme dan
karir pendidik.
c.    Mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antarpendidik dalam satu
sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah dalam
pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.
d.    Meningkatkan kemampuan pendidik dalam upaya menjabarkan kurikulum atau
program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan
kelas.
e.    Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan, kenyamanan,
dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Di samping
itu, hasil belajar siswa pun dapat meningkat.
f.     Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman,
menyenangkan, serta melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau
media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara
sungguh-sungguh.
F.     Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
PTK merupakan bentuk penelitian tindakan yang diterapkan dalam aktivitas
pembelajaran di kelas. Ciri khusus PTK adalah adanya tindakan nyata yang dilakukan
sebagai bagian dari kegiatan penelitian dalam rangka memecahkan masalah pembelajaran
di kelas.

Terdapat sejumlah karakteristik yang merupakan keunikan PTK dibandingkan dengan


penelitian pada umumnya,  antara lain sebagai berikut.

1. PTK merupakan kegiatan yang berupaya memecahkan masalah pembelajaran, dengan


dukungan ilmiah.
2. PTK merupakan bagian penting upaya pengembangan profesi guru melalui aktivitas
berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan guru untuk menulis dan membuat
catatan.
3. Persoalahan yang dipermasalahkan dalam PTK berasal dari adanya permasalahan nyata
dan aktual (yang terjadi saat ini) dalam pembelajaran di kelas.
4.   PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam mengenai hal-
hal yang terjadi di dalam kelas.
5. Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru dan kepala sekolah) dengan
peneliti dalam hal pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan
keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tentang tindakan (action) .

G.    Prinsip Penelitian Tindakan Kelas


Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru (peneliti) dalam
pelaksanaan PTK yaitu sebagai berikut:
Pertama, tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak boleh
mengganggu atau menghambat kegiatan utama, misalnya bagi guru tidak boleh sampai
mengorbankan kegiatan pembelajaran. Siklus tindakan dilakukan dengan
mempertimbangkan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan. Penetapan jumlah
siklus tindakan dalam PTK mengacu kepada penguasaan yang ditargetkan pada tahap
perencanaan, tidak mengacu kepada kejenuhan data/informasi sebagaimana lazimnya 
dalam pengumpulan data penelitian kualitatif.
Kedua, masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang cukup merisaukannya dan
berpijak dari tanggung jawab profesional guru di kelas.
Ketiga, metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang lama,
sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran.
Keempat, metodologi yang digunakan harus terencana secara cermat dan taat azas PTK.
Kelima, permasalahan atau topik yang dipilih harus benar–benar nyata, mendesak,
menarik, mampu ditangani, dan berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk
melakukan perubahan.
Keenam; peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata krama penelitian serta rambu–
rambu pelaksanaan yang berlaku umum. Dalam pelaksanaan PTK harus diketahui oleh
pimpinan lembaga, disosialisasikan pada rekan-rekan di lembaga terkait, dilakukan sesuai
tata krama penyusunan karya tulis akademik, di samping tetap mengedepankan
kemaslahatan bagi siswa.
Ketujuh; kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang menggunakan
siklus berkelanjutan, karena tuntutan terhadap peningkatan dan pengembangan akan
menjadi tantangan sepanjang waktu.

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas


PTK bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan
pembelajaran yang dihadapi seperti kesulitan siswa dalam mempelajari pokok-pokok
bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah memberikan pemecahan masalah
berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Adapun
prosedur pelaksanaan PTK sebagai berikut :1) penetapan fokus permasalahan,2)
perencanaan tindakan,3) pelaksanaan tindakan yang diikuti dengan kegiatan observasi,
interpretasi, dan analisis, serta refleksi. Apabila diperlukan, pada tahap selanjutnya disusun
rencana tindak lanjut. Upaya tersebut dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus.
Langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya
adalah:

1. Perencanaan tindakan
2. Pelaksanaan tindakan
3. Pengumpulan data (pengamatan/observasi)
4. Refleksi (analisis, dan interpretasi)

I. Pengertian workshop
Jika ditinjau dari asal katanya, workshop merupakan frasa kata yang berasal dari
bahasa Inggris yaitu work (yang memiliki arti kerja ataupun pekerjaan) dan shop (yang
memiliki arti toko ataupun tempat menjual sesuatu). Jadi jika diartikan dari frasa kata nya,
workshop dapat diartikan sebagai tempat berkumpulnya para pelaku aktivitas (berkaitan
dengan bidang dunia kerja) tertentu yang mana dalam tempat ini, para pelaku melakukan
interaksi saling menjual gagasan yang ditujukan untuk memecahkan suatu permasalahan
tertentu. Jika diartikan secara lengkap, maka workshop merupakan sebuah kegiatan yang
sengaja diadakan sebagai tempat berkumpulnya orang-orang yang berasal dari latar
belakang serumpun untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu dengan jalan
berdiskusi ataupun saling memberikan pendapat antar satu anggota dengan anggota
lainnya.

BAB III
LAPORAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI

1. Jenis Kegiatan
Workshop Penulisan Karya Ilmiah
2. Penyelenggara
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Semarang.
3. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan Agustus s.d. Nopember 2015 bertempat di SMK Negeri 1
Tengaran, Kab.Semarang.
4. Nara Sumber :
1. Dra.Dewi Pamularsih,M.Pd ( Ka Dinas Kab. Semarang)
2. Harti,S.Pd.M.Kom.( Juara 1 Mahkamah Konstitusi )
3. Indrattuti,S.Pd( Kepala SMK Negeri 1 Tengaran )
4. Farida Fatmalatif,M.Pd ( Guru Berprestasi Tk.Jateng / Guru SMKN 1
Jambu)
5. Tujuan Kegiatan :
Tujuan Kegiatan Workshop :
Mengajak atau memotivasi guru yang masih enggan mengadakan penelitian karena
berbagai alasan untuk dapat mengembangkan potensi siswa yang ada di kelasnya. Dengan
mengetahui potensi siswa, guru menjadi semakin dekat dengan para siswanya, dan
terjadilah proses interaktif di antara guru dan siswa. Guru-guru di sekolah harus dapat
meneliti di kelasnya sendiri dengan tujuan memperbaiki kualitas pembelajarannya melalui
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK sesungguhnya merupakan  implementasi dari
kreativitas dan kekritisan seorang guru terhadap apa yang sehari-hari diamati dan
dialaminya sehubungan dengan profesinya untuk menghasilkan kualitas pembelajaran
yang lebih baik sehingga mencapai hasil belajar yang optimal.

6. Materi Workhsop
6.1. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ( PKB)
Pengembangan terhadap profesi guru tersebut hendaklah dilaksanakan secar aterprogram
dan berkelanjutan, melalui kegiatan Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) yang
memang merupakan salah satu kegiatan yang dirancang untuk mewujudkan terbentuknya
guru yang profesional. Salah satu jenis kegiatan PKB adalah Pengembangan Diri. 
Kegiatan Pengembangan Diri tersebut dapat dilakukan melalui dua jenis kegiatan, yaitu: (1) Mengikuti
kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional dan/atau (2 )Mengikuti kegiatan kolektif
guru. Menyadari akan berbagai kekurangan yang ada penulis, maka penulis mengikuti workshop
penulisan Penelitian Tidakan Kelas untuk meningkatkan profesionalisme.

6.2. Penyusunan PTK.


6.3. Materi pendukung yaitu model –model pembelajaran inovatif dan Pengembangan
Keprofesiaan Berkelanjutan (PKB) .

7. Tindak Lanjut
Tindak lanjut yang dilakukan setelah mengikuti kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Penulis sudah melakukan Penelitian Tindakan Kelas sebagai upaya peningkatan
kualitas pembelajaran.
2. Penulis sudah membuat laporan tentang Penelitian Tindakan kelas yang sudah di
lakukan sebagai upaya untuk mendokumentasikan kegiatan-kegiatan yang sudah di
lakukan oleh penulis sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran,

8. Dampak Setelah Mengikuti Kegiatan.


Setelah penulis mencoba menerapkan hasil kegiatan ini dampaknya antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Penulis mampu mengatasi kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran
(baik strategi, teknik, konsep, dan lain-lain) akan dengan cepat dapat dianalisis dan
didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut.
2. Penulis mampu memperbaiki kualitas proses pembelajaran dengan sasaran akhir
memperbaiki hasil belajar siswa.
3. Penulis mampu melakukan Penelitian Tindakan Kelas sebagai upaya untuk
menngkatkan hasil belajar siswa.
4. Penulis mampu menyusun laporan penelitian Tindakan Kelas.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Pengembangan diri ini sangat baik dan perlu dilaksanakan secara terus menerus
karena manfaatnya banyak sekali bagi guru. Hal ini terbukti pada diri penulis, setelah
mengikuti workshop penulisan Penelitian Tindakan Kelas , penulis memperoleh tambahan
ilmu untuk peningkatan diri dan untuk peningkatan kualitas dalam pembelajaran.
Saran :
Kami  berharap semoga Pemerintah/ LPMP / Dinas Pendidikan / MGMP
memfasilitasi penyelenggaraan workshop, sehingga guru dapat mengembangkan dirinya
secara maksimal  karena tanpa adanya kerja sama guru tidak akan bisa mengembangkan
dirinya sendiri.

Daftar Pustaka
https://suaidinmath.wordpress.com/2012/06/17/workshop-penelitian-tindakan-kelas-tema-
melalui-ptk-mewujudkan-terbentuknya-guru-yang-profesional-menghasilkan-
kualitas-pembelajaran-yang-lebih-baik-sehingga-mencapai-hasil-belajar-yang/

https://www.academia.edu/10401827/LAPORAN_PENGEMBANGAN_DIRI_GURU
Permeneg PAN dan RB no 16 tahun 2009.
Sagala Syaiful( 2011) , Kemampuan Professional Guru dan Tenaga Kependidikan
:ALFABETA -Bandung
http://pengertiandefinisi.com/definisi-dan-pengertian-workshop/ di unduh Jum at, 29 Juli
2016.
www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-workshop-menurut-para...diunduh hari
Jum at, 29 Juli 2016.

Anda mungkin juga menyukai