Anda di halaman 1dari 20

PEMELIHARAAN

TURBIN UAP

1
DAFTAR ISI

1. Pemeliharaan Periodik Turbin Dan Kegiatannya ……………………………….. 2


1.1. Jenis Pemeliharaan Periodik …………………………………………….. 2
1.2. Pekerjaan Yang Dilakukan Pada Si, Me dan Se ................................. 3
2. Pemeliharaan Dalam Keadaan Beroperasi
(In Service Maintenance) ……………………………………………………….. 10
2.1. Pemeliharaan Rutin ……………………………………………………….. 10
2.2. Peralatan Stand by ………………………………………………………... 10
2.3. Pengaman Turbin ………………………………………………………….. 10
2.4. Turbin Supervisory ………………………………………………………… 11
3. Pemeliharaan Dalam Keadaan Tidak Beroperasi
(Outage Maintenance) ................................................................................... 12
3.1. Skedul Inspection ………………………………………………………….. 12
3.2. Pemeliharaan Rotor Turbin ……………………………………………….. 14
3.3. Pemeliharaan Stator Turbin ………………………………………………. 16
3.4. Pemeliharaan Bantalan …………………………………………………… 20
3.5. Pemeliharaan Labyrinth (Gland Seal) …………………………………… 24
3.6. Penyetelan Clearance Rotor Stator ……………………………………… 25
3.7. Penyebarisan Poros ............................................................................. 27
3.8. Pemeliharaan Sistem Governor ........................................................... 30
3.8.1. Katup Uap Utama, Katup Pengatur
(Governor Valve) dan Intercept Valve ...................................... 30
3.8.2. Sistem Kontrol Governor dan Proteksi
Putaran Lebih (Over speed) ..................................................... 34
3.8.3. Penyetelan Katup …………………………………………………. 35
3.8.4. Pengujian Pada Peralatan Proteksi …………………………….. 35
3.9. Isolasi ………………………………………………………………………… 36
4. Perhatian Kerja Pada Pemeliharaan Turbin .................................................. 37

2
BAB I
PEMELIHARAAN TURBIN.

Pemeliharaan Turbin Uap

Turbin uap merupakan komponen utama di dalam suatu Pusat Listrik Tenaga Uap
yang perlu dipelihara dengan baik, karena pemeliharaan merupakan salah satu
faktor yang menentukan keandalan, safety, efisiensi dan life time. Karena itu
masalah pemeliharaan harus mendapat perhatian yang sungguh-sungguh baik segi
pengorganisasiannya, perencanaanya maupun pelaksanaannya.

Akan lebih baik apabila telah dimiliki buku pedoman standard untuk pemeliharaan
turbin uap, sehingga didalam merencanakan, pemeliharaan dapat digunakan untuk
mempersiapkan tenaga kerja, peralatan, spare parts/material serta waktu yang
diperlukan.

Karena sifat turbin uap yang sangat utama, maka pada umumnya turin uap
dipelihara secara periodik atau Time Based Maintenance ( Pemeliharaan
berdasarkan jam operasi ) sehingga setelah turbin uap yang bersangkutan menjalani
jangka waktu operas] tertentu harus dilakukan pemeriksaan, perbaikan atau
penggantian pada komponen-komponennya.

Untuk lebih meningkatkan keandalan dan safety, Time Based Maintenance tersebut
diatas akan di tunjang oleh Condition Based Maintenance (Pemeliharaan
berdasarkan kondisi) dengan cara memonitor kondisi turbin uap secara terus
menerus dan melakukan koreksi/perbaikan apabila diperlukan.

1Pemeliharaan Periodik Turbin Dan Kegiatannya

1.1. Jenis Pemeliharaan Periodik

Pada umumnya ada tiga jenis pemeliharaan periodik yang diberlakukan


pada turbin uap yaitu :

• Simple Inspection (Si)


• Mean Inspection (Me)
• Serious Inspection (Se)

Simple Inspection (Si) atau Simplified Scale Periodik Check dilakukan setiap
satu tahun operasi ( ± 8000 jam operasi)

3
Mean Inspection (Me) atau Medium Scale Periodik Check dilakukan setiap
dua tahun operasi
( t 16.000 jam operasi )

Serious Inspection (Se) atau Full Scale Periodic Check atau Overhoul
dilakukan setiap empat tahun aperasi (± 32.000 jam operasi)

Mean Inspection merupakan pekerjaan yang sama dengan Simple


Inspection ditambah beberapa pekerjaan lain yang diperlukan, demikian
juga Serious Inspection akan serupa dengan Mean Inspection ditambah
beberapa pekerjaan lain yang diperlukan.

Siklus Inspection tersebut diatas apabila dihitung dari saat dimulainya


operasi turbin uap akan berurutan sebagai beirkut :

8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 Jam

Start Se Si Me Si Se

Pada tahun pertama operasi langsung dilakukan Serious Inspection atau


untuk tahun pertama ini lazim disebut Firs Year Inspection)

First year Inspection ini sangat penting untuk dilakukan karena sangat
diperlukan untuk mengamati kemungkinaan kerusakan yang terjadi dan
dapat digunakan untuk meng claim kontraktor/pabrik pembuat turbin uap
yang bersangkutan.
Pada umunmya First Year Inspection dilakukan oleh kontraktor/pabrik
pembuat.

1.2. Pekerjaan Yang Dilakukan Pada Si, Me dan Se

Setiap turbin uap akan memiliki karakter yang berbeda-beda dan peralatan
yang berbeda-beda pula, sehingga pekerjaan-pekerjaan yang harus di
lakukan serta periode pemeliharaannya dan saat pelaksanaannya akan
berlainan juga, akan tetapi pada garis besarnya perneliharaan jenis Si, Me
dan Se turbin uap adalah seperti pada tabel berikut ini.

4
BAB II
Pemeliharaan Dalam Keadaan Beroperasi (In Service Maintenance)

Pemeliharan dalam keadaan beroperasi adalah pekerjaan yang dilakukan tanpa


mengganggu jalannya operasi turbin. Pada umumnya, pekerjaan yang dilakukan
adalah pekerjaan kecil-kecil saja seperti pembersihan, pengukuran, pengamatan
dan sebagainya pada turbin maupun peralatan bantunya.

2.1. Pemliharaan Rutin

Beberapa pemeliharaan rutin yang dapat dilakukan saat turbin beroperasi


diantaranya :

 Pertambahan grease pada bagian- bagian yang perlu diberi grease.


 Menambah minyak pelumas ke dalam tangki.
 Membersihkan minyak pelumas melalui instlasi pemurni minyak pelumas
 Membuang air dan lumpur melalui drain tangki minyak pelumas dan
memeriksa kondisi
minyak pelumas
 Mengencangkan baut-baut yang longgar
 Menutup atau mengurangi kebocoran pada seal katup-katup.

2.2. Peralatan Stand by

Beberapa peralatan bantu untuk mengoperasikan turbin uap memiliki unit


cadangan/stand by, contohnya Vacum Pump, Condensate Extraction Pump
dan Lubricating oil tank ventilator, apabila peralatan bantu tersebut memiliki
unit cadangan, maka unit cadangan dapat dipelihara seperti dalam keadaan
Stop.

2.4. Pengaman Turbin

Pemelharaan lengkap dari pengaman turbin beserta sistemnya dilakukan


padaa saat turbin tidak beroperasi, akan tetapi untuk melihat unjuk kerja
dari peralatan pengaman tersebut, banyak pabrik turbin membuat peralatan
pengaman yang dapat diuji pada saat turbin beroperasi dengan cara
pengujian simulasi.

Karena pengujian saat beroperasi ini amat riskan yang dapat menyebabkan
tripnya turbin apabila tidak dilakukan dengan benar, maka pelaksanaanya
harus sangat hati-hati dan dengan melihat buku petunjuk/manual pabrik
turbin yang bersangkutan.

5
2.4. Turbin Supervisory

Pengamatan terhadap pengukuran yang diperoleh dari peralatan turbin


supervisory harus dicatat diamati dan dievaluasi dengan teliti untuk dapat
melihat gejala kerusakan yang terjadi dan tidak boleh melampau batas yang
diijinkan.

Peralatan turbine supervisory adalah alat-alat untuk mengukur :

 Eccentricity
 Vibration
 Bearing Temperature .
 Speed
 Rotor Position
 Thrust Bearing Wearing
Amati juga :

 Tekanan uap perapat


 Tekanan minyak pelumas
 Temperatur minyak pelumas
 Kerja control valve

2.5. Kebersihan

Kebersihan, besar pengaruhnya terhadap safety dari operasi turbin uap,


oleh karenanya kebersihan yang bisa dilaksanakan ketika turbin uap
beroperasi tidak boleh dilupakan.

Bocoran minyak pelumas yang belum bisa dihentikan selarna turbin uap
beroparasi, apabila tidak terlalu besar (misalnya hanya berapa tetesan pada
tempat yang tidak berbahaya) dapat ditanggulangi sementara dengan
secara rutin membersihkan bagian yang terkena tumpahan minyak tersebut.

Tidak dibenarkan untuk membuang bekas lap dan kotoran lain disembarang
tempat, juga sama sekali tidak diijinkan untuk menyimpan kaleng-
kaleng/wadah lainnya yang berisi minyak/benda mudah terbakar
disembarang tempat.

6
BAB III
Pemeliharaan Dalam Keadaan Tidak Beroperasi (Outage Maintenance).

Pemeliharaan dalam keadaan tidak beroperasi dapat dilakukan pada saat


Periodic Inspection (Si, Me,Se) dengan jenis pelayanan seperti pada Tabel 1.

Pada kondisi tertentu, misalnya pada waktu terjadi suatu kerusakan baik pada
komponen boiler maupun pada komponen turbin, dapat dilakukan pemeliharaan
tak terjadual. Pemeliharaan tak terjadual ini tentu saja tidak boleh melampaui
lama waktu yang diperlukan oleh kegiatan utama dan hanya dilakukan pada
peralatan yang pada pengamatan sebelumnya menunjukkan adanya kelainan
atau indikasi tertentu yang diragukan.

3.1. Skedul Inspection

Mean Inspection dan Serious Inspection merupakan pekerjaan berat dan


banyak item yang harus diselesaikan, yang harus memiliki skedul yang baik
sehingga urutan satu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya dapat
dilaksanakan tanpa adanya waktu yang terbuang dan pada akhimya skedul
yang baik akan mempercepat penyelesaian pekerjaan dan mengurangi
biaya Inspection.

Contoh skedul Inspection dapat dilihat pada Tabel 1 a.

7
Tabel 1a : Skedul Pemeliharaan

8
3.2. Pemeliharaan Rotor Turbin

Pada Simple Inspection pemeliharaan rotor turbin dilakukan tanpa


mengangkat upper cating. Pemeliharaannya berupa pemeriksaan pada
sudu tingkat akhir dengan jalan melihatnya dari bagian atas kondensor
setelah manhole disisi turbine exhaust dibuka.

Pemeriksaan yang dilakukan diarnaranya adalah :

 Kemungkinan adanya kerak yang menempel pada sudu akhir, ambil


sample untuk di analisa
 Kemungkinan terjadinya keretakan
 Kemungkinan terjadinya gesekan
 Kerusakan akibat benda asing
 Korosi dan erosi

Pada Mean Inspection dan Serious Inspection, seluruh bagian rotor


diperiksa dan diperbaiki. Pemeriksaan rotor dilalakukan dengan cara
membuka upper casing,- melepas kopling, membuka bantalan dan lain-lain
komponen yang menghalanginya sehingga rotor dapat diangkat dan
ditopang pada bangku/dudukan khusus yang disediakan untuk itu.
Mengangkat rotor harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena sangat
sempitnya clearance antara rotor dengan stator.

Laksanakan pemeriksaan dan perbaikan yang diperlukan pada bagian-


bagian sudu. Kerak yang berupa silika akan melekat dengan kuat pada
sudu-sudu turbin. Kerak ini dapat dikikis atau dilepas dengan menggunakan
sand blast. Melepas silika dengan cara diskrap atau dikikir sangat tidak
dianjurkan karena akan mengakibatkan rusaknya sudu.

Setelah dibersihkan, bagian-bagian sudu dan rotor seluruhnya diperiksa dari


kemungkinan adanya keretakan dengan menggunakan NDT.

Bila ditemukan keretakan yang besar, perlu dipertimbangkan dan dievaluasi


apakah turbin tersebut layak untuk dioperasikan kembali atau tidak.

Keretakan kecil pada daun sudu, dapat diatasi dengan menggerinda bagian
yang retak tersebut dengan sedemikian rupa agar keretakannya tidak
bertambah besar (Lihat gambar 1)

9
Gambar 1 : Mengatasi Keretakan Sudu Turbin

Bagian daun sudu yang bengkok dapat dikembalikan ke profil aslinya


dengan cara diketuk atau dibengkokkan dengan tang. Pekerjaan ini harus
dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak menyebabkan rusaknya sudu
tersebut.

Lakukan juga pengukuran defleksi poros disepanjang rotor turbin karena


rotor yang melengkung selain mengakibatkan timbulnya vibrasi tinggi juga
akan menyebabkan terjadinya gesekan antara rotor dengan stator. Semua

10
hasil pemeriksaan baik yang brupa kerusakan maupun hasil pengukuran
harus dicatat dengan teliti dan dibuat gambar/fato apabila diperlukan.

Apabila ditemukan keausan yang merata diujung sudu, keausan ini pada
umumnya masih dapat ditolerir akan tetapi harus dibuat catatan untuk
kemungkinan dilakukan penggantian sudu (reblading) pada pemeliharaan
yang akan datang}.

Bagian journal (tempat duduknya journal bearing) harus diperiksa dengan


teliti apabila ditemukan adanya goresan yang tidak terlalu parah, dapat
dikoreksi dengan cara diamplas. Goresan yang dalam perlu mendapat
perhatian yang sangat serious, dan cara perbaikannya mungkin harus
dikonsultasikan dengan pabrik pembuat turbin tersebut.

Periksa juga kondisi kedudukan balance weight dan kencangkan baut-


bautnya. Apakah ada sejumlah sudu yang dipotong (misalnya karena rusak)
maka akan mengakibatkan rotor turbin menjadi tidak balans, dan untuk itu
perlu dilakukan rebalancing.

3.3. Pemeliharaan Stator Turbin.

Setelah baut-baut pengikat antara upper casing dengan lower casing


dilepas, opper casing diangkat dan diletakkan diiantai de.ngan posisi dibalik
(bagian celung menghadap keatas).

Mengangkat upper casing harus selalu dalam posisi datar dan selalu
diawasi agar tidak terjadi persinggungan atau benturan antara stator
dengan rotor. Untuk itu dapat digunakan guide bar dan guide column lihat
Gambar 3.

Angkat rotor dan lakukan pekerjaan pemeliharaan rotor (lihat gambar.2).


lepaskan diaphragma (blade ring) baik dari upper casing maupun lower
casing dan lakukan pemeriksaan serta perbaikannya, yaitu :

• Periksa adanya kerak-kerak yanga menempel pada sudu tetap,


bersihkan dengan sand blast apabila diperlukan.
• Bersihkan kerak dan kotoran lainnya dengan menggunakan sikat
kuningan dan sand blast bila perlu
• Laksanakan pemeriksaan pada permukaan flanges upper casing dan
lower casing menggunakan batu asah paling halus.
• Bersihkan ulir-ulir pada baut dan mur.,
• Periksa bekas bocoran uap melalui celah pada flanges antara upper
casing dengan lower casing

11
• Periksa akibat korosi dan erosi pada labyrinth dan sudu-sudu.
• Periksa dan perbaiki kerusakan pada sudu tetap (seperti pada sudu
putar)
• Keretakan-keretakan disetiap bagian stator, termasuk pada baut-baut,
diperiksa dengan cara NDT menggunakan dye penetrant atau ultrasonic
test.

Setelah selesai perbaikan atau penggantian. komponen stator, diapragma


dipasang kembali pada upper casing maupun lower casing, dan setelah
rotor turbin terpasang dengan balk, dilakukan pengukuran /penyetelan
clearance, selanjutnya upper casing dipasang. Sebelum memasang rotor
dan upper casing periksa agar tidak ada benda asing tertinggal di dalam
casing.

Sama halnya seperti pada saat mengangkat upper casing, pada waktu
memasang kembalinya pun harus dilakukan dengan teliti sehingga tidak
terjadi benturan antara rotor dengan stator. Agar dikemudian hari tidak
terlalu sulit sewaktu melepas baut-baut, sebelum dipasang ulir baut harus
dilumasi dengan anti seize compound yang tahan temperatur tinggi.

Kekuatan ikatan baut baik baut casing, baut diapragma (blade ring) dan
lain-lain harus dilakukan dengan tepat.

Biasanya pabrik pembuat turbin memberikan daftar besarnya momen


pengikatan baut-baut tersebut dan cara pelaksanaannya. Untuk baut-baut
berukuran besar, setelah disediakan lobang disepanjang sumbunya.

12
Gambar 2 : Mengangkat dan Menurunkan Upper Casing Dengan Bantuan
Guide Column

13
Melalui lubang ini dimasukkan batang pemanas ( Heating Rod) ataupun
udara panas hasil pemanasan dengan Oxy Acetylene Torch sehingga baut
memuai sampai ukuran tertentu lalu mur-nya dikencangkan sampai
kekuatan momen sesuai tabel yang diberikan oleh pabrik (lihat Gambar 4
dan contoh Tabel 2). Untuk baut berukuran kecil, tidak dilakukan
pemanasan akan tetapi mur langsung dikencangkan sampai mulur
(rnemanjang) sesuai ukuran yang ditentukan.

Urutan pemasangan baut-baut antara lower casing dan upper casing


dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi defleksi pada flanges.
Salah atau ujung casing turbin (sisi tekanan lebih rendah) bertumpu pada

14
pondasi dengan diikat baut. Ujung ini adalah ujung titik tetap (fixed point).
Periksa baut-bautnya dari kemungkinan longgar atau rusak. Ujung lain dari
casing tersebut harus dapat bergerak bebas. Ujung inil didudukkan diatas
bedplate yang memiliki alur. Sliding shoe yang berada pada casing harus
dapat bergerak bebas didalam alur tersebut sejajar dengan sumbu rotor.

Lakukan pemeriksaan pada alur dan sliding shoe dan bagian lain jangan
sampai ada benda yang menghalangi gerakan pemuaian casing pada saat
turbin beroperasi.

3.4. Pemeliharaan Bantalan

Turbin uap memiliki dua jenis bantalan yaitu bantalan journal aksial (Journal
Bearing Gambar 4). Dan bantalan aksial (Thrust Bearing Gambar 5).

Perneriksaan dan pemeliharaan pada bantalan-bantalan ini dilakukan baik


pada Simple Inspection, Mean Inspection maupun Serious Inspection. Untuk
pemeriksaan bantalan journal, bantalan tersebut dikeluarkan dari
housingnya. Karena pada Simple Inspection tidak dilakukan pengangkatan
rotor, maka untuk sementara, yaitu ketika bantalan journal dikeluarkan dari
posisinya, rotor harus ditopang oleh shaft raising gear

Alat ini diperlukan agar tidak terjadi benturan antara rotor dengan casing.
Bearing housing dan bearing sebelah atas dibuka terlebth dahulu, kemudian
rotor diangkat (setelah upper casing dibuka) atau rotor ditopang oleh shaft
raising gear, disusul dengan membuka bearing sebelah bawah.

Sebelum bearing dibersihkan, catat kondisinya, misalnya jenis kotoran yang


melekat pada bearing dan adanya kerak pada lobang laluan minyak.

Bersihkan seluruh bagian bearing dengan cleaner/solvent yang tidak


menimbulkan karat, bila perlu bersihkan punggung bantalan dengan batu
asah halus, dilap dengan kain yang tidak berbulu dan dihembus dengan
udara kering serta bersih.

Pemeriksaan yang perlu dilakukan diantaranya :

• Pengukuran clearance
• Bekas kontak/gesekan antara journal dengan bearing
• Goresan-goresan pada permukaan babbit (White Metal).
• Babbit yang terkelupas
• Keretakan (gunakan dye penetrant)
• Cacat cathodic.

15
Apabila pemeriksaan dan perbaikan sudah dilakukan maka bantalan journal
siap untuk dipasang kembali. Apabila dalam pemasangan diperlukan martil,
gunakanlah martil karet atau batang bronze lunak yang ujungnya
dibulatkan.

Pemeriksaan dan pemeliharaan yang sama seperti pada journal bearing


dilakukan juga pada thrust bearing (bantalan aksial). Ukur juga ketebalan
babbit dan yakinkan bahwa semua pads dapat bergerak bebas sehingga
selalu dapat bersinggungan secara merata terhadap collar.

Gambar 4 : Journal Bearing

16
Gambar 5 : Thrust Bearing

17
Gambar 6 : Shaft Raising Gear

3.5. Pemeliharaan Labyrinth (Gland Seal)

Contoh Labyrinth diperlihatkan pada Gambar 7.


Pada Simple Inspection, labyrinth tidak dibuka karena tidak dilakukan
pemeriksaan/ pemeliharaan. Pemeriksaan/pemeliharaan dilakukan hanya
pada sistim uap perapat, terutama valve pengatur tekanan uapnya. Valve
tersebut dibuka, dibersihkan dan dilakukan test kebocoran. Bila bocor, harus
dilakukan pekerjaan lapping atau diganti bila perlu.

Pada Mean Inspection dan Serious Inspection, selain dilakukan


pemeriksaan/pemeliharaan seperti pada Simple Inspection, juga dilakukan
pemeriksaan/perbaikan pada labyrinth nya. Pekerjaan ini dilakukan sesudah
upper casing dibuka.

Setelah labyrinth dibuka dan dibersihkan, lakukan pemeriksaan dan


perbaikan pada sirip-sirip labyrinth dan periksa clearancenya terhadap
poros. Clearance yang terlalu besar mengharuskan labyrinth diganti baru.
Seringkali penekan labyrinth patah atau lemah sehingga perlu penggantian.

3.6. Penyetelan Clearance Rotor Stator

Jarak celah atau clearance antara rotor turbin dengan stator, terutama pada
sisi tekanan tinggi sangat sempit dan kemungkinan akan terjadi gesekan
antara rotor dengan stator apabila celah ini tidak disetel dengan baik. Jarak
clearance baik arah aksial maupun arah radial disetiap tingkat sudu telah
ditetapkan oleh pabrik pembuatnya. Penyetelan yang dilakukan harus
dalam batas-batas yang ditetapkan oleh pabrik tersebut.

Langkah pertama dari penyetelan ini adalah memposisikan rotor / casing


terutama dengan mengukur kearah kiri dan kanan. Penyetelan dapat
dilakukan dengan mengatur dudukan bantalan journal. Selanjutnya ukur dan
stel clearance ujung sudu terhadap stator atau daapragma baik arah radial
maupun arah aksial dengan jalan menyetel kedudukan bantalan journal,
bantalan aksial dan diapragma disetel kembali apabila diperlukan.
Pengukuran dapat dilakukan mengunakan fuller, dial gauge, kawat timah
dan alat ukur lainnya.

Tentu saja bagian paling kritis dalam penyetelan clearance adalah dibagian
turbin sisi tekanan tinggi, sedangkan di sisi tekanan rendah clearancenya

18
cukup besar sehingga tidak kritis, akan tetapi tetap harus mengikuti batas-
batas yang ditentukan oleh pabrik pembuat turbin yang bersangkutan.

Gambar 7 : Clearance Antara Rotor Dengan Stator


3.7. Penyebarisan Poros

Dalam kenyataannya, posisi-posisi turbin dalam keadaan diam dan dingin,


tidak Iurus sama sekali, sehingga posisi satu poros dengan poros lainnya
tidak akan lurus/sebaris, misalnya poros turbin dengan poros generator,
atau poros turbin tekanan tinggi dengan poros turbin tekanan rendah.
Ketidak sebarisan ini diakibatkan oleh melengkungnya poros akibat
dibebani rotor. Besarnya kelengkungan akan tergantung dari berat rotor dan
kekakuan poros.

Dengan demikian satu poros dengan poros lainnya sengaja tidak dibuat
sebaris, akan tetapi dibuat sedemikian rupa sehingga ada ketidak sebarisan
yang besarnya sudah ditentukan oleh pabrik pembuat. Diharapkan pada
saat turbin berputar dan panas, posisi poros akan menjadi sebaris baik arah
aksial maupun radial.

Contoh penentuan ketidak sebarisan dari berbagai tipe unit Turbin-


Generator dapat dilihat pada Gambar 9 sampai dengan Gambar 9.

19
Dalam pelaksanaan penyebarisan pada turbin generator tertentu harus
selalu di ikuti ketentuan yang ditetapkan oleh pabrik pembuat.

Gambar 8 : Penyebarisan Turbin Satu Silinder

20

Anda mungkin juga menyukai