4. Pola Pendidikan Islam pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib (35-40 H / 656-
661 M)
Khalifah keempat khulafaur rasyidin juga sepupu dan sekaligus menantu Nabi
Muhammad SAW. adalah Ali ibnu Abi Thalib. Keturunan Bani Hasyim ini lahir di Mekah
tahun 603 M. Dari kalangan remaja, ia adalah yang pertama masuk Islam. Nabi mengasuh Ali
sejak usia 6 tahun dan pernah menyebutnya “saudaraku” dan “ahli warisku”. Ali banyak
mengetahui tentang kehidupan Nabi, termasuk ilmu agama. Ali pernah menyelamatkan
nyawa nabi ketika diminta tidur di tempat tidur Nabi untuk mengecoh kaum Quraisy. Ia
selalu mendampingi Nabi SAW. hingga wafatnya dan mengurus pemakamannya.
Pada awal pemerintahan Ali, sudah diguncang peperangan dengan Aisyah (istri Nabi)
beserta Talhah dan Abdullah bin Zubair karena kesalahpahaman dalam menyikapi kematian
atau pembunuhan terhadap Usman, peperangan ini disebut perang Jamal (unta) karena Aisyah
memakai kendaraan unta, sehingga pada masa kekuasaan Ali tak pernah merasakan
kedamaian.
Sebetulnya tidak seharipun keadaan stabil selama pemerintahan Ali. Tak ubahnya
beliau sebagai seorang yg menambal kain usang, jangankan menjadi baik malah bertambah
sobek. Tidak dapat diduga bahwa kegiatan pendidikan pun saat itu mengalami hambatan
karena perang saudara, meskipun tidak terhenti sama sekali. Stabilitas pendidikan dan
keamanan sosial merupakan syarat mutlak terjadinya perkembangan itu sendiri baik ekonomi,
sosial, politik, budaya maupun pengembangan intelektual dan agama. Ali sendiri tidak
sempat memikirkan masalah pendidikan karena seluruh perhatiannya ditumpahkan pada
masalah yang lebih penting dan sangat mendesak.
Demikian kehidupan pada masa Ali. Pendidikan yang masih berjalan seperti apa yang
telah berlaku sebelumnya, selain adanya motivasi dan falsafah pendidikan yang dibina pada
masa Rasulullah juga ada tumbuh motivasi dan falsafah pendidikan yang dibina oleh kaum
Syi’ah dan Khawarij yang mengakibatkan banyaknya pandangan dan paham yang menjadi
landasan dasar serta berpikir yang memberi kesempatan untuk mencerai beraikan umat Islam
mendatang.
Dasar pendidikan Islam yang tadinya bermotif aqidah tauhid, sejak masa itu tumbuh
di atas dasar motivasi, ambisius kekuasaan, dan kekuatan. Tetapi sebagian besar masih tetap
berpegang kepada prinsip-prinsip pokok dan kemurnian yang diajarkan Rasulullah SAW.
Ahmad Syalabi mengatakan: “Sebetulnya tidak seharipun, keadaan stabil pada pemerintahan
Ali. Tak ubahnya beliau sebagai seorang menambal kain usang, jangankan menjadi baik
malah bertambah sobek. Dapat diduga, bahwa kegiatan pendidikan pada saat itu mengalami
hambatan dengan adanya perang saudara. Ali sendiri saat itu tidak sempat memikirkan
masalah pendidikan, karena ada yang lebih penting dan mendesak untuk memberikan
jaminan keamanan, ketertiban dan ketentraman dalam segala kegiatan kehidupan, yaitu
mempersatukan kembali kesatuan umat, tetapi Ali tidak berhasil.
Dan pada masa umar bin khattab dikuttab, beliau mengintruksikan kepada anak-anak
agar diajarkan berenang, mengendarai kuda, memanah, membaca dan menghafal syair-syair
mudah dan peribahasa. Sedangkan ilmu-ilmu yang diajarkan pada tingkat menengah dan
tinggi terdiri dari :
1. Jami’ Umaar bi ‘Ash (mulai tahun 36 H). Pelajaran agama dan budi pekerti.
Imam syafi’i datang ke Mesjid ini (182 H) untuk mengajar, sdh 8 halaqat
(lingkaran) yang penuh dengan para pelajar.
2. Jami’ Ahmad bin Thulun (didirikan 256 H). Pelajaran Fiqh, Hadis, Alquran dan
Ilmu kedokteran.
3. Masjid Al-Azhar ada di Universitas Al-Azhar
1. Duwarul Hikmah dan Duwarul Ilmi, muncul pada masa Abbasiyah (masa
bangkitnya intelektual), lahir pada masa Al-Rasyid.
2. Madrasah, muncul pada akhir abad ke IV H. Yang dikembangkan oleh golongan-
golongan Syi’ah (pengikut Ali) dengan tujuan mengendalikan pemerintahan, gerakan
ilmu pengetahuan dan sejalan dengan pendapatpendapat golongan mistik yang
extreme. Di Mesir didirikan sesudah hilangnya Fathimiyah.
3. Al-Khawanik, Azzawaya dan Arrabath, di rumah-rumah orang sufi abad ke XIII M.
4. Al-Bimarista, sejenis rumah sakit pada masa Al-Walid bin Abdul Malik tahun 88 H.
memberikan pelajaran kedokteran.
5. Halaqatud Dars dan Al-Ijtima’at Al-‘Ilmiyah, pada masa Ibnu Arabi pada abad ke
dua H. 8) Duwarul Kutub, perpustakaan-perpustaan besar. Misalnya: Perpustakan
yang didirikan disamping madrasah al-Fadhiyah (buku 100.000 buku).
Kesimpulan
1. Pendidikan pada masa Khalifah Abu Bakar tidak jauh berbeda dengan pendidikan
pada masa Rasullah.
2. Pada masa khalifah Umar bin Khattab, pendidikan sudah lebih meningkat dimana
pada masa khalifah Umar guru-guru sudah diangkat dan digaji untuk mengajar ke
daerah-daerah yang baru ditaklukkan.
3. Pada masa khalifah Usman bin Affan, pendidikan diserahkan kepada rakyat dan
sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah dibolehkan ke daerah-
daerah untuk mengajar.
4. Pada masa khalifah Ali bin abi Thalib, pendidikan kurang mendapat perhatian, ini
disebabkan pemerintahan ali selalu dilanda konflik yang berujung pada kekacauan.