Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

RASIONAL
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan. Pengembangan KTSP jenjang pendidikan
dasar dan menengah mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, Kerangka Dasar
dan Struktur Kurikulum, dan pedoman implementasi Kurikulum. KTSP
dikembangkan oleh SDN 42 Baringin dengan melibatkan komite sekolah, dan
kemudian disahkan oleh kepala dinas pendidikan atau kantor kementerian agama
provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
Keberadaan kurikulum 2013 pada tingkat SDN 42 Baringin merupakan suatu
keharusan. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Untuk Kurikulum 2013 dimana Pemerintah menetapkan standar sebagai
acuan, selebihnya dapat dikembangkan oleh tingkat SDN 42 Baringin masing-
masing.
Pelaksanaan kurikulum 2013 pada tingkat SDN 42 Baringin diharapkan dapat
memberdayakan sumber daya masyarakat melalui peran serta komite sekolah serta
tokoh-tokoh masyarakat. Melalui kerja sama ini, sangat dimungkinkan untuk
melaksanakan kurikulum 2013 yang sesuai dengan tatanan budaya, kebutuhan dan
potensi yang ada di daerah. Dengan demikian diharapkan dapat mengatasi
masalah pendidikan yang berkaitan dengan pemerataan, peningkatan mutu,
relevansi, dan efisiensi manajemen.
Berdasarkan uraian di atas serta memperhatikan kebijakan-kebijakan
pemerintah dibidang pendidikan, maka Sekolah Dasar Negeri 42 Baringin dengan
segenap komponennya, pada Tahun Pelajaran 2022/2023 ini berupaya
melaksanakan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka sesuai dengan yang
diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 tentang Standar
Nasional Pendidikan.

1
2

A. Latar Belakang
Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan seseorang menjadi manusia
seutuhnya, sebagai sumber daya dan sebagai anggota masyarakat. Selain itu
pendidikan juga mempunyai konotasi sebagai barang konsumsi sekaligus
barang investasi. Pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan strategis dan
lingkungan global baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.Perguliran
reformasi dalam tatanan baru sistem perpolitikan di Indonesia, melahirkan
Undang-undang No.22/1999 tentang otonomi daerah, Undang- undang ini
kemudian di ikuti oleh Undang-undang No. 25/1995 tentang pertimbangan
keuangan pusat dan daerah. Dalam dunia pendidikan melahirkan Undang-
undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional.
Terkait digulirkan konsep otonomi daerah, maka dalam dunia
digelindingkan dengan konsep Management Berbasis Sekolah (MBS) dan
kemudian diikuti oleh Management Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(MPMBS). Konsep ini bertujuan untuk memandirikan dan memberdayakan
sekolah melalui pemberian kewenang-an yang lebih luas (otonomi), kepada
sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan keputusan secara
partisipatif. Karena hetoregenitas dan keseragaman dalam semua dimensi,
wilayah Indonesia yang sangat luas dengan ribuan pulau dan suku, bangsa,
bahasa, dan kultur apalagi kehidupan, tidak mungkin dilakukan
penyeragaman.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
beragam mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk menjamin
pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar Nasional Pendidikan terdiri
atas isi, proses, standar kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari
kedelapan Standar Nasional Pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI), dan
Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan
pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
3

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 (UU 20/2003)


tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional
Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar
dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI
dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari itu, penyuluhan KTSP juga harus
mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003
dan PP 19/2005.
Berdasarkan ketentuan tersebut, dalam pengoprasionalkan Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 2005, Pemerintah melalui menteri Pendidikan
Nasional; mengeluarkan Peraturan Mendiknas nomor 22, 23, dan 24 tahun
2006 tentang standard isi SKL dan pelaksanaan Permen No. 22 dan 23 untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah dalam peraturan Mendiknas di atas
bahwa kurikulum ini bernama Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP)
yang dikembangkan oleh tim pengembangan kurikulum SDN 42 Baringin
Kecamatan Koto Tangah Kota Padang yang berpedoman pada Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) serta panduan penyusunan
kurikulum yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP)
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin
pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri
atas standar isi, proses, standar kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan.
Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi
(SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi
satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk (a) belajar untuk beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) belajar untuk memahami dan
menghayati; (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara
4

efektif; (d) belajar untuk hidup bersama berguna untuk orang lain; dan (e)
belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar
yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Kewenangan sekolah dalam menyusun kurikulum memungkinkan
sekolah menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah,
dan kondisi daerah. Dengan demikian, daerah dan/atau sekolah memiliki
cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-hal yang diajarkan,
pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan
belajar mengajar.
Sebelum diuraikan tentang tujuan pengembangan kurikulum, terlebih
dahulu akan dipaparkan tentang kerangka dasar kurikulum. Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Pasal 6 Ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,
kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri
atas:
1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
4. Kelompok mata pelajaran estetika;
5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Berdasarkan cakupan kelompok mata pelajaran, dapat dipaparkan tujuan
pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:
1. Membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia
2. Meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak,
dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta meningkatkan kualitas dirinya sebagai manusia
3. Mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan
teknologi serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah
yang kritis, kreatif, dan mandiri
5

4. Meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekspresikan, dan


kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni
5. Meningkatkan potensi fisik serta menanamkan sportivitas dan kesadaran
hidup Sehat.
1. Deskripsi Nyata, Ideal dan Tindak lanjut Untuk SKL, Isi, Proses,
Penilaian, dan Pengelolaan SDN 42 Baringin sebagai berikut:
1.1 Standar Kelulusan
a. Kondisi nyata di SDN 42 Baringin
Pada tahun pembelajran 2021/2022 SD Negeri 42 Baringin
sudah ada meluluskan peserta didik yang sudah mendapatkan
muatan kurikulum 2013, karena pada tahun pembelajaran
2021/2022 semua jenjang kelas sudah menggunakan muatan
kurikulum 2013.
b. Kondisi Ideal Sesuai Dengan Permendikbud No 20 Tahun
2016
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
harus sesuai dengan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016
tentang Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-
SP). Adapun Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan
(SKL-SP) meliputi 3 dimensi yaitu, dimensi sikap, dimensi
keterampilan dan dimensi pengetahuan , selengkapnya adalah :
 Dimensi Sikap
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap :
1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME
2. berkarakter, jujur, dan peduli
3. bertanggungjawab,
4. pembelajar sejati, sepanjang hayat, dan
5. sehat jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan
anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa dan negara
6

 Dimensi Keterampilan
Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak:
1. kreatif,
2. produktif,
3. kritis,
4. mandiri,
5. kolaboratif, dan
6. Komunikatif
 Dimensi Pengetahuan
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif pada tingkat dasar berkenaan dengan:
 ilmu pengetahuan,
 teknologi,
 seni, dan
 budaya.
Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks
diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan
alam sekitar, bangsa, dan negara.
c. Rencana Tindak Lanjut
Kegiatan proses pembelajaran diharapkan guru dapat
mengkaitkannya dengan akhlak mulia serta contoh teladan yang
baik. Sehingga penerapan akhlak mulia yang diharapkan dapat
ditingkatkan. Meningkatkan sumber daya manusia yang ada
melalui workshop, penataran dan pelatihan, serta memberi
peluang untuk dapat melan jutkan jenjang pendidikan yang lebih
tinggi
1.2 Standar Isi
a. Kondisi nyata di SDN 42 Baringin
SD Negeri 42 Baringin telah merepresentasikan sikap
spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan, yang
selanjutnya disebut Kompetensi Inti (KI). Yang dituangkan
7

dalam proses pembelajaran dan penilaian. Deskripsi Kompetensi


inti sikap spritual, sosial pengetahuan dan keterampilan adalah:
1). Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya. 2). Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun,
percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga, dan negara. 3).
Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat dasar dengan cara mengamati,
menanya dan mencoba. 4). Menunjukkan keterampilan berfikir
dan bertindak: a. kreatif b. produktif, kritis, mandiri, kolaboratif,
dan Komunikatif.
b. Kondisi Ideal
Berdasarkan Permedikbud No. 21 Tahun 2016 standar Isi
untuk Pendidikan Dasar terdiri dari tingkat Kompetensi dan
Kompetensi Inti sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikannya.
Kompetensi Inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan dan ketrampilan. Ruang lingkup materi yang
spesifik untuk setiap mata pelajaran dirumuskan berdasarkan
Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti untuk mencapai
kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.
Standar Isi disesuaikan dengan substansi tujuan pendidikan
nasional dalam domain sikap spiritual dan sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan. Oleh karena itu, Standar Isi
dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang lingkup dan
tingkat kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang
dirumuskan pada Standar Kompetensi Lulusan, yakni sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Karakteristik, kesesuaian,
kecukupan, keluasan, dan kedalaman materi ditentukan sesuai
dengan karakteristik kompetensi beserta proses pemerolehan
kompetensi tersebut. Ketiga kompetensi tersebut memiliki
8

proses pemerolehan yang berbeda. Sikap dibentuk melalui


aktivitas-aktivitas: menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan dimiliki melalui
aktivitasaktivitas: mengetahui, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan
diperoleh melalui aktivitas-aktivitas: mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Karakteristik
kompetensi beserta perbedaan proses pemerolehannya
mempengaruhi Standar Isi.
Uraian Kompetensi Inti untuk setiap Tingkat Kompetensi
disajikan dalam tabel berikut:
KOMPETENSI
DESKRIPSI KOMPETENSI
INTI
Sikap Spritual 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya
Sikap Sosial 2. Menunjukkan perilaku:
a. Jujur
b. Disiplin
c. Santun
d. percaya diri
e. peduli
f. bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman, guru, dan tetangga, dan negara.
Pengetahuan a. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat dasar dengan cara :
a. mengamati
b. menanya
c. mencoba
Berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di
rumah, disekolah, dan tempat bermain.
9

Keterampilan 4. Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak:


a. kreatif
b. produktif,
c. kritis,
d. mandiri,
e. kolaboratif, dan
f. komunikatif
Dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya
yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
tindakan yang mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap
perkembangan

c. Tindak Lanjut
Pada Tahun Pelajaran 2022/2023 Standar Isi Kurikulum
SD Negeri 42 Baringin disesuaikan dengan Permendikbud
Nomor 21 tahun 2016 dari kelas I sampai kelas VI. Dalam
upaya mengatasi berbagai masalah yang berhubungan dengan
standar isi atau pengembangan kurikulum sekolah akan
memberikan berbagai macam pelatihan untuk guru, berupa
KKG, pelatihan, workshop dan supervisi pembinaan, sehingga
guru dapat mengembangkan kurikulum sebagai mana mestinya.
Untuk kegiatan ekstrakurikuler sekolah akan menyediakan
layanan ekstrakurikuler wajib ( Pramuka ) dan berbagai
kegiatan ekstrakurikuler pilihan serta mengupayakan secara
beransur agar semua siswa dapat mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler sesuai dengan minat dan bakatnya.
1.3 Standar Proses.
a. Kondidi nyata di SDN 42 Baringin
Dalam penyusunan silabus masih banyak guru yang belum
melakukan analisis KI dan KD dengan benar. Silabus masih
melalui proses mengadopsi dan adaptasi silabus yang telah
10

ada.Masih ada guru menyusun RPP tidak melampirkan


instrumen penilaian dan tidak mempresentasikan tujuan pada
RPP. Belum seluruh guru mampu melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan meliputi kegiatan eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi. Banyak guru yang tidak melakukan analisis sebagai
bahan acuan dalam program perbaikan proses pembelajaran.
Dalam pelaksanaan pembelajaran masih banyak guru yang
tidak mampu menggunakan multi metode dan multi media,
sehingga sangat jarang terlaksana proses pembelajaran
partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Tetapi ada
juga guru yang secara inisiatif sendiri belajar untuk menambah
ilmu tentang penyusunan standar proses pembelajaran yang
mengacu kepada permendiknas No.22 tahun 2016 tentang
komponen penyusunan RPP. Serta proaktif membimbing rekan-
rekan guru lainnya dalam merancang pembelajaran. Dan
diharapkn bisa berkolaborasi dengan rekan sejawat dalam
menyusun rencana pembelajaran jarak jauh nantinya.
b. Kondisi ideal
Berdasarkan Permendiknas No.22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses, perencanaan proses pembelajaran meliputi
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
memuat identitas mata pelajaran, kompetensi inti (KI),
kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi,
tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar,
dan sumber belajar.
Penyusunan RPP harus memperhatikan prinsip-prinsip
penyusunan RPP yaitu: memperhatikan perbedaan individu
peserta didik, mendorong partisipasi aktif peserta didik,
mengembangkan budaya membaca dan menulis, memberikan
umpan balik dan tindak lanjut,keterkaitan dan keterpaduan, serta
11

menerapkan teknologi informasi dan komunikasi. Pelaksanaan


Pembelajaran dilakukan dengan melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti yang
terdiri dari ekplorasi, elaborasi dan konfirmasi, serta kegiatan
akhir.
c. Tindak Lanjut
Masih perlu mengadakan KKG sekolah dan gugus, peer
teaching dan lesson study untuk membina guru-guru untuk
meningkatkan proses pembelajaran, terutama tentang konsep
penggunaan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran.
Perlu workshop di sekolah atau di gugus untuk mengikuti
pemantapan pembelajaran tematik. Sebaiknya pada tiap awal
semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang
diampunya pada siswa, namun guru-guru pada umumnya belum
menyampaikan silabus mata pelajaran yang diampunya, ke
depannya sudah menjadi program sekolah untuk menyampaikan
silabus pembelajaran tersebut.
Kedepannya ada beberapa hal yang harus ditingkatkan
untuk lebih maksimalnya proses pembelajaran di antaranya
perlu pemantapan penggunaan media pembelajaran agat tercapai
tujuan yang diinginkan, perlu pelatihan pembelajaran PAIKEM,
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pembelajaran remedial, program pengayaan, layanan konseling
dan/ atau memberikan tugas, baik tugas individual maupun tugas
kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik. Hal penting
yang harus di tingkatkan yaitu guru harus lebih banyak lagi
membaca untuk menambah kemampuannya dalam berbagai
macam metode pembelajaran serta perlu peningkatan refleksi
diri bagi guru dan siswa serta membuat target dan feedback.
12

1.4 Standar Penilaian (Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016)


a. Kondisi Nyata di SDN 42 Baringin
Dalam penyusunan silabus masih banyak guru yang belum
melakukan analisis KI dan KD dengan benar. Silabus masih
melalui proses mengadopsi dan adaptasi silabus yang telah
ada.Masih ada guru menyusun RPP tidak melampirkan
instrumen penilaian dan tidak mempresentasikan tujuan pada
RPP. Belum seluruh guru mampu melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan meliputi kegiatan eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi. Banyak guru yang tidak melakukan analisis sebagai
bahan acuan dalam program perbaikan proses pembelajaran.
Dalam pelaksanaan pembelajaran masih banyak guru yang
tidak mampu menggunakan multi metode dan multi media,
sehingga sangat jarang terlaksana proses pembelajaran
partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Tetapi ada
juga guru yang secara inisiatif sendiri belajar untuk menambah
ilmu tentang penyusunan standar proses pembelajaran yang
mengacu kepada permendiknas No.22 tahun 2016 tentang
komponen penyusunan RPP. Serta proaktif membimbing rekan-
rekan guru lainnya dalam merancang pembelajaran. Dan
diharapkn bisa berkolaborasi dengan rekan sejawat dalam
menyusun rencana pembelajaran jarak jauh nantinya.
b. Kondisi Ideal
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 23 tahun 2016, Penilaian adalah proses pengumpulan
dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil
belajar peserta didik.
Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar
dan pendidikan menengah meliputi aspek: a. sikap; b.
pengetahuan; dan c. Keterampilan Tujuan penilaian hasil belajar
oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi
13

proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta


didik secara berkesinambungan. (2) Penilaian hasil belajar oleh
satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian Standar
Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran. (3) Penilaian
hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata
pelajaran tertentu.
Prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut:
a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur.
b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan
kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan
peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan
latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status
sosial dan ekonomi.
d. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah
satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan
pembelajaran.
e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan
dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak
yang berkepentingan.
f. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh
pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan
bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
h. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
14

i. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan,


baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
c. Tindak Lanjut
Perlu peningkatan pemahaman guru implementasi
Permendikbud no 23 tahun 2016 tentang standar penilaianan.
Guru perlu dilatih dan membiasakan melakukan analisis butir
soal sehingga terlaksana program perbaikan dan pengayaan.
Menindaklanjuti kegiatan melalui KKG sekolah, gugus dan
melalui rapat sekolah, sehingga sistem penilaian berjalan sesuai
prosedur, juga perlu mengadakan workshop guru tentang
pelaksanaan penilai di sekolah dasar.
1.5 Standar Pengelolaan (Permendikbud No 19 Tahun 2007)
a. Kondisi nyata
Sekolah telah mempunyai visi dan telah dirumuskan melalui
rapat guru dan komite dan telah disosialisasikan kepada orang
tua murid. Sekolah telah merumuskan misi sekolah dan telah
mengembangkannya dan juga telah disosialisasikan kepada
orang tua dan masyarakat. Sekolah juga telah merancang RKJM
akan tetapi masih dalm tahap kebijakan warga sekolah namun
telah dibuat dalam bentuk papan data.
Sekolah belum memaksimalka program empat tahunan
maupun program tahunan. Sekolah sudah merumuskan tujuan
sekolah yang menggambarkan kualitas, mengacu pada visi dan
misi, serta mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Rencana
kerja tahunan sudah dinyatakan dalam RKAS dan berdasarkan
RKJM dengan cakupan yang ada. Sekolah telah melaksnakan
evaluasi akademik sesuai dengan program.
Walaupun sekolah belum maksimal mengelola sistem
manajemen, akan tetapi sekolah telah mengunakan IT dalam
pengelolaan. Sekolah belum mempunyai telp sekolah akan tetapi
masing-masing stekholder sekolah telah memiliki telp genggam.
15

Sekolah telah mendayagunakan serta telah memberikan


berbagai fasilitas dan kemudahan bagi pendidik dan tenaga
kependidikan. Sekolah telah menempatkan posisi pendidikan
dan tenaga kependidikan sesuai dengan analisis jabatan.
Kepala sekolah dan pengawas telah membuat dan
menjalankan program supervisi walaupun hasinya belum
maksimal. Sekolah belum lagi maksimal melakukan kerjasama
dengan pihak luar untuk memajukan pendidikan. Warga sekolah
sudah dilibatkan secara maksimal mengelola akademik maupun
non akademik
b. Kondisi Ideal
Sekolah wajib merumuskan visi, misi dan tujuan sekolah
yang mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Namun
sebahagian warga sekolah belum memahami visi, misi sekolah
sehingga perlu sosialisasi kepada warga sekolah agar visi dan
misi menjadi inspirasi dan motivasi warga sekolah dalam
menjalankan pembelajaran.
Sekolah sudah menyusun rencana kerja jangka menengah
yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun
waktu 4 tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin
dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan
mutu lulusan.
Namun dalam kondisi nyata belum semua warga sekolah
memahami rencana kerja sekolah sebagai pedoman pengelolaan
sekolah. Sehingga perlu sosialisasi penekanan dan pemahaman
kepada seluruh warga sekolah.
Sekolah sudah menyusun pedoman pengelolaan sekolah
yang meliputi kurikulum, kalender pendidikan, struktur
organisasi sekolah, pembagian tugas guru, peraturan akademik,
tata tertip sekolah, kode etik sekolah dan biaya operasional
sekolah. Namun dalam pelaksanaanya belum dilakukan evaluasi
16

secara berkala untuk memberikan pemahaman kepada seluruh


warga sekolah.
Bidang pendidik dan tenaga kependidikan sudah dilakukan
pengembangan yang identifikasi secara sistematis sesuai dengan
aspirasi individu serta kebutuhan kurikulum dan sekolah.
Sekolah sudah memiliki pedoman pengelolaan yang mengatur
tentang pendidik dan tenaga kependidikan.
Bidang sarana dan prasarana belum sesuai dengan kondisi
ideal. Dalam bidang keuangan dan pembiaayaan, pengelolaan
sesuai dengan pedoman, sumber pemasukan, pengeluaran dan
jumlah dana yang dikelola, penggunaan sesuai dengan RKAS,
pembukuan (SPJ) diserahkan kepada dinas pendidikan kota
Padang.
Budaya dan lingkungan sekolah menciptakan lingkungna
sekolah yang kondusif, malaui pedoman tata tertib, sistem
penghargaan dan sanksi, taat azaz dan waktu dan meningkatkan
kepedulian tehadap peraturan sekolah
c. Tindak Lanjut
Berupaya mengintensifkan sosialisasi visi kepada orang tua
dan masyarakat. Semua warga sekolah berupaya mewujudkan
visi, misi serta tujuan sekolah dengan baik. Akan
memgupayakan pembuatan program tahunan, dan empat
tahunan dan sekaligus mewujudkan pencapaiannya.
Mengevaluasi jalannya program yang ada dan melanjutkan
yang masih belum tercapi serta membuat program yang baru.
Berupaya melakukan pengkajian ulang serta mengevaluasi
pencapaiannya. Akan memantapkan rencana tahunan dan RKJM
/RENSTRA. Akan memgupayakan meningkatkan keberhasilan
kinerja sekolah. Berupaya meningkatkan operator komputer
yang profesional dalam pengelolaan sistem informasi.
17

Stekholder sekolah diupayakan selalu tanggap dengan


berbagai informasi dan juga bisa mengakses melalui internet dan
media lainnya. Melakukan berbagai pendekatan agar pendidik
dan tenaga kependidikan mampu lebih memaksimalkan potensi
diri mereka. Sekolah selalu mengupayakan penempatan dan
penugasan sesuai dengan job dan keahlian masing-masing.
Mengefektifkan program supervisi dengan berbagai teknik
supervisi dan macam-macam supervisi dengan tidak mengurangi
nilai-nilai yang ada serta menindaklanjuti hasil supervisi Akan
berusaha membuat program kerjasama dengan pihak luar untuk
bersama-sama mengelola sekolah dan berupaya menjalin
kemitraan dengan lembaga lain berkaitan dengan input, proses,
out put, dan pemamfaatan hasil lulusan. Berupaya
memaksimalkan partisipasi warga sekolah dalam pengelolaan
akademik dan non akademik.
2. Hasil Evaluasi Kurikulum SD Negeri 42 Baringin Tahun 2021/2022
SD Negeri 42 Baringin pada Tahun Pelajaran 2021/2022 sudah
semua kelas memakai kurikulum 2013. Hal ini dapat dilihat dari 5
standar nasional pendidikan antara lain:
a. Standar Kompetensi Lulusan
SD Negeri 42 Baringin melaksanakan kurikulum 2013 pada
tahun pelajaran 2021/2022 dan sudah memiliki lulusan.
b. Standar Isi
Setiap guru telah berupaya melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan Permendikbud No. 24 Tahun 2016 untuk tahun pelajaran
2021/2022 dan akan lebih ditingkatkan lagi untuk tahun pelajaran
2022/2023.
c. Standar Proses
Dalam melaksanakan proses belajar mengajar, guru SD Negeri
42 Baringin telah mempersiapkan silabus dan RPP sesuai dengan
kelasnya masing-masing. Namun dalam pelaskanaannya dilakukan
18

secara daring dan masih ada guru yang belum maksimal dalam
proses belajar mengajar.
d. Standar Pengelolaan
Berkaitan dengan standar pengelolaan SD Negeri 42 Baringin
belum maksimal akan tetapi SD Negeri 42 Baringin telah berupaya
melakukan pengelolaan kegiatan pendidikan secara efektif dan
efesien.
e. Standar Penilaian
Dalam proses pembelajaran, guru SD Negeri 42 Baringin telah
melaksanakan penilaian yang baik. Penilaian yang dilakukan dapat
berupa ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan semester,
dan ulangan kenaikan kelas.
3. Tuntutan Perubahan Kurikulum
Tuntutan perubahan kurikulum adalah KTSP dirubah menjadi
kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013 diharapkan dapat
diimplementasikan pembelajaran abad 21. Hal ini untuk menyikapi
tuntutan zaman yang semakin kompetitif. Adapun pembelajaran abad
21 mencerminkan empat hal.
1) Critical Thinking and Problem Solving
Pada karakter ini, peserta didik berusaha untuk memberikan
penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan
yang rumit, memahami interkoneksi antara sistem. Peserta didik juga
menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri,
peserta didik juga memiliki kemampuan untuk menyusun dan
mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan masalah
2) Creativity and Innovation
Pada karakter ini, peserta didik memiliki kemampuan untuk
mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-
gagasan baru kepada yang lain, bersikap terbuka dan responsif
terhadap perspektif baru dan berbeda. Guru perlu membuka ruang
19

kepada siswa untuk mengembangkan kreativitasnya. Kembangkan


budaya apresiasi terhadap sekecil apapun peran atau prestasi siswa.
Hal ini bertujuan untuk memotivasi siswa untuk terus meningkatkan
prestasinya
3) Communication
Pada karakter ini, peserta didik dituntut untuk memahami,
mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam
berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia. Peserta
didik diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk
mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi dengan
teman-temannya maupun ketika menyelesaikan masalah dari 
pendidiknya.
4) Collaboratio
Pada karakter ini, peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam
kerjasama berkelompok dan kepemimpinan, beradaptasi dalam
berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan
yang lain, menempatkan empati pada tempatnya, menghormati
perspektif berbeda. Pembelajaran secara berkelompok, kooperatif
melatih siswa untuk berkolaborasi dan bekerjasama. Hal ini juga
untuk menanamkan kemampuan bersosialisasi dan mengendalikan
ego serta emosi. Dengan demikian, melalui kolaborasi akan tercipta
kebersamaan, rasa memiliki, tanggung jawab, dan kepedulian
antaranggota.
5) Nawacita Pendidikan
Sesuai dengan Nawacita yang terkandung dalam RPJMN 2015-2019
yaitu :
a. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia
b. Melakukan revolusi karakter bangsa
c. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing dipasar
Internasional
20

d. Memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial


Indonesia

Evaluasi pengembangan kurikulum sangat diperlukan karena adanya


tuntutan pengembangan kurikulum. Tuntutan pengembangan kurikulum
diperlukan karena adanya tantangan yang bersifat interen, terkait dengan
standar pendidikan dan faktor kependudukan Indonesia. Terkait dengan
standar, tantangan internal berkenaan dengan 8 Standar Nasional
Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar
sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi,
standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan yang
berengaruh terhadap kualitas manusia Indonesia yang harus dihasilkan
suatu kurikulum.
Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan
penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif
yang harus mendapatkan kepedulian kurikulum karena kurikulum adalah
rancangan dan proses pendidikan untuk memberikan pengalaman
pendidikan bagi penduduk usia sekolah dalam mengembangkan potensi
dirinya menjadi kompetensi yang berkualitas tinggi.
Selain itu juga ada tantangan yang bersifat Tantangan eksternal yang
dihadapi dunia pendidikan berkaitan dengan tantangan masa depan,
kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat,
perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena
negatif yang mengemuka.Tantangan masa depan antara lain terkait
dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah
lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan
industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat
internasional.
21

4. Hasil Evaluasi Diri Sekolah/ Pemetaaan Mutu Pendidikan


Instrumen Evaluasi Diri Sekolah meliputi 8 Standar Nasional
Pendidikan.

IDENTITAS SEKOLAH

NPSN : 10304655
Nama Sekolah : SD NEGERI 42 BARINGIN
Alamat : JL. BANDES BARINGIN
Kelurahan/Desa : BALAI GADANG
Kecamatan : KOTO TANGAH
Kabupaten/Kota : PADANG
Provinsi : SUMATERA BARAT
Telepon / HP : 082284575899
Jenjang : SD
Status (Negeri/Swasta): NEGERI
Tahun Berdiri : 1982
Hasil Akreditasi :B
Visi Cerdas, Trampil, Unggul, Sehat serta
Berwawasan Lingkungan Yang dilandasi
IPTEK dan IMTAQ
Misi a.Meningkatkan kecerdasan dari segi kognitif,
afektif dan Psikomotor peserta didik
b.Menata lingkungan sekolah yang dapat
berperan sebagai sumber belajar yang nyaman
dan asri
c.Menciptakan peserta didik yang peduli
kebersihan, kesehatan, dan lingkungan hidup
d.Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan
terhadap ajaran agama
e.Melaksanakan pola pembelajaran PAIKEM
untuk mencapai sekolah yang berbudaya
lingkungan
f. Menumbuh kembangkan sikap yang peduli
lingkungan kepada semua warga sekolah
Nama Kepala Sekolah : HARLENA,S.Pd
Nama Pengawas Pembina : Asli, S.Pd, MM
22

Rapor Pendidikan menampilkan data kualitas satuan pendidikan atau daerah


yang didapat dari berbagai asesmen atau survei nasional. Berikut Hasil Rapor
Pendidikan SD Negeri 42 Baringin untuk tahun 2021.
Hasil Rapor Pendidikan SD Negeri 42 Baringin Tahun 2021
No Nilai
Indikator Nama Indikator Capaian Deksripsi Capaian
Sekolah

A.1 Kemampuan 1.7% Di bawah Kurang dari 50% peserta


literasi kompetensi didik telah mencapai
minimum kompetensi minimum untuk
literasi membaca.

A.1 Proporsi peserta 3.7% Mahir Peserta didik mampu


didik dengan mengintegrasikan beberapa
kemampuan informasi lintas teks;
literasi Mahir mengevaluasi isi, kualitas,
cara penulisan suatu teks,
dan bersikap reflektif
terhadap isi teks.

A.1 Proporsi peserta 40.74% Cakap Peserta didik mampu


didik dengan membuat interpretasi dari
kemampuan informasi implisit yang ada
literasi Cakap dalam teks; mampu
membuat simpulan dari hasil
integrasi beberapa informasi
dalam suatu teks.

A.1 Proporsi peserta 44.44% Dasar Peserta didik mampu


didik dengan menemukan dan mengambil
kemampuan informasi eksplisit yang ada
literasi Dasar dalam teks serta membuat
interpretasi sederhana.

A.1 Proporsi peserta 11.11% Perlu Intervensi Peserta didik belum mampu
didik dengan Khusus menemukan dan mengambil
kemampuan informasi eksplisit yang ada
literasi Perlu dalam teks ataupun
Intervensi Khusus membuat interpretasi
sederhana.
23

A.1.1 Kompetensi 49.32 Belum Tersedia Nilai indikator ini belum


membaca teks memiliki capaian
informasi pengukuran.

A.1.2 Kompetensi 47.36 Belum Tersedia Nilai indikator ini belum


membaca teks memiliki capaian
sastra pengukuran.

A.1.3 Kompetensi 54.2 Belum Tersedia Nilai indikator ini belum


mengakses dan memiliki capaian
menemukan isi pengukuran.
teks (L1)

A.1.4 Kompetensi 43.531 Belum Tersedia Nilai indikator ini belum


menginterpretasi memiliki capaian
dan memahami isi pengukuran.
teks (L2)

A.1.5 Kompetensi 48.89 Belum Tersedia Nilai indikator ini belum


mengevaluasi dan memiliki capaian
merefleksikan isi pengukuran.
teks (L3)

A.2 Kemampuan 1.53 Di bawah Kurang dari 50% peserta


numerasi kompetensi didik telah mencapai
minimum kompetensi minimum untuk
numerasi.

A.2 Proporsi peserta 0% Mahir Peserta didik mampu


didik dengan bernalar untuk
kemampuan menyelesaikan masalah
numerasi Mahir kompleks serta nonrutin
berdasarkan konsep
matematika yang
dimilikinya.

A.2 Proporsi peserta 22.22% Cakap Peserta didik mampu


didik dengan mengaplikasikan
kemampuan pengetahuan matematika
numerasi Cakap yang dimiliki dalam konteks
yang lebih beragam.

A.2 Proporsi peserta 59.26% Dasar Peserta didik memiliki


didik dengan keterampilan dasar
24

kemampuan matematika: komputasi


numerasi Dasar dasar dalam bentuk
persamaan langsung, konsep
dasar terkait geometri dan
statistika, serta
menyelesaikan masalah
matematika sederhana yang
rutin.

A.2 Proporsi peserta 18.52% Perlu Intervensi Peserta didik hanya memiliki
didik dengan Khusus pengetahuan matematika
kemampuan yang terbatas (penguasaan
numerasi Perlu konsep yang parsial dan
Intervensi Khusus keterampilan komputasi
yang terbatas).

A.2.1 Kompetensi pada 28.91 Belum Tersedia Nilai indikator ini belum
domain Bilangan memiliki capaian
pengukuran.

A.2.2 Kompetensi pada 26.25 Belum Tersedia Nilai indikator ini belum
domain Aljabar memiliki capaian
pengukuran.

A.2.3 Kompetensi pada 30.74 Belum Tersedia Nilai indikator ini belum
domain Geometri memiliki capaian
pengukuran.

A.2.4 Kompetensi pada 35.12 Belum Tersedia Nilai indikator ini belum
domain Data dan memiliki capaian
Ketidakpastian pengukuran.

A.2.5 Kompetensi 37.72 Belum Tersedia Nilai indikator ini belum


mengetahui (L1) memiliki capaian
pengukuran.

A.2.6 Kompetensi 27.88 Belum Tersedia Nilai indikator ini belum


menerapkan (L2) memiliki capaian
pengukuran.

A.2.7 Kompetensi 25.34 Belum Tersedia Nilai indikator ini belum


menalar (L3) memiliki capaian
pengukuran.
25

A.3 Karakter 2.06 Berkembang Peserta didik terbiasa


menerapkan nilai-nilai
karakter pelajar pancasila
yang berakhlak mulia,
bergotong royong, mandiri,
kreatif dan bernalar kritis
serta berkebinekaan global
dalam kehidupan sehari hari.

A.3.1 Beriman, Bertakwa 2.17 Berkembang Peserta didik memiliki


kepada Tuhan yang kesadaran akan pentingnya
Maha Esa, dan berakhlak baik pada sesama
Berakhlak Mulia manusia, alam, dan negara,
serta sudah menerapkannya
dengan baik dalam
kehidupan sehari-hari.

A.3.2 Gotong Royong 2 Berkembang Peserta didik memiliki


kesediaan dan kemauan
berkontribusi dalam
kegiatan yang bertujuan
memperbaiki kondisi
lingkungan fisik dan sosial,
serta sudah
diimplementasikan dengan
baik dalam kehidupan
sehari-hari.

A.3.3 Kreativitas 2 Berkembang Peserta didik memiliki


kesenangan dan pengalaman
untuk menghasilkan
pemikiran, gagasan, serta
karya yang baru dan
berbeda, serta sudah
diimplementasikan secara
optimal.

A.3.4 Nalar Kritis 2 Berkembang Peserta didik secara rutin


dan konsisten telah
menelusuri, menganalisis,
dan mengevaluasi informasi,
serta bertanggung jawab
terhadap keputusan yang
26

dibuat.

A.3.5 Kebinekaan global 2 Berkembang Peserta didik memiliki


ketertarikan terhadap
keragaman di berbagai
negara serta memiliki
kepedulian terhadap isu-isu
global, dan sudah diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.

A.3.6 Kemandirian 2 Berkembang Peserta didik terbiasa


mengelola pikiran, perasaan,
dan tindakan untuk
mencapai tujuan belajar
dalam kehidupan sehari-hari.

C.1 Proporsi GTK 62.5% Cukup Satuan Pendidikan dengan


bersertifikat proporsi guru bersertifikat
pendidik kurang.

C.2 Proporsi GTK 0% Bukan Sekolah dengan KS/Wakil


penggerak KS/KS Penggerak belum
berasal dari guru penggerak.

C.2.1 % guru penggerak 0 Belum Tersedia Nilai indikator ini belum


memiliki capaian
pengukuran.

C.2.2 % KS/wakil KS 0 Bukan Sekolah dengan KS/Wakil


penggerak KS/KS Penggerak belum
berasal dari guru penggerak.

C.2.3 % pengawas Data Data Terbaru Nilai indikator ini belum


penggerak Terbaru Belum Tersedia tersedia.
Belum
Tersedia

C.3 Pengalaman 13.33 Merintis Satuan Pendidikan sedang


pelatihan GTK merintis dalam keikutsertaan
guru dalam pelatihan.

C.3.1 Pengetahuan 20% Merintis Satuan Pendidikan sedang


bidang studi merintis dalam keikutsertaan
(termasuk magang guru dalam pelatihan
27

untuk SMK) pengetahuan bidang studi.

C.3.2 Pedagogi 10% Merintis Satuan Pendidikan sedang


merintis dalam keikutsertaan
guru dalam pelatihan
pengetahuan pedagogik.

C.3.3 Manajerial 10% Berkembang Satuan Pendidikan


berkembang dalam
keikutsertaan guru dalam
pelatihan penguatan
manajerial.

C.5 Nilai uji 52.98 Cukup Satuan Pendidikan dengan


kompetensi guru rata-rata nilai UKG cukup.

C.5.1 Kompetensi 52.58 Cukup Satuan Pendidikan dengan


pedagogik rata-rata nilai UKG
Pedadogik cukup.

C.5.2 Kompetensi 53.39 Cukup Satuan Pendidikan dengan


profesional rata-rata nilai UKG
Profesional cukup.

C.6 Kehadiran guru di Data Data Terbaru Nilai indikator ini belum
kelas Terbaru Belum Tersedia tersedia.
Belum
Tersedia

C.6.1 Kehadiran guru Data Data Terbaru Nilai indikator ini belum
menurut laporan Terbaru Belum Tersedia tersedia.
murid Belum
Tersedia

C.6.2 Kehadiran guru Data Data Terbaru Nilai indikator ini belum
menurut laporan Terbaru Belum Tersedia tersedia.
kepala sekolah Belum
Tersedia

C.8 Pemenuhan 25% Kurang Satuan Pendidikan yang


kebutuhan Guru kurang mampu dalam
melakukan pemenuhan
guru.
28

D.1 Kualitas 1.8 Disorientasi Suasana pembelajaran yang


pembelajaran kondusif, dukungan afektif
dan aktivasi kognitif belum
diberikan oleh guru.

D.1.1 Manajemen kelas 1.81 Disorientasi Sebagian kelas suasananya


kondusif untuk
melangsungkan
pembelajaran dan sejumlah
guru berupaya aktif untuk
melibatkan peserta didik
dalam pengelolaan kelas.

D.1.2 Dukungan afektif 1.95 Responsif Dukungan afektif berupa


perhatian, kepedulian dan
umpan balik untuk
meningkatkan ekspektasi
akademik, diberikan oleh
guru ketika diminta peserta
didik.

D.1.3 Aktivasi kognitif 1.65 Pasif Aktivasi kognitif dalam


proses pembelajaran berupa
menciptakan iklim
pembelajaran terbuka
dengan memberikan
instruksi, panduan dan
aktivitas yang interaktif pada
pembelajaran literasi dan
numerasi yang dipraktekkan
oleh guru masih bersifat
pasif.

D.2 Refleksi dan 2.4 Membudaya Guru aktif meningkatkan


perbaikan kualitas pembelajaran
pembelajaran oleh setelah melakukan refleksi
guru pembelajaran yang telah
lewat, mengeksplorasi
referensi pengajaran baru,
dan berinovasi
menghadirkan pembelajaran
yang memantik keterlibatan
29

peserta didik.

D.2.1 Belajar tentang 50.62 Aktif Guru belum secara intensif


pembelajaran mencari referensi
pengajaran melalui buku,
seminar, diskusi, praktik baik
guru lain, dll untuk
meningkatkan kualitas
pengajaran, namun masih
perlu ditingkatkan
intensitasnya.

D.2.2 Refleksi atas 55.76 Aktif Proses refleksi telah secara


praktik mengajar rutin dan konsisten,
ditindaklanjuti dengan
pencarian sumber belajar
baik dari buku, diskusi,
praktek baik orang lain,
maupun berbagai sumber
belajar lainnya untuk
peningkatan kualitas dan
pengembangan inovasi.

D.2.3 Penerapan praktik 60.33 Membudaya Guru mulai aktif mencari


inovatif cara, sumber, dan strategi
pengajaran baru dalam
rangka melakukan inovasi
pembelajaran untuk
meningkatkan ketertarikan,
keterlibatan, dan
pemahaman peserta didik
terhadap materi
pembelajaran.

D.3 Kepemimpinan 1.33 Terbatas Kepemimpinan instruksional


instruksional mengarah pada visi-misi
sekolah sehingga
mendorong sebagian
perencanaan, praktik dan
asesmen pembelajaran
mulai mengarah pada
orientasi peningkatan hasil
belajar peserta didik dengan
30

adanya program, sistem


insentif atau sumber daya
yang mulai mendukung guru
melakukan refleksi dan
perbaikan pembelajaran.

D.3.1 Visi-misi sekolah 52.04 Terarah Visi-misi sekolah menjadi


acuan dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi
program kerja sekolah serta
dikomunikasikan kepada
warga sekolah.

D.3.2 Pengelolaan 48.19 Disorientasi Perencanaan pembelajaran,


kurikulum sekolah praktik pembelajaran, dan
praktik asesmen di satuan
pendidikan berorientasi
pada peningkatan hasil
belajar peserta didik.

D.3.3 Dukungan untuk 44.01 Terbatas Sekolah sudah memiliki


refleksi guru program, sistem insentif, dan
sumber daya yang mulai
mendukung guru untuk
melakukan refleksi dan
perbaikan pembelajaran.

D.4 Iklim keamanan 2.41 Aman Satuan pendidikan memiliki


sekolah lingkungan sekolah yang
aman, terlihat dari
kesejahteraan psikologis
yang baik dan rendahnya
kasus perundungan,
hukuman fisik, kekerasan
seksual, dan
penyalahgunaan narkoba.
Satuan pendidikan dapat
mempertahankan kualitas
warga sekolah dalam
mencegah dan menangani
kasus untuk menciptakan
iklim keamanan di
lingkungan sekolah.
31

D.4.1 Kesejahteraan 2 Berkembang Peserta didik merasa aman


psikologis murid dan nyaman ketika berada di
lingkungan sekolah pada
situasi-situasi tertentu saja.

D.4.2 Kesejahteraan 2.4 Maju Guru masih belum


psikologis guru sepenuhnya merasa sebagai
bagian dari satuan
pendidikan sehingga mereka
menikmati perannya sebagai
seorang pendidik hanya
pada situasi tertentu saja.

D.4.3 Perundungan 3 Aman Satuan pendidikan aman dari


kasus perundungan. Kepala
sekolah dan guru telah
memiliki konsepsi yang tepat
dan yakin dengan
pengetahuan dan
kemampuannya terkait
perundungan.

D.4.4 Hukuman fisik 2.63 Aman Satuan pendidikan aman dari


kasus hukuman fisik. Kepala
sekolah dan guru telah
memiliki konsepsi yang tepat
dan yakin dengan
pengetahuan dan
kemampuannya terkait
hukuman fisik.

D.4.5 Kekerasan seksual 2 Waspada Di satuan pendidikan masih


terjadi pelecehan seksual.
Kepala sekolah dan guru
masih perlu memahami
konsep, definisi dan bentuk-
bentuk pelecehan seksual.
Satuan pendidikan harus
mendapat intervensi untuk
meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan tentang
32

pencegahan dan
penanganan kasus
pelecehan seksual.

D.4.6 Narkoba 2.38 Aman Satuan pendidikan aman dari


kasus penyalahgunaan
narkoba.Kepala sekolah dan
guru memahami pengertian
narkoba dan contoh
penyalahgunaan narkoba.

D.6 Iklim Kesetaraan 2 Merintis Satuan pendidikan


Gender mendukung kesetaraan hak-
hak sipil antar kelompok
gender. Dukungan tersebut
seringkali didasari oleh
alasan pragmatis dan
cenderung bersifat pasif.

D.6.1 Dukungan atas Data Data Terbaru Nilai indikator ini belum
kesetaraan gender Terbaru Belum Tersedia tersedia.
Belum
Tersedia

D.8 Iklim Kebinekaan 2.25 Merintis Satuan pendidikan mulai


mengembangkan suasana
proses pembelajaran yang
menjunjung tinggi toleransi
agama/kepercayaan dan
budaya; mendapatkan
pengalaman belajar yang
berkualitas; mendukung
kesetaraan
agama/kepercayaan,
budaya, dan gender;
memperkuat nasionalisme.

D.8.1 Toleransi agama 2.5 Membudaya Satuan pendidikan mengakui


dan budaya adanya keragaman
agama/kepercayaan dan
budaya, tetapi tidak
sepenuhnya menerima
keragaman tersebut.
33

D.8.2 Sikap Inklusif 1.5 Perlu Satuan pendidikan hanya


peningkatan mendukung dan
mengakomodir peserta didik
tertentu untuk mendapatkan
pengalaman belajar yang
berkualitas.

D.8.3 Dukungan atas 2 Merintis Satuan pendidikan


kesetaraan agama mendukung kesetaraan hak-
dan budaya hak sipil antara kelompok
agama/kepercayaan dan
budaya mayoritas dan
minoritas. Akan tetapi,
dukungan tersebut sering
kali didasari alasan
pragmatis dan cenderung
bersikap pasif.

D.8.4 Komitmen 3 Membudaya Satuan Pendidikan


kebangsaan mengetahui lemahnya
komitmen kebangsaan dan
menindak pelanggaran
tersebut dengan cara-cara
yang demokratis, seperti
bertukar pikiran satu sama
lain.

D.10 Iklim Inklusivitas 2.21 Merintis Satuan pendidikan mulai


mengembangkan suasana
proses pembelajaran yang
menyediakan layanan yang
ramah bagi peserta didik
dengan disabilitas dan
cerdas berbakat istimewa.

D.10.1 Layanan disabilitas 2.43 Akomodatif Satuan pendidikan mulai


memiliki pengetahuan, sikap
yang tepat, dan kemampuan
untuk melaksanakan praktik
pembelajaran khusus bagi
peserta didik dengan
disabilitas.
34

D.10.2 Layanan sekolah 2.2 Berkembang Satuan pendidikan mulai


untuk murid cerdas memiliki pengetahuan, sikap
dan bakat istimewa yang tepat, dan kemampuan
untuk melaksanakan praktik
pembelajaran khusus bagi
peserta didik dengan
kecerdasan dan bakat
istimewa.

D.10.3 Sikap terhadap 2 Mengakui Peserta didik mulai


disabilitas menerima keberadaan,
namun masih ragu untuk
berteman akrab dengan
peserta didik disabilitas.

D.10.4 Fasilitas dan Data Data Terbaru Nilai indikator ini belum
Layanan Sekolah Terbaru Belum Tersedia tersedia.
untuk Siswa Belum
Disabilitas dan Tersedia
Cerdas Berbakat
Istimewa

E.1 Partisipasi warga 2 Selektif Satuan pendidikan telah


sekolah melibatkan orang tua dan
peserta didik baik dalam
kegiatan akademik maupun
non-akademik secara
keseluruhan di satuan
pendidikan.

E.1.1 Partisipasi orang 61 Selektif Satuan pendidikan


tua melibatkan orang tua dalam
beberapa kegiatan di satuan
pendidikan khususnya
berupa kegiatan akademik
dan atau non-akademik.

E.1.2 Partisipasi murid 60.65 Selektif Satuan pendidikan


melibatkan peserta didik
dalam beberapa kegiatan di
satuan pendidikan
khususnya berupa kegiatan
akademik dan atau non-
35

akademik.

E.2 Proporsi 0% Belum Tersedia Nilai indikator ini belum


pemanfaatan memiliki capaian
sumber daya pengukuran.
sekolah untuk
peningkatan mutu

E.2.1 Proporsi 0% Belum Tersedia Nilai indikator ini belum


pembelanjaan memiliki capaian
peningkatan mutu pengukuran.
guru dan tenaga
kependidikan

E.2.2 Proporsi 0% Belum Tersedia Nilai indikator ini belum


pembelanjaan non memiliki capaian
personil mutu pengukuran.
pembelajaran

E.3 Pemanfaatan TIK 32.98 Tinggi Satuan pendidikan memiliki


untuk pengelolaan proporsi pembelanjaan dana
anggaran BOS secara daring yang
tinggi.

E.3.1 Proporsi 32.98% Tinggi Satuan pendidikan memiliki


pembelanjaan proporsi pembelanjaan dana
dana BOS secara BOS secara daring yang
daring tinggi.

E.3.2 Indeks penggunaan Data Data Terbaru Nilai indikator ini belum
platform SDS Terbaru Belum Tersedia tersedia.
sumber daya Belum
sekolah - ketepatan Tersedia
waktu dan
kelengkapan
pelaporan

5. Deskripsi Potensi dan Karakteristik Satuan Pendidikan (keunggulan


Akademik dan /atau non Akademik Serta Kekhasan Sekolah)
5.1 Keunggulan Akademik
SD N 42 Baringin belum memiliki prestasi dibidang Akademik.
36

5.2 Keunggulan Non Akademik


SD N 42 Baringin memiliki prestasi non akademik adalah:
1. Juara Harapan 1 Lomba MTQ tingkat Kec. Koto Tangah
Tahun 2013
2. Juara 1 Lomba Guggus se Kota Padang Tahun 2013
3. Juara 2 Silat Putra tingkat kecamatan Koto Tangah Tahun
2017
5.3 Kekhasan Sekolah
SD N 42 Baringin merupakan SD Inti dari Gugus V. Dengan
adanya lahan di SD N 42 Baringin, maka guru, pegawai beserta
murid SDN 42 Baringin mengolah lahan tersebut menjadi lahan
pertanian dengan menanam ubi kayu. Hasil panen ubi kayu tersebut
akan di oleh menjadi kripik singkong yang dijual di luar sekolah.

B. Landasan Penyusunan KTSP


1. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas;
Menyatakan bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan
undang-undang;
2. Peraturan Pemerintah RI No 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan
Agama dan Keagamaan;
Bunyi pasal 9 PP RI No.55 Tahun 2007 yaitu:
1. Pendidikan keagamaan meliputi pendidikan keagamaan Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Bundha dan Konghucu.
2. Pendidikan diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, non
formal dan informal.
3. Pengelolaan pendidikan agama dilakukan oleh Menteri Agama.
3. PP nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan;
37

Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional


Pendidikan merupakan Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dimana di dalam PP
nomor 19 tersebut pada pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum
untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Perbedaan yang mendasar dari
keluarnya peraturan baru tersebut yaitu pada pasal Pasal 67 (1)
Pemerintah menugaskan BSNP untuk menyelenggarakan  Ujian 
Nasional yang diikuti  Peserta Didik pada setiap satuan pendidikan jalur
formal pendidikan dasar dan menengah, dan jalur  nonformal
kesetaraan. (1a)Ujian  Nasional untuk satuan pendidikan jalur  formal
pendidikan dasar sebagaimana dimaksud  pada ayat (1) dikecualikan
untuk SD/MI/SDLB. 
4. Permendikbud Nomor 61 Tahun 2014 tentang KTSP;
Teknis Pengembangan KTSP seperti yang terdapat dalam Permendikbud
Nomor 61 Tahun 2014 pasal 4 adalah:
1) Pengembangan KTSP dilakukan leh Tim Pengembang KTSP
2) Pengembangan KTSP di bawah koordinasi dan supervise Dinas
Pendidikan atau Kantor Kementrian Agama Propinsi dan
Kabupaten/Kota. Sesuai dengan kewenangan masing – masing.
3) Pelaksanaan KTSP merupakan tanggung jawab satuan pendidikan.
5. Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan
Ekstrakurikuler;
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di satuan pendidikan diatur oleh
Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler,
seperti yang tertulis pada pasal 2 yang berbunyi:
“Kegiatan ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan kepribadian,
kerjasama, kemandirian peserta didik secara o[timal dalam rangka
mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional”.
6. Permedikbud Nomor 63 Tahun 2014 tentang Kepramukaan;
38

Pasal 2 Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 tentang kepramukaan


berbunyi: “Pendidikan kepramukaan dilaksanakan sebagai kegiatan
ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar dan menengah. Kegiatan
ekstrakurikuler wajib merupakan kegiatan ekstrakurikuler yeng harus
diikuti oleh seluruh peserta didik.
7. Permendikbud Nomor 79 tahun 2014 tentang Muatan Lokal;
Pasal 8 dari permendikbud Nomor 79 tahun 2014 berbunyi:
(1) Muatan lokal diselenggarakan oleh satuan pendidikan dengan
memperhatikan sumber daya pendidikan yang tersedia.
(2) Dalam hal muatan lokal ditetapkan sebagai mata pelajaran yang
berdiri sendiri, satuan pendidikan dapat menambah beban belajar
muatan lokal paling banyak 2 jam perminggu.
8. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi
Pekerti dan Gerakan Literasi Sekolah;
Bunyi pasal 2 Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti. Penumbuhan Budi Pekerti bertujuan untuk:
a) Menjadikan sekolah sebagai tempat taman belajar yang
menyenangkan bagi siswa, guru dan tenaga kependidikan.
b) Menumbuhkembangkan kebiasaan yang baik sebagai bentuk
pendidikan karakter sejak di kalangan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
c) Menjadikan pendidikan sebagai kegiatan yang melibatkan
pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan keluarga.
d) Menumbuhkembangkan budaya belajar yang serasi antara keluarga,
sekolah dan masyarakat.
9. Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Tindak Kekerasan di Sekolah;
Bunyi pasal 2 Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan
dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Sekolah adalah:
a) Terciptanya kondisi proses pembelajaran yang aman, nyaman dan
menyenangkan.
39

b) Terhindarnya semua warga sekolah dari unsur – unsur atau tindakan


kekerasan, dan
c) Menumbuhkan kehidupan pergaulan yang harmonis dan
kebersamaan antara peserta didik dan pendidik, tenaga kependidikan
dan orangtua siswa.
10. Permendikbud No. 20 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi
Lulusan;
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah digunakan
sebagai acuan utama pengembangan Standar Isi, Standar Proses, Standar
Penilaian Pendidikan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, dan Standar
Pembiayaan.
Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
meliputi :
- Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A
- Kompetensi Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan
- Kompetensi Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/Paket C
11. Permendiknas No. 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi;
Standar isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya
disebut standar isi terdiri dari Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti
sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Kompetensi Inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan.
Ruang lingkup materi yang spesifik untuk setiap mata pelajaran
dirumuskan berdasarkan Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti untuk
mencapai Kompetensi Lulusan minimal pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu
Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti sikap spiritual
sebagaimana yang dimaksud pada mata pelajaran Pendidikan mata
pelajaran Agama dan Budipekerti disusun secara jelas .
40

Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti sikap sosial


sebagaimana dimaksud pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan disusun secara jelas.
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2016 Tentang
Standar Proses;
Standar proses Pendidikan Dasar dan Menengah selanjutnya disebut
standar Proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran
pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan menengah untuk
mencapai kompetensi lulusan.
13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2016 Tentang
Standar Penilaian Pendidik;
Standar Penilaian Pendidikan adalah Kriteria mengenai lingkup, tujuan,
manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil
belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
Pembelajaran adalah proses interaksi antar Peserta Didik dengan
Pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
14. Permendiknas No. 24 Tahun 2016 Tentang Kompentensi inti dan
kompentensi dasar;
a. Bahwa berdasarkan perkembangan dan kebutuhan pendidikan saat
ini diperlukan perbaikan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang
mengakomodasikan prinsipprinsip untuk memperkuat proses
pembelajaran; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007
41

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor -2- 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 3.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 4. Peraturan Presiden Nomor 2
Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2015- 2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 3); 5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22
Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Tahun 2015-2019 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 923).
15. Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan
Pendidikan Karakter;
Pada pasal 2 Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 dinyatakan bahwa
PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai – nilai Pancasila dalam
Pendidikan Karakter. Terutama meliputi nilai – nilai religius, toleran,
jujur, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan
bertanggung jawab. Nilai tersebut merupakan perwujudan dari 5 (lima)
nilai utama yang saling berkaitan yaitu Religius, Nasionalisme,
Kemandirian, gotong royong dan integritas yang terintegrasi dalam
kurikulum.
16. Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018 tentang perubahan atas
Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi inti dan
kompetensi dasar pelajaran pada Kurikulum 2013;
42

Diantara pasal 2 dan pasal 3 disisipkan 1 ( satu) pasal yaitu Pasal 2A


sebagai berikut:
- Muatan informatika pada SD/MI dapat digunakan sebagai alat
pembelajaran dan/atau dipelajari melalui ekstrakurikuler dan/atau
muatan lokal.
- Mata pelajaran informatika pada SMP/MTs dan SMA/MA dimuat
dalam Kompetensi Dasar yang digunakan sebagai acuan
pembelajaran.
17. Surat Edaran Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No.14 Tahun
2019 tentang penyederhanaan RPP;
Menindaklanjuti Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan terkait
dengan pelaksanaan Kurikulum 2013, dengan hormat kami sampaikan
sebagai berikut :
1. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dilakukan
dengan prinsip efisien, efektif dan bororientasi pada murid.
2. Bahwa dari 13 (tiga belas) komponen RPP yang telah diatur dalam
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar proses
Pendidikan Dasar dan Menengah, yang menjadi komponen inti
adalah tujuan pembelajaran,, langkah-langkah (kegiatan)
pembelajaran dan penilaian pembelajaran (assessment) yang wajib
dilaksanakan oleh guru, sedangkan komponen lainnya bersifat
pelengkap.
18. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2021 tentang Peniadaan Ujian Nasional
dan Ujian Kesetaraan Serta Pelaksanaan Ujian Sekolah dalam masa
darurat penyebaran Covid 19;
Dalam Surat Edaran ini, disampaikan bahwa Ujian Nasional (UN) dan
Ujian Kesetaraan tahun 2021 secara resmi ditiadakan. "Dengan
ditiadakannya Ujian Nasional dan Ujian Kesetaraan tahun 2021, maka
UN dan Ujian Kesetaraan tidak menjadi syarat kelulusan atau seleksi
masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi," kata Mendikbud dalam
43

Surat Edaran tersebut. Kemudian dijelaskan juga bahwa Peserta didik


dinyatakan lulus dari satuan/program pendidikan dengan ketentuan,
yaitu: (1) menyelesaikan program pembelajaran di masa pandemi
COVID-19 yang dibuktikan dengan rapor tiap semester; (2) memperoleh
nilai sikap/perilaku minimal baik; dan, (3) mengikuti ujian yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan. Hal ini berlaku juga bagi peserta
pendidikan kesetaraan. Selain peniadaan UN tahun 2021, Surat Edaran
Mendikbud ini memuat pula sejumlah ketentuan pelaksanaan,
diantaranya mengenai program Penyetaraan, Uji Kompetensi SMK,
kenaikan kelas, dan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).
19. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2009 tentang Budaya Alam
Minangkabau;
Azas pendidikan tentang Budaya Alam Minangkabau adalah
Penyelenggaraan Pendidikan di Sumatera Barat berazazkan Adat Basandi
Syara’, Sayara’ Basandi Kitabullah (ABS-SBK), Syara’ Mangato Adat
Mamakai, Alam Takambang Jadi Guru., kearifan lokal dan keunggulan
daerah.
20. Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Muatan Lokal Pendidikan Baca Tulis Al
Qur’an;
Dalam kurikulum 2013 pembelajaran muatan local harus dimasukan
mata pelajaran Baca tulis Al-Quran kedalam pembelajaran PAI
21. Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 6 tahun 2020
tentang Adaptasi Kebiasaan Baru dalam mencegah dan
mengendalikan Corona Virus Disease-19;
Penyesuaian metode pembelajaran pada masa Pandemi dalam rangka
mendukung pelaksanaan Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Pencegahan
dan Pengendalian COVID-19 bidang pendidikan meliputi : a.
pembelajaran jarak jauh dalam jaringan; b. pembelajaran tatap muka; c.
pembelajaran jarak jauh luar jaringan; dan/ atau d. pembelajaran
kombinasi/perpaduan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran
44

jarak jauh dalam jaringan.


22. Peraturan Walikota Padang Nomor 33 Tahun 2013 tentang Program
Pendidikan Hafizh Qur’an;
Maksud, tujuan dan sasaran program Hafizh Qur’an yang dicanangkan
oleh Pemerintah Kota Padang tertulis dalam pasal 2 sebagai berikut:
(1) Program pendidikan Hafizh Al Qur’an dimaksudkan sebagai upaya
strategis Pemerintah Daerah dalam rangka mendorong terwujudnya
generasi Islami yang beriman, cerdas dan berakhlak mulia.
(2) Program Pendidikan Hafizh Al Qur’an bertujuan agar setiap peserta
didik dapat membaca dan menghafal Al Qur’an secara baik dan
benar juga fasih, memahami, menghayati serta mengamalkan isi
kandungan Al Qur’an.
(3) Sasaran program pendidikan Hafizh Qur’an adalah peserta didik
yang beragama Islam pada semua jalur dan jenjang Pendidikan
Dasar dan Menengah.
23. Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 1 Tahun 2021 tentang
Adaptasi Baru;
45

24. Peraturan Wali Kota Nomor 79 tahun 2020 tentang Pelaksanaa


Pembelajran Masa Pandemi Corona Virus Desease-19;

C. Tujuan Penyusunan Kurikulum 2013


Tujuan penyusunan KTSP tahun 2022 memuat uraian tentang KTSP
disusun sebagai acuan pelaksanaan :
1. Sebagai Acuan Pelaksanaan Pendidikan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Standar yang diacu dalam pengembangan kurikulum adalah Standar
Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian
Pendidikan.
46

2. Sebagai Acuan Pembelajaran


Standar Proses digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan
proses pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga mampu
mengembangkan potensi, prakarsa, kemampuan, dan kemandirian peserta
didik secara optimal. Standar Proses meliputi perencanaan, pelaksanaan,
dan penilaian proses pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran merupakan aktivitas merumuskan tujuan
belajar dari suatu unit pembelajaran berdasarkan Capaian Pembelajaran,
merumuskan cara atau langkah-langkah untuk mencapai tujuan belajar,
dan merumuskan cara menilai ketercapaian tujuan belajar. Perencanaan
pembelajaran disusun dalam bentuk dokumen perencanaan pembelajaran
yang fleksibel, jelas, dan sederhana tetapi tidak terikat pada
bentuk/format tertentu.
Pelaksanaan pembelajaran diselenggarakan dalam suasana belajar
yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, dan memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.
Penilaian proses pembelajaran merupakan asesmen terhadap
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh
pendidik yang bersangkutan dengan merefleksikan hasil belajar peserta
didik. Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran, selain
dilaksanakan oleh pendidik yang bersangkutan dapat dilaksanakan oleh
sesama pendidik, kepala satuan pendidikan, dan/atau peserta didik.
3. Sebagai Acuan Penilaian
Standar Penilaian Pendidikan digunakan sebagai pedoman bagi
pendidik dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik secara
berkeadilan, objektif, dan edukatif. Penilaian hasil belajar peserta didik
berbentuk penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif
bertujuan untuk memantau dan memperbaiki proses pembelajaran serta
mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran.
47

Penilaian sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan jenjang


pendidikan menengah bertujuan untuk menilai pencapaian hasil belajar
peserta didik sebagai dasar penentuan kenaikan kelas dan kelulusan dari
satuan pendidikan dilakukan melalui mekanisme yang ditentukan oleh
satuan pendidikan dengan mengacu pada standar kompetensi lulusan.
Penilaian sumatif pada pendidikan anak usia dini digunakan untuk
mengetahui capaian perkembangan peserta didik.
Penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan sebelum, selama
proses, dan/atau setelah pembelajaran yang diolah secara kualitatif
dan/atau kuantitatif dan dituangkan dalam laporan kemajuan belajar
sebagai laporan hasil belajar dalam bentuk rapor yang disusun
berdasarkan dokumentasi hasil penilaian berupa portofolio, pameran
hasil karya, dan unjuk kerja.
Rapor memuat komponen antara lain: identitas satuan pendidikan;
identitas peserta didik; kelas; tahun pelajaran dan semester; mata
pelajaran; hasil penilaian; catatan guru; kehadiran; dan kegiatan
ekstrakurikuler.
D. Acuan Konseptual
1. Peningkatan Iman, Takwa dan Akhlak Mulia
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar
pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun
yang memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang
peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia. Peningkatan iman dan
takwa di SD Negeri 42 Baringin dilakukan dengan melaksanakan sholat
zuhur secara berjamaah, berdo’a sebelum dan sesudah belajar,
mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Tuhan dan memperingati hari
besar agama islam
2. Kebutuhan Kompetensi Masa Depan
Tujuan akhir pendidikan adalah agar anak didik mendapatkan ilmu,
keterampilan, kompetensi, dan nilai yang memungkinkan mereka hidup
produktif baik bagi dirinya ataupun lingkungannya. Hal di atas dapat
48

dicapai jika kurikulum pendidikan berorientasi kemasa depan. Semua itu


dipengaruhi oleh visi masa depan penyusun kurikulum tersebut.  Bila visi
serta bayangan masa depan salah satu akan berimplikasi juga terhadap
aktifitas pendidikan yang mereka lakukan. Visi pendidikan akan masa
depan dipengaruhi oleh pengetahuan mereka dimasa lalu dan bacaan
mereka sekarang
3. Peningkatan Potensi, Kecerdasan, Bakat, Minat sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik
Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan
martabat manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri
(afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan
dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat
perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional dan sosial,
spritual, dan kinestetik peserta didik. Ini dilaksanakan dengan
mengadakan program ekstrakurikuler yaitu pramuka dan tahfiz sehingga
siswa dapat mengembangkan kreatifitas sesuai minat dan bakatnya.
4. Keragaman potensi dan karakteristik daerah serta lingkungan
Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman
karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan
sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari.
Oleh karena itu, kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk
menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan
daerah.
5. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk mewujudkan pendidikan
yang otonom dan demokratis perlu memperhatikan keragaman dan
mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan
wawasan nasional. Untuk itu, keduanya harus ditampung secara
berimbang dan saling mengisi.
49

6. Tuntutan dunia kerja


Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya
pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai
kecakapan hidup. Oleh karena itu, kurikulum perlu memuat kecakapan
hidup untuk membekali peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi.
7. Perkembangan ilmu pengetahuaan, teknologi, dan seni
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa
masyarakat berbasis pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan
sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus
melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS sehingga
tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu,
kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan
sejalan dengan perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
8. Toleransi dan kerukunan umat beragaman
Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman dan
taqwa serta akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi dan
kerukunan umat beragama, dan memperhatikan norma agama yang
berlaku di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, muatan kurikulum mata
pelajaran harus ikut mendukung meningkatkan iman, taqwa dan akhlak
mulia.
9. Dinamika perkembangan global dan kebinekaan global
Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada individu
maupunbangsa, yang sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar
bebas. Pergaulan antar bangsa yang semakin dekat memerlukan individu
yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk
hidup berdampingan dengan suku dan bangsa lain.
10. Persatuan nasional dan nilai – nilai kebangsaan
Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan
kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya
memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh
50

karena itu, kurikulum harus mendorong berkembangnya wawasan dan


sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan
bangsa dalam wilayah NKRI. Kondisi sosial budaya masyarakat
setempat.
Ada 18 (delapan belas) nilai yang dikembangkan dalam pendidikan
karakter bangsa (Kemendiknas, 2010:9-10),:
a. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
c. Toleransi
d. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
e. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
f. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan
tugas dengan sebaik-baiknya.
g. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
h. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
51

i. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
j. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
k. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
l. Cinta Tanah Air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
m. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
n. Bersahabat/ Komuniktif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan
bekerja sama dengan orang lain.
o. Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran dirinya.
p. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan
yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
52

q. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
r. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan.
s. Tanggung-jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan
Yang Maha Esa.
11. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang
kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya
setempat harus terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum mempelajari
budaya dari daerah dan bangsa lain.
12. Kesetaraan Jender
Kurikulum harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan yang
berkeadilan dan memperhatikan kesetaraan jender.
13. Karakteristik satuan pendidikan
Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan,
kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan. Sekolah dan satuan pendidikan
dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan,
sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan serta sistem
penilaian. Terdapat empat karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan sebagai berikut:
(a) Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan.
(b) Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi.
(c) Kepemimpinan yang demokratis dan professional.
53

(d) Tim kerja yang kompak dan transparan


14. Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang
mengakomodir kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi murid
sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan
yang sama. Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu
memikirkan tindakan yang masuk akal yang nantinya akan diambil,
karena pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan
memberikan perlakuan atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid,
maupun pembelajaran yang membedakan antara murid yang pintar
dengan yang kurang pintar.
Ciri-ciri atau kerekteristik pembelajaran berdiferensiasi antara lain;
lingkungan belajar mengundang murid untuk belajar, kurikulum
memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, terdapat
penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan
belajar murid, dan manajemen kelas efektif.
Untuk dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, hal
yang harus dilakukan oleh guru antara lain:
1. Melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek,
yaitu: kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid (bisa
dilakukan melalui wawancara, observasi, atau survey menggunakan
angket, dll)
2. Merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil
pemetaan (memberikan berbagai pilihan baik dari strategi, materi,
maupun cara belajar)
3. Mengevaluasi dan erefleksi pembelajaran yang sudah berlangsung.
54

E. Prinsip – Prinsip Penyusunan KTSP


1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya pada masa kini
dan yang akan datang.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi
peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan pada masa kini
dan yang akan datang. Memiliki posisi sentral berarti bahwa kegiatan
pembelajaran harus berpusat pada peserta didik.
2. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan pada proses pengembangan,
pembudayaan, dan pemberdayaan kemampuan peserta didik untuk
belajar sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara
unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan
memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang
serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
3. Menyeluruh dan berkesinambungan.
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi
(sikap, pengetahuan, dan keterampilan) bidang kajian keilmuan dan mata
pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan
antarjenjang pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai