Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu investasi termahal dalam hidup dan
juga merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak bisa dinilai
harganya. Sebanyak apapun harta yang dimiliki oleh seseorang, tidak akan
ada artinya jika orang tersebut tidak mempunyai tubuh yang sehat. Maka dari
itu, kita perlu melakukan upaya kesehatan agar tidak mudah jatuh sakit
apalagi kita pada saat ini sedang dalam kondisi pandemi covid-19. Upaya
kesehatan ini merupakan setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Beberapa cara upaya kesehatan diantaranya adalah dengan
memeriksa diri ke tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti Puskesmas.
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang
menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif) pencegahan penyakit (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambung. Puskesmas sebagai unit
pelayanan kesehatan memiliki peran yaitu menyediakan data dan informasi
obat dan pengelolaan obat (kegiatan perencanaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengadaan, penggunaan/pelayanan, pencatatan, pelaporan,
dan pemusnahan). Obat dan perbekalan kesehatan hendaknya dikelola secara
optimal untuk menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat penyimpanan, tepat
waktu pendistribusian, tepat penggunaan dan tepat mutunya tiap unit
(Kemenkes, 2010).
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan yang berperan
penting dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi
yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan starta pertama yang
meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat (Permenkes, 2016).

1
2

Praktik Kerja Industri (Prakerin) ini merupakan kegiatan untuk


memadukan antara sikap, kemampuan, dan keterampilan yang diperoleh dari
sekolah. Kegiatan ini merupakan proses pendidikan, pelatihan dan
pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan siswa-siswi yang telah
diberikan dari sekolah kemudian di praktekkan langsung di tempat prakerin
dan menjadi tanggungjawab bersama antar pihak sekolah, dan masyarakat
atau dunia kerja.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, masalah dalam laporan ini dirumuskan
sebagai berikut
1. Bagaimana pengelolaan perbekalan farmasi dan juga peran serta tugas
tenaga kefarmasian di UPT Puskesmas Banjaran ?
2. Bagaimana pelayanan kesehatan di UPT Puskesmas Banjaran pada saat
pandemi covid-19 ini ?

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk memahami, mampu melakukan, memberikan pelayanan
kefarmasian dan mengetahui pengelolaan perbekalan farmasi serta
peran dan tugas tenaga kefarmasian di UPT Puskesmas Banjaran.
1.3.2. Tujuan Khusus
Siswa mampu :
1. Menganal peran, fungsi, dan tanggungjawab yang harus diemban
oleh seorang tenaga kesehatan khususnya tenaga kefarmasian di
Puskesmas.
2. Menambah pengalaman, memperluas wawasan, dan memperbanyak
ilmu baik secara teori maupun praktik.
3. Memahami alur pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi obat,
alat kesehatan dan BMHP (Barang Medis Habis Pakai), dan juga
alur pelayanan kesehatan di UPT Puskesmas Banjaran.
3

1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Siswa
Manfaat bagi siswa diantarnya adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengelolaan perbekalan farmasi dan cara pelayanan di
Puskesmas.
2. Memahami laporan-laporan yang harus dibuat dan dilaporkan di
Puskesmas dan mengetahui jenis-jenis dan pengelompokkan obat
yang ada di Puskesmas.
1.4.2. Bagi Sekolah
Manfaat bagi sekolah diantaranya adalah sebgai berikut :
1. Adanya kerja sama yang baik antara pihak sekolah dan pihak dari
instansi.
2. Menciptakan lulusan SMK YPIB Majalengka yang siap bekerja dan
berkompeten di bidang kesehatan khususnya di bidang kefarmasian.
3. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan mutu siswa-siswi dalam
kompetisi bidang farmasi.
1.4.3. Bagi Instansi
Manfaat bagi instansi diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Dapat membagikan ilmunya kepada siswa-siswi yang melakukan
Prakerin dan meringankan.
2. Membantu dan meringankan pekerjaan dalam hal pelaksanaan di
instansi.
BAB II
TINJAUAN UMUM TEMPAT PRAKERIN DAN
PEMBAHASAN

2.1. Tinjauan Pustaka


2.1.1. Definisi Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan fasilitas
pelayanan kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan
tingkat pertama, dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
di wilayah kerjanya (Permenkes No.75 Tahun 2014).
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu
sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kabupaten/Kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatau wilayah kerja (Depkes, 2011).
Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,
merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran
serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul
oleh pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan
yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan
(Depkes, 2009).
Permenkes 43 tahun 2019 tentang Puskesmas menyebutkan
bahwa Puskesmas adalah Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Faskes).
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Puskesmas mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

4
5

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan dibawah


supervise Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Secara umum Puskesmas
harus memberikan pelayanan preventif, promotif, kuartif, dan
rehabilitatif baik melalui Unit Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM). Puskesmas dapat memberikan
pelayanan rawat jalan, rawat inap dan rujukan. Hal ini disepakati oles
puskesmas dan Dinas Kesehatan yang bersangkutan. Puskesmas
mempunyai sub unit pelayanan seperti Puskesmas Pembantu (Pustu),
Puskesmas Keliling (Pusling), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes) dan Pos Bersalin Desa (Polindes).
Pelayanan UKM merupakan tingkat pertama. UKM dalam
Permenkes 43 tahun 2019 tentang Puskesmas dijelaskan bahwa Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Sedangkan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) adalah
suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan.
Puskesmas juga membangun sistem informasi yaitu sistem
informasi Puskesmas. Sistem informasi Puskesmas adalah suatu tatanan
yang menyediakan informasi untuk membantu proses pengambilan
keputusan dalam melaksanakan manajemen Puskesmas untuk mencapai
sasaran kegiatannya.
Prinsip penyelenggaraan Puskemas dalam Permenkes 43 tahun
2019 tentang Puskesmas adalah :
1. Paradigma sehat.
2. Pertanggungjawaban wilayah.
3. Kemandirian masyarakat.
4. Ketersediaan akses pelayanan kesehatan.
5. Teknologi tepat guna.
6. Keterpaduan dan kesinambungan.
6

Berdasarkan kebutuhan dan kondisi masyarakat, Puskesmas


dapat dikategorikan berdasarkan:
1. Karakteristik wilayah kerja.
2. Kemampuan pelayanan.
Berdasarkan karakteristik wilayah kerja sebagaimana dimaksud
diatas, dengan ketetapan dari Bupati/Walikota, Puskesmas
dikategorikan menjadi :
1. Puskesmas kawasan perkotaan.
2. Puskesmas kawasan perdesaan.
3. Puskesmas kawasan terpencil.Puskesmas kawasan sangat terpencil.
2.1.2. Fungsi Puskesmas
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.128 tahun
2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, Puskesmas sebagai fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama mempunyai 3 (tiga) fungsi sebagai
berikut :
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping
itu Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan
dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah
kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang
dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha
memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri
sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam
memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya,
serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
7

pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan,


keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan
memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya
masyarakat setempat.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi :
a) Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat
pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan
penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan pada
puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
b) Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat
publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,
perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga
berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan
masyarakat lainnya.
Sebagai pusat pelayanan tingkat pertama di wilayah kerjanya,
Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan pemerintah
yang wajib dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
secara bermutu, terjangkau, adil dan merata. Sehingga
Puskesmas menjadi tempat pertama masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
8

2.1.3. Tujuan Puskesmas


Adapun tujuan pembangunan kesehatan yang di selenggarakan
puskesmas yang tertera pada peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 75 tahun 2014 Pasal 2 yang mana tujuan tersebut
yaitu:
1. Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang
meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat.
2. Untuk mewujudkan masyarakat yang mampu menjangkau
pelayanan kesehatan bermutu.
3. Untuk mewujudkan masyarakat yang hidup dalam lingkungan
sehat.
4. Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan
yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2.2. Tinjauan Tempat Prakerja


2.2.1. Sejarah UPT Puskesmas Banjaran
UPT Puskesmas Banjaran adalah Puskesmas yang terletak di
alamat Jalan Raya Banjaran No. 02 dengan Kode Pos 45468 Kec.
Banjaran Kab. Majalengka. Didirikan pada tahun 1980 untuk bangunan
lama, sedangkan bangunan baru dibangun tahun 2013 dan pada waktu
berdirinya Puskesmas Banjaran adalah berupa Puskesmas Pembantu
(Pustu) dengan wilayah kerja Desa Banjaran, dan pada waktu itu
Puskesmas Pembantu (Pustu) Banjaran masih merupakan bagian dari
wilayah Puskesmas Talaga.
Namun dengan seiringnya perkembangan Kabupaten
Majalengka pada tahun 1980, Puskesmas Banjaran ditingkatkan
statusnya menjadi Puskesmas Induk dengan wilayah kerja Puskesmas
Banjaran terdiri dari 13 desa.
Dalam menjalankan peran dan fungsi sebagai puskesmas induk,
Puskesmas Banjaran mempunyai :
1. Puskesmas Pembantu, yaitu Pustu Sangiang, Pustu Sunia dan Pustu
Kareo.
2. Puskesmas PONED (didirikan tahun 2013)
9

Sarana yang tersedia di Puskesmas meliputi fasilitas sarana


pelayanan langsung (medis, PONED, keperawatan) dengan tidak
langsung (penunjang medis). Kegiatan yang direncanakan adalah
kegiatan upaya kesehatan wajib, yaitu upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global serta yang
mempunyai daya tingkat tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan
masyarakat.
Puskesmas Banjaran dibangun diatas tanah desa yang
merupakan hak pakai tanah bengkok Lurah yang terletak di Blok
Sukawangi Desa Banjaran Kecamatan Banjaran yang mempunyai
wilayah kerja 13 Desa dan 3 buah Pustu, jarak dari pusat
Kota/Kabupaten 22 km, Banjaran merupakan Kecamatan yang berada
di sebelah selatan Kabupaten Majalengka, sedangkan luas wilayah kerja
41,98 km2 yang terdiri dari :
Persawahan : 103,495 Ha
Hutan : 134,5 Ha
Kebun/Ladang : 253,37 Ha
Tegalan : 1.289,80 Ha
Pemukiman : 859,72 Ha
Adapun batas wilayah UPT Puskesmas Banjaran sebagai
berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Argapura dan Maja
Sebelah Selatan : Kecamatan Talaga
Sebelah Timur : Kabupaten Kuningan
Sebelah Barat : Kecamatan Bantarujeg
Tiga belas desa yang menjadi wilayah kerja Puskesmas
Banjaran adalah sebagai berikut :
1. Sunia
2. Sunia Baru
3. Darmalarang
4. Genteng
5. Sangiang
6. Girimulya
10

7. Cimeong
8. Panyindangan
9. Kareo
10. Sindangpala
11. Hegarmanah
12. Kagok
13. Banjaran
Dalam menjalankan kegiatan manajemen di Puskesmas
Banjaran telah beberapa kali berganti pemimpin. Adapun yang
menjabat sebagai Kepala Puskesmas Banjaran adalah :
1. Bd. Hj. Emin Lasmini : 1986 s/d 1989
2. dr. H. Ambar S. Jamhur : 1989 s/d 1992
3. dr. Wiwin Sundawiyani : 1992 s/d 1995
4. dr. Gladys Rasidy : 1995 s/d 1998
5. dr. Ciceu Tresnawati : 1998 s/d 2000
6. dr. Buchori Muslim : 2000 s/d 2002
7. H. Memen A. Rahman, SKM. : 2002 s/d 2016
8. H. Nana Suryana, SKM : 2016 s/d sekarang
Berdasarkan SK Bupati, sejak tahun 2008 manajemen
puskesmas dibantu oleh kasubag tata usaha yaitu :
1. Wawan Juhawan : 2008 s/d 2016
2. Wawan Setiawan : 2017 s/d 2018
3. Ade Suhendar, S.Sos : 2019 s/d sekarang
2.2.2. Struktur Organisasi UPT Puskesmas Banjaran
Sebagai salah satu bentuk organisasi Puskesmas Banjaran
memiliki struktur organisasi. Struktur organisasi tersebut terdiri dari:

Unsur Pimpinan : Kepala Puskesmas

Unsur Pembantu Pimpinan : Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Unsur Fungsional : Pegawai dalam jabatan fungsional tertentu

Untuk memudahkan koordinasi semua unit kerja dikelompokan


dalam tiga kelompok besar yaitu : Administrasi dan Manajemen, Usaha
11

Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Usaha Kesehatan Perorangan


(UKP). Masing masing kelompok diatur oleh seorang koordinator.

Kepala Puskesmas berfungsi memimpin, mengawasi dan


melaksanakan koordinasi kegiatan Puskesmas yang dilakukan sebagai
tugas tambahan. Dalam melaksanakan tugas, Kepala Puskesmas wajib
menetapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam
lingkungan Puskesmas maupun dengan satuan organisasi di luar
lingkungan Puskesmas.

Unit Kerja Ketatausahaan bertugas mengurus bidang


kepegawaian, administrasi, keuangan, perlengkapan serta pencatatan
dan pelaporan. Masing masing bagian dipertanggungjawabkan kepada
satu orang petugas, di bawah koordinasi satu orang Kepala Tata Usaha.

Berikut adalah struktur organisasi UPT Puskesmas Banjaran :

2.2.3. Administrasi Kepegawaian


Di UPT Puskesmas Banjaran dipimpin oleh seorang Kepala
Puskesmas, Kepala Puskesmas tersebut membawahi Kepala Tata Usaha
yang membawahi Pelaksana Administrasi, Bendahara Penerimaan,
Bendahara JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), Bagian Inventarisasi
dan Bagian Data, Kemudian Kepala Puskesmas membawahi UKP,
UKM, Pelaksana Apotek,14 Bidan Desa, dan tiga penanggung jawab
Puskesmas Pembantu (Pustu) dan juga tiga koordinator. Tiga
koordinator tersebut yaitu :
1. Koordinator pemberdayaan masyarakat
2. Koordinator pelayanan masyarakat
3. Koordinator pelayanan kesehatan perorangan

2.2.4. Program Kerja


A. Pelayanan Kefarmasian
1. Penerimaan Resep
a. Menerima resep dari BP (Balai Pengobatan) umum, Poli
gigi, MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit), KIA
12

(Kesehatan Ibu & Anak)/KB (Keluarga Berencana),


program TB (Tuberkulosis) paru dan ruang tindakan.
b. Mengambil dan memeriksa kelengkapan resep.
c. Mengambil obat yang dibutuhkan.
d. Mengambil dan menuliskan etiket.
e. Melakukan pemeriksaan ulang antara obat dan resep.
f. Memanggil nama dan alamat pasien sesuai resep.
g. Memberikan informasi tentang obat kepada pasien.
2. Prosedur Peracikan Obat
a. Menyiapkan alat (moritr, stemper, sudip/sendok, dan kertas
perkamen).
b. Sebelum digunakan moritr, stemper dan sudip di sterilkan
dengan alkohol, kemudian di keringkan dengan tisu bersih.
c. Menyiapkan obat yang akan dibuat puyer sesuai dengan
resep terlampir.
d. Memasukkan obat ke dalam mortir, ditumbuk dan
dihaluskan sampai terlihat homogen.
e. Membagikan obat ke dalam kertas perkamen dengan
menggunakan sudip/sendok sesuai dengan jumlah yang
tertera di dalam resep sampai terlihat sama rata tiap kertas
perkamen.
f. Membungkus kertas perkamen dengan rapi.
g. Memasukkan obat yang telah dibungkus ke dalam plastik
dan diberi etiket.
h. Membersihkan kembali stemper, mortir, dan sudip/sendok
setelah selesai membuat puyer dengan alkohol dan
mengeringkan dengan tisu bersih.
3. Prosedur Menyeduh Sirup Kering
a. Petugas Farmasi menyiapkan sirup yang akan diencerkan.
b. Petugas Farmasi menyiapkan air matang yang di ukur
dengan gelas ukur.
13

c. Petugas farmasi menepuk-nepuk sirup sebelum dibuka


botol, supaya serbuk tidak ada yang menempel pada
dinding botol.
d. Petugas Farmasi memasukan kurang lebih 20ml (sepertiga)
dari air yang telah disiapkan.
e. Petugas Farmasi mengocok botol sampai serbuk larut.
f. Petugas Farmasi menambahkan sisa air (kurang lebih dua
pertiganya).
g. Kocok lagi sampai didapatkan suspensi yang homogen.
h. Memberi etiket pada botol sirup sesuai dengan yang tertera
pada resep.
4. Prosedur Penyerahan Obat
a. Memeriksa kembali kesesuaiaan antara jenis, jumlah dan
cara penggunaan obat dengan permintaan pada resep.
b. Memanggil dan memastikan nomor urut atau nama pasien
dan alamat.
c. Menyerahkan obat disertai pemberian informasi obat
d. Memastikan bahwa pasien telah memahami cara
penggunaan obat.
e. Meminta pasien untuk menyimpan obat ditempat yang
aman dan jauh dari jangkauan anak-anak.
5. Prosedur Pelayanan Informasi Obat
a. Menyediakan dan memasang poster, leaflet yang berisi
informasi obat pada tempat yang mudah dilihat oleh pasien.
b. Memberikan informasi yang memadai tentang nama obat,
sediaan, dosis, cara pakai yang ada di lembar PIO
(Pelayanan Informasi Obat), indikasi, dan efek samping.
c. Memeberikan pelayanan kepada pasien tentang penggunaan
obat dengan jelas, mudah dimengerti dan sopan.
6. Prosedur penanganan obat rusak atau kadaluwarsa
a. Identifikasi obat yang sudah rusak atau kadaluwarsa.
b. Memisahkan obat yang sudah rusak ata kadaluwarsa dari
penyimpanan lainnya.
14

c. Membuat catatan jenis dan jumlah obat yang rusak dan


kadaluwarsa atau di kirim lagi ke Instalasi Farmasi /
Gudang Farmasi Kabupaten/Kota (GFK) pada akhir tahun.
7. Prosedur Pencatatan dan Penyimpanan Resep
a. Pencatatan jumlah resep harian berdasarkan jenis pelayanan
umum/Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS).
b. Menyatukan resep yang mempunyai tanggal yang sama
berdasarkan urutan nomor resep.
c. Menyimpan resep yang sudah disatukan pada tempat yang
ditentukan scera berurutan berdasarkan tanggal agar mudah
dalam penelusuran resep.
d. Memusnahkan resep yang telah disimpan selama 3 (tiga)
tahun dengan cara dibakar.
e. Membuat berita acara pemusnahan resep dan dikirim ke
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten/Kota.
2.2.5. Visi dan Misi UPT Puskesmas Banjaran
Visi
“Terwujudnya Kecamatan Sehat yang mandiri menuju Majalengka
Raharja”
Misi
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Memberikan pelayanan yang prima, merata, dan terjangkau.
3. Memberdayakan kemandirian kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat dalam lingkungan prilaku hidup bersih dan sehat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui upaya
promotif dan preventif.
5. Meningkatkan kemitraan dengan lintas program dan lintas sektoral

2.3. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di UPT Puskesmas Banjaran


Pengelolaan perbekalan farmasi ini merupakan rangkaian kegiatan
yang menyangkut aspek perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian, penggunaan/pelayanan, pencatatan dan pelaporan, dan
15

pemusnahan perbekalan farmasi (obat, alat kesehatan dan BMHP (Barang


Medis Habis Pakai)).
2.3.1. Perencanaan
Perencanaan adalah proses kegiatan dalam pemilihan jenis,
jumlah dan harga perbekalan farmasi (obat, alat kesehatan dan Bahas
Medis Habis Pakai (BMHP)) dalam rangka pengadaan.
Tujuan dari perencanaan perbekalan farmasi meliputi :
1. Memperkirakan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang
dibutuhkan.
2. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
3. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
4. Menghindari terjadinya penumpukan dan kekosongan obat.
Metode perencanaan di UPT Puskesmas Banjaran
menggunakan metode konsumsi, yaitu metode dengan menganalisis
penggunaan dan konsumen obat dari tahun sebelumnya.
Perencanaan perbekalan farmasi disatukan baik golongan obat
bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat psikotropika dan obat
narkotika. Hal ini disebabkan karena Puskesmas merupakan instalasi
kesehatan milik Pemerintah, sehingga langsung melakukan
pemesanan kepada Gudang Farmasi Kabupaten/Kota (GFK) atas
persetujuan Dinas Kesehatan.
Perencanaan obat untuk satu bulan terangkum dalam LPLPO
(Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) yang dibuat
sebanyak 3 (tiga) rangkap yaitu rangkap berwarna putih untuk Gudang
Farmasi Kabupaten/Kota (GFK), rangkap merah untuk Puskesmas,
dan rangkap biru untuk Dinas Kesehatan. Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO) adalah suatu format yang
digunakan oleh Puskesmas untuk melaporkan keadaan obat dan
pengajuan permintaan obat. Fungsi LPLPO :
1. Sebagai laporan pemakaian 1 bulan di Puskesmas
2. Sebagai laporan permintaan obat untuk bulan depan ke GFK yang
harus disetujui terlebih dahulu oleh Dinas Kesehatan.
16

BUKU REKAPAN BUKU REKAPAN


RESEP LPLPO
HARIAN BULANAN
UMUM/PKD UMUM/PKD
UMUM/PKD UMUM/PKD

(Gambar 2.1 Alur Perencanaan Perbekalan Farmasi Bulanan PKD/Umum)

BUKU REKAPAN BUKU REKAPAN


RESEP JKN LPLPO JKN
HARIAN JKN BULANAN JKN

(Gambar 2.2 Alur Perencanaan Perbekalan Farmasi Bulanan JKN)

PEMAKAIAN PERMINTAAN UNTUK


SEBULAN DARI SATU BULAN DARI LPLPO SUB UNIT
TIAP SUB UNIT TIAP SUB UNIT

(Gambar 2.3 Alur Perencanan Perbekalan Farmasi Bulanan Sub Unit)

Perencanaan obat untuk 1 tahun terangkum dalam lembar


Rencana Kebutuhan Obat (RKO) yang dibuat setiap akhir tahun.
Biasanya Puskesmas Banjaran membentuk tim Perencanaan Obat
Terpadu (POT) untuk berdiskusi membuat perencanaan perbekalan
farmasi yang dibutuhkan di lembar RKO, yang terdiri dari:

JABATAN JABATAN
NO. NAMA
KEDINASAN DALAM TIM
dr.H. Dodi Agus
1. Dokter Umum Ketua
Kurniadi
2. dr. Mayasari Dokter Umum Wakil Ketua
Ani Kusnaeni,
3. Asisten Apoteker Sekretaris
S.Farm
4. Wawang Muawanah Perawat Gigi Anggota
Bidan
5. Dian Fajrianti, S.ST Anggota
Koordinator
Ujang Ondi, Pelaksana BP.
6. Anggota
Am.,Kep Umum
Nunung
Pelaksana Prog.
7. Nurhansanah, S. Anggota
Gizi
Kep.,Ns
Ujang Ondi, Pelaksana Prog.
8. Anggota
Am.,Kep TB Paru
Pelaksana
9. Dudi Ridwan, SKM Anggota
Imunisasi
17

Rumus perhitungan RKO sebagai berikut

Pemakaian rata rata satu bulan x 18 bulan - sisa stok akhir tahun lalu

SUB UNIT
RAPAT TIM POT RKO UMUM/PKD
MENGAJUKAN RKO

(Gambar 2.4 Alur Perencanaan Perbekalan Farmasi Tahunan PKD/Umum)

SUB UNIT
RAPAT TIM POT RKO JKN
MENGAJUKAN RKO

(Gambar 2.5 Alur Perencanaan Perbekalan Farmasi Tahunan JKN)

2.3.2. Pengadaan
Pengadaan adalah suatu proses untuk pengadaan obat yang
dibutuhkan di unit pelayanan kesehatan. Tujuan pengadaan adalah
tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang tepat dengan mutu
yang baik dan dapat diperoleh pada jangka waktu yang tepat.

Pengadaan obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) di


Puskesmas Banjaran dilakukan setiap bulan dan tahun. Dilakukan
secara non e-catalogue kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
Majalengka berdasarkan dari pengajuan LPLPO dan RKO dari
masing-masing Puskesmas Se-Kabupaten Majalengka.

LPLPO KIRIM KE DINAS


UMUM/PKD KESEHATAN

(Gambar 2.6 Alur Pengadaan Perbekalan Farmasi Bulanan PKD/Umum)

RKO KIRIM KE DINAS


UMUM/PKD KESEHATAN

(Gambar 2.7 Alur Pengadaan Perbekalan Farmasi Tahunan PKD/Umum)

Pengadaan obat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dilakukan


setahun sekali, adapun LPLPO JKN itu hanya untuk melaporkan
18

pemakaian perbekalan farmasi saja. Pengadaan dilakukan berdasarkan


e-catalogue setelah melalui proses verifikasi oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Majalengka.

KIRIM KE DINAS
RKO JKN VERIFIKASI
KESEHATAN

(Gambar 2.8 Alur Pengadaan Perbekalan Farmasi Tahunan JKN)

Untuk pengadaan obat dan BMHP dilakukan oleh Puskesmas


sendiri sesuai kebutuhan. Tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan di masing-masing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan
pola penyakit.

2.3.3. Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan menerima obat dari Instalasi
Farmasi Kabupaten/Kota sesuai dengan permintaan yang sudah
diajukan oleh Puskesmas. Tujuan dari penerimaan adalah agar obat
yang di terima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang
sudah diajukan Puskesmas.
Penerimaan obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) dilakukan
sebulan sekali diantarkan langsung oleh petugas GFK Majalengka ke
Puskesmas. Kemudian obat dan BMHP yang baru datang dilakukan
pengecekan dan harus sesuai dengan jenis obat, jumlah obat, Expired
Date (ED) obat untuk kemudian disesuaikan dengan Dokumen Bukti
Mutasi Barang (DBMB). Jika sudah sesuai maka ditandatangani oleh
petugas penerima dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak
memenuhi syarat maka petugas penerima dapat mengajukan keberatan
atau permintaan retur/pengembalian. Masa kadaluwarsa minimal dari
obat yang diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan obat di
Puskesmas ditambah satu bulan.
19

CEK JUMLAH

BARANG CEK FISIK


DATANG
CEK KADALUWARSA

MEMENUHI SYARAT TIDAK MEMENUHI


SYARAT

BARANG DI SIMPAN
BARANG DIRETUR KE
DI GUDANG
GFK
FARMASI

(Gambar 2.9 Alur Penerimaan Perbekalan Farmasi)

2.3.4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat
dan BMHP yang diterima agar aman, terhindar dari kerusakan fisik
maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Tujuan dari penyimpanan :
1. Memelihara mutu perbekalan farmasi.
2. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab
3. Menjaga ketersediaan.
4. Memudahkan pencarian dan pengawasan.
5. Sebagai metode penyimpanan di gudang farmasi Puskesmas dan
di apotek Puskesmas Banjaran.
Gudang farmasi Puskesmas merupakan tempat yang
digunakan untuk menyimpan semua perbekalan farmasi termasuk
obat, alat kesehatan dan Barang Medis Habis Pakai (BMHP) untuk
kemudian didistribusikan ke sub unit pelayanan kesehatan yang ada di
Puskesmas dan kegiatan yang dilakukan di Puskesmas. Penyimpanan
perbekalan farmasi disusun berdasarkan alfabetis dan juga
berdasarkan bentuk sediaannya, hal ini bertujuan agar mempermudah
dalam pengambilannya. Sistem penataan perbekalan farmasi
menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First
Out (FEFO), dimana sistem FIFO berarti obat yang pertama kali
20

masuk adalah obat yang pertama kali keluar sedangkan FEFO berarti
obat yang memiliki waktu kadaluwarsa lebih pendek maka keluar
terlebih dahulu, tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah stok
perbekalan farmasi yang terbuang karena kadaluwarsa dan rusak.
Pengaturan penyimpanan obat di Gudang :
1. Obat disusun secara alfabetis dengan sistem First In First Out
(FIFO) dan First Expired First Out (FEFO).
2. Obat dikelompokan berdasarkan sumber obat (Umum atau
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)), bentuk dan jenis sediaan
(sediaan padat dengan sediaan cair dan juga sediaan luar harus
dipisahkan, alat kesehatan dan BMHP dapat disimpan dalam satu
lemari).
3. Obat disesuaikan dengan stabilitas (cahaya, suhu dan
kelembaban), seperti obat oxitosin dan ats injeksi harus disimpan
di lemari es
4. Obat yang mudah meledak atau terbakar disesuaikan
penyimpanannya.
5. Obat psikotropika dan narkotika disimpan di lemari khusus
dengan 2 lapis lemari dan 2 kunci.
6. Obat yang disimpan di lantai harus diletakkan di atas palet
7. Tumpukkan dus sebaiknya sesuai dengan petunjuk
8. Sebelum obat di simpan, petugas mencatat nomor kode produksi
atau no batch, tanggal kadaluwarsanya, dan jumlah obat di kartu
stok gudang.
BENTUK FIRST IN FIRST OUT (FIFO) DAN
SUMBER OBAT
SEDIAAN FIRST EXPIRED FIRST OUT (FEFO)

OBAT OBAT YANG


PSIKOTROPIKA HARUS
DISIMPAN DISIMPAN DI ALFABETIS
DILEMARI LEMARI ES,
DENGAN 2 LAPIS SEPERTI
PINTU DAN OXITOSIN, ATS
KUNCI INJEKSI

(Gambar 2.10 Alur Penyimpanan di Gudang Farmasi Puskesmas)


21

Pengaturan penyimpanan obat di apotek :


1. Obat disusun secara alfabetis dengan sistem First In First Out (FIFO)
dan First Expired First Out (FEFO).
2. Bentuk dan jenis sediaan (sediaan padat dengan sediaan cair dan juga
sediaan luar harus dipisahkan), LASA (Look Alike Sound Alike) / obat-
obat yang terlihat sama atau terdengar mirip, high alert (obat yang
persentasinya tinggi dan berisiko tinggi menyebabkan dampak yang
tidak diinginkan apabila mengalami kesalahan pemberian obat).
3. Obat disesuaikan dengan stabilitas (cahaya, suhu dan kelembaban),
seperti obat oxitosin dan ats injeksi harus disimpan di lemari es.
4. Obat yang disimpan di lantai harus diletakkan di atas palet
Penyimpanan perbekalan farmasi di apotek puskesmas yaitu
1. Lemari pertama digunakan untuk obat sehari hari dan ada 3 bagian
yaitu pada bagian atas untuk menyimpan obat sediaan padat seperti
tablet, kaplet, dan kapsul. Bagian tengah untuk menyimpan obat
sediaan cair seperi sirup, sirup kering (dry syrup) dan juga suspensi.
Dan bagian bawah untuk menyimpan obat luar seperti salep, krim,
bedak, tetes mata, tetes telinga, dll.
2. Lemari kedua untuk menyimpan stok obat dan ada 3 bagian, bagian
atas dan tengah untuk menyimpan stok obat sediaan padat, bagian
bawah untuk menyimpan Barang Medis Habis Pakai (BMHP).

LOOK ALIKE
BENTUK
ALFABETIS SOUND ALIKE HIGH ALERT
SEDIAAN
(LASA)

OBAT YANG HARUS


OBAT PSIKOTROPIKA FIRST IN FIRST
DISIMPAN DI
DISIMPAN DILEMARI OUT (FIFO)
LEMARI ES,
DENGAN 2 LAPIS DAN FIRST
SEPERTI OXITOSIN,
PINTU DAN KUNCI EXPIRED FIRST
ATS INJEKSI
OUT (FEFO)

(Gambar 2.11 Penyimpanan di Apotek Puskesmas)


22

2.3.5. Pendistribusian
Pendistribusian/penyaluran adalah kegiatan pengeluaran dan
penerimaan perbekalan farmasi dari gudang farmasi Puskesmas ke
tiap sub unit pelayanan kesehatan Puskesmas secara merata dan
teratur.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan perbekalan
farmasi tiap sub unit pelayanan kesehatan Puskesmas dengan jenis,
mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Pendistribusian obat di
Puskesmas Banjaran ke tiap sub unit dilakukan dengan cara
penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan berdasarkan LPLPO yang
diajukan oleh masing-masing sub unit. Pendistribusian obat untuk
pasien dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai dengan resep
yang diterima (individual prescription). Sub unit di UPT Puskesmas
Banjaran terdiri dari :
1. Ruang Tindakan
2. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
3. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
4. Poli Gigi
5. Laboratorium
6. Apotek Puskesmas
7. 3 Puskesmas Pembantu (Pustu), yang terdiri dari Pustu Sunia,
Pustu Sangiang, Pustu Kareo

DINAS KESEHATAN GUDANG


GUDANG
KABUPATEN FARMASI
FARMASI
MAJALENGKA KABUPATEN
PUSKESMAS
MAJALENGKA

RUANG TINDAKAN,
PASIEN APOTEK, POLI GIGI,
LABORATORIUM,
PONED, 3 PUSTU

(Gambar 2.12 Alur Pendistribusian Perbekalan Farmasi)


23

2.3.6. Penggunaan/Pelayanan
Pelayanan perbekalan farmasi yaitu proses kegiatan yang
meliputi aspek teknis dan non teknis yang hanya dikerjakan mulai dari
menerima resep sampai menyerahkan obat kepada pasien. Tujuan
pelayanan perbekalan farmasi adalah agar pasien mendapatkan
informasi bagaimana cara penggunaannya. Semua resep diterima atau
dilayani oleh Puskesmas harus dipelihara dan disimpan minimalnya 3
tahun dan setelah 3 tahun maka resep diserahkan kepada Dinas
Kesehatan untuk melakukan pemusnahan dengan cara dibakar.
1. Umum, untuk resep pasien umum
2. BPJS, untuk resep pasien yang diterima oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial
3. KIS, untuk resep pasien yang diterima oleh Kartu Indonesia Sehat
4. MTBS, untuk resep pasien anak yang usianya dibawah 5 tahun
5. KIA/KB, untuk resep pasien ibu hamil dan suntik KB
6. UKS, untuk resep pasien yang dari Unit Kesehatan Sekolah
Pelayanan informasi obat dilakukan secara langsung kepada
pasien dengan pemberian informasi obat atau penjelasan tentang cara
pemakaian dan khasiat dari obat tersebut.
Di puskesmas banjaran ada 2 alur pelayanan yaitu :
MENERIMA RESEP MENGAMBIL
DARI BP UMUM, BP DAN MENGAMBIL
GIGI, MTBS, POLI MEMERIKSA OBAT YANG
KIA/KB, PROGRAM TB KELENGKAPAN DIBUTUHKAN
PARU DAN UGD RESEP

MENGEMAS MENGAMBIL
MENGEMAS OBAT DAN
OBAT DAN
DAN MEMASUKAN MENULISKAN
MEMASUKAN
ETIKET ETIKET
ETIKET

MEMANGGIL MEMBERIKAN
MELAKUKAN
NAMA DAN INFORMASI
PEMERIKSAAN
ALAMAT PASIEN OBAT KEPADA
ULANG ANTARA
SESUAI RESEP PASIEN
OBAT DAN RESEP
(Gambar 2.13 Alur Pelayanan Resep di Puskesmas)
24

ORANG SEHAT ORANG SAKIT


PENDAFTARAN
UMUM/JKN UMUM/JKN

PELAYANAN :
PELAYANAN :

BP UMUM
IMUNISASI
BP GIGI

IBU HAMIL PENUNJANG


MTBS
PELAYANAN
LABORATORIUM PONED
REMAJA

RUANG TINDAKAN

APOTEK PUSKESMAS

PASIEN PASIEN
PULANG DIRUJUK KE RSU

(Gambar 2.14 Alur Pelayanan Kesehatan di Puskesmas)

2.3.7. Pengendalian
Pengendalian adalah adalah kegiatan yang memastikan
penggunaan obat sesuai dengan formularium, sesuai dengan diagnosis
dan terapi serta memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak
terjadi kelebihan dan juga kekurangan atau kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa dan kehilangan serta pengembalian pesanan sediaan
farmasi.
Pengendalian di UPT Puskesmas banjaran dilakukan dengan
menuliskan perbekalan farmasi yang masuk dan keluar di kartu stok
Kartu stok ini bertujuan untuk :
1. Sebagai sumber informasi tentang mutasi obat (penerimaan,
pengeluaran, hilang, rusak atau kadaluwarsa).
25

2. Sebagai sumber data untuk menyusun LPLPO (Laporan


Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat).
3. Sebagai dokumen negara yang harus disimpan dan dipelihara
secara tertib selama 10 tahun

PERBEKALAN FARMASI PERBEKALAN FARMASI


MASUK KELUAR

KARTU STOK

(Gambar 2.15 Alur Pengendalian Perbekalan Farmasi)

2.3.8. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan yaitu melakukan penatalaksanaan
perbekalan farmasi baik yang diterima, disimpan, didistribusikan atau
yang digunakan oleh unit pelayanan di puskesmas. Pencatatan
dilakukan bertujuan sebagai :
1. Bukti bahwa pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi obat,
alat kesehatan dan BMHP.
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian.
3. Sumber data untuk pembuatan laporan.
Pencatatan yang ada di puskesmas banjaran ada 2 yaitu:
1. Administrasi apotek
- Buku rekapan obat harian umum dan JKN .
- Buku rekapan obat bulanan umum dan JKN.
- Buku penerimaan dan pemakaian obat umum dan JKN.
2. Administrasi gudang
- Buku penerimaan dan pemakaian obat di gudang.
- Buku daftar obat kadaluwarsa.

BUKU HARIAN BUKU BULANAN


RESEP - UMUM & JKN UMUM & JKN

(Gambar 2.16 Alur Pencatatan di Apotek Puskesmas)


26

DBMB BUKU KARTU STOK


GUDANG

(Gambar 2.17 Alur Pencatatan di Gudang Farmasi Puskesmas)

Pelaporan di UPT puskesmas banjaran dibagi menjadi 2 yaitu


sebagai berikut
1. Laporan setiap bulan
a. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO),
adalah suatu format yang digunakan oleh Puskesmas untuk
melaporkan keadaan obat dan pengajuan permintaan obat.
b. POR (Penggunaan Obat Rasional)
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
d. Ketersediaan Obat Dan Vaksin
e. Laporan Prekursor
f. Laporan Psikotropika
2. Laporan setiap tahun
a. Stok akhir obat dan mutasi obat
b. Pelaporan obat kadaluwarsa
c. Rencana Kebutuhan Obat (RKO), yaitu perkiraan
kebutuhan obat satu tahun berikutnya berdasarkan perhitungan
pemakaian rata- rata obat satu tahun dan sisa stok akhir tahun.

2.3.9. Pemusnahan
Pemusnahan dilakukan apabila sudah ada obat yang
kadaluwarsa dan rusak.di UPT Puskesmas Banjaran belum pernah
melakukan pemusnahan. Namun, apabila ada obat yang rusak dan
kadaluwarsa maka obat tersebut dikembalikan dan dikumpulkan ke
Gudang Farmasi Kabupaten/Kota (GFK) Majalengka, untuk kemudian
dimusnahkan bersama dengan obat yang sudah kadaluwarsa dan rusak
dari puskesmas lainnya. Pemusnahan tidak dilakukan sendiri oleh
27

Puskesmas melainkan oleh GFK Majalengka dan GFK lainnya atau


pemusnahan tingkat Kabupaten.

OBAT KADALUWARSA DIKUMPULKAN DIKEMBALIKAN KE


DAN RUSAK DICATAT GFK

(Gambar 2.18 Alur Pemusnahan Perbekalan Farmasi)


BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

3.1. SIMPULAN

Dari hasil praktek kerja industri (PRAKERIN) yang telah kami


laksanakan dari mulai tanggal 3 juni 2021 sampai 3 juli 2021 di UPT
Puskesmas Banjaran Alhamdulillah selesai meskipun dalam keadaan pandemi
covid-19 yang sedang mewabah ini. Dari kegiatan Prakerin ini banyak ilmu
dan pengalaman yang kami dapat.
Pengelolaan perbekalan farmasi di UPT Puskesmas Banjaran
mencakup :
1. Perencanaan, menggunakan metode konsumsi.
2. Pengadaan, menggunakan system e-catalogue dan non e-catalogue.
3. Penerimaan perbekalan farmasi disesuaikan dengan DBMB yaitu dengan
cek jumlah, cek fisik dan cek kadaluwarsa
4. Penyimpanan obat sudah sesuai dengan standar kefarmasian di Puskesmas
5. Pendistribusian obat di puskesmas dilaksanakan di dalam gedung dan di
luar gedung
6. Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan setiap bulan dan setiap tahun.
7. Pemusnahan tidak dilakukan di puskesmas namun obat yang kadaluwarsa
atau rusak diserahkan kembali ke GFK untuk selanjutnya dilakukan
pemusnahan dengan obat dari puskesmas lainnya, pemusnahannya
dilaksanakan tingkat Kabupaten.

Petugas kesehatan yang ada di Puskesmas melaksanakan tugas dan


kewajibannya dengan baik. Dalam masa pandemi ini ada perbedaan pelayanan
seperti pada saat sebelum pandemi.
Seperti petugas kesehatan sekarang ini menggunakan alat pelindung
diri (APD)/gown, sarung tangan, face shield, menggunakan masker, rutin

28
mencuci tangan baik dengan sabun maupun handsanitizer dan menjaga
jarak. Pasien yang berkunjung pun wajib menggunakan masker, menjaga
jarak dan mencuci tangan dengan sabun atau handsanitizer.

3.2. SARAN
Dari kesimpulan diatas, dengan kerendahan hati kami ingin
menberikan beberapa saran, sebagai masukan dengan harapan yang baik bagi
sekolah maupun bagi UPT Puskesmas Banjaran
3.2.1. SARAN UNTUK SEKOLAH
Sebaiknya pembekalan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan prakerin lebih diperbanyak dan diperluas sehingga
siswa/siswi dapat lebih siap lagi dalam melaksankan prakerin.

3.2.2. SARAN UNTUK INSTALASI


1. Tetap menjaga kebersihan dan kerapihan lemari obat baik yang ada
di gudang puskesmas maupun yang ada di apotek puskesmas dan
menata penyimpanan obat lebih rapi lagi agar mudah dicari.
2. Mengadakan palet kayu untuk di gudang puskesmas agar obat yang
masuk tidak langsung mengenai lantai.
3. Alangkah baiknya lebih melengkapi obat-obatan yang ada di UPT
Pukesmas Banjaran
4. Memperbanyak etiket luar maupun etiket dalam dan juga label-
label

29

Anda mungkin juga menyukai