Anda di halaman 1dari 5

Customer Configuration Pengaruh Mass Customization And Personalization terhadap Sistem Manufaktur Mustika Sukmasari

NRP. 2507 100 118 Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Jawa Timur, 60111, Indonesia ABSTRAK
Saat ini, konsumen memegang peranan penting dalam penentuan proses bisnis suatu perusahaan manufaktur. Sukses atu tidaknya sebuah perusahaan, dilihat dari kemampuannya menghasilkan produk sesuai dengan keinginan pasar atau konsumennya. Strategi mass production yang muncul pada abad ke-20, sudah tidak dapat lagi mengatasi kondisi tersebut karena keterbatasan dalam menghasilkan produk yang bervariasi. Seiring dengan berjalannya waktu, tepatnya pada abad ke-20, terdapat strategi mass customization yang banyak diadopsi oleh perusahaan manufaktur karena dapat menyempurnakan strategi mass production dalam menghasilkan produk yang bervariasi atau fleksibel. Banyak requirement dari mass customization yang harus dipenuhi perusahaan manufaktur agar mencapai keberhasilan dalam penerapan strategi tersebut. Salah satu aspek yang sangat berpengaruh dalam pencapainnya adalah strategi-strategi yang dilakukan dalam fulfill order, khususnya rancangan dari sistem manufakturnya. Lingkup dalam sistem manufaktur adalah teknologi otomasi dan sistem penunjang manufaktur, dimana sistem penunjang manufaktur yang berhubungan dengan fulfill order adalah pengendalian lantai produksi dan persediaan saja. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh mass customization sistem manufaktur yang diterapkan pada perusahaan manufaktur. Pengaruh tersebut nantinya dikaitkan dengan strategi yang diterapkan pada sistem manufaktur untuk pencapaian mass customization.

1.

Latar Belakang

Pada abad ke-20, mass production merupakan kunci utama dari strategi manufaktur karena mampu menghasilkan efisiensi pada proses produksi dan menekan biaya produksi. Karakteristik dari strategi mass production adalah mampu memproduksi dalam jumlah banyak dengan biaya produksi yang rendah, dengan lini produksi yang panjang dan proses produksi yang repetitif [3]. Sejak abad ke-21, banyak perusahaan manufaktur beralih untuk mengadopsi strategi mass customization yang dapat menyempurnakan strategi mass production [13]. Mass Customization merupakan integrasi antara mass production dan customization sehingga dengan strategi tersebut, perusahaan manufaktur mampu menghasilkan produk dengan jumlah banyak dan variasi atau spesifikasi sesuai keinginan konsumen, tetapi tidak meningkatkan biaya produksi yang dihasilkan [11]. Salah satu aspek dari fulfill order yang dapat dijadikan strategi sebagai penerapan mass customization adalah perencanaan terhadap sistem manufaktur perusahaan. Perencanaan terhadap sistem manufaktur tersebut harus dilakukan secara menyuluruh pada elemen-elemen penunjangnya, yaitu teknologi otomasi dan sistem penunjang manufaktur yang berasal dari level perusahaan (fungsi bisnis) [10]. Menurut [4], sistem manufaktur yang harus direncanakan untuk mencapai mass customization adalah sistem yang mampu mengakomodasi fleksibilitas dari volume dan variasi produk. Dengan adanya tantangan tersebut, perusahaan manufaktur harus merencanakan perubahan dalam sistem manufakturnya [5]. Dengan diperlukannya penyesuaian tersebut, tentunya mass customization akan sangat berpengaruh terhadap sistem manufaktur yang diterapkan. Oleh karena itu, peneliti akan mengidentifikasi bagaimana pengaruh mass customization terhadap sistem manufaktur yang diterapkan pada perusahaan manufaktur. Dalam penelitian ini, lingkup sistem manufaktur dibatasi pada teknologi otomasi dan fungsi pengendalian dalam sistem penunjang manufaktur saja karena kedua aspek tersebut yang memiliki peran dalam fulfill order. Pengaruh yang akan diidentifikasi didasarkan dari requirement untuk mencapai mass customization, yaitu kemampuan untuk menghasilkan sebuah sistem yang mampu menghasilkan volume dan variasi produk yang tinggi sesuai keinginan konsumen (fleksibel), tetapi tetap dengan biaya produksi yang tidak meningkat, lead time yang tidak lebih lama, dan fleksibilitas dari volume dan jumlah produk.

2.

Literatur Review

2.1. Mass Customization Menurut referensi [15], mass customization (MC) didefinisikan secara luas dan sempit. Secara luas, MC didefinisikan sebagai strategi yang mampu menyediakan produk yang dirancang secara individual dan pelayanan kepada setiap pelanggan melalui kelincahan proses yang tinggi, fleksibilitas, dan integrasi. Secara sempit, MC didefinisikan sebagai strategi yang menerapkan teknologi informasi, proses yang fleksibel, dan struktur organisasi untuk dapat memproduksi dengan variasi dan jumlah yang tinggi sehingga dapat merespon keinginan konsumen. Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa MC merupakan strategi yang mengadopsi mass production dari segi economic of scale, yang didukung dengan penerapan teknologi pada sistem informasi dan manufaktur untuk mencapai customization. Untuk dapat mencapai keberhasilan dari MC, diperlukan strategi-strategi dari perusahaan manufaktur. Menurut referensi [14], perusahaan manufaktur memerlukan beberapa strategi untuk mencapai keberhasilan MC seperti pada gambar 2.1.

Gambar 2.1Strategi Pencapaian Mass Customization

Dalam penelitian ini, strategi yang akan dibahas adalah beberapa strategi pada gambar 2.1, yaitu automation strategy, effective integration, dan minimizing operation cost. Hal ini dikarenakan, strategi tersebut memiliki keterkaitan dengan sistem manufaktur yang akan dibahas pada penelitian ini. Hal yang nantinya akan dilakukan adalah melihat pengaruhnya terhadap penerapan teknologi otomasi dan sistem penunjang manufaktur dalam hal pemenuhan beberapa requirement untuk mencapai MC. 2.2. Sistem Manufaktur Menurut referensi [10], sistem manufaktur merupakan kumpulan dari peralatan produksi yang biasanya ditempatkan mengikuti logika tertentu dan pekerja yang mengoperasikan peralatan produksi tersebut. Sistem manufaktur terdiri dari beberapa elemen penunjang, yaitu sistem penunjang manufaktur, teknologi otomasi dalam sistem manufaktur, dan pengendalian kualitas. Namun, yang akan dibahas pada penelitian hanya sistem penunjang manufaktur dan teknologi otomasi. 2.2.1. Hubungan Sistem Penunjang Manufaktur dengan Otomasi Sistem Manufaktur Menurut referensi [10], otomasi berperan dalam mendukung jalannnya fungsi-fungsi pada sistem penunjang manufaktur. Hampir semua sistem penunjang manufaktur pada perusahaan manufaktur diimplementasikan secara terotomasi. CIM atau sistem manufaktur terintegrasi berbasis komputer merupakan sistem yang menunjukkan penggunaan komputer secara luas untuk perancangan produk, pengendalian lantai produksi, dan fungsi-fungsi lain dalam sistem penunjang manufaktur. Penggunaan teknologi otomasi sangat berpengaruh terhadap pengendalian di lantai produksi. Implementasikan teknologi otomasi pada sistem manufaktur akan berpengaruh terhadap pengendalian terhadap jumlah material yang sedang diproses (WIP). Hal ini dikarenakan, proses produksi sangat bergatung pada mesin, lini produksi, sistem pemindahan material, dan lain-lain. Sama halnya dengan pengendalian lantai produksi, teknologi otomasi memiliki peran dalam pengendalian persediaan, khususnya persediaan barang jadi yang sangat dipengaruhi oleh aktivitas di lantai produksi. Selain itu, pengendalian persediaan merupakan penunjang dari sistem manufaktur, dimana jika sistem persediaan dari material dikelola dengan baik, maka seluruh operasi-operasi dalam sistem manufaktur akan berjalan dengan baik pula.

2.3. Pengaruh Mass Customization terhadap Sistem Manufaktur Berdasarkan referensi [11] dan [15], dalam pencapaian strategi mass customization terdapat beberapa requirement yang harus dipenuhi, yaitu fleksibilitas dalam volume dan variasi, biaya produksi yang rendah, dan lead time yang cepat. Pemenuhan tersebut dilakukan untuk merespon keinginan konsumen melalui servis yang cepat, spesifikasi produk yang mereka inginkan, dan harga yang sesuai atau kompetitif. Dalam pemenuhan requirement tersebut, diperlukan strategi-strategi khusus bagi perusahaan manufaktur yang nantinya akan berpengaruh pada seluruh aspek di perusahaan, khususnya pada sistem manufakturnya. Peneliti mengidentifikasi beberapa pengaruh dari pencapaian mass customization terhadap sistem manufaktur di perusahaan yang ditunjukkan pada gambar 2.2, dimana dalam penelitian ini aspek yang dibahas sebagai bagian dari sistem manufaktur hanya teknologi otomasi, pengendalian lantai produksi, dan pengendalian persediaan.

Gambar 2.2 Pengaruh Mass Customization terhadap Sistem Manufaktur

2.3.1.

Pengaruh Mass Customization terhadap Teknologi Otomasi Mass customization merupakan strategi yang dikembangkan dari mass production dengan mengimplementasikan teknologi yang mampu menghasilkan fleksibilitas dari variasi dan volume produk [13]. Perkembangan tersebut ditunjukkan pada gambar 2.3 :

Gambar 2.3 Perkembangan mass customization

Berdasarkan gambar 2.3, perkembangan mass customization didukung oleh perkembangan teknologi yang diimplementasikan karena semakin tinggi dari produk yang dihasilkan, maka diperlukan teknologi pendukung dan proses yang fleksibel agar dapat merespon keinginan konsumen dengan cepat. Oleh karena itu, diperlukan adanya implementasi dari advance technology untuk mendukung tercapainya customization. Menurut referensi [11], advance technology terdiri dari penerapan flexibility manufacturing system dan CIM yang meliputi CAD, CAE, dan sistem lainnya yang berbasis kontrol numerik. Menurut referensi [12], salah satu faktor kunci untuk mencapai strategi mass customization adalah menerapkan sistem manufaktur yang fleksibel atau flexibility manufacturing system (FMS). Oleh karena itu, perusahaan perlu merancang kembali sistem manufakturnya menjadi sistem yang lebih fleksibel dengan FMS tersebut agar sistem manufakturnya mampu disesuaikan dengan tingginya variasi produk yang ingin dihasilkan

tanpa lead time yang lama dan biaya tambahan untuk mengganti part-part mesin. Selain itu, perusahaan juga mampu menghasilkan jumlah produksi yang tinggi sesuai dengan pesanan atau demand yang fluktuatif. Menurut referensi [9], FMS dikatakan fleksibel karena kemampuannya menghasilkan part-part produk yang bervariasi pada bermacam-macam stasiun kerja, dan menyesuaikan spesifikasi produk dan kuantitas sesuai dengan demand atau keinginan konsumen. FMS terintergasi oleh teknologi-teknologi pendukung, yang terdiri dari flexible automation, CNC machine, distributed computer control, automated material handling, dan automated storage system. Oleh karena itu, perusahaan manufaktur perlu merancang sebuah sistem manufaktur yang terintergrasi dengan teknolgi pendukung yang terotomasi, baik dalam hal penentuan sistem otomasi, mesin yang digunakan, maupun sistem material handling dan penyimpanan yang dapat menunjang FMS. Menurut referensi [9], terdapat enam keuntungan yang didapatkan perusahaan melalui penerapan FMS. Namun, dalam penelitian ini hanya akan dibahas mengenai keuntungan-keuntungan yang disesuaikan dengan requirement dari pencapaian mass customization. Beberapa keuntungan tersebut adalah mengurangi persediaan barang jadi, menghasilkan lead time yang pendek, dan mampu merespon perubahan sesuai dengan kondisi pasar. Dengan mengurangi persediaan barang jadi, perusahaan mampu meminimalisir biaya produksi karena biaya persediaan merupakan salah satu komponen dari biaya produksi. Sedangkan, kemampuan FMS dalam merespon perubahan merupakan salah satu requirement dari pencapaian mass customization, yaitu kemampuan memproduksi dalam jumlah dan variasi yang tinggi sesuai dengan permintaan konsumen. 2.3.2. Pengaruh Mass Customization terhadap Sistem Penunjang Manufaktur Pada pengendalian lantai produksi, didukung juga oleh penerapan teknologi otomasi pada sistem manufakturnya. Untuk mengendalikan proses aliran material hingga barang jadi tersebut, perusahaan perlu mengintegrasikan sistem manufaktur dengan baik agar tidak menghasilkan WIP dalam jumlah tinggi. Penerapan FMS juga mampu mendukung pengendalian tersebut karena mampu meminimasi lead time melalui minimasi waktu set-up mesin, material handling, dan mengatasi terjadinya bottleneck. Selain itu, konsep lean manufacturing juga dapat diterapkan dengan tujuan meminimasi aktivitas produksi yang tidak diperlukan serta waste sehingga dapat meminimasi biaya operasi yang kerap timbul akibat waste yang terlalu banyak. Dengan menerapkan kedua hal tersebut, diharapkan mampu mendukung pencapaian mass customization untuk menghasilkan lead time yang singkat dan menghasilkan biaya produksi yang rendah melalui penekanan terhadap biaya operasi pada lantai produksi. Pada pengendalian persediaan, banyak hal yang dapat diterapkan oleh perusahaan, misalnya penerapan JIT untuk meminimasi persediaan dan lead time yang lama [5]. Dengan persediaan yang diminumkan, biaya persediaan dapat diminimumkan pula sehingga biaya produksi dapat ditekan. Selain JIT, strategi penundaan juga dapat dilakukan untuk mengendalikan persediaan. Menurut referensi [8], strategi penundaan merupakan penundaan dalam proses perakitan produk hingga konsumen memesannya. Strategi tersebut dilakukan dengan memproduksi dalam bentuk modul-modul yang berbeda sehingga ketika konsumen memesan, hanya dilakukan perakitan terhadap modulmodul tersebut. Strategi ini bertujuan untuk meminimiasi jumlah persediaan dan meningkatkan service level dengan menghasilkan produk yang fleksibel sesuai dengan keinginan konsumen dengan waktu yang singkat.

Referensi
[1] Aigbedo, H 2007, An Assessment of The Effect of Mass Customization on Suppliers Inventory Levels in A JIT Supply Chain, Europian Journal of Operational Research, vol. 181, pp. 704-715. [2] Black, J.T dan Chen, J.C 1995, The Role of Decouplers in JIT Pull Apparel Cells, International Journal of Clothing and Technology, pp.17-35. [3] Chandra, C dan Grabis, J 2008, Managing Logistics for Mass Customization: The New Production Frontier, pp. 335-340. [4]Charles, M, Cochran, D.S, Dobbs, D.C 1999, Design of Manufacturing System to Support Volume Flexibility, Society of Automotive Engineers, Inc, accessed 23 December 2010, <www.sysdesign.org/pdf/paper13.pdf>. [5] Eastwood, M.A 1996, Implementing mass customization, Computers in Industry, vol. 30, pp. 171-174. [6] Feitzinger, E dan Lee, H.L 1997, Mass Customization at Hewlett-Packard: The Power of Pospontment, Harvard Business Review, January-February, pp.116-121. [7]Frutors, J.D, Borenstein, D 2003, A Framework to Support CustomerCompany Interaction in Mass Customization Environments, pp. 115-135. [8]Graman, G.A dan Bukovinsky, D.M 2005, From Mass Production to Mass Customization: Posponement of Inventory Differentiation, The Journal of Corporate Accounting & Finance, November/December, pp. 61-65. [9]Groover, M.P 2001, Automation, Production Systems, and Computer-Integrated Manufacturin; Second Edition, New Jersey, Prentice Hall. [10]Groover, M.P 2001, Otomasi, Sistem Produksi, dan Computer-Integrated Manufacturing; Terjemahan Bagus Arthaya dan I Ketut Gunarta, Surabaya, Guna Widya.

[11]Lee, S.E dan Chen, J.C 2000, Mass-customization Methodology for an Apparel Industry with a Future, Journal of Industrial Technology, vol. 16, no. 1, November 1999 to January 2000, pp. 1-8. [12]Pollard, D, Chuo, S, dan Lee, B 2008, Strategies for Mass Customization, Journal of Business & Economics Research, vol. 6, no. 7, pp. 77-86. [13]Ramani, K, Cunningham, R, Devanathan, S, Subramaniam, J, dan Patwardhan, H 2005, Technology Review of Mass Customization, Purdue Research Education Center for Information System in Engineering, accessed 23 December 2010, <https://engineering.purdue.edu./PRECISE/Publications/ TrendsandgapsinMassCustomization/PETO32_Ramani.pdf>. [14]Selladurai, R.S 2004, Mass Customization in Operation Management: Oxymoron or Reality?.,The Interanational Journal of Management Science, vol. 32, pp. 295-300. [15]Silveira, G.D, Boreinstein, D, dan Fogliatto, F.S 2001, Mass Customization: Literature Review and Research Direction, Internationa Journal of Production Economics, vol. 72, pp. 1-13.

Anda mungkin juga menyukai