Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ERITOPOESIS

DISUSUN OLEH :

Achmad Ya Habibi Raharusun 1804034006 6D

D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUIM MEDIK


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF .DR. HAMKA
JAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Eritropoiesis merupakan proses yang diregulasi ketat melalui kendali umpan balik.
Pembentukan eritrosit dihambat oleh kadar hemoglobin diatas normal dan dirangsang
oleh keadaan anemia dan hipoksia. Eritropoiesis pada masa awal janin terjadi
dalam yolk sac, pada bulan kedua kehamilan eritropoiesis berpindah ke liver dan saat
bayi lahir eritropoiesis di liver berhenti dan pusat pembentukan eritrosit berpindah ke
sumsum tulang (Williams, 2007).
Oleh karena itu dalam makalah ini kami sebagai penulis akan membahas bagaimana
proses pembentukan eritrosit, organ apa saja yang teribat didalamnya, apa saja bahan
yang diperlukan untuk membentuk eritrosit, bagaimana struktur eritrosit dan
bagaimana proses daur hidup eritrosit.

1.2.Tujuan
Kegiatan pembuatan makalah ini dilakukan untuk menunjang dan menambah
pengetahuan  tentang bagaimana proses pembentukan eritrosit, organ apa saja yang
teribat didalamnya, apa saja bahan yang diperlukan untuk membentuk eritrosit,
bagaimana struktur eritrosit dan bagaimana proses daur hidup eritrosit. Setelah
pembuatan dan pembahasan makalah ini mahasiswa diharapkan dapat mengetahui
gambaran dan bagaimana proses pembentukan eritrosit, Menambah ilmu pengetahuan
pada materi Hematologi dan khususnya tentang Eritropoiesis.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Eritropoiesis
Proses pembentukan eritrosit yang disebut sebagai eritropoiesis merupakan
proses yang diregulasi ketat melalui kendali umpan balik. Pembentukan eritrosit
dihambat oleh kadar hemoglobin diatas normal dan dirangsang oleh keadaan anemia
dan hipoksia. Eritropoiesis pada masa awal janin terjadi dalam yolk sac, pada bulan
kedua kehamilan eritropoiesis berpindah ke liver dan saat bayi lahir eritropoiesis
di liver berhenti dan pusat pembentukan eritrosit berpindah ke sumsum tulang
(Williams, 2007).
Pada masa anak-anak dan remaja semua sumsum tulang terlibat dalam
hematopoiesis, namun pada usia dewasa hanya tulang-tulang tertentu seperti tulang
panggul, sternum, vertebra, costa, ujung proksimal femur dan beberapa tulang lain
yang terlibat eritropoiesis. Bahkan pada tulang-tulang seperti disebut diatas beberapa
bagiannya terdiri dari jaringan adiposit. Pada periode stress hematopoietik tubuh
dapat melakukan reaktivasi pada limpa, hepar dan sumsum berisi lemak untuk
memproduksi sel darah, keadaan ini disebut sebagai hematopoiesis ekstramedular
(Munker, 2006).

2.2  Bahan Yang Diperlukan Dalam Proses Eritropoiesis


2.2.1        Asam folat dan vitamin B12, merupakan bahan pokok pembentuk inti sel, Asam folat
dan vitamin B12 bergabung untuk membantu tubuh dalam memecah, menggunakan
dan membentuk protein dan sel darah merah atau eritrosit.
2.2.2        Besi, Sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin dalam tubuh yang
kemudian digunakan untuk mentransportasikan oksigen dan nutrisi makanan ke
seluruh jaringan tubuh.  
2.2.3        Mineral (Cobalt, magnesium, Cu, Zn), ini dibutuhkan untuk proses pembentukan dan
pertumbuhan protein di dalam tubuh sehingga mempercepat proses pembentukan sel.
2.2.4        Asam amino, asam amino merupakan bahan yang paling dasar dalam pembentukan
protein dalam tubuh manusia, asam amino akan bergabung menjadi rantai asam amino
yang disebut polipeptida yang disebut juga sebagai protein.
2.2.5        Vitamin lain : vitamin C. vitamin B kompleks dan lain-lain.
2.3  Faktor Yang Mempengaruhi Eritropoiesis
2.3.1        Eritropoietin merangsang eritropoiesis dengan meningkatkan jumlah sel progenitor
yang terikat untuk eritropoiesis. BFUE dan CFUE lanjut yang mempunyai reseptor
eritropoietin terangsang untuk berproliferasi, berdiferensiasi, dan menghasilkan
hemoglobin.
2.3.2        Kemampuan respon sumsum tulang (anemia, perdarahan).
2.3.3        Intergritas proses pematangan eritrosit
2.4  Proses Pembentukan Eritrosit
Setiap orang memproduksi sekitar 1012 atau 10.000.000.000.000 eritrosit baru
tiap hari melalui proses eritropoiesis yang kompleks dan teratur dengan baik.
Eritropoiesis berjalan dari sel induk menjadi prekursor eritrosit yang dapat dikenali
pertama kali di sumsum tulang, yaitu pronormoblas. Pronormoblas adalah sel besar
dengan sitoplasma biru tua, dengan inti ditengah dan nucleoli, serta kromatin yang
sedikit menggumpal. Pronormoblas menyebabkan terbentuknya suatu rangkaian
normoblas yang makin kecil melalui sejumlah pembelahan sel. Normoblas ini juga
mengandung sejunlah hemoglobin yang makin banyak (yang berwarna merah muda)
dalam sitoplasma, warna sitoplasma makin biru pucat sejalan dengan hilangnya RNA
dan apparatus yang mensintesis protein, sedangkan kromatin inti menjadi makin
padat. Inti akhirnya dikeluarkan dari normoblas lanjut didalam sumsum tulang dan
menghasilkan stadium retikulosit yang masih mengandung sedikit RNA ribosom dan
masih mampu mensintesis hemoglobin.
Sel ini sedikit lebih besar daripada eritrosit matur, berada selama 1-2 hari
dalam sumsum tulang dan juga beredar di darah tepi selama 1-2 hari sebelum menjadi
matur, terutama berada di limpa, saat RNA hilang seluruhnya. Eritrosit matur
berwarna merah muda seluruhnya, adalah cakram bikonkaf tak berinti. Satu
pronormoblas biasanya menghasilkan 16 eritrosit matur. Sel darah merah berinti
(normoblas) tampak dalam darah apabila eritropoiesis terjadi diluar sumsum tulang
(eritropoiesis ekstramedular) dan juga terdapat pada beberapa penyakit sumsum
tulang. Normoblas tidak ditemukan dalam darah tepi manusia yang normal.
Dalam pembentukan eritropoesis pada gambar 1.1 terdapat beberapa urutan
atau lebih dikenal dengan maturasi sel eritrosit, maturasi sel ini berlangsung kira-kira
selama 23 hari untuk merubah sel puncak menjadi eritrosit melalui retikulosit, dalam
urutan tersebut karakteristik yang paling menonjol saat pematangan eritrosit adalah
ukuran sel yang menurun, volume sitoplasma yang meningkat dan berkurang sampai
hilangnya inti saat sel telah matang dengan pelarutan materi kromatin. Berikut
adalah  urutan dari eritropoiesis :

                Dari gambar di atas kita dapat mengetahui berapa lama proses yang
diperlukan untuk membuat sel eritrosit matang. Dari Stem Cell menjadi sel Rubrisit
terjadi selama 10-13 hari, dan dari Rubrisit ke retikulosit selama 8-11 hari, kemudian
dari retikulosit berubah menjadi sel eritrosit membutuhkan waktu selama 1-2 hari.
Berikut adalah penjabaran lebih lengkap mengenai ciri-ciri sel yang ada dalam proses
eritropoiesis :
2.4.1        Rubiblast / Pronormoblast / Proeritroblast
Memiliki ciri-ciri sel sebagai berikut :
a.       Bentuknya Ireguler
b.      Ukurannya 2-3 x eritrosit (12 - 21 u)
c.       Sel termuda dalam sel eritrosit
d.      Berinti bulat atau oval, menempati 85 – 90 % bagian sel.
e.       Warnanya tidak teratur, tampak agregasi kromatin, dikelilingi oleh “halo”
yang tipis yang kadang sulit dilihat.
f.       Anak inti dan kromatin yang halus. sitoplasma biru tua, dengan inti di
tengah dan nukleoli, serta kromatin yang sedikit menggumpal.
2.4.2        Prorubrisit / Normoblast Basophilik / Eritoblas Basophilik
Memiliki ciri-ciri sel sebagai berikut :
a.       Bentuknya Irreguler
b.      Ukurannya sedikit lebih kecil dari rubliblast ( 12 – 18 u)
c.       Berinti besar dengan benang kromatin tampak jelas dengan warna gelap,
sering tersusun seperti terali sepeda.
d.      Sitoplasmanya menempati 60 – 70 % bagian sel, lebih banyak tetapi lebih
kurang basophilik daripada rubriblast.

2.4.3        Rubrisit / Normoblast Polikromatik / Eritroblast Poliokromatik


Memiliki ciri-ciri sel seperti berikut :
a.       Bentuknya Irreguler.
b.      Ukurannya mencapai 2x eritrosit ( 7 – 14 u ).
c.       Berinti besar dengan benang kromatin padat berwarna gelap dan sering
tersusun seperti terali sepeda, kadang ada nucleoli.
d.      Sitoplasma menempati 60 – 70 % bagian sel, lebih banyak dari sitoplasma
pronormoblast namun lebih kurang basofilik.
e.       Tidak bergranula.

2.4.4        Metarubrisit / Normoblast Ortokromatik / Eritroblast Ortokromatik


Memiliki ciri-ciri sel sebagai berikut :
a.       Bentuknya regular.
b.      Ukurannya sedikit lebih besar dari eritrosit (7 – 10 u).
c.       Intinya pknotik, kadang terletak eksentrik.
d.      Sitoplasma menempati 50 – 80 % bagian sel.
2.4.5        Retikulosit
Memiliki ciri-ciri sel sebagai berikut :
a.       Sel Darah Merah (SDM) yang masih muda tidak berinti  berasal dari
proses pematangan normoblas di sumsum tulang.
b.      Setelah dilepaskan dari sumsum tulang sel normal akan beredar sebagai
retikulosit selama 1-2 hari.. Retikulosit akan masuk ke sirkulasi darah tepi
dan bertahan kurang lebih selama 24 jam sebelum akhirnya mengalami
pematangan menjadi eritrosit.
2.4.6        Eritrosit
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Berwarna merah muda seluruhnya.
b.      Bentuknya adalah cakram bikonkaf tak berinti.
c.       Tak mempunyai mitokondria,ribosom dan tidak dapat bergerak.

2.5  Struktur Sel Eritrosi


Sel eritrosit itu sendiri memiliki 3 komponen penting yang menyusunnya yaitu :
2.5.1        Membran Eritrosit
Eritrosit memiliki membrane yang tipis, kuat dan fleksibel sehingga eritrosit dapat
bergerak dengan mudah melewati pembuluh darah yang kecil sekalipun. Membran ini
terdiri atas lipid dua lapis (lipid bilayer), protein membran integral, dan suatu rangka
membran.
2.5.1.1  Lipid
Setiap molekul lipid memiliki sifat amfitatik yang mengandung ekor
yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan komponen kepala yang
bersifat hidrofilik (suka air). Lipid membran terdiri dari 3 kelas utama
yaitu :
2.5.1.1.1        Fosfolipid
Terdapat dua fosfolipid yaitu fosfogliserida dan
sfingomielin. Fosfogliserida merupakan unsure yang paling
banyak, mempunyai rangka gliserin. Sedangkan
sfingomielin mempunyai rangka sfinggosin, sfingomielinini
banyak dijumpai pada jaringan otak dan saraf.
2.5.1.1.2        Glikospingolipid
Merupakan lipid yang mengandung gula seperti serebrosida
dan gangliosida yang keduannya penting dalam system
saraf pusat.
2.5.1.1.3        Sterol
Sterol yang umum dijumpai adalah kolesterol. Merupakan
komponen utama dalam membrane plasma, sedikit pada
badan golgi, mitokondria dan nucleus. Letak kolesterol
tersisip diantara fosfolipid dan berperan dalam menentukan
tingkat fluiditas membran.
2.5.1.2  Protein
Berdasarkan posisinya pada membran, terdapat dua macam protein
yaitu protein integral (globular, amfiatik dengan ujung hidrofil yang
dipisahkan dalam lapisan bilayer lipid) dan protein perifer (terikat
lemah pada bagian hidrofil protein integral).
2.5.1.3  Karbohidrat
Karbohidrat pada membrane plasma terikat pada lipid atau protein
dalam bentuk glikolipid dan glikoprotein. Glikolipid merupakan
kumpulan berbagai monosakarida yang berbeda gula-gula sederhana.
Karbohidrat ini berperan penting terhadap berbagai aktivitas sel, antara
lain dalam sistem kekebalan. Karbohidrat dalam membran plasma
merupakan hasil sekresi sel dan tetap berasosiasi dengan membran sel
membentuk glikokaliks.
2.5.2        Sistem Enzim
System enzim yang terpenting di dalam sel eritrosit dalam Embden Meyerhoff
pathway adalah pyrufat kinase dan enzim G6PD (glucose 6-phospate dehydrogenase)
yang berguna dalam seluruh proses glikolisis.
2.5.3        Hemoglobin
Hemoglobin berperan dalam memelihara fungsi transpor oksigen dari paru-paru ke
jaringan-jaringan. Sel darah merah dalam darah arteri sistemik mengangkut oksigen
dari paru-paru ke jaringan dan kembali dalam darah vena dengan karbon dioksida
(CO2) ke paru-paru.

2.6  Fungsi Sel Eritrosit


2.6.1        Mengikat oksigen dari paru–paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan
mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru–paru.
2.6.2        Berfungsi dalam penentuan golongan darah.
2.6.3        Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan.Hemoglobin di dalam sel Eritrosit
akan melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan dinding dan membran sel
patogen, serta membunuhnya.
2.6.4        Eritrosit juga melepaskan senyawa S-nitrosothiol saat hemoglobin terdeoksigenasi,
yang berfungsi Vasodilatasi pembuluh darah dan melancarkan arus darah agar darah
menuju ke daerah tubuh yang kekurangan oksigen.

2.7  Umur Eritrosit, Proses Destruksi Dan Pembungan Sel Eritrosit


Sel darah merah atau eritrosit manusia pada umumnya memiliki umur rata-rata
120 hari, apabila sel-sel tersebut telah rusak maka sel-sel tersebut akan dihancurkan
dalam system retikulum endothelium terutama dalam limfa dan hati. Umur sel
eritrosit juga dapat dipengaruhi oleh faktor tertentu antara lain :
1.      Faktor intrinsik (intrakorpuskular)
Hemolisis yang terjadi akibat faktor yang ada pada eritrosit itu sendiri, misal
kekurangan bahan baku pembuat eritrosit, herediter (kelainan eritrosit yang
bersifat kongenital seperti pada thalasemia dan sferosis kongenital), gangguan
pembentukan hemoglobin dan abnormalitas enzim dalam eritrosit.
2.      Faktor Ekstrinsik (ekstrakorpuskular)
Hemolisis akibat faktor-faktor dari luar misal akibat reaksi autoimun, infeksi dan
reaksi/pengaruh obat-obatan.
Proses destruksi sel eritrosit terjadi melalui mekanisme yang terdiri dari :
1.   Fragmentasi
Mekanisme fragmentasi terjadi apabila kehilangan beberapa bagian membrane
eritrosit.
2.   Lisis Osmotik
Kecenderungan mendorong air dan Na dari daerah konsentrasi tinggi ke
konsentrasi air rendah di plasma. Hal ini dapat mengakibat lisis eritrosit
3.   Eritrofagositosis
Melalui fagositosis yang dilakukan oleh monosit, neutrofil, makrofag.
4.   Sitolisis
Sitolisis biasanya dilakukan oleh komplemen (C5, C6, C7, C8, C9)
5.   Denaturasi Hemoglobin
Hemoglobin yang terdenaturasi akan mengendap menbentuk Heinz bodies.
Proses destruksi sel eritrosit yang telah mengalami penuaan atau rusak di
lakukan di dalam reticuloendothelial. Protein dan hemoglobin dihancurkan atau
dimakan oleh sel penghancur yang disebut makrofag, kemudian komponen asam
amino diangkut melalui plasma dan diangkut ke sumsum tulang, di mana asam amino
dapat digunakan dalam sintesis hemoglobin baru dan membentuk sel darah merah.
Kemudian zat besi yang ada digunakan untuk memperbaiki apabila ada kerusakan
pada sel-sel darah merah. Cincin porfirin hemoglobin yang berguna mengikat zat besi
mengalami perubahan struktur secara kimiawi yang mengubahnya menjadi bilirubin.
Bilirubin yang dihasilkan dari sisa proses destruksi sel eritrosit kemudian di
transportasikan ke hati melalui plasma yang kemudian akan diubah dan dipersiapkan
untuk di sekresi ke empedu, sehingga jumlah bilirubin yang dihasilkan dan
dikeluarkan ke empedu ditentukan oleh jumlah hemoglobin yang dihancurkan.
Setelah bilirubin masuk ke empedu bilirubin akan dikeluarkan melalui urine
sebagai urobilinogen atau melalui feses sebagai sterkobilinogen.
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan dan Saran
Eritropoiesis merupakan proses pembentukan sel eritrosit yang diregulasi ketat
melalui kendali umpan balik. Dalam pembentukannya diperlukan bahan antara lain
asam folat dan vitamin b12, besi, mineral, asam amino dan vitamin yang lain,
kemudian faktor yang mempengaruhi pembentukan dari sel eritrosit adalah
eritropoietin, kemampuan respon sumsum tulang dan intergritas proses pematangan
eritrosit. Proses yang dilalui untuk membentuk sel eritrosit selama 23 hari untuk
merubah sel puncak menjadi eritrosit melalui retikulosit.
Struktur sel eritrosit memiliki 3 struktur utama yang terbagi atas membran
eritrosit, sistem enzim dan hemoglobin. Di karenakan sel eritrosit mengandung
hemoglobin maka fungsi utama dari sel ini ialah sebagai sistem transportasi untuk
mengedarkan oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh dan mengangkut sisa
metabolismeuntuk di buang melalui proses ekskresi. Umur dari sel eritrosit ini rata-
rata hanya sekitar 120 hari, sehingga apabila sel telah mencapai umurnya (menua)
atau rusak maka sel eritrosit ini akan di destruksi atau dihancurkan melalui makrofag
dan di lakukan di dalam reticuloendothelial yang kemudian sisa dari penghancuran
sel eritrosit ini dibuang melalui urine maupun feses.

Anda mungkin juga menyukai