Anda di halaman 1dari 2

Nama : Syamsul Maarif

Nim : 1185030200

Laporan baca

BAB 4

Bab 4 dalam buku pengantar sosiologi sastra ini membahas mengenai tokoh-tokoh peneliti
sosiologi sastra, terdapat banyak sekali tokoh yang bahas pemikirannya mengenai sosiologi
sastra tersebut. Serta terdapat banyak konsep yang dibawa oleh para tokoh, berikut adalah
beberapa hasil rangkuman dari bacaan saya pada bab 4 ini.
Tokoh yang dibahas pertqma ialah Hippolyte Taine yang memperkenalkan teori Positivisme atau
memahasi sosiologi sastra dengan melihat fakta sosiaalnya. Adolphe Hippolyte Taine lahir pada
tanggal 21 April 1828 di Vouziers-5 Maret 1893 di Paris, ia merupakan orang Prancis dan
seorang kritikus serta sejarawan. Ia adalah kepala pengaruh teoretis Prancis naturalisme,
pendukung utama positivisme sosiologis, dan salah satu praktisi pertama historis kritik. Ada dua
rumusan sosiolog sastra Taime yang sampai hari ini cukup mengemuka. Pertama, sastra lahir
dari kehidupan sosial. Inilah doktrin pentine hagi pengkaji sosiologi sastra. Oleh karena itu,
layak apabila sastra disebut sebagai lembaga sosial. Sastra menawarkan lembaga sosial yang
menjadi wahana manusia hidup yang memuat unsur lembaga yang beragam. Levin (1973: 56-60)
termasuk tokoh sosiologi sastra yang bersikeras menyatakan sastra sebagai lembaga sosial. Ia
banyak menyitir teori-teori sosial sastra dari Taine dan sering menyetujuinya. Levin dan Taine
sama-sama menyetujui sastra sebagai potret kehidupan sosial. Kedua, sastra adalah ekspresi dari
masyarakat. Sastra tidak jauh berbeda dengan pidato sebagai ekspresi manusia. Tentu saja
konteks propaganda sering muncul dalam sastra. Sebagai sebuah lembaga, sastra sering
menawarkan berbagai hal tentang kehidupan. Dalam bentuk pepatah, Vicomte de Bonald
menyimpulkan salah satu pelajaran pahit bahwa Revolusi Prancis telah mengajarkan tentang
dunia. Revolusi mewarnai fakta sosial sastra.
Teori Fragmentasi Sosial dijelaskan oleh tokoh Robert Escarpit seorang pemerhati sosiologi
yang tergolong senior dalam bidangnya, ia merupakan pelopor gagasan bahsa sastra merupakan
Fragmentasi sosial. Teori ini berpandangan bahwa sastra tidak akan bisa mengekpresikan seluruh
kehidupan melainkan hanya bagian fragmen yang penting saja.Pada awalnya Escarpit menulis
teori sosiologi sastra dalam bahasa Prancis. Ia banyak menawarkan pendekatan sosiologi sastra,
khususnya terkait dengan reproduksi sastra. Pendekatan kedua dalam bidang sosiologi sastra jauh
dari penekanan pada karya sastra itu sendiri pada sisi produksi, terutama untuk situasi sosial
penulis. Produksi sastra terkait dengan situasi sosial penulis dan penulis tidak mungkin lari dari
realitas sosial. Roberts Escarpit cenderung memusatkan diri khusus pada aspek ini. Patronase dan
biaya produksi mengganti teks sastra sebagai pusat diskusi. Penulis yang berhubungan dengan
pelindung sering salah sasaran dan buruk. Menurutnya, dengan memperhatikan di jagad sastra
Jawa, masalah patron sastra era masa lalu adalah raja. Sekarang, raja sudah tidak ada maka
patron sastra lebih ke arah redaksi majalah dan buku.
Berikutnya ialah Lowenthal dengan Barometer sastranya. Menurutnya barometer sastra memiliki
beragam warna, barometer dalam sastra cukup luas. Lowenthal berpendapat bahwa tujuan utama
sosiologi sastra ialah menemukan inti dari arti atau menemukan jantung karya sastra yg berbeda
dengan unsur lain, dan mengungkapkan berbagai aspek, meskipun terdapat keberagaman
perasaan pada subjek, seperti kelas sosial, pekerjaan, cinta, alam, agama dan seni. Kedua tujuan
tersebuk meruoakan aspek dari barometer yang ia yakini. Terdapat pula Tokoh lain yang
memiliki teori Rasa Sosial yaitu Coleridge, yaitu seorang tokoh yang impresionistik. Coleridge
berpendapat bahwa pengamatan dalam kajian sosiologi sastra hanya merupakan upaya meditatif
sebagai mata pandang terhadap objek garap, yang ada kalanya telah ditentukan sebelumnya.
Wordsworth seorang penyair romantis yang terbilang sangat hebat, dan juga terkenal sebagai
kritikus dengan tulisan-tulisannya yang berpengaruh dan dapat dipertanggungjawabkan. Karya-
karya kritisnya menandai titik balik dalam teori sastra bahasa inggris. Wordsworth telah
menunjukkan prinsip utama dalam kajian sosiologi sastra, yaitu berkaitan dengan pemikiran-
moral, teologis, politik, dan estetika pada abad ketujuh belas dan melalui sebagian besar dari
abad kedelapan belas. Cara berpikir semacam itu bergantung pada asumsi bahwa sifat manusia,
nafsu, dan perasaan ada di setiap tempat. Sebagai konsekuensinya, berbagi pendapat dan
perasaan umat manusia merupakan norma yang paling dapat diandalkan sebagai nilai-nilai lain.
Selain tokoh-tokoh diatas terdapat banyak tokoh lainnya yg disebutkan di bab 4 ini seperti
Subagio Sastrowardoyo, Umar Junus, Rene Wellek, Austin Warren, Lucien Goldman dst.

Anda mungkin juga menyukai