Aggregate Production Planning For Tobacco Products P01 and P02 in PT X
Aggregate Production Planning For Tobacco Products P01 and P02 in PT X
Itsna Aulia Octavianti1), Nasir Widha Setyanto2), Ceria Farela Mada Tantrika3)
Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail: itsna.aulia@gmail.com1), nazzyr_lin@ub.ac.id2), ceria_fmt@ub.ac.id3)
Abstrak
Perencanaan agregat dibuat untuk menyesuaikan kemampuan produksi dalam menghadapi permintaan
pasar yang tidak pasti dengan mengoptimumkan penggunaan tenaga kerja dan peralatan produksi yang
tersedia sehingga biaya total produksi dapat ditekan seminim mungkin. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan strategi agregat yang sesuai untuk digunakan dalam perencanaan produksi perusahaan
penghasil tembakau rajang yang memiliki permintaan berfluktuasi. Strategi yang digunakan antara lain
Chase Strategy, Level Strategy dan Hybrid Strategy yang kemudian dipilih strategi terbaik yang memberikan
biaya produksi paling minimum. Strategi agregat terpilih digunakan untuk melakukan perencanaan produksi
agregat untuk periode mendatang, dilanjutkan dengan perhitungan disagregasi serta penentuan Jadwal
Induk Produksi. Strategi agregat terpilih adalah Hybrid Strategy yang memberikan total biaya produksi
paling minimum sebesar Rp 34.309.781.219, dimana biaya produksi mengalami penghematan sebesar Rp
234.376.086 dari biaya produksi awal perusahaan. Perencanaan produksi agregat untuk satu tahun ke
depan memberikan perkiraan biaya produksi sebesar Rp 36.058.349.808.
Kata kunci: Perencanaan Produksi Agregat, Peramalan, Disagregasi, Jadwal Induk Produksi
1. Pendahuluan
PT X merupakan salah satu perusahaan maksimal, sehingga proses produksi yang
penghasil tembakau rajang yang saat ini sedang terjadi di perusahaan berjalan kurang efektif
berkembang dan termasuk dalam salah satu dan efisien, yang mana secara tidak langsung
pengusaha tembakau rajang terbesar di hal tersebut berdampak pada besarnya biaya
Indonesia. Permintaan prroduk PT X sangat produksi.
berfluktuasi dari tahun ke tahun., terutama Salah satu cara agar PT X dapat
untuk produk jenis P01 dan P02 yang memiliki menjalankan aktivitas produksinya seefisien
persentase permintaan sebesar 29-39% dari dan semaksimal mungkin demi terpenuhinya
total permintaan produk secara keseluruhan. permintaan pasar adalah dengan menggunakan
Dikarenakan fluktuasi permintaan inilah, perencanaan produksi yang tepat. Sebelum
masalah utama yang dihadapi oleh PT X adalah dilakukan perencanaan produksi, terlebih
sering terjadinya kelebihan atau kekurangan dahulu dilakukan peramalan untuk
produk. Kelebihan produk mengakibatkan memperkirakan permintaan konsumen yang
terjadinya penumpukan di gudang barang jadi berfluktuatif.
yang berdampak pada besarnya biaya
penyimpanan, sedangkan kekurangan produk P01
mengakibatkan tidak terpenuhinya permintaan 10000
konsumen yang ada di pasar. Hal ini 5000
disebabkan oleh perencanaan dan penjadwalan
produksi yang dilakukan PT X masih bersifat 0
Okt
Okt
Okt
Jan
Jan
Jan
Apr
Juli
Apr
Juli
Apr
Juli
264
P02 Sesuai dengan permasalahan di PT X
8000 tentang terjadinya fluktuasi permintaan serta
6000
4000 perencanaan perusahaan yang masih bersifat
2000 subjektif, perencanaan produksi agregat dapat
0 menjadi solusi. Perencanaan agregat dibuat
Okt
Okt
Okt
Jan
Jan
Jan
Apr
Apr
Apr
Juli
Juli
Juli
untuk menyesuaikan kemampuan produksi
dalam menghadapi permintaan pasar yang tidak
2010 2011 2012 pasti dengan mengoptimumkan penggunaan
tenaga kerja dan peralatan produksi yang
Gambar 2. Grafik Permintaan P02 tersedia sehingga biaya total produksi dapat
ditekan seminim mungkin. Kata agregat
Pola permintaan produk P01 dan P02 tersebut menyatakan bahwa perencanaan dibuat
tidak membentuk suatu kecenderungan (trend) pada tingkat kasar untuk memenuhi total
ataupun pola yang berulang pada periode- kebutuhan semua produk yang akan dihasilkan
periode tertentu (seasonal), sehingga metode (bukan per individu produk) dengan
peramalan dengan pertimbangan trend dan menggunakan sumber daya yang berupa
seasonal tidak perlu lagi dipertimbangkan kapasitas mesin yang tersedia, jumlah tenaga
(Gaspersz, 2001). Menurut Makridakis, kerja yang ada, tingkat persediaan yang
Wheelwright dan Hyndman (2000) metode ditentukan, dan penjadwalannya (Nasution dan
peramalan yang tepat digunakan untuk Prasetyawan, 2008).
permintaan yang tidak memiliki pola trend dan Perencanaan produksi agregat memiliki
seasonal adalah Exponential Smoothing, tiga strategi, yakni Chase Strategy, Level
Moving Average dan Weighted Moving Strategy, dan Hybrid Strategy. Chase Strategy
Average. menyesuaikan tingkat produksi terhadap
Metode Exponential Smoothing memiliki fluktuasi permintaan dengan mengubah-ubah
karakteristik dimana jika forecast error adalah jumlah tenaga kerja melalui hiring dan firing,
positif, berarti nilai aktual permintaan lebih Level Strategy menggunakan jumlah tenaga
tinggi daripada nilai ramalan, sehingga metode kerja serta inventory dan backorder, sedangkan
exponential smoothing akan secara otomatis Hybrid Strategy menggunakan overtime/
meningkatkan nilai peramalan, dan begitu pula undertime atau merekrut tenaga kerja
sebaliknya (Gaspersz, 2001). Metode Moving subcontract/part time (Reid dan Sanders, 2007).
Average diperoleh dengan merata-rata Perencanaan produksi agregat terdiri dari
permintaan berdasarkan beberapa data masa empat fase, yaitu persiapan peramalan
lalu yang terbaru, sedangkan metode Weighted permintaan agregat, mengkhususkan
Moving Average adalah model rata-rata kebijaksanaan organisasi untuk melancarkan
bergerak berbobot yang lebih responsif penggunaan kapasitas, menentukan alternatif
terhadap perubahan, sebab data dari periode produksi yang layak, serta menentukan strategi
yang lebih baru memiliki bobot yang lebih produksi yang optimal (Nasution dan
tinggi karena merepresentasikan kondisi yang Prasetyawan, 2008).
terakhir terjadi (Nasution dan Prasetyawan, Nasution dan Prasetyawan (2008) juga
2008). menyatakan biaya-biaya yang terlibat dalam
Ketiga metode peramalan tersebut dipilih perencanaan agregat adalah:
metode peramalan terbaik dengan 1. Hiring Cost (Biaya Penambahan Tenaga
menggunakan MAD, MSE, dan MAPE. MAD Kerja) yaitu biaya-biaya untuk iklan, proses
diperoleh dengan mengambil nilai absolut dari seleksi dan training.
tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah 2. Firing Cost (Biaya Pemberhentian Tenaga
periode data. MSE merupakan rata-rata selisih Kerja) yaitu berupa uang pesangon bagi
kuadrat antara nilai yang diramalkan dan yang karyawan yang di-PHK, menurunnya moral
diamati. Sedangkan MAPE dihitung sebagai kerja dan produktivitas karyawan yang
rata-rata diferensiasi absolut antara nilai yang masih bekerja, dan tekanan yang bersifat
diramal dan aktual untuk n peiode (Heizer dan sosial.
Render, 2005). Setelah diperoleh hasil 3. Overtime Cost dan Undertime Cost (Biaya
peramalan, kemudian dibuat suatu perencanaan Lembur dan Biaya Menganggur) dimana
produksi . biaya tambahan lembur biasanya 150% dari
biaya kerja regular, sedangkan bila tenaga
265
kerja yang berlebih tidak dapat dilakukan terjadi, misalnya kondisi atau hubungan yang
alokasi yang efektif, maka perusahaan ada, pendapat yang berkembang, akibat atau
dianggap menanggung biaya menganggur. efek yang terjadi, atau kecenderungan yang
4. Inventory Cost dan Backorder Cost (Biaya sedang berlangsung.
Persediaan dan Biaya Kehabisan Persediaan)
dimana biaya persediaan berupa biaya 2.2 Pengumpulan Data
tertahannya modal, pajak, asuransi, Metode pengumpulan data yang
kerusakan bahan, dan biaya sewa gudang. dipergunakan dalam penelitian ini adalah
Biaya kehabisan persediaan ini dihitung dengan teknik survey (field research) dan studi
berdasarkan berapa barang diminta yang literatur (library research).
tidak tersedia. 1. Survey (Field Research)
5. Subcontract Cost (Biaya Subkontrak) yaitu Bertujuan untuk pencarian suatu masalah
biaya yang dikeluarkan perusahaan pada yang terjadi pada perusahaan. Adapun cara
saat permintaan melebihi kemampuan pengumpulan data-datanya adalah:
kapasitas regular, sehingga kelebihan a. Observasi, yaitu pengumpulan data
permintaan yang tidak bisa ditangani dengan mengadakan pengamatan
disubkontrakkan kepada perusahaan lain. langsung terhadap penjadwalan produksi
Selanjutnya, dikarenakan P01 dan P02 pada PT X.
merupakan suatu item produk dari kelompok b. Wawancara, yaitu dengan melakukan
blending tembakau yang bernama BTA, maka tanya jawab dan diskusi dengan
dilakukan perhitungan disgagreasi. Perhitungan departemen PPIC untuk mendapatkan
disagregasi sendiri merupakan proses informasi tentang penjadwalan dan
pemecahan product family menjadi item. permasalahan yang dialami.
Perhitungan disagregasi tersebut dilakukan c. Dokumentasi, yaitu melihat dan
dengan menggunakan metode Hax dan Meal. menggunakan laporan-laporan dan
Bedworth dan Bailey menyatakan bahwa catatan-catatan yang ada pada
metode Hax and Meal merupakan metode yang perusahaan.
paling aplikatif jika dibandingkan dengan 2. Studi Literatur
metode disagregasi lainnya (Kusuma, 2009). Hal ini bertujuan untuk pemecahan suatu
Perhitungan disagregasi berfungsi untuk permasalahan yang telah dirumuskan
menentukan Jadwal Induk Produksi, dimana berdasarkan teoi-teori yang telah didapatkan
Jadwal Induk Produksi merupakan pernyataan selama menempuh perkuliahan. Teori-teori
akhir mengenai berapa banyak item-item akhir tersebut didapatkan dari buku-buku
yang harus diproduksi dan kapan harus perkualiahan, peneliti terdahulu, dan
diproduksi (Nasution dan Prasetyawan, 2008). informasi lainnya yag berhubungan dengan
Dengan menerapkan perencanaan permasalahan yang ada.
produksi agregat ini, diharapkan mampu
memberikan solusi yang lebih baik bagi 2.3 Pengolahan Data
perusahaan guna mengatasi permasalahan yang Setelah dilakukan pengamatan pada
ada. perusahaan dan pengambilan data-data yang
diperlukan, maka data tersebut akan diolah
2. Metode Penelitian melalui tahapan-tahapan berikut:
Metode penelitian adalah rangkaian 1. Melakukan perhitungan biaya produksi awal
tahapan sistematis yang harus ditetapkan PT X.
terlebih dahulu sebelum melakukan 2. Mengevaluasi biaya produksi dengan Chase
penyelesaian masalah yang sedang dibahas. Strategy, Level Strategy dan Hybrid
Strategy.
2.1 Jenis Penelitian 3. Memilih strategi terbaik yang memberikan
Penelitian ini termasuk jenis penelitian biaya produksi paling minimum.
deskriptif, yaitu penelitian yang ciri utamanya 4. Melakukan perencanaan produksi agregat
adalah memberikan penjelasan objektif, untuk periode satu tahun ke depan dengan
komparasi, dan evaluasi sebagai bahan strategi terpilih.
pengambilan keputusan bagi yang berwenang. a. Meramalkan permintaan dengan
Tujuan dari penelitian deskriptif adalah mencari menggunakan metode Exponential
penjelasan atas suatu fakta atau kejadian yang
266
Smoothing, Moving Average, dan memberikan kelembaban pada tembakau
Weighted Moving Average. agar tidak mudah hancur karena kering.
b. Menggunakan kapasitas sesuai e. Proses blending
kebijkasanaan organisasi. Pada proses blending dilakukan
c. Menentukan alternatif produksi yang pencampuran berbagai jenis tembakau
layak. dan obat menjadi satu.
d. Menentukan strategi produksi yang f. Proses fermentasi
optimal. Setelah melalui proses blending,
5. Melakukan perhitungan disagregasi dengan tembakau didiamkan satu malam.
metode Hax dan Meal. g. Proses perajangan
6. Menentukan Jadwal Induk Produksi. Proses perajangan dilakukan untuk
7. Melakukan analisis hasil. mendapatkan tembakau dalam bentuk
irisan kecil yang seragam.
3. Hasil dan Pembahasan h. Proses pengeringan
3.1 Bahan Baku dan Proses Produksi Setelah proses perajangan, kelembaban
Berikut adalah penjelasan bahan baku tembakau masih sangat tinggi sehingga
pada PT X, serta urutan proses produksi. dilakukan proses pengeringan untuk
1. Bahan Baku yang Digunakan menurunkan kadar air sehingga tembakau
Bahan baku yang digunakan terdiri dari menjadi lebih kering dan merata.
bahan baku utama dan bahan baku i. Proses pendinginan
penunjang. Setelah dikeringkan dengan mesin oven,
a. Bahan Baku Utama tembakau didinginkan dengan mesin
Bahan baku utama terdiri dari tembakau, cooler.
saos, dan obat. j. Proses pemberian saos
2. Proses Produksi Tahap terakhir sebelum dilakukan proses
PT X memiliki tahap-tahap pelaksanaan pengemasan, dilakukan proses pemberian
proses produksi tembakau rajang sebagai saos dengan menggunakan mesin saos.
berikut: Fungsi saos adalah untuk memberikan
a. Proses penimbangan efek rasa dan aroma tertentu.
Tembakau yang dibeli dari supplier k. Proses pengemasan
berupa ball diuraikan dan ditimbang Hasil akhir dari keseluruhan proses
sesuai dengan bon permintaan dari PPIC, produksi tembakau dengan menggunakan
kemudian disimpan di gudang bahan mesin adalah tembakau rajang yang siap
baku. dikemas. Proses pengemasan dilakukan
b. Proses kupas dan siram dengan memasukkan tembakau rajang
Tembakau dari gudang bahan baku pada kantong beserta kertas pembungkus
diambil untuk dikupas (pemotongan rokoknya.
pangkal daun atau butting) dan
disiram/dibersihkan. 3.2 Penentuan Kapasitas Produksi
c. Proses vacuum Penentuan kapasitas produksi terdiri dari
Proses vakum berguna untuk jam kerja per bulan, jumlah tenaga kerja yang
membersihkan tembakau dari debu dan digunakan dan waktu produksi per output.
kotoran-kotoran lain yang tidak dapat
dibersihkan pada saat proses kupas dan 3.2.1 Jam Kerja per Bulan
siram. Jam kerja reguler yang ditetapkan PT X
d. Proses conditioning dalam sehari adalah selama 8 jam. Pada tahun
Pada proses conditioning, dilakukan 2012 terdapat 6 hari kerja (Senin-Sabtu),
pengaturan temperatur dan kelembaban sedangkan pada tahun 2013 diberlakukan
tembakau. Pengaturan kelembaban dan kebijakan baru dimana terdapat 5 hari kerja
temperatur tembakau dilakukan dengan (Senin-Jumat). Jam kerja per bulan diperoleh
menyemprotkan steam secara langsung / dari jumlah hari kerja dalam satu bulan
tak langsung ke tembakau yang masuk dikalikan 8 jam kerja.
dalam mesin conditioning dan bersamaan
dengan itu juga ditambahkan air untuk
267
3.2.2 Jumlah Tenaga Kerja Langsung + biaya overhead produksi + biaya inventory
Total jumlah tenaga kerja di PT X adalah + biaya hiring + biaya firing
287 orang, dimana 15 orang adalah tenaga kerja = Rp 1.125.120.000 + Rp 30.777.643.240 +
tidak langsung dan 272 orang sisanya adalah Rp 2.105.355.223 + Rp 9.040.012 + Rp
tenaga kerja langsung. PT X memiliki 28.800.000 + Rp 209.575.000
kebijakan yang mengestimasikan bahwa 35% = Rp 34.363.613.539
kapasitas produksi perusahaan digunakan untuk 2. Level Strategy
memproduksi produk P01 dan P02. Dengan Total biaya produksi Level Strategy = biaya
demikian, jumlah tenaga kerja langsung untuk tenaga kerja langsung + biaya bahan baku
memproduksi P01 dan P02 adalah sebanyak 96 langsung + biaya overhead produksi + biaya
orang yang diperoleh dari total 272 orang inventory + biaya backorder
tenaga kerja dikali 35%. = Rp 1.125.120.000 + Rp 30.777.643.240 +
Rp 2.105.355.223 + Rp 95.950.650 + Rp
3.2.3 Waktu Produksi per Output 394.680.000
Proses produksi dimulai dari proses = Rp 34.498.749.113
kupas siram hingga pengemasan membutuhkan 3. Hybrid Strategy
waktu 4 hari atau setara dengan 32 jam kerja. Total biaya produksi Hybrid Strategy =
Dalam satu kali proses diperoleh output rata- biaya tenaga kerja langsung + biaya bahan
rata sebesar 8000 kg tembakau rajang. baku langsung + biaya overhead produksi +
Sehingga lama proses produksi dengan biaya inventory + biaya overtime + biaya
menggunakan 96 tenaga kerja adalah 3072 jam. undertime
= Rp 1.125.120.000 + Rp 30.777.643.240 +
3.3 Perhitungan Biaya Produksi Awal Rp 2.105.355.223 + Rp 4.711.930 + Rp
Perhitungan biaya produksi awal PT X 242.519.040 + Rp 54.428.160
berdasarkan perencanaan produksi periode = Rp 34.309.777.593.
Januari-Desember 2012 sesuai dengan kondisi
asli di perusahaan, dimana permintaan P01 dan 3.5 Pemilihan Strategi Agregat
P02 telah dijumlahkan karena P01 dan P02 Setelah dilakukan perhitungan biaya
termasuk dalam satu kelompok blending atau produksi awal perusahaan dan evaluasi biaya
product family yang sama yaitu BTA. produksi dengan menggunakan tiga strategi
Total biaya produksi awal = biaya tenaga kerja agregat, maka dilakukan pemilihan strategi
langsung + biaya bahan baku langsung + biaya agregat terbaik yang memberikan biaya
overhead produksi + biaya inventory produksi paling minimum.
= Rp 1.125.120.000 + Rp 30.777.643.240 + Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui
Rp 2.105.355.223 + Rp 536.038.842 bahwa strategi agregat yang memiliki biaya
= Rp 34.544.157.305. produksi paling minimum adalah Hybrid
Strategy dengan nilai sebesar Rp
3.4 Evaluasi Biaya Produksi Dengan Tiga 34.309.777.593 sehingga dapat diperoleh
Strategi Agregat penghematan sebesar Rp 234.379.712 dari
Evaluasi biaya produksi dilakukan biaya produksi awal PT X . Dengan demikian
dengan tiga strategi agregat, yaitu Chase strategi agregat yang dipilih untuk digunakan
Strategy dengan hiring dan firing, Level dalam perencanaan produksi agregat periode
Strategy dengan inventory dan backorder, serta mendatang adalah Hybrid Strategy.
Hybrid Strategy dengan overtime dan
undertime. Perhitungan ketiga strategi tersebut
ditunjukkan secara berurutan pada Tabel 1, 2
dan 3. Berdasarkan perhitungan tersebut
diketahui total biaya produksi untuk masing-
masing strategi:
1. Chase Strategy
Total biaya chase strategy = biaya tenaga
kerja langsung + biaya bahan baku langsung
268
Tabel 1. Chase Strategy
Permintaan Jam Rencana Inventory (kg)
Output
kerja
Bulan Jumlah per bulan Rata-
Kg Jam dengan Hiring Firing Awal Akhir
TK (kg) rata
1 TK
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 49576 19037 200 84 12 43750 6220 394 3307
2 36216 13907 192 72 12 36000 394 178 286
3 56664 21759 208 105 33 56875 178 389 283,5
4 50040 19215 192 100 5 50000 389 349 369
5 59024 22665 208 109 9 59041,7 349 366,7 357,85
6 59360 22794 200 114 5 59375 366,7 381,7 374,2
7 61528 23627 208 113 1 61208,3 381,7 62 221,85
8 52464 20146 168 120 7 52500 62 98 80
9 63624 24432 200 122 2 63541,7 98 15,7 56,85
10 64704 24846 208 120 2 65000 15,7 311,7 163,7
11 64800 24883 200 124 4 64583,3 311,7 95 203,35
12 30080 11551 160 73 51 30416,7 95 431,7 263,35
Total 648080 248863 2344 1256 60 83 642291,7 5966,65
269
Tabel 3. Hybrid Strategy
Permintaan Jam Rencana (Kg) Rencana (jam)
Jam kerja Inv
kerja Ouput per
Bulan dengan 96 Awal
Kg Jam dengan bulan (kg) Overtime Undertime Overtime Undertime
TK (kg)
1 TK
(3)=(2)x (6)=(5):3072
(1) (2) (4) (5)=(4)x96 (7) (8) (9) (10) (11)
3072 x 8000
1 49576 19037 200 19200 50000 6220 6644 2551,296
Total 648080 248863 2344 225024 586000 84208 28348 32335,87 10885,63
270
Peramalan dengan metode exponential Tabel 6. Hasil Peramalan P02 Periode Januari-
smoothing dilakukan dengan nilai α 0,1; 0,2; Desember 2013
0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; 0,8; 0,9; 0,95 dan 0,99. Metode Peramalan
271
3.6.4 Penentuan Strategi Produksi yang dengan mengalikan tiap output permintaan
Optimal dengan 3072 jam. Tahap pertama dalam proses
Pada fase ini dilakukan perencanaan disagregasi yaitu melakukan perhitungan
produksi agregat dengan menggunakan Hybrid volume produksi optimal. Kemudian
Strategy, dimana permintaan P01 dan P02 yang dilanjutkan dengan perhitungan disagregasi
diperoleh dari peramalan telah dijumlahkan untuk masing-masing periode.
atau diagregatkan. Hasil perencanaan produksi Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui
agregat untuk periode Januari-Desember 2013 bahwa perencanaan disagregat sesuai dengan
ditunjukkan pada Tabel 7. Dari perencanaan kapasitas perencanaan agregatnya. Pada bulan
tersebut, diperoleh perkiraan total biaya pertama rencana agregatnya adalah 17287,11
produksi sebagai berikut. jam orang. Sedangkan rencana disagregat
Total biaya produksi tahun 2013 = biaya bulan pertama untuk P01 adalah 7795,00 jam
tenaga kerja langsung + biaya bahan baku orang dan P02 adalah 9492,11 jam orang
langsung + biaya overhead produksi + biaya sehingga totalnya sama dengan 17287,11 jam
inventory + biaya overtime + biaya undertime orang. Dengan demikian, perencanaan
= Rp 917.760.000 + Rp 32.446.133.625 + Rp disagregat periode Januari 2013 sesuai dengan
2.124.141.364 + Rp 7.260.016 + Rp perencanaan agregatnya.
563.054.80 3 + Rp 0.
= Rp 36.058.349.808. 3.8 Jadwal Induk Produksi
Dari perhitungan disagregasi dengan
3.7 Perhitungan Disagregasi metode Hax dan Meal, dapat disusun Jadwal
Setelah dilakukan perencanaan produksi Induk Produksi untuk periode Januari hingga
agregat untuk tahun 2013, selanjutnya Desember 2013.
dilakukan perhitungan disagregasi untuk
mengetahui jumlah produk yang harus Tabel 9. Jadwal Induk Produksi
diproduksi tiap periode. Perhitungan JIP
Rencana
disgaregasi dari periode Januari hingga Bulan Agregat
(Jam)
Kilogram Jam
Desember 2013 ditunjukkan pada Tabel 8. P01 P02 P01 P02 Jumlah
272
Tabel 7. Perencanaan Agregat Periode Januari-Desember 2013
Permintaan Rencana (kg) Rencana (jam)
Jam Output
Jam kerja per Inv
Bulan kerja denga bulan Awal
Ouput 1 TK n 96 (kg) (kg) Over Under Over Under Agregat
Kg (per 8000 Jam TK Time Time Time Time Xt*
kg)
1 54726,52 6,840815 21014,984 168 16128 42000 9708 3018,52 0 1159,1117 0 17287,11
195505,1
Total 683213,14 85,4 262353,85 1912 183552 478000 0 75073,974 0 258625,97
4
273
direncanakan secara agregat. JIP tersebut Kusuma, H. (2009). Manajemen Produksi:
berfungsi bagi perusahaan untuk mengetahui Perencanaan dan Pengendalian Produksi.
berapa kilogram tembakau P01 dan P02 yang Yogyakarta: Andi Offset
harus diproduksi selama Januari-Desember
2013 serta alokasi jam kerja yang dibutuhkan, Makridakis, S., S.C. Wheelwright, & R. J.
baik reguler maupun overtime. Hyndman. (2000). Forecasting: Methods and
Applications. New York: John Wiley & Sons.
4. Penutup
Dari penelitian tentang perencanaan Nasution, A. H. & Y. Prasetyawan. (2008).
produksi agregat pada PT X didapatkan Perencanaan & Pengendalian Produksi.
kesimpulan sebagai berikut. Yogyakarta: Graha Ilmu.
1. Berdasarkan hasil analisis pembahasan,
strategi terbaik untuk perencanaan produksi Reid, R. D. & N. R. Sanders. (2007).
agregat periode Januari-Desember 2013 Operations Management 3rd Edition. New
adalah Hybrid Strategy karena memberikan York: John Wiley & Sons.
total biaya produksi paling minimum sebesar
Rp 34.309.781.219, dibandingkan
menggunakan Chase Strategy dan Level
Strategy yang membutuhkan biaya masing-
masing sebesar Rp 34.363.613.539 dan Rp
34.498.749.113.
2. Dari hasil perencanaan produksi agregat
periode Januari-Desember 2013; Jadwal
Induk Produksi untuk P01 rata-rata sebesar
25307,74 kg dengan jumlah terbesar
26745,82 kg untuk periode Maret 2013.
Sedangkan Jadwal Induk Produksi untuk
P02 memiliki jumlah rata-rata sebesar
30817,69 kg dengan jumlah terbesar
32568,85 kg untuk periode Maret 2013.
3. Perhitungan biaya produksi awal PT X
sebesar Rp 34.544.157.305 sedangkan
perhitungan biaya perencanaan agregat
menggunakan strategi terpilih sebesar Rp
34.309.781.219, sehingga biaya produksi
mengalami penghematan atau penurunan
sebesar Rp 234.376.086. Kemudian
perencanaan produksi agregat untuk periode
selanjutnya yaitu periode Januari-Desember
2013 memberikan perkiraan biaya produksi
sebesar Rp 36.058.349.808.
Daftar Pustaka
274