Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

TERAPI LINGKUNGAN

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. AGUSTINA RATNA TIMOR, M.Kep

DISUSUN OLEH :

AFIZZAL 201111001

AMANDA ABIGAIL AZARIA ADIM 201111003

AUFA RAHMI 201111004

AYU LEA PRATAMA 201111006

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SINGKAWANG

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh …..

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tujuan kami membuat makalah ini sebagai tambahan
refrensi bagi para mahasiswa/mahasiswi yang membutuhkan ilmu tambahan tentang “Terapi
Modalitas yaitu Terapi Lingkungan”.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Jiwa yaitu ibu “Ns. Agustina Ratna Timor, M.Kep” yang telah membimbing
kami dalam menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada
teman-teman yang telah memberikan banyak dukungan untuk kami juga.

Kami menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini jauh dari kata sempurna, maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari Dosen pembimbing dan para mahasiswa-
mahasiswi serta para pembaca demi kesempurnaan Makalah ini kedepannya. Karena
kesalahan adalah milik semua orang dan kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ……

Singkawang, 20 Mei 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................................... 2
D. Manfaat ................................................................................................................. 2

BAB II KONSEP TEORI ................................................................................................ 3

A. Definis Terapi Lingkungan ................................................................................. 3


B. Tujuan Terapi Lingkungan ................................................................................ 3
C. Karakteristik Terapi Lingkungan ...................................................................... 4
D. Bentuk Lingkungan ............................................................................................. 6
E. Macam-Macam Terapi Lingkungan .................................................................. 7
F. Jenis-Jenis Kegiatan Terapi Lingkungan .......................................................... 8
G. Kondisi Pasien Khusus pada Terapi Lingkungan ............................................ 10
H. Komponen Fungsional Terapi Lingkungan ...................................................... 11
I. Peran-Peran Perawat dalam Terapi Lingkungan ............................................ 12

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 15

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 15
B. Saran ..................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa dan lingkungan
sosial yang mungkin orang hidup berkecukupan secara sosial dan ekonomi. Kesehatan
jiwa adalah kondisi mental makmur yang hidup harmonis dan produktif sebagai
bagian dari tingkatan hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan
manusia dengan mengetahui semua keahlian yang dimilikinya, mampu menghadapi
stress kehidupan dengan wajar, mampu bekerja dengan produktif dan mencukupi
kebutuhan hidupnya sendiri, serta bertindak di dalam lingkungan sosial, menerima
dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasakan tentram bersama dengan teman
lainnya. Gangguan jiwa merupakan salah satu penyakit yang mempunyai
kecenderungan untuk menjadi kronis dan sering disertai dengan adanya penurunan
fungsi (disability) dibidang pekerjaan, hubungan sosial dan kemampuan merawat diri
sehingga cenderung menggantungkan berbagai aspek kehidupannya pada lingkungan
sekitar.
Terdapat berbagai macam terapi yang dapat dilakukan untuk kesembuhan
pasien skizofrenia seperti terapi modalitas. Terapi modalitas yaitu terapi untuk
mengubah pasien dari perilaku maladaptif ke perilaku adaptif. Perawatan klien pada
rumah sakit jiwa dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan klien mengalami
penurunan kemampuan berfikir dan bertindak secara mandiri dan kehilangan
hubungan dengan dunia luar, oleh karena itu diperlukan pengembangan layanan
keperawatan psikiatrik salah satunya dengan penerapan terapi lingkungan di rumah
sakit. Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi
dan modifikasi unsur-unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif
terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan (Farida
Kusumawati & Yudi Harto di Hartono, 2011). Menurut (Suliswati, 2005) Terapi
Lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang ditata untuk menunjang proses
terapi, baik fisik, mental maupun sosial agar dapat membantu pemulihan klien. Terapi
lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi perubahan
perilaku pada klien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif. Perawat
menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah

1
memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan
pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang yang telah dijelaskan diatas, maka didapatkan
rumusan masalah yaitu “Konsep Terapi Modalitas dalam Keperawatan Jiwa salah
satunya Terapi Lingkungan”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui bagaimana Konsep Terapi Modalitas dalam Keperawatan
Jiwa yaitu Terapi Lingkungan
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Definisi dari Terapi Lingkungan
b. Untuk Mengetahui Tujuan dari Terapi Lingkungan
c. Untuk Mengetahui Karakteristik Terapi Lingkungan
d. Untuk Mengetahui Bentuk Lingkungan
e. Untuk Mengetahui Macam-Macam Terapi Lingkungan
f. Untuk Mengetahui Jenis Kegiatan Terapi Lingkungan
g. Untuk Mengetahui Kondisi Pasien Khusus pada Terapi Lingkungan
h. Untuk Mengetahui Komponen Fungsional Terapi Lingkungan
i. Untuk Mengetahui Peran-Peran Perawat dalam Terapi Lingkungan

D. Manfaat
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan dapat mengaplikasikan salah satu
Terapi Modalitas dalam Keperawatan Jiwa yaitu Terapi Lingkungan.

2
BAB II

KONSEP TEORI

A. Definisi Terapi Lingkungan


Terapi atau pengobatan merupakan cara proses penyembuhan suatu gangguan
yang disebabkan oleh sumber-sumber gangguan. Terapi Lingkungan berasal dari
bahasa Prancis yang artinya perencanaan ilmiah dari lingkungan dengan tujuan yang
bersifat teraupetik atau kegiatan yang mendukung kesembuhan (Yosep, 2011). Terapi
Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan modifikasi
unsur manipulasi yang pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik dan
psikis individu serta mendukung proses penyembuhan (Farida Kusumawati & Yudi
Harto di Hartono, 2011). Milieu therapy merujuk pada terapi sosio lingkungan dimana
sikap dan tindakan staf dalam pemberian layanan perawatan pada pasien
ditentukan berdasarkan kebutuhan emosional dan interpersonal klien (Shives, 2008).
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata yaitu menata lingkungan agar
terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku
adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah dalam arti terapeutik.
Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku
dengan memfokuskan pada nilai terapeutik terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.

B. Tujuan Terapi Lingkungan


Terapi Lingkungan merupakan salah satu bentuk terapi klien gangguan jiwa
yang dapat membantu efektifitas pemberian asuhan keperawatan jiwa. (Schultz dan
Videbek, 1989) menyebutkan bahwa pemindahan klien dan lingkungan terapeutik
akan memberi kesempatan dan lingkungan terapeutik untuk berfokus
pada pengembangan dalam hal dan kesempatan belajar, agar klien mampu
mengidentifikasi alternatif dan solusi masalah. Menurut (Abroms dan Sundeen, 1995)
ada dua tujuan dari terapi lingkungan yaitu :
1. Membatasi gangguan dan perilaku maladaptif
2. Mengajarkan keterampilan psikososial
3. Membantu Individu untuk mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, membantu belajar
mempercayai orang lain, dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.

3
Menurut Stuart dan Sundeen tujuan terapi lingkungan antara lain :

a. Meningkatkan pengalaman positif pasien khususnya yang mengalami


gangguan mental, dengan cara membantu mengalami gangguan mental,
dengan cara membantu individu dalam mengembangkan harga diri.
b. Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan denagan orang lain
1) Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain
2) Mempersiapkan diri kembali ke masyarakat
3) Mencapai perubahan yang positif

Untuk melakukan pembatasan terhadap perilaku maladaptif, perlu ditekankan


penggunaan terapi lingkungan dengan mengembangkan empat keterampilan
psikososial yaitu :

a. Orientation
Pencapaian orientasi dan kesadaran terhadap realita yang lebih baik. Orientasi
tersebut berhubungan dengan pemahaman klien terhadap orang, waktu, tempat
dan situasi. Sedangkan kesadaran terhadap realita dapat dikuatkan melalui
interaksi hubungan dengan orang lain.
b. Asertation
Kemampuan mengekspresikan perasaan dengan tepat. Klien perlu dianjurkan
mengekspresikan diri secara efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima
masyarakat.
c. Acupation
Kemampuan klien untuk dapat memupuk percaya diri dan berprestasi melalui
keterampilan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan aktivitas dalam bentuk
positif dan disukai klien, misalnya melukis, bermain musik, merangkai bunga dan
lain sebagainya.
d. Recreation
Kemampuan menggunakan dan membuat aktifitas yang menyenangkan,
contoh menebak kata, senam dan jalan- jalan.

C. Karakteristik Terapi Lingkungan


Terapi Lingkungan agar tujuan yang kita harapkan dapat tercapai dengan hasil
yang maksimal dan sesuai harapan maka diperlukan lingkungan bersifat terapeutik

4
untuk mendorong terjadinya proses penyembuhan maupun rehabilitasi yang
paripurna. Lingkungan tersebut harus memiliki karakteristik, antara lain :
1. Pasien merasa akrab dengan lingkungan yang diharapkan
2. Pasien merasa nyaman dan senang atau tidak merasa takut dengan lingkungan
3. Kebutuhan-Kebutuhan fisik pasien mudah dipenuhi
4. Lingkungan rumah sakit yang bersih
5. Menciptakan lingkungan yang aman dari terjadinya luka akibat impuls-impuls
pasien
6. Personal dari lingkungan rumah sakit menghargai pasien sebagai individu yang
memiliki hak, dan kebutuhan serta menerima perilaku pasien sebagai respons
adanya stress
7. Lingkungan yang dapat mengurangi larangan dan memberikan kesempatan pada
pasien menentukan pilihan dan membentuk perilaku baru.

Beberapa stratetegi yang dapat diterapkan pada milieu terapi (Terapi


Lingkungan) agar tercapai tujuannya menurut (Minde et al,2006) adalah :
a. Pengurangan dominasi : Keluarga memberikan kebebasan pasien untuk memilih,
mengungkapkan perasan dan menjadi dirinya sendiri agar pasien merasa bahwa
dia juga mempunyai otonomi sendiri
b. Komunikasi yang terbuka antara perawat, pasien, keluarga maupun lingkungan
sosial pasien sehingga tercipta interaksi sosial yang baik
c. Interaksi terstruktur yaitu selalu dimulai dari tahapan-tahapan awal pengkajian
sampai dengan evaluasi
d. Fokus dengan kegiatan yang ingin dilakukan oleh pasien
e. Jika klien harus dirawat di rumah sakit maka diharapkan lingkungan tempat
mereka dirawat sama dengan lingkungan mereka sehari-hari
f. Adaptasi lingkungan : Setelah keluar dari rumah sakit pasien akan menemukan
lingkungan yang baru sehingga diharapkan dari pihak yang akan menerima
pasien kembali yaitu keluarga dan masyarakat dapat menerima dan
memperlakukan pasien sama seperti manusia normal lainnya dan tidak
menganggap bahwa pasien dengan gangguan jiwa tidak layak kembali
bersosialisasi dan tidak mungkin untuk sembuh.

5
D. Bentuk Lingkungan
1. Lingkungan Fisik
Pada Lingkungan Fisik Aspek Terapi Lingkungan meliputi semua
gambaran yang konkrit yang merupakan bagian eksternal kehidupan rumah sakit.
Setting-nya meliputi :
a. Bentuk dan struktur bangunan
b. Pola interaksi antara masyarakat dengan rumah sakit

Tiga aspek yang mempengaruhi terwujudnya Lingkungan Fisik terapeutik :

a. Lingkungan Fisik Tetap


Mencakup struktur dari bentuk bangunan baik eksternal maupun
internal. Bagian eksternal meliputi struktur luar rumah sakit, yaitu lokasi dan
letak gedung sesuai dengan program pelayanan kesehatan jiwa, salah satunya
kesehatan jiwa masyarakat yang berada di masyarakat, di tengah-tengah
pemukiman pemukiman penduduk atau masyarakat sekitarnya serta tidak
diberi pagar tinggi. Hal ini secara psikologis diharapkan dapat membantu
memelihara hubungan terapeutik pasien dengan masyarakat. Memberikan
kesempatan pada keluarga untuk tetap mengakui keberadaan pasien serta
menghindari kesan terisolasi. Bagian internal gedung meliputi penataan
struktur sesuai keadaan rumah tinggal yang dilengkapi ruang tamu, ruang
tidur, kamar mandi tertutup, WC, dan ruang makan. Masing-masing ruangan
tersebut diberi nama dengan tujuan untuk memberikan stimulasi pada pasien
stimulasi pada pasien khususnya yang mengalami gangguan mental,
merangsang memori dan mencegah disorientasi ruangan. Setiap ruangan
harus dilengkapi dengan jadwal kegiatan harian, jadwal terapi, jadwal terapi
aktivitas kelompokjadwal kunjungan keluarga, dan jadwal kegiatan khusus
misalnya rapat ruangan.
b. Lingkungan Fisik Semi Tetap
Fasilitas-fasilitas berupa alat kerumah tanggaan meliputi lemari, kursi,
meja, peralatan dapur, peralatan makan, mandi, dan sebagainya. Semua
perlengkapan diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan pasien bebas
berhubungan satu dengan yang lainnya serta menjaga privasi pasien.
c. Lingkungan Fisik Tidak Tetap

6
Lebih ditekankan pada jarak hubungan interpersonal individu serta
sangat dipengaruhi oleh sosial budaya.
2. Lingkungan Psikososial
Lingkungan Psikososial yaitu lingkungan yang fleksibel dan dinamis kondusif
yang memungkinkan pasien berhubungan dengan orang lain dan dapat
mengambil keputusan serta toleransi terhadap tekanan eksternal. Beberapa prinsip
yang perlu diyakini petugas kesehatan dalam berinteraksi dengan pasien yaitu :
a. Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk mempertahankan,
mengubah tingkah laku pasien
b. Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku pasien tergantung dari tingkah
laku partisipasi petugas kesehatan dan keterlibatan pasien dalam kegiatan
belajar
c. Perubahan tingkah laku pasien tergantung pada perasaan pasien sebagai
anggota kelompok dan pasien dapat mengikuti atau mengisi kegiatan
d. Kegiatan sehari-hari mendorong interaksi antara pasien
e. Mempertahankan kontak dengan lingkungan misalnya adanya kalender harian
dan adanya papan nama dan tanda pengenal bagi petugas kesehatan

E. Macam-Macam Terapi Lingkungan


Model terapi rehabilitasi yang dapat digunakan untuk membantu seseorang
melepaskan diri dari kecanduan dan merubah perilakunya menjadi lebih baik. Adapun
model terapi nya yaitu :
1. Model Terapi Moral
Model ini sangat umum dikenal oleh masyarakat serta bisa dilakukan dengan
pendekatan agama atau moral yang menekankan tentang dosa dan kelemahan
individu. Model terapi seperti ini sangat tepat diterapkan pada lingkungan
masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai keagamaan dan moralitas di
tempat asalnya, karena model ini berjalan bersamaan dengan konsep baik dan dan
buruknya yang dia diajarkan oleh agama. Maka tidak mengherankan apabila
model terapi moral inilah yang menjadi landasan utama pembenaran kekuatan
hukum untuk berperan melawan penyalahgunaan narkoba.
2. Model Terapi Sosial
Model ini memakai konsep dari program terapi komunitas, dimana adiksi
terhadap obat-obatan dipandang sebagai fenomena penyimpangan sosial. Tujuan
7
dari model terapi ini adalah mengarahkan perilaku yang menyimpang tersebut ke
arah perilaku sosial yang lebih layak. Hal ini didasarkan atas kesadaran bahwa
kebanyakan pecandu narkoba hampir selalu terlibat dalam tindakan sosial
termasuk tindakan kriminal. Kelebihan dari model ini adalah perhatiannya kepada
perilaku adiksi pecandu narkoba yang bersangkutan, bukan pada obat-obatan
yang disalahgunakan. Prakteknya dapat dilakukan melalui ceramah, seminar, dan
terutama terapi berkelompok.
3. Model Terapi Psikologis
Model ini diadaptasi dari teori psikologis Mc Lellin, dkk yang menyebutkan
bahwa perilaku adiksi obat adalah buah dari emosi yang tidak berfungsi
selayaknya karena terjadi konflik, sehingga pecandu memakai obat pilihannya
untuk meringankan atau melepas beban psikologis itu. Model terapi ini
mementingkan penyembuhan emosional dari pecandu narkoba yang
bersangkutan, dimana jika emosinya dapat dikendalikan maka mereka tidak akan
mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan. Jenis dari terapi model psikologis
ini biasanya banyak dilakukan pada konseling pribadi, baik dalam pusat
rehabilitasi maupun terapi pribadi.
4. Model Terapi Budaya
Model ini menyatakan bahwa perilaku adiksi obat adalah hasil sosialisasi
seumur hidup dalam lingkungan sosial atau kebudayaan tertentu. Dalam hal ini,
keluarga seperti juga lingkungan dapat dikategorikan sebagai “Lingkungan sosial
dan Kebudayaan tertentu”. Dasar pemikirannya adalah bahwa praktek
penyalahgunaan narkoba oleh anggota keluarga tertentu adalah hasil akumulasi
dari semua permasalahan yang terjadi dalam keluarga yang bersangkutan.
Sehingga model ini banyak menekankan pada proses terapi untuk kalangan
anggota keluarga dari para pecandu narkoba tersebut (Videbeck, 2008).

F. Jenis Kegiatan dari Terapi Lingkungan


1. Terapi Rekreasi
Terapi rekreasi adalah suatu kegiatan yang dilakuka yang dilakukan pada
waktu luang, bertujuan agar pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif
dan menyenangkan juga mengembangkan kemampuan hubungan sosial.
Contohnya kegiatan yang banyak mengeluarkan tenaga seperti bulu tangkis,
berenang, basket, dan lain-lain diberikan kepada pasien dengan tingkatan umur
8
remaja, sedangkan untuk kegiatan yang tidak banyak mengeluarkan tenaga seperti
bermain catur, karambol, kartu, dan sebagainya dapat diberikan kepada pasien
dengan tingkatan umur dewasa (orangtua).
2. Terapi Kreasi Seni
Dalam terapi ini perawat berperan sebagai leader dan bekerja sama dengan
orang lain yang ahli dalam bidangnya karena harus disesuaikan dengan bakat dan
minat, beberapa diantaranya adalah :
a. Dance Therapy/Menari
Terapi yang menggunakan bentuk ekspresi non verbal dengan gerakan
tubuh dengan tujuan mengkomunikasikan tentang perasaan dan kebutuhan
pasien. Mengidentifikasi tarian kesukaan pasien yang biasanya dilakukan
sebelum masuk rumah sakit.
b. Terapi Musik
Suatu terapi yang dilakukan melalui musik dengan tujuan untuk
memberikan kesempatan kepada para pasien dalam mengekspresikan
perasaannya seperti kesepian, sedih, dan bahagia. Bahkan terapi musik ini
dapat merelaksasikan otot-otot dan meningkatkan kuantitas hormon endorfin
dalam tubuh.
c. Terapi Menggambar/Melukis
Terapi menggambar/melukis dapat memberikan kesempatan pada
pasien untuk mengekspresikan tentang apa yang sedang terjadi pada dirinya.
Selain itu terapi ini juga dapat membantu menurunkan ketegangan dan pasien
dapat memusatkan pikiran pada kegiatan.
d. Literatur/Biblio Therapy
Terapi ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan diri pasien dan
merupakan cara untuk mengeksprasikan perasaan/pikiran sesuai dengan norma
yang ada. Kegiatan dalam terapi ini dapat berupa membaca seperti novel,
buku-buku, majalah, dan kemudian bahan bacaan didiskusikan bersama oleh
para pasien. Milieu terapi jenis ini juga akan meningkatkan keterikatan
dengan per-grup, sehingga dapat meningkatkan pula kemampuan pasien
berinteraksi.
e. Pet Therapy
Pet Therapy bertujuan menstimulasi respon pasien yang tidak mampu
melakukan hubungan interaksi dengan orang lain dan biasanya mereka
9
merasa kesepian, dan menyendiri. Terapi menggunakan sarana binatang yang
dapat memberikan respon menyenangkan kepada pasien dan sering kali
digunakan pada pasien anak dengan autistik. Binatang yang digunakan adalah
juga binatang yang sudah familiar dengan pasien serta pasien mengetahui
bagaimana cara merawat binatang peliharaan dengan benar. Hal ini juga dapat
menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kasih sayang dalam memelihara
binatang. Sehingga diharapkan dengan binatang yang dititipkan tersebut
pasien dapat mengambil keputusan terutama apa yang harus dilakukan untuk
untuk binatang peliharaannya tersebut.
f. Plant Therapy
Terapi ini mengajarkan pasien untuk memelihara mahluk hidup dan
membantu pasien membina hubungan yang baik antar pribadi yang satu
dengan yang pribadi yang satu dengan yang lain. Objek yang digunakan
dalam terapi ini adalah tanaman/tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan dapat menjadi
alternatif bagi pasien yang mungkin takut atau mempunyai alergi terhadap
binatang. Namum pada prinsipnya sama harapannya dapat menumbukan rasa
tanggung jawab dan kasih sayang. (Towsend, 2010).

G. Kondisi Pasien Khusus Pada Terapi Lingkungan


1. Pasien Rendah Diri (low self estem), Depresi (depression), Bunuh diri (Suicide)
Lingkungan Psikologis :
a. Ruangan aman dan nyaman
b. Terhindar dari alat-alat yang dapat mencederai diri
c. Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis di lemari dalam keadaan
terkunci
d. Ruangan harus di lantai satu dan mudah dipantau
e. Tata ruangan menarik seperti menempelkan poster yang cerah
f. Warna dinding cerah
g. Adanya bacaan ringan, lucu, dan memotivasi Adanya bacaan ringan, lucu, dan
memotivasi hidup
h. Hadirkan musik ceria, Tv, dan film komedi
i. Ada lemari khusus untuk barang-barang pribadi pasien

Syarat Lingkungan Sosial :

10
a. Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa pasien sesering
mungkin
b. Memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan keperawatan atau
kegiatan medis lainnya
c. Menerima pasien apa adanya jangan mengejek serta merendahkan
d. Meningkatkan harga diri pasien
e. Membantu menilai dan meningkatkan hubungan sosial secara bertahap
f. Membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya
g. Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan membiarkan
pasien sendiri terlalu lama di ruangannya.
2. Pasien dengan Amuk
Lingkungan Fisik :
a. Ruangan aman, nyaman, dan mendapat pencahayaan yang cukup
b. Pasien satu kamar satu orang, bila sekamar lebih dari satu jangan dicampur
antara yang kuat dengan yang lemah
c. Ada jendela berjeruji dengan pintu dari besi terkunci
d. Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis tentang protokol pengikatan
dan pengikatan dan pengasingan secara aman

Lingkungan Psikososial :

a. Komunikasi Terapeutik, Sikap bersahabat dan perasaan empati


b. Observasi pasien tiap 15 menit
c. Jelaskan tujuan pengikatan/pengekangan secara berulang-ulang
d. Penuhi kebutuhan fisik pasien
e. Libatkan keluarga

H. Komponen Fungsional Terapi Lingkungan


1. Containment Fungsi : Mendukung kesehatan fisik dan merubah perilaku berkuasa.
- Tujuan : memberi keamanan pasien serta lingkungan serta menumbuhkan
percaya
- Bentuk Terapi : Isolasi dan Pengikatan
- Aktivitas : Memberikan perlindungan fisik dan mencegah cedera pada diri
sendiri dan orang lain

11
2. Support Fungsi : Membantu pasien merasa aman dan nyaman serta mengurangi
kecemasan
- Tujuan : Meningkatkan harga diri dan percaya diri pasien
- Bentuk Terapi : Penggunaan komunikasi terapeutik, pemberian perhatian
dengan sikap empati edukasi
- Aktivitas : Meningaktkan hubungan dan interaksi
3. Struktur Fungsi : Membantu mendorong perilaku yang maladaptif menjadi adaptif
- Tujuan : Meningkatkan tanggung jawab terhadap perilaku dan
konsekuensinya, serta meningkatkan keterlibatan pasien terhadap aktifitas
yang terstruktur
- Bentuk Terapi : Terapi Aktivitas, Terapi aktivitas Sosial, Terapi
Occupation.
- Aktivitas : Menentukan jenis kegiatan sesuai dengan kondisi dan
kemampuan pasien
4. Involvement Fungsi : Mendorong pasien untuk dapat bekerjasama, melakukan
kompromi dan konfrontasi untuk meningkatkan keterlibatan sosial
- Tujuan : Menstimulasi pasien tuntuk berperan serta aktif dalam lingkungan
sosial dan interaksi serta mengembangkan keterampilan
- Bentuk Terapi : Terapi Kelompok
- Aktivitas : Melakukan Aktivitas Kelompok
5. Validation Fungsi : Membantu pasien mengambangakan kapasitas kedekatan yang
lebih besar dan menyatu identitasnya
- Tujuan : Membantu pasien memahami dan menerima keunikan dirinya
serta mendorong integrasi antara perasaan senang dan tidak senang
- Bentuk Terapi : Psikodrama, stimulasi persepsi dan validasi
- Aktivitas : Bermain drama, menerima pikiran perasaan pasien dan
memberi reinforcement

I. Peran-Peran Perawat Dalam Terapi Lingkungan


Perawat merupakan fasilitator dalam kegiatan terapi lingkungan. (Copel,2007)
mengatakan adapun peran perawat dalam milieu terapi adalah :
1. Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman
Perawat menciptakan dan mempertahankan iklim/suasana yang akrab,
menyenangkan, saling menghargai di antara sesama perawat, petugas kesehatan,
12
dan pasien dan keluarga. Perawat yang menciptakan suasana yang aman dari
benda-benda atau keadaan-keadaan yang menimbulkan terjadinya
kecelakaan/luka terhadap pasien pasien atau perawat. Mengkondisikan bahwa
lingkungan yang akan di tinggali pasien telah kondusif.
2. Penyelenggaraan Proses Sosialisasi
Membantu pasien belajar berinteraksi dengan orang lain, mempercayai
orang lain, sehingga meningkatkan harga diri dan berguna berguna bagi orang
lain. Mendorong pasien untuk berkomunikasi berkomunikasi tentang ide-ide,
perasaan dan perilakunya secara terbuka sesuai dengan aturan di dalam kegiatan-
kegiatan tertentu. Melalui sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan atau
kemampuan yang baru, dan dapat dilakukannya sesuai dengan kemampuan dan
minatnya pada waktu yang luang. Perawat juga membantu menghilangkan stigma
negatif di masyarakat tentang gangguan jiwa, sehingga tercipta suasana
masyarakat yang stabil.
3. Sebagai Teknis Perawatan
Fungsi perawat adalah memberikan/memenuhi kebutuhan dari pasien,
mengamati efek obat dan perilaku-perilaku yang menonjol/menyimpang serta
mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dalam terapi tersebut.
Mengevaluasi dan mengontrol keadaan pasien setelah keluar dari rumah sakit dan
memotivasi untuk melakukan kegiatan yang disukai serta dengan tetap
melanjutkan interaksinya dengan masyarakat.
4. Sebagai Leader atau Pengelola
Perawat harus mampu mengelola sehingga tercipta lingkungan terapeutik
yang mendukung penyembuhan baik dari keluarga maupun lingkungan sekitar,
dan memberikan dampak baik secara fisik maupun secara psikologis kepada
pasien. Kompetensi yang harus dimiliki oleh harus dimiliki oleh perawat adalah
terapi (Kaiser and Roberts, 2013) adalah :
a. Berkomunikasi dengan jujur
b. Mempunyai rasa empati
c. Hangat dan mendukung tanpa keterikatan yang berlebihan
d. Dapat memecahkan masalah secara mandiri
e. Melihat kontribusi pasien dalam kegiatan yang mereka pilih
f. Mudah beradaptasi untuk berubah
g. Dapat bertindak sebagai pemimpin atau pengikut sesuai dengan situasi
13
h. Menerima konflik dan konfrontasi sebagai bagian dari perawatan
i. Dapat mencari umpan balik tenang kemauan dan kemampuan pasien
j. Mempercayai pasien dapat berubah dan hidup sesuai fungsinya

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi Lingkungan berasal dari bahasa Prancis yang artinya perencanaan
ilmiah dari lingkungan dengan tujuan yang bersifat teraupetik atau kegiatan yang
mendukung kesembuhan. Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien
melalui manipulasi dan modifikasi unsur-unsur yang ada pada lingkungan
dan berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta serta
mendukung proses penyembuhan. Menurut (Abroms dan Sundeen 1995) ada dua
tujuan dari terapi lingkungan yaitu Membatasi gangguan dan perilaku maladaptif dan
mengajarkan keterampilan psikososial. Jenis-jenis dari kegiatan terapi lingkungan
adalah terapi rekreasi, terapi kreasi seperti dance therapy, terapi musik, terapi
menggambar, literatur therapy, ada juga pet therapy dan plant therapy. Disini peran
perawat juga dibutuhkan untuk terapi lingkungan anatar lain sebagai teknis
perawatan, sebagai leader atau pengelola, sebagai pencipta lingkungan yang aman dan
nyaman, dan juga sebagi ga sebagi penyelenggara proses sosialisasi
B. Saran
Sebagai seorang perawat yang bertugas dalam terapi lingkungan harus dapat
menilai diri tentang kesadaran diri, kekuatan, dan kemampuan dalam hal pengetahuan
dan kebudayaan karena itu sangat membantu untuk bertoleransi terhadap perilaku-
perilaku yang ditujukan oleh pasien.

15
DAFTAR PUSTAKA

Sirojudin, Sirojudin, and Ayu Pratiwi. "Efektivitas Terapi Lingkungan (Milieu Therapy)
Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia : A Literatur Review.” Alauddin Scientific
Journal of Nursing 1.1 (2020): 32-41.

Yunani, Yunani, et al. "Pelatihan Kader Kesehatan Untuk Inisiasi RuTen (Rumah Tensi)
Berbasis Terapi Milieu.” Jurnal KESPERA 1.1 (2021): 8-12.

Yusuf, Ah, Iqlima Dwi Kurnia, and Manis Aero Dwi Noerviana. "Pengaruh millieu therapy
metode kreasi seni membuat gelang terhadap penurunan kesepian (loneliness)
lansia." Media Karya Kesehatan 1.1 (2018).

Mardiyanti, Rochmani Eka, and Yoyok Bekti Praseyto. "Depresi pada usia lanjut:
Implementasi terapi lingkungan di panti werdha." Jurnal Keperawatan 3.2 (2012).

Basri, Muhammad, and Muhammad Nur. "Pengaruh Terapi Lingkungan Terhadap Tingkat
Ketergantungan Pada Lansia Depresi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pujananting
Kabupaten Barru.” Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis 7.1 (2015): 11-15.

Yunalia, Endang Mei, and Arif Nurma Etika. "Efektivitas Terapi Kelompok Assertiveness
Training terhadap kemampuan komunikasi asertif pada remaja dengan perilaku
agresif." Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia 7.3
(2019): 229-236.

Manurung, Idawati, Yuliati Amperaningsih, and Dedek Saiful Kohir. "Terapi Kelompok
Peningkatan Kemampun Interaksi Sosial Pada Warga Binaan Lembaga
Permasyarakatan Di Bandar Lampung." Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Sakai
Sambayan 4.3 (2020): 168-172.

Niawati, Desi, and Ratna Supradewi. "Pengaruh Terapi Kelompok Berbasis Afirmasi Diri
untuk Menurunkan Tingkat Stres dan Afek Negatif pada Pasien Kanker." Proyeksi:
Jurnal Psikologi 12.1 (2018): 45-56.

Andaryati, Aulia. Terapi Kelompok Dukungan untuk Meningkatkan Resiliensi Pasien Gagal
Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa. Diss. Universitas Islam Indonesia, 2018.

16

Anda mungkin juga menyukai