Anda di halaman 1dari 11

Good Corporate Governance (GCG) dan Etika Bisnis

A. Teori
1. Definisi Good Corporate Govenance (GCG)
GCG atau Tata Kelola Perusahaan yang Baik, menurut Forum for
Corporate Governance in Indonesia (FCGI) tahun 2001 mendefinisikan Good
Corporate Governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur tiga
hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan
eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau
dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan, dengan tujuan
menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan.

Sedangkan Menurut The Organization for Economic Corporation and


Development (OECD) corporate governance adalah sistem yang
dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan perusahaan,
mengatur pembagian tugas hak dan kewajiban mereka para pemegang saham,
dewan pengurus, para manager, dan yang berkepentingan terhadap kehidupan
perusahaan.

Mengacu kepada definisi di atas, GCG diartikan sebagai suatu sistem,


proses, dan seperangkat peraturan yang digunakan untuk mengatur hubungan
antara berbagai pihak yang berkepentingan sehingga dapat mendorong
kinerja perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka
panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun
masyarakat sekitar secara keseluruhan.

Beberapa sumber tulisan yang membahas mengenai hal positif yang dapat
diharapkan dari penerapan GCG dalam jangka panjang terhadap Perusahaan
adalah:
 Memberikan kerangka acuan yang memungkinkan pengawasan
perusahaan berjalan efektif.
 Mengurangi biaya modal (cost of capital), yaitu sebagai dampak dari
pengelolaan perusahaan yang baik.
 Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan
citra perusahaan di mata publik dalam jangka panjang.
 Menciptakan dukungan para stakeholders (para pemangku kepentingan)
dalam lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan perusahaan
dan berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan.

2. Prinsip Dasar dan Asas Good Corporate Governance (GCG)

Tentang penerapan tata kelola yang baik (good corporate governance)


terdapat 5 prinsip yang dikemukakan yaitu transparansi (transparency),
akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility),
kemandirian (independency) dan kewajaran (fairness). Prinsip-prinsip
tersebut sangat diperlukan dalam penerapan GCG dikarenakan sangat
berkaitan dengan penyajian laporan keuangan.
Prinsip-prinsip dasar penerapan good corporate governance yang
dikemukakan oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2001):

1. Fairness (Keadilan) menjamin adanya perlakuan adil dan setara didalam


memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian serta
peraturan perundang- undangan yang berlaku. Prinsip ini menekankan
bahwa semua pihak, yaitu pemegang saham minoritas maupun asing
harus diberlakukan sama.
2. Transparency (Transparansi) mewajibkan adanya suatu informasi yang
terbuka, akurat dan tepat pada waktunya mengenai semua hal yang
penting bagi perusahaan, kepemilikan, dan para pemegang kepentingan
(stakeholders)
3. Accountability (Akuntabilitas) menjelaskan fungsi, struktur, sistem dan
pertanggung jawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif. Prinsip ini menegaskan pertanggungjawaban
menajemen terhadap perusahaan dan para pemegang saham.
4. Responsibility (Pertanggungjawaban) memastikan kesesuaian (kepatuhan)
didalam pengelolaan perusahaan terhadap koperasi yang sehat serta
peraturan perundangan yang berlaku. Dalam hal ini perusahaan memiliki
tanggung jawab sosial terhadap masyarakat atau stakeholders dan
menghindari penyalahgunaan kekuasaan dan menjunjung etika bisnis
serta tetap menjaga lingkungan bisnis yang sehat.

Menurut Surat Keputusan Menteri BUMN Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1


Agustus 2002 pasal 3 tentang penerapan praktif Corporate Governance terdapat
lima prinsip Corporate Governance, meliputi:

1. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan


proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan
informasi materil dan relevan mengenai perusahaan.
2. Kemandirian (independency), yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola
secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan
dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip- prinsip korporasi yang sehat.
3. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif
4. Pertanggungjawaban (Responsibility), yaitu kesesuaian didalam
pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi
hak-hak pemangku kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan
perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Prinsip corporate governance di Indonesia dengan Keputusan Menteri


BUMN No. Kep- 16/MMBU/2012 tentang penerapan praktik good corporate
governance pada BUMN pada Bab II pasal 3 meliputi lima prinsip yaitu:

1. Transparency (Transparansi) Untuk menjaga obyektivitas dalam


menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang
material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh
pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk
mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan
keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan
lainnya
2. Accountability (Akuntabilitas) Perusahaan harus dapat mempertanggung
jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan
harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan
perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham
dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang
diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3. Responsibility (Tanggung Jawab) Perusahaan harus mematuhi peraturan
perundang- undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap
masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan
usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good
corporate citizen (perusahaan yang baik)
4. Independency (Kemandirian) Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG,
perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing
organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi
oleh pihak lain.
5. Fairness (Kewajaran) Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan
harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan
kesetaraan.

Seperti yang telah disebutkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa suatu
perusahaan dapat dikatakan sudah melakukan Good Corporate Governance
apabila telah menerapkan prinsip- prinsip Good Corporate Governance dengan
baik. Terdapat lima komponen utama Good Corporate Governance yaitu:

1. Transparansi (Tansparency)
Transparansi (Tansparency) mewajibkan adanya suatu informasi yang
terbuka, tepat waktu, serta jelas dan dapat diperbandingkan yang
menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, kinerja
operasional, dan kepemilikan perusahaan.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas (Accountability) dimaksudkan sebagai prinsip yang
mengatur peran dan tanggung jawab manajemen agar dalam mengelola
perusahaan dapat mempertanggungjawabkan serta mendukung usaha
untuk menjamin penyeimbang kepentingan manajemen dan pemegang
saham, sebagai yang diawasi oleh dewan komisaris. Dewan komisaris
dalam hal ini memberikan pengawasan terhadap manajemen mengenai
kinerja dan pencapaian target yang telah ditetapkan bagi pemegang
saham. Supaya prinsip akuntabilitas ini efektif, maka harus dijaga
independensinya dari pengaruh manajemen.
3. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan memastikan pengelolaan perusahaan dengan mematuhi
peraturan perundang-undangan serta ketentuan yang berlaku sebagai
cermin tanggung jawab korporasi sebagai warga korporasi yang baik.
Perusahaan selalu mengupayakan kemitraan dengan semua pemangku
kepentingan dalam batas-batas peraturan perundang-undangan dan etika
bisnis yang sehat.
4. Independensi (Independency)
Perusahaan meyakini bahwa kemandirian merupakan keharusan agar
organ perusahaan dapat bertugas dengan baik serta mampu membuat
keputusan yang baik bagi perusahaan. Setiap organ perusahaan akan
melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku dan prinsip-prinsip GCG. Selain organ perusahaan tidak
boleh ada pihak-pihak yang dapat mencampuri pengurusan perusahaan.
5. Kewajaran dan kesetaraan (Fairness)
Kesetaraan mengandung makna bahwa terdapat perlakuan yang sama
terhadap semua pemegang saham, termasuk investor asing dan pemegang
saham minoritas, yaitu semua pemegang saham dengan kelas yang sama
harus mendapat perlakuan yang sama pula.

Dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang


dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance terdapat pedoman
pokok pelaksanaan dari prinsip- prinsip good corporate governance tersebut,
yaitu:

1. Transparansi

a. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu,


memadai, jelas, akurat, dan dapat diperbandingkan serta mudah
diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.
b. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas
pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi
keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham
pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota
Dewan Komisaris beserta keluarganya dalam perusahaan dan
perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan
pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat
kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi
kondisi perusahaan.
c. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi
kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak
pribadi.
d. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional
dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.

2. Akuntabilitas
a. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab
masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas
dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate value),
dan strategi perusahaan.
b. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan
semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas,
tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG.
c. Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal
yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.
d. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran
perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta
memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment
system).
e. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ
perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis
dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati.

3. Responsibilitas
a. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan
memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,
anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-laws)
b. Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara
lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama
di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan
yang memadai.

4. Independensi

a. Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya


dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan
tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan
dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan
dapat dilakukan secara obyektif.
b. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan
tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-
undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung
jawab antara satu dengan yang lain.

5. Kewajaran dan Kesetaraan

a. Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku


kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan
pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses terhadap
informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup
kedudukan masing-masing.
b. Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar
kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi
yang diberikan kepada perusahaan.
c. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam
penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara
profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender,
dan kondisi fisik.

Sesuai pasal 4 Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011


tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik
(Good Corporate Governance) pada BUMN, penerapan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance pada BUMN, bertujuan untuk:

1. Mengoptimalkan nilai-nilai BUMN agar perusahaan memiliki daya saing


yang kuat, baik secara nasional maupun internasional, sehingga mampu
mempertahankan keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai
maksud dan tujuan BUMN;
2. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, efisien dan efektif
serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Organ
Persero/ Organ Perum;
3. Mendorong agar Organ Persero/ Organ Perum dalam membuat keputusan
dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, serta kesadaran akan
adanya tanggungjaawab sosial BUMN terhadap pemangku kepentingan
maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN;
4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional; serta
5. Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi
nasional.
Jika terpenuhi semua prinsip diatas maka terbentuklah good corporate
governance. Sasaran utama good corporate governance secara internal yaitu
adanya sistem dan struktur yang menjamin berjalannya fungsi organ-organ
(RUPS, komisaris, direksi) secara seimbang. Bagaimana pemegang saham
mendapatkan hak secara adil, adanya pengendalian oleh dewan komisaris,
pengelolaan perusahaan yang baik oleh direksi. Sedangkan secara eksternal
yaitu tanggungjawab perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
dengan perusahaan.

3. Definisi dan Manfaat Etika Bisnis


Etika bisnis adalah aturan bagaimana cara menjalankan kegiatan bisnis
dengan adil, serta sesuai dengan hukum yang diberlakukan oleh negara dan
tidak tergantung pada kedudukan individu maupun perusahaannya dalam
bermasyarakat.
Berikut adalah ada tiga pengertian etika bisnis menurut para ahli :
 Menurut Muslich, etika bisnis merupakan suatu pengetahuan tentang tata
cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma
serta moralitas yang berlaku secara universal (2004:9).
 Menurut Sumarni, etika bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap
kegiatan dan perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau
kejujuran perusahaan (1998:21).
 Menurut Bertens, etika bisnis bahkan lebih luas dari ketentuan yang
diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam
kegiatan bisnis sering kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur
oleh ketentuan hukum (2000).

Manfaat Etika Bisnis :


1. Adanya pengendalian diri
Pengendalian diri disini adalah pengendalian diri untuk seluruh
pihak yang menjadi bagian dari perusahaan. Sehingga diharapkan hal ini
dapat memberi kelancaran bisnis yang dijalankan dengan adanya rasa
saling menghargai satu sama lain.
2. Menjadi sarana untuk pengembangan jati diri
Diharapkan dengan memahami EB dapat membentuk sebuah jati
diri perusahaan, yang nantinya akan memberikan dampak yang cukup
besar bagi perusahaan seperti misalnya matangnya konsep bisnis
perusahaan sehingga membuat bisnis dapat berjalan dengan lancar.
3. Menciptakan suasana persaingan yang sehat
Pada saat menjalankan suatu bisnis harus siap menerima risiko
yang akan terjadi dan menghadapinya dengan baik. Itu juga berlaku untuk
mengatasi risiko adanya persaingan bisnis yang ketat baik terjadi pada
internal atau eksternal perusahaan. Hal tersebut bisa diatasi dengan sehat
jika perusahaan tersebut memiliki kesadaran EB serta tanggung jawab
yang baik saat akan menjalankan suatu bisnis. Sehingga hal ini bisa
membuat bisnis tersebut mampu bersaing di tengah persaingan yang
ketat.
4. Membantu membentuk sikap saling percaya
Adanya sikap saling percaya antara individu atau kelompok dalam
suatu perusahaan.Hal ini untuk menciptakan suasana bisnis yang sehat.
Namun, jika tidak ada sikap saling percaya pada individu maka akan
terjadi suasana yang tidak kondusif. Dengan adanya sikap saling percaya
antar individu maka akan memberikan kelancaran pada suatu bisnis.
5. Memperhatikan kepentingan bersama
Dengan kesadaran EB pada tiap individu, akan berdampak pada
pelaku bisnis untuk lebih memperhatikan kepentingan bersama daripada
kepentingan individu. Sehingga untuk mewujudkan tujuan atau meraih
kesuksesan dalam menjalankan bisnis ini tidak begitu sulit.
6. Menjaga kenyamanan dalam berbisnis
Etika Bisnis juga mampu menciptakan rasa kenyamanan dalam
berbisnis. Kenyamanan berbisnis ini dapat mendorong pelaku bisnis
untuk bekerja lebih optimal sehingga memberikan dampak positif bagi
bisnis seperti tercapainya tepat waktu. Dimana hal ini pun bisa juga
memberikan peran penting dalam meraih kesuksesan dalam berbisnis.

B. Pembahasan
1. Penerapan Good Corporate Governance (GCG)
Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang baik pada
BumDes Maju Jaya adalah sebagai berikut:
a. Transparrency (Keterbukaan Informasi)
 BUMdes “Maju Jaya” Sepande secara jelas dan tepat waktu melaporkan
seluruh informasi yang dapat diakses oleh seluruh Pihak Internal dan
terkait sesuai dengan kewenangannya dengan tetap memperhatikan hak -
hak pribadi berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan.
 BUMdes “Maju Jaya” Sepande melaksanakan transparansi kondisi
keuangan kepada pihak internal dengan mengikuti ketentuan
pengungkapan (keterbukaan informasi).
b. Accountability (Akuntabilitas)
 BUMdes “Maju Jaya” Sepande menerapkan prinsip tanggung-jawab
dalam pihak intenal yang jelas sesuai dengan visi, misi, dan tujuan
target.
 BUMdes “Maju Jaya” Sepande belum menerapkan prinsip Akuntabilitas
ini dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
a) Kelengkapan struktur tata Kelola, termasuk sistem manajemen risiko,
sistem pengendalian intern, sistem pengawasan intern, mekanisme
pelaporan atas dugaan penyimpangan (whistle blowing system), tata
kelola teknologi informasi dan pedoman perilaku etika (code of
conduct).
b) Kejelasan tugas dan tanggung jawab masing- masing dalam pihak
internal.
c) Penetapan rencana korporasi dan Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan (“RKAP”) yang diturunkan sampai ke tingkat unit
organisasi serta mengadakan evaluasi terhadap pencapaian hasil secara
berkala.
c. Responsibility (Pertanggung jawaban)
 BUMdes “Maju Jaya” Sepande memiliki komitmen untuk menerapkan
praktik kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhada peraturan
perundang- undangan yang berlaku.
 BUMdes “Maju Jaya” Sepande memiliki tanggung jawab dan komitmen
pada upaya kepedulian sosial dan upaya pelestarian lingkungan alam.
 BUMdes “Maju Jaya” Sepande selalu berusaha memastikan pemenuhan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
d. Indepedency (Kemandirian)
 BUMdes “Maju Jaya” Sepande dalam melakukan setiap kegiatan dan
pengambilan keputusan dilakukan dengan keputusan direktur berdasarkan
pertimbangan seluruh perangkat secara profesional yang bebas dari
pengaruh atau tekanan dari pihak manapun.
 BUMdes “Maju Jaya” Sepande menghindari terjadinya dominasi oleh pihak
manapun, tidak terpengaruh kepentingan tertentu dan menghindari benturan
kepentingan baik dari internal maupun eksternal.
 BUMdes “Maju Jaya” Sepande dalam pengambilan keputusan memastikan
tidak terjadi benturan kepentingan dalam pihak internal
e. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)
 UMKM Batik Tulis Namiroh menerapkan prinsip keadilan dan kesetaraan
dalam memenuhi setiap perjanjian yang ada.
 UMKM Batik Tulis Namiroh memberikan kesempatan kepada pihak
internal untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat untuk
meningkatkan kontribusi dan kualitas layanannya serta membuka akses
terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi.
 UMKM Batik Tulis Namiroh memberikan perlakuan yang wajar kepada
pihak internal sesuai dengan manfaat dan kontribusi.
 UMKM Batik Tulis Namiroh memberikan perlakuan yang setara kepada
pegawai untuk berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional
tanpa diskriminasi berdasarkan jender, agama, suku atau kekurangan fisik.

2. Implementasi Etika Bisnis


a. Etika bisnis pada Bumdes Maju Jaya
Penerapan etika bisnis pada Bumdes Maju Jaya adalah sebagai berikut:
1) Kejujuran
Kejujuran merupakan suatu prinsip etika bisnis. Kini para praktisi
bisnis dan manajemen mengakui bahwa kejujuran merupakan suatu
jaminan dan dasar bagi kegiatan bisnis (Moerdiyanto, 2009). Kejujuran
relevan dalam bisnis berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut: Sutrisna
(2011, h.70)
a) Kejujuran sangat penting dalam menjaga kelangsungan hubungan
bisnis dengan para relasi.
b) Kesesuaian mutu dan harga sebagaimana yang diiklankan akan
menciptakan kepercayaan dan kepuasan konsumen. Hubungan
kerja internal.
c) Perusahaan mampu bertahan apabila hubungan kerja antar
individu yang ada di dalamnya dilakukan dengan berlandaskan
pada kejujuran.
Bumdes Maju Jaya menerapkan kejujuran dalam etika bisnis yang
tercermin dalam tindakan sebagai berikut:
a) Jujur dalam melakukan pelayanan kepada konsumen sehingga
dapat meningkatkan kepercayaan konsumen.
b) Memberikan informasi tentang produk kepada pelanggan yang
diinformasikan secara akurat terkait kondisi produk.
2) Tanggung Jawab
Prinsip Keadilan menuntut agar memperlakukan orang lain sesuai
dengan haknya. Hak orang lain perlu dihargai dan tidak boleh dilanggar
(Moerdiyanto, 2009). Bumdes Maju Jaya menerapkan tanggung jawab
dengan menepati janji, memberitahu ketika terjadi perubahan dalam
kebijakan bunga di unit simpan pinjam, dan sebisa mungkin
menyelesaikan complain terkait masalah yang dihadapi pelanggan.
3) Bersaing Secara Sehat
Persaingan sehat merupakan persaingan yang mengedepankan standar
etika. Hal ini dalam artian, persaingan yang selalu dilandasi oleh nilai-
nilai moral yang baik.
Bumdes Maju Jaya berusaha menciptakan persaingan yang sehat
dengan cara menghargai pesaing dan menjaga hubungan baik dengan
para kompetiter selama masih dalam batas- batas etika dalam bisnis,
karena BUMDes Jaya Makmu juga menerapakan prinsip
mensejahterahkan masyarakat Desa Sepande.
4) Ramah
Sikap ramah akan meningkatkan jalinan komunikasi dan loyalitas
konsumen. Bumdes Maju Jaya bersikap ramah terhadap konsumennya.
Sifat ramah tersebut tercermin dalam melakukan interaksi dengan
konsumen dan ramah dalam menanggapi setiap pertanyaan konsumen
terkait dengan jasa yang ditawarkan ke konsumen.
5) Peduli dengan Pelanggan
Kepedulian (empathy) kepada pelanggan, memperhatikan
permasalahan yang dihadapi pelanggan dan sebisa mungkin memberikan
solusi kepada pelanggan. Bumdes Maju Jaya menerapkan nilai
kepedulian terhadap pelanggan tercermin dalam tindakan tidak adanya
pemaksaan terhadap penggunanaan jasa permodalan, tidak ada sanksi
untuk pinjaman yang menunggak di unit simpan pinjam, kritik dan saran
diterima dengan senang hati.
6) Responsif
Bumdes Maju Jaya cukup responsif terhadap konsumen. Nilai
responsif terwujud dalam penyediaan waktu untuk konsumen, menjawab
setiap keingintahuan konsumen atas suatu jasa yang ditawarkan
7) Dedikasi yang Tinggi
Bumdes Maju Jaya juga menerapkan nilai etika bisnis dedikasi.
Dedikasi tercermin dalam penjualan produk yang berkualitas dan
pelayanan yang baik.
b. Etika pada Pemdes Sepande
Penerapan etika bisnis pada Pemdes Sepande adalah sebagai berikut:
1) Kejujuran
Kejujuran merupakan sikap yang harus dimiliki oleh aparatur
pemerintahan. Pemdes Sepande menerapkan kejujuran dalam etika
pemerintahan yang tercermin dalam tindakan sebagai berikut:
a) Jujur dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan peraturan yang
ada.
b) Selalu transparansi terkait laporan keuangan dan anggaran desa
tahunan
c) Memberikan informasi yang dibutuhkan oleh masayrakat desa
dengan akurat dan sejujurya
2) Tanggung Jawab
Prinsip Keadilan menuntut agar memperlakukan orang lain sesuai
dengan haknya. Hak orang lain perlu dihargai dan tidak boleh dilanggar
(Moerdiyanto, 2009). Pemdes Sepande menerapkan tanggung jawab
dalam memberikan pelayanan dan siap dalam membantu memberikan
bantuan pengurusan administrasi dan kegiatan usaha masyarakat Desa
Sepande.
3) Bersaing Secara Sehat
Persaingan sehat merupakan persaingan yang mengedepankan
standar etika. Hal ini dalam artian, persaingan yang selalu dilandasi oleh
nilai-nilai moral yang baik. Pemdes Sepande menerapkan hukum
persaingan usaha yang selaras dengan Undang-Undang Dasar 1945,
khususnya Pasal 33 ayat (4). Hukum persaingan usaha diciptakan dalam
rangka mendukung terbentuknya sistem ekonomi pasar agar persaingan
antar pelaku usaha dapat tetap hidup dan berlangsung secara sehat,
sehingga masyarakat (konsumen) dapat terlindungi dari ajang eksploitasi
bisnis
4) Ramah
Pemdes Sepande bersikap ramah terhadap warganya. Sifat ramah
tersebut tercermin dalam melakukan interaksi dengan warga desa dan
ramah dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat Desa Sepande.
5) Peduli
Pemdes Sepande menerapkan nilai kepedulian terhadap
masyarakat tercermin dalam tindakan memberikan bantuan BLT kepada
masyarakat kurang mampu dan umkm yang membutahkan.
6) Responsif
Pemdes Sepande cukup responsif terhadap masyarakat. Nilai responsif
terwujud dalam penyediaan waktu untuk masyarakat, menjawab setiap
keingintahuan masyarakat atas kebutuhan nya.
7) Dedikasi yang tinggi
Pemdes Sepande juga menerapkan nilai etika bisnis dedikasi. Dedikasi
tercermin dalam pelayanan yang berkualitas dan baik kepada masyarakat
Desa Sepande.

C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan wawancara kepada BumDes Maju Jaya telah
menerapkan prinsip-prinsip Good corporate governance (GCG) yaitu transparency
(Keterbukaan Informasi), akuntabilitas, responsibility, independency, kesetaraan dan
kewajaran dalam lingkup pihak internal yaitu pemilik dengan karyawan. BumDes Maju
Jaya dan Pemdes Sepande juga telah menerapkan etika bisnis diantaranya yaitu
kejujuran, tanggung jawab, bersaing secara sehat, ramah, peduli dengan pelanggan,
responsif, dan dedikasi yang tinggi.

D. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai