Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan bagian dari Aparatur
Sipil Negara (ASN) yang telah diangkat secara tetap dan berhak
mendapatkan jabatan tertentu dalam satuan tugasnya. berdasarkan
Undang-Undang Aparatur Sipil Negara No. 5 Tahun 2014, ASN
berfungsi sebagai Pelaksana Kebijakan Publik, ASN sebagai Pelayan
Publik, dan ASN sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa.
Mewujudkan ketiga fungsi ASN tersebut, maka sebagai Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) setelah masa percobaan 1 (satu) tahun
wajib mengikuti latihan dasar (LATSAR) yang diharapkan dapat
memahami dan menerapkan ketiga fungsi tersebut baik di lingkungan
kerja maupun di lingkungan sosial kemasyarakatan. Hal ini didukung
dengan peraturan kepala LAN-RI No 1 tahun 2021 serta peraturan
pemerintah No. 11 tahun 2017 tentang management PNS yang
mengamanatkan CPNS untuk mengikuti LATSAR.
LATSAR dilakukan secara terintegrasi untuk membangun
integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan
kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung
jawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang.
Setiap agenda sikap dan perilaku bela negara materi yang diberikan
kepada peserta LATSAR antara lain mata pelatihan wawasan
kebangsaan dan nilainilai bela negara, analisis isu kontemporer, serta
kesiapsiagaan bela negara. Mata pelatihan tersebut diberikan agar
peserta LATSAR memiliki pengetahuan mengenai wawasan
kebangsaan terhadap nilai-nilai bela negara, isu-isu kontemporer yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia, serta kesiapan dini untuk bela
negara yang ditunjukkan oleh kesehatan jasmani dan rohani untuk
menghadapi isu-isu kontemporer tersebut.

1
Penyelenggaraan latihan dasar ini dilaksanakan dengan
memadukan pembelajaran klasikal (on campus) dengan protokol
COVID untuk menginternalisasikan nilai-nilai ANEKA dan non-klasikal
(off campus) untuk memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menerapkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai ANEKA yang telah
diinternalisasikan. Pola diklat ini merupakan sebuah pernyempurnaan
dari diklat prajabatan yang didominasi oleh ceramah yang faktanya
sulit untuk membentuk karakter PNS yang kuat dan profesional.
Latihan Dasar (LATSAR) bertujuan untuk mengaktulisasikan
nilai- nilai dasar PNS sebagai tolak ukur peserta untuk diangkat
menjadi PNS. Nilai-nilai tersebut diantaranya adalah Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi atau
sering disebut ANEKA. Mewujudkan hal tersebut, peserta LATSAR
diwajibkan menyusun rancangan aktualisasi yang berisi nilai-nilai
dasar ASN yang selanjutnya akan diaktualisasikan pada tempat kerja
masing-masing.
Kegiatan aktualisasi Nilai Dasar ANEKA terdiri atas Kegiatan,
Tahapan Kegiatan, Output/Hasil Kegiatan, niali-nilai dasar yang
berkaitan dengan kegiatan, Kontribusi terhadap Visi dan Misi
Organisasi, serta Penguatan Nilai-nilai Organisasi. Peserta LATSAR
dibekali dengan agenda kedudukan dan peran ASN dalam NKRI yang
dituangkan pada materi manajemen ASN dan fungsinya sebagai
kebijakan publik pelayan publik, dan perekat pemersatu bangsa yaitu
bangsa Indonesia. Serta menjalankannya dengan melakukan
pendekatan Whole of Government (WOG). Rancangan ini diharapkan
dapat menjadi acuan dan target kerja yang jelas baik pada masa
aktualisasi maupun untuk seterusnya dengan pengembangan
rancangan yang relevan dengan kondisi di lapangan.
Penulis merupakan guru Ilmu pengetahuna Alam (IPA) di SMP
Negeri 2 PSEKSU. Salah satu tugas Profesi guru ASN sesuai dengan
UU No.5 tahun 2014 adalah sebagai melayani publik, di mana publik

2
tersebut merupakan siswa dan stakeholders secara profesional dan
berkualitas.
Kemajuan dan perkembangan zaman menuntut pemerintah
untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
SDM yang berkualitas dapat dicapai dengan memperbaiki kualitas
pendidikan. Salah satu cara untuk memperbaiki kualitas pendidikan
yaitu dengan cara mengubah sistem pendidikan yang selama ini
berpusat pada guru (teacher centered) menuju pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student centered)Pengertian tersebut
menunjukkan bahwa melalui pendidikan diharapkan suatu negara
mampu untuk menyiapkan SDM yang siap menghadapi tuntutan
kemajuan zaman.
SDM yang berkualitas hanya dapat dicapai dengan memperbaiki
kualitas pendidikan di Indonesia. Perbaikan kualitas pendidikan di
Indonesia dapat dilakukan dengan cara mengubah sistem
pembelajaran yang selama ini dilaksanakan dari sistem pembelajaran
yang berpusat pada guru (teacher centered) menuju pembelajaran
yang lebih bermakna yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa
(students centered). Sistem pembelajaran yang mengarahkan
keterpusatan kepada siswa (students centerd) akan dapat
menumbuhkan, mengembangkan dan melatih kemampuan berpikir
bertindak kritis siswa dalam pembelajaran maupun dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-
hari.
Hal ini dipertegas oleh Muhfahroyin (2009) yang menyatakan
bahwa paradigma student centered lebih tepat digunakan untuk
mengembangkan pembelajar yang mandiri (self-regulated learner)
yang mampu memberdayakan kemampuan berpikir kritis dan
bertindak kritis. Untuk menghadapi perubahan dunia yang begitu
pesat adalah dengan membentuk budaya berpikir dan bertindak kritis
di masyarakat (Sadeli dan Wati, 2013). Prioritas utama dari sebuah

3
system pendidikan adalah mendidik siswa tentang bagaimana cara
belajar dan berpikir.
Penulis memiliki tugas pokok yaitu mengajar dan membimbing
mata pelajaran IPA di SMP Negeri 2 PSEKSU. Selain tugas pokok
mengajar, penulis juga diberikan tanggung jawab sebagai Kepala
Laboratorium IPA.
Seorang guru berkewajiban untuk mengembangkan potensi
siswa salah satunya adalah mengembangkan kemampuan siswa
dalam berpikir dan bertindak kritis untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. Dengan demikian, isu kemampuan berpikir dan bertindak
kritis siswa pada mata pelajaran IPA menjadi hal yang sangat penting
dan strategis bagi penulis. Berdasarkan hasil observasi penulis yang
sudah bertugas selama 8 (delapan) bulan, siswa SMP Negeri 2
PSEKSU belum mengoplimalkan kemampuan berpikir dan bertindak
kritis pada mata pelajaran IPA.
Berdasakan permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk
mengambil isu “ Belum Optimalnya kemampuan berpikir dan
bertindak kritis siswa SMP Negeri 2 PSEKSU pada mata
pelajaran IPA”.

B. Tujuan dan Manfaat


Tujuan
1. Sebagai pedoman untuk mengaktualisasikan nilai-nilai dasar
profesi ASN, saat pelaksanaan tugas dan peran sebagai guru
atau pendidik ketika Habituasi (off class) LATSAR di unit kerja
SMP Negeri 2 PSEKSU. Oleh karena itu, diharapkan nilai-nilai
dasar profesi PNS mampu di aktualisasikan dalam kegiatan-
kegiatan yang ada di SMP Negeri 2 PSEKSU Kabupaten Lahat
2. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Latihan Dasar
CPNS Pemerintah Kabupaten Lahat Tahun 2021

4
3. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bertindak kritis
pada mata pelajaran IPA kelas IX SMP Negeri 2 PSEKSU
melalui penerapan model Deep Dialoge Critical/Thinking
(DD/CT)
Manfaat
1. Dapat menerapkan nilai-nilai dasar PNS (nilai-nilai ANEKA)
serta kedudukan dan peran PNS dalam NKRI meliputi
(Manajemen ASN, Whole Of Goverment dan Pelayanan Publik)
di SMP Negeri 2 PSEKSU Kabupaten Lahat
2. Dapat menyelesaikan Latihan Dasar CPNS Pemerintah
Kabupaten Lahat Tahun 2021
3. Bagi masyarakat umum, Seorang Pegawai Negeri Sipil yang
berprofesi sebagai Guru hendaknya motivator, fasilitator,
sekaligus inspirator dalam memajukan pendidikan
4. Bagi unit kerja, Guru diharapkan mampu menerapkan nilai-nilai
dasar profesi PNS dalam melaksanakan tugas

C. Ruang Lingkup
Kegiatan Habituasi dilaksanakan pada saat off campus selama 5
minggu dari tanggal 5 November – 8 Desember 2021. Tempat
pelaksanaan habituasi adalah di tempat kerja peserta CPNS yaitu
SMP Negeri 2 PSEKSU, Desa Muara Cawang Kecamatan PSEKSU,
Kabupaten Lahat. Ruang lingkup yang akan dikaji akan berfokus
penerapan model pembelajaran Deep Dialoge/Critical Thinking
(DD/CT) pada mata pelajaran IPA Kelas IX. Adapun yang akan
dilaksanakan, yaitu:
1. Konsultasi dan meminta persetuan kepala sekolah terkait
rancangan aktualisasi.
2. Membuat dan menyiapkan Perangkat pembelajaran
(Silabus,RPP), media pembelajaran (PPT dan Video) dan
Instrumen tes kemampuan beripikir dan bertindak kritis,

5
3. Melaksanakan pre-test kemampuan berpikir dan bertindak
kritis.
4. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan sintax model
pembelajaran Deep Dialoge/CriticalThinking (DD/CT).
5. Melaksanakan post-test.
6. Melakukan evaluasi penerapan model Deep Dialoge/Critical
Thinking (DD/CT)

Anda mungkin juga menyukai