OLEH
KELOMPOK VII
RESKY AMELYA SARI O1B1 21 112
REZA RAHMANSYAH O1B1 21 113
REZKIA WULANDARI O1B1 21 114
RIA ASKARA SUHARMAN O1B1 21 115
SHEVA SAFIRA AZAHRA O1B1 21 116
SISCA WAHYUNINGSIH SAPUTRI O1B1 21 117
SITTI NUR ANNISYAH O1B1 21 118
SITTI NURAISYAH WAHYUNINGRUM O1B1 21 119
SITTI QONITA RAMADHANIAH O1B1 21 120
TRISNANING MAULIDYA SM O1B1 21 121
Kasus 1
Seorang pria 62 tahun merasakan nyeri perut dan dada terasa terbakar yang terjadi 2 –
3 dalam setiap minggu. Dia juga mengatakan telah kehilangan BB sekitar 4.5 kg dalam 6
bulan terakhir meski tidak diet dan olahraga. Dia mengaku HT selama 5 tahun dan mendapat
obat lisinopril/HCT 20/25 mg per hari, parasetamol 500 mg jika sakit kepala dan tidak ada
riwayat alergi. Dia juga merokok setengah bungkus/hari. Ibunya umur 84 tahun dengan DM
tipe 2, HT sedangkan ayahnya meninggal umur 68 tahun karena infark miokard.
Pertanyaan:
1. Apa tindakan yang harus dilakukan untuk mengetahui permasalahan pasien?
Agar diagnosis penyakit dari pasien tersebut dapat ditegakkan maka dapat diterapkan
beberapa tahapan diagnosis dimulai dari presentasi klinis, dilanjutkan dengan pemeriksaan
klinis dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan lanjutan/penunjang (Nugraha, 2017).
Pemeriksaan penunjang berupa prosedur radiologis serta endoskopi. Endoskopi
diindikasikan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun dengan dispepsia onset baru.
Diagnosis endoskopi melibatkan ekstraksi sampel jaringan lambung yang selanjutnya
dilakukan pengujian untuk Helicobacter pylori (DiPiro dkk., 2016).
Pertanyaan:
1. Berdasarkan tanda dan gejala apa pasien kategori peptic ulcer?
Tanda dan gejala pada pasien yaitu pasien merasa nyeri perut terbakar,kembung dan
susah makan nyeri terjadi beberapa kali sehari terutama diantara waktu makan dan
membuatnya terbangun dimalam hari dan frekuensinya meningkat sejak 1 minggu lalu
(Dipiro dkk.,2015).
Nyeri perut adalah gejala PUD (Peptic Ulcer Disease) yang paling sering. Nyeri
sering epigastrium dan digambarkan sebagai rasa terbakar tetapi dapat muncul sebagai
ketidaknyamanan yang samar-samar, perut penuh, atau kram. Nyeri malam hari dapat
membangunkan pasien dari tidur, terutama antara jam 12 pagi dan 3 pagi.
Nyeri akibat tukak duodenum sering terjadi 1 sampai 3 jam setelah makan dan biasanya
hilang dengan makanan, sedangkan makanan dapat mencetuskan atau memperberat
nyeri tukak pada tukak lambung. Antasida memberikan pereda nyeri yang cepat pada
sebagian besar pasien maag.
Mulas, sendawa, dan kembung sering menyertai nyeri. Mual, muntah, dan anoreksia
lebih sering terjadi pada tukak lambung daripada tukak duodenum.
Tingkat keparahan gejala bervariasi di antara pasien dan mungkin musiman, lebih
sering terjadi pada musim semi atau musim gugur.
Ada atau tidak adanya nyeri epigastrium tidak menentukan ulkus. Penyembuhan ulkus
tidak serta merta membuat pasien asimtomatik. Sebaliknya, tidak adanya rasa sakit
tidak menghalangi diagnosis ulkus, terutama pada orang tua yang mungkin datang
dengan komplikasi ulkus "diam".
Komplikasi ulkus meliputi perdarahan saluran cerna bagian atas, perforasi ke dalam
rongga peritoneum, penetrasi ke dalam struktur yang berdekatan (misalnya, pankreas,
saluran empedu, atau hati), dan gangguan lambung (Dipiro dkk., 2015)