FILSAFAT PENDIDIKAN
1. Gita Simbolon
2. Theresia Simanjuntak
3. Dinda
5. Agustina Sihombing
Pendidikan sangat erat kaitannya dengan peradaban dan kemajuan, serta salah satu hal yang
sangat berdampak besar bagi segala segi di kehidupan manusia. Bila di tarik kebelakang hal yang
melatar belakangi adanya pendidikan adalah kesadaran manusia untuk berpikir, yang mana hal
tersebut merupakan rumpun dari filsafat.
Definisi pendidikan juga bermacam. Berikut adalah definisi pendidikan yang saya ketahui
Berdasarkan pernyataan guru bangsa Ki Hadjar Dewantara ada lima dasar pada pendidikan, yakni:
1. Asas kemerdekaan; Memfasilitasi kebebasan kepada peserta didik. Maksud dari kebebasan
disini tentu sesuai dengan apa yang telah dicanangkan dimana peserta didik tetap patuh
dengan norma moral sebagai individu dan masyarakat yang bersinergi dengan alam.
2. Asas kodrat Alam; Manusia sebagai bagian dari alam tentu bisa mempelajari apa yang ada
di alam. Bisa membacanya dan menerima sebagaimana mestinya sebagai manusia yang
wajar dan seimbang.
3. Asas kebudayaan; Berdasar pada kebudayaan bangsa, tetapi tetap melihat dan mempelajari
kebudayaan yang lebih maju. Kemajuan bukanlah sesuatu yang buruk akan tetapi bisa
digunakan untuk landasan memacu diri.
4. Asas kebangsaan; Membentuk perpaduan satu bangsa, perasaan gotong royong dalam
senang dan sedih, dan berjuang untuk bangsa dan tetap menghargai orang lain.
5. Asas kemanusiaan; Membimbing peserta didik menjadi manusia seutuhnya dan sewajarnya
sebagai manusia yang merupakan ciptaan Tuhan.
2. PENDIDIKAN KARAKTER
Pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia secara sadar dan terencana untuk
mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna membangun karakter pribadinya sehingga
dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.Pendidikan karakter
adalah suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu
kepada peserta didik yang di dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan,
serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut.Pendidikan karakter (character education) sangat
erat hubungannya dengan pendidikan moral dimana tujuannya adalah untuk membentuk dan
melatih kemampuan individu secara terus-menerus guna penyempurnaan diri kearah hidup yang
lebih baik.
Fungsi Pendidikan Karakter Secara umum fungsi pendidikan ini adalah untuk membentuk
karakter seorang peserta didik sehingga menjadi pribadi yang bermoral, berakhlak mulia,
bertoleran, tangguh, dan berperilaku baik.Adapun beberapa fungsi pendidikan karakter adalah
sebagai berikut: Untuk mengembangkan potensi dasar dalam diri manusia sehingga menjadi
individu yang berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik.Untuk membangun dan
memperkuat perilaku masyarakat yang multikultur.Untuk membangun dan meningkatkan
peradaban bangsa yang kompetitif dalam hubungan internasional. Pendidikan ini bisa dilakukan di
lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan, serta memanfaatkan berbagai media belajar.
TUJUAN PENDIDIKAN KARAKTER
Tujuan Pendidikan Karakter Pada dasarnya tujuan utama pendidikan karakter adalah untuk
membangun bangsa yang tangguh, dimana masyarakatnya berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi,
dan bergotong-royong.Untuk mencapai tujuan tersebut maka di dalam diri peserta didik harus
ditanamkan nilai-nilai pembentuk karakter yang bersumber dari Agama, Pancasila, dan Budaya.
Berikut adalah nilai-nilai pembentuk karakter tersebut:Kejujuran,Sikap toleransi,Disiplin,Kerja
keras,Kreatif,Kemandirian,Sikap demokratis,Rasa ingin tahu,Semangat kebangsaan,Cinta tanah
air,Menghargai prestasi,Sikap bersahabat,Cinta damai,Gemar membaca,Perduli terhadap
lingkungan,Perduli sosial,Rasa tanggungjawab,Religius
Seperti kita ketahui bahwa proses globalisasi secara terus-menerus akan berdampak pada
perubahan karakter masyarakat Indonesia. Kurangnya pendidikan karakter akan menimbulkan krisis
moral yang berakibat pada perilaku negatif di masyarakat, misalnya pergaulan bebas,
penyalahgunaan obat-obat terlarang, pencurian, kekerasan terhadap anak, dan lain
sebagainya.Menurut Thomas Lickona, setidaknya ada tujuh alasan mengapa character education
harus diberikan kepada warga negara sejak dini, yaitu;
1. Ini merupakan cara paling baik untuk memastikan para murid memiliki kepribadian dan
karakter yang baik dalam hidupnya.
2. Pendidikan ini dapat membantu meningkatkan prestasi akademik anak didik.Sebagian anak
tidak bisa membentuk karakter yang kuat untuk dirinya di tempat lain. Dapat membentuk
individu yang menghargai dan menghormati orang lain dan dapat hidup di dalam
masyarakat yang majemuk.
3. Sebagai upaya mengatasi akar masalah moral-sosial, seperti ketidakjujuran, ketidaksopanan,
kekerasan, etos kerja rendah, dan lain-lain.Merupakan cara terbaik untuk membentuk
perilaku individu sebelum masuk ke dunia kerja/ usaha.Sebagai cara untuk mengajarkan
nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kerja suatu peradaban.Dari penjelasan
tersebut kita menyadari bahwa pendidikan karakter sangat penting bagi setiap orang.
Dengan begitu, maka para guru, dosen, dan orang tua, sudah seharusnya senantiasa
menanamkan nilai-nilai karakter yang baik kepada anak didiknya.
3. HAKIKAT MANUSIA
4. HAKIKAT MASYARAKAT
A. Pengertian Masyarakat
Konsep tentang masyarakat pasti sering kita dengar, seperti: masyarakat Desa, masyarakat Kota,
masyarakat Betawi, masyarakat Jawa, dan lain sebagainya. Meskipun secara mudah bisa diartikan
bahawa masyarakat itu berarti warga namun pada dasarnya konsep masyarakat itu sendiri sangat lah
abstrak dan sulit ditangkap. Istilah masyarakat berasal dari kata masyarak yang berasal dari Bahasa
Arab yang memiliki arti ikut serta atau berpartisipasi. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut
Society. Sehingga bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi
dalam suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan identitas.
Kelompok manusia dalam satu perkumpulan dengan karakter atau latar belakang yang ada ini
dengan sendirinya akan membentuk masyarakat sekalipun tidak ada perjanjian sebelumnya yang
kemudian tercipta kebudayaan karena adanya partisipasi\ tingkah manusia yang ada di dalamnya.
B. Pandangan Filosuf Terhadap Arti Masyarakat
Berikut ini adalah pandangan tentang masyarakat menurut beberpa filosuf :
Peter L. Berger
Masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya.
Keseluruhan yang kompleks sendiri berarti bahwa keseluruhan itu terdiri atas bagia-bagian
yang membentuk suatu kesatuan.
Dalam tanggapan ini berarti sebuah aktifitas kreatifitas dari bermacam individu yang tidk
dibatasi oleh sifat dari kekreatifannya tersebut akan tetapi masih menjunjung nilai kesatuan
dan tetap menghargai perbedaan yang muncul dari individu lain dalam wilayah hubungan
tersebut.
Marx
Masyarakat ialah keseluruhan huungan-hubungan ekonomis, baik produksi maupun
konsumsi, yang berasal dari kekuatan-kekuatan produksi ekonomis, yaitu teknik dan karya.
Masyarakat disini yang disebut oleh Marx adalah masyarakat ekonomi baik sebagai
konsumen maupun produsen yang didalamnya saling membutuhkan guna terwujudnya
perputaran perekonomian yang seimbang antara karya dengan pemanfaatannya.
Koentjaraninggrat
Masyarakat adalah orang-orang yang hidup dan menghasilkan kebudayaan sekalipun
menerabas tatanan yang ada karena dipengaruhi iklim pembangunan yang berimbas pada
mental orang tersebut.
Dari beberapa pandangan tentang masyarakat diatas dapat kita tarik kesimpulan bahawa
masyarakat adalah sebuah sistem yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan dan masing-
masing bagian secara teru menerus mencari keseimbangan (equilibrium) dan harmoni sesuai
kebutuhan dalam kelompok tersebut terhadap etika yang melatarbelakanginya seprti etika budaya,
ekonomi maupun masyarakt sosial murni yang tidak ada kepentingan bahwa maupun ekonomi akan
tetapi dapat menghasilkan produk budaya dan ekonomi.
C. Hakikat Masyarakat Dalam Islam
Islam sebagai rokhmatan lil ‘alamin, tentunya mencakup makna masyarakat sesuai dengan
apa yang dikehendaki dalam ajarannya. Masyarakat yang diharapkan oleh islam adalah
kelompok yang tunduk terhadap ajaran islam itu sendiri secara lingkup aqhida, syariat dan
atau akhlak. Dari tiga lingkup tersebut yang dijadikan sebagai fasilias tidak hanya
diperuntukkan kepada satu kelompok saja melainkan semua manusia dalam masyarakat
dunia.
Ketika umat dalam hal ini pemeluk agama islam menerapkan ketiga fasilitas tersebut
maka akan tercipta kelompok masyarakat yang sempurna karena bantuan dari Insanul Kamil
yang menjadi ruh dalam masyarakat tersebut. Sedangkan umat (pengikut agama selain
islam) mengapresiasikan hal tersebut maka akan melahirkan masyarakat islami sebab
gerakan aktifitas tersebut sebagian besar berlandaskan pada salahsatu tiga fasilitas tersebut
maka akan melahirkan masyarakat islami namun bukan islam.
a. Pengertian guru
Guru merupakan hal yang pokok dalam pendidikan. Dimana guru adalah orang
yang memberikan transfer nilai dan ilmu pengetahuan kepada siswanya melalui proses
kegiatan belajar mengajar di kelas.
Pengertian guru sendiri menurut UU No. 14 Tahun 2005 dijelaskan bahwa guru
adalah: pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Peran seorang guru dalam proses pembelajaran merupakan faktor penentu yang
sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan
dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan.
Pembelajaran adalah merupakan keseluruhan tindakan yang dirancang untuk
mendukung proses belajar peserta didik, dengan menghitungkan kejadian-kejadian
eksternal yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian internal yang berlangsung
di dalam peserta didik. Menurut Sudjana (2000) yang dikutip oleh Sugihartono, dkk.
(2012: 80) Pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh
pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Proses
pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru
dan siswa atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu, dimana dalam proses tersebut terkandung multi peran dari
guru.
b. Hakekat guru
Nugroho Notosusanto berpendapat bahwa di dunia ini hanya ada dua jabatan yaitu: jabatan
guru dan jabatan non guru. Yang membedakan jabatan keduanya adalah mengajar. Mengajar
merupakan langkah seorang guru untuk memandaikan bangsa dengan tanpa memikirkan efek
untung dan ruginya secara material-personal, melainkan memikirkan bagaimana nistanya jika
generasi selanjutnya tidak lebih berkualitas dalam semua aspek kehidupan. Aktivitas mengajar
tersebut tentunya menuntut kepekaan emosional dan spiritual yang mampu melahirkan mentalitas
dan moralitas suatu bangsa. Peran Guru dalam Pembelajaran
c. Peran guru
Peran guru dalam proses pembelajaran sangat komplek. Guru tidak sekedar
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, akan tetapi guru juga dituntut
untuk memainkan berbagai peran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi anak
didiknya secara optimal. Djamarah (2000) dalam Sugihartono, dkk (2012: 85)
merumuskan peran guru dalam pembelajaran sebagai berikut:
1) Korektor
Sebagai korektor guru berperan menilai dan mengkoreksi semua hasil belajar, sikap,
tingkah laku, dan perbuatan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah sehingga pada
akhirnya siswa dapat mengetahui.
2) Inspirator
Sebagai inspirator guru harus dapat memberikan inspirasi atau ilham kepada siswa
mengenai cara belajar yang baik.
3) Informator
Sebagai informator guru harus dapat memberikan informasi yang baik dan efektif
mengenai materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum serta informasi
mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4) Organisator
Sebagai organisator guru berperan untuk mengelola berbagai kegiatan akademik baik
intrakulikuler maupun ekstrakulikuler sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi belajar
anak didik.
5) Motivator
Sebagai motivator guru dituntut untuk dapat mendorong anak didiknya agar senantiasa
memiliki motivasi tinggi dan aktif belajar.
6) Inisiator
Sebagai inisiator guru hendaknya dapat menjadi pencetus ideide kemajuan dalam
pendidikan dan pengajaran.
7) Fasilitator
Sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan
anak didik dapat belajar secara optimal. Fasilitas yang digunakan tidak hanya fasilitas
fisik, seperti ruang kelas yang memadai atau media belajar yang lengkap, akan tetapi
juga fasilitas psikis seperti kenyamanan batin dalam belajar, interaksi guru dengan anak
didik yang harmonis, maupun adanya dukungan penuh guru sehingga anak didik
senantiasa memiliki motivasi tinggi dalam belajar.
8) Pembimbing
Sebagai pembimbing guru hendaknya dapat memberikan bimbingan kepada anak
didiknya dalam menghadapi tantangan maupun kesulitan belajar.
9) Demonstrator
Sebagai demonstrator guru dituntut untuk dapat memperagakan apa yang diajarkan
secara didaktis sehingga anak didik dapat memahami materi yang dijelaskan guru secara
optimal.
10) Pengelola kelas
Sebagai pengelola kelas guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik karena
kelas adalah tempat berhinpun guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
11) Mediator
Sebagai mediator hendaknya guru dapat berperan sebagai penyedia media dan penengah
dalam proses pembelajaran anak didik.
12) Supervisor
Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki dan menilai secara
kritis proses pembelajaran yang dilakukan sehingga pada akhirnya proses pembelajaran
dapat optimal.
13) Evaluator
Sebagai evaluator guru dituntut untuk mampu menilai produk (hasil) pembelajaran serta
proses (jalannya) pembelajaran. Dari proses ini diharapkan diperoleh umpan balik dari
hasil pembelajaran untuk optimalisasi hasil pembelajaran.
Menurut Wina Sanjaya (2008: 21) bahwa peran guru dalam proses pembelajaran antara
lain:
1) Guru sebagai sumber belajar
Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting. Peran sebagai
sumber belajar berkaitan dengan penguasaan materi pelajaran.
2) Guru sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan
siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.
3) Guru sebagai pengelola
Sebagai pengelola pembelajaran, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman, melalui pengelolaan kelas yang baik
guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk proses pembelajaran.
4) Guru sebagai demonstrator
Peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukan kepada siswa
segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan
yang disampaikan.
5) Guru sebagai pembimbing
Guru harus membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimiliki
sebagai bekal hidup mereka dan agar siswa dapat mencapai serta melakukan tugas-tugas
perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu dapat tumbuh dan berkembang
sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat.
6) Guru sebagai motivator
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat
penting. Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam
belajar. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa.
7) Guru sebagai evaluator
Sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang
keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
Kemudian selain beberapa peran guru yang telah disebutkan di atas, menurut Mulyasa
(2013: 37) dapat diidentifikasikan sedikitnya 19 peran guru, yakni guru sebagai
pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (innovator), model dan
teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin,
pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan sebagai
kulminator.
6. HAKIKAT PESERTA DIDIK
Hakekat peserta didik menurut ilmu filosofi adalah menuntut pemikiran secara dalam,
luas, lengkap, menyeluruh, tuntas serta mengarah pada pemahaman tentang peserta didik.
Sedangkan menurut pandangan tradisionil, anak (peserta didik) adalah miniatur manusia
dewasa (Elizabeth B.Hurlock. 1978:2).
Johan Amos Comenius (abad ke-17) mempelopori kajian tentang anak bahwa anak harus
dipelajari bukan sebagai embrio orang dewasa melainkan sosok alami anak. Pengikut Comenius
mengembangkan pendapat bahwa mengamati anak secara langsung akan memberi manfaat
ketimbang mempelajari secara filosofis.
Pandangan menurut ilmu psikolog tentang peserta didik adalah individu yang sedang
berkembang baik jasmani maupun rohani. Perubahan jasmani biasa disebut pertumbuhan, ialah
terdapatnya perubahan aspek jasmani menuju kearah kematangan fungsi, missal kaki, tangan sudah
mulai berfungsi secarea sempurna. Sedangkan perkembangan adalah perubahan aspek psikis secara
lebih jelas.
Dari tinjauan Anthopologi hakekat peserta didik dapat ditafsirkan sebagai berikut:
1. Peserta didik sebagai makhluk yang bermasyarakat dan dapat dimasyarakatkan.
2. Peserta didik sebagai organism yang harus ditolong, sebab pada waktu lahir dia dalam
kondsi yang lemah.
Imran Manan (1989: 12-13) menjelaskan bahwa dari dimensi Anthropologi peserta didik dapat
dijelaskan dari tiga dimensi:
Pertama, peserta didik adalah makhluk social yang hidup bersama-sama.
Kedua, peserta didik dipandang sebagai individualistis, yakni mampu menampilkan kepribadian
yang khas yang berbeda dengan individu yang lain.
Ketiga, peserta didik dipandang memiliki moralitas.
Dalam pandangan modern, peserta didik dipandang sebagai subjek yang memiliki potensi
tersendiri, ia aktif mengembangkan potensinya, ia merespon, bertanya dan menanggapi keterangan
guru pada saat berlangsungnya pembelajaran. Guru berfungsi sebagai fasilitator, menciptakan
kondisi sedemikian rupa sehingga peserta didik terjadi proses belajar.
Cirri khas peserta didik adalah :
1. Sebagai individu yang memiliki potensi fisik dan psikis
2. Sebagai individu yang sedang berkembang baik potensi fisik maupun psikis
3. Dalam pengembangan potensi tersebut peserta didik membutuhkan bantuan orang lain
4. Memiliki kemampuan untuk mandiri.
7. HAKIKAT PEMBELAJARAN
A.Pengertian hakikat pembelajaran
Hakikat pembelajaran merupakan interaksi timbal balik antara peserta didik dan guru dalam proses
belajar mengajar yang dinamis untuk mentransfer nilai-nilai ke siswa supaya dapat melakukan
perubahan tingkah laku maupun pengetahuan. Misalnya seseorang berubah perilakunya yang
cenderung ceroboh dalam menyebrang jalan raya setelah secara kebetulan ia melihat ada orang lain
yang menyeberang, tertabrak bahwa akuntabilitas belajar bersifat internal-individual,sedangkan
akuntabilitas pembelajaran bersifat publik.
B.Konsep Belajar
Pengertian belajar cukup komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler(1986) yang menyatakan
bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam.Dalam
pandangan yang lebih komprehensif konsep belajar dapat dapat di gali dari berbagai sumber seperti
filsafat,penelitian empiris, dan teori. Beberapa teori belajar secara signifikan banyak mempengaruhi
pemikiran tentang proses pendidikan, termasuk pendidikan jarak jauh.
Dalam konteks pencapaian tujuan pendidikan nasional konsep belajar harus diletakkan secara
substantif dan psikologis terdapat pada seluruh esensi tujuan pendidikan nasional mulai dari iman
dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa,akhlak,mulia,sehat berilmu cakap kreatif,mandiri,dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
C.Jenis-Jenis Belajar
1. Belajar isyarat (Signal Learning)
Belajar melalui isyarat adalah melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena adanya
tanda atau isyarat.Misalnya berhenti berbicara ketika mendapat isyarat petunjuk menyilang
mulut sebagai tanda tidak boleh ribut.
2. Belajar Stimulus-Respon
Belajar stimulus respon terjadi pada diri individu karena ada rangsangan dari luar.
Untuk dapat melakukan proses belajar stimulus respon yang baik sekurang-kurangnya
perlu diperhatikan hal-hal berikut
a) penampilan objek peristiwa atau suasana yang memungkinkan munculnya reaksi individu
terhadap hal-hal itu.
b) individu yang memiliki kesiapan untuk memberikan reaksi terhadap pemberi rangsangan.
3. .Belajar Rangkaian
Belajar rangkaian mengacu pada proses belajar yang tercipta karena adanya berbagai proses
stimulus respon seseorang yang menerima berbagai stimulus dan selanjutnya memberi
respon di dalam suatu konteks akan dapat melakukan proses belajar rangkaian.
4. .Belajar Asosiasi Verbal
Belajar asosiasi verbal mengacu pada proses memahami informasi verbal yang
menggambarkankonsep,prinsip,benda,situasi dan lain-lain misalnya mengurutkan kata-kata secara
alfabetis menghafal rumus-rumus rangkaian doa saja kutipan dan.
5. Belajar Konsep
Belajar konsep terjadi bila individu menghadapi berbagai fakta atau data yang kemudian
ditafsirkan ke dalam suatu pengertian atau makna yang abstrak.
DAFTAR PUSTAKA
Marsudi,Saring,dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Sumber
https://www.silabus.web.id/
https://www.academia.edu/
http://finaniswati.blogspot.com/2014/09/makna-hakikat-dan-peran-guru-
dalam.html