Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NY S DENGAN
Disusun Oleh :
01.2018.01.21
JAYAPURA
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
1. Definisi BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram. Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang atau sama dengan 2500
gram disebut prematur. Untuk mendapat keseragaman pada kongres European Perinatal
Medicine11 di London, telah disusun defenisi sebagai berikut :
a. Preterm infant (prematur) atau bayi kurang bulan :bayi dengan masa kehamilan kurang
dari 37 minggu (259) hari.
b. Term infant atau bayi cukup bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu
sampai dengan 42 minggu (259-293) hari.
c. Post term atau bayi lebih bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih
(249 hari atau lebih).
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat
badannya kurang atau sama dengan 2.500 gram disebut low birth weight infant (bayi berat
lahir rendah/ BBLR), karena morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya bergantung
pada berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut
(Pantiawati, 2010).
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, BBLR dibedakan dalam :
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir <1500 gram
c. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir <1000 gram
(Karwati, 2011).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500 gram
(sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu
meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya
(Prawirohardjo, 2006).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu)
atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, 2010).
2. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan
Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali,
rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom
tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena
radiasi, serta terpapar zat beracun.
3. Klasifikasi BBLR
Berdasarkan defenisi tersebut di atas, bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat
dikelompokkan menjadi prematuritas dan dismaturitas.
a. Prematur murni
1) Pengertian prematur murni
Adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan
sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan atau disebut neonatus kurang
bulan sesuai masa kehamilan. Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir
hidup sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (di hitung dari hari pertama haid
terakhir). Bayi prematur atau bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37
minggu tanpa memperhatikan berat badan. Sebagian besar bayi lahir dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram adalah bayi prematur (Pantiawati, 2010).
2) Tanda bayi prematuritas murni
a) Berat badan kurang dari 2.500 gram, PB 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33
cm, lingkar dada kurang dari 30 cm.
b) Masa gestasi kurang dari 37 minggu
c) Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin
d) Kepala lebih besar dari badan
e) Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis,telinga dan lengan.
f) Ubun-ubun dan sutura lebar, rambut tipis, halus
g) Tulang rawan dan daun telinga immature
h) Putting susu belum terbentuk dengan baik
i) Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltic usus dapat terlihat.
j) Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora
(pada wanita), testis belum turun (pada laki-laki)
k) Bayi masih posisi fetal
l) Pergerakan kurang dan lemah
m) Otot masih hipotonik
n) Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami
serangan apnoe
o) Refleks tonic neck lemah
p) Refleks menghisap dan menelan belum sempurna (Arief, 2009).
b. Dismaturitas
1) Pengertian dismaturitas
Adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya
untuk usia kehamilannya, yaitu berat badan dibawah persentil 10 pada kurva
pertumbuhan intra uterin, biasa disebut dengan bayi kecil untuk masa kehamilan
(Pantiawati, 2010). Berdasarkan umur kehamilan atau masa gestasi yang
ditetapkan, maka bayi BBLR digolongkan dalam tiga kelompok :
a) Bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu berat lahir 1500-2500 gram.
b) Bayi berat lahir sangat rendah yaitu bayi berat lahir <1500 gram
c) Bayi berat sangat rendah yaitu bayi yang berat lahirnya <1000
d) gram (Saifuddin, 2009).
2) Tanda dan gejala bayi dismaturitas
a) Kulit pucat, meconium kering keriput, tipis
b) Vernix aseosa tipis/tidak ada
c) Jaringan lemak di bawah kulit tipis
d) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
e) Tali pusat berwarna kuning kehijauan (Arief, 2009).
4. Manifestasi Klinis
Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g. Kepala lebih besar
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada lengan dan
sikunya
k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
l. Ekstermitas: paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap, telapak kaki
halus.
m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya
lemah.
n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/menit
5. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin prematur bayi maka akan semakin tinggi resiko gizinya.
Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh sedikit,
hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng
di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm
mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dan lain-lain.
Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih
sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorpsi
lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara refleks
hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-34 minggu,
padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian BB nya
lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus terjadi pada
bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori yang
meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding dengan
BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan
meningkatkan kebutuhan kalori.
Temperatur dalam kandungan 37°C sehingga bayi lahir dalam ruangan suhu
temperatur ruangan 28-32°C. Perubahan temperatur ini perlu diperhitungkan pada BBLR
karena belum bisa mempertahankan suhu normal yang disebabkan :
a. Tipis pusat pengaturan suhu badan masih dalam perkembangan
b. Intake cairan dan kalori kurang dari kebutuhan
c. Cadangan energi sangat kurang
d. Luas permukaan tubuh relativ luas sehingga risiko kehilangan panas lebih besar
e. Jaringan lemak subkutan lebih tipis sehingga kehilangan panas lebih besar
f. BBLR sering terjadi penurunan berat badan di sebabkan: malas minum dan pencernaan
masih lemah. BBLR rentan infeksi sehingga terjadi sindrom gawat nafas, hipotermi,
hipoglikemia, hipokalsemia, dan hiperbilirubin (Sudarti, 2013).
6. Pathway
7. Komplikasi
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah antara lain
yaitu :
a. Hipotermia.
b. Hipoglikemia.
c. Gangguan cairan dan elektrolit.
d. Hiperbilirubinemia.
e. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
f. Paten suktus arteriosus.
g. Infeksi.
h. Perdarahan intraventrikuler.
i. Apnea of prematuruty.
j. Anemia
Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :
a. Gangguan perkembangan.
b. Gangguan pertumbuhan.
c. Gangguan penglihatan (retionopati).
d. Gangguan pendengaran.
e. Penyakit paru kronis.
f. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
g. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.
8. Penatalaksanaan
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena
pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah,
dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di
dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum
memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya
ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan metode kangguru yaitu
perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB (Berat
Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap
cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum
sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI
merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu
diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan
dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum
sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan demikian
perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus
dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan
bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu .
Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena
hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering
dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah
coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini
tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang atau
tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi
usaha pernapasan.
h. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir
rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara
teratur.
9. Pemeriksaan penunjang
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek dan
maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui apakah bayi
itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes pada ibu
yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar elektrolit
dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi lahir tersebut
diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8
jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
6) ADL
a) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi
kurang/lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
b) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
c) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
d) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
e) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi
urin rendah
7) Pemeriksaan
a) Pemeriksaan Umum
Kesadaran compos mentis
Nadi : 180X/menit pada menit I kemudian menurun sampai
120-140X/menit
RR : 80X/menit pada menit I kemudian menurun sampai 40X/menit
Suhu : kurang dari 36,5 C
b) Pemeriksaan Fisik
Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata
120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit
bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3
detik).
Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot
aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi.
Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah,
kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi
dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau),
refleks menelan dan megisap yang lemah.
Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah,
warna, berat jenis, dan PH).
Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi, ekstensi,
ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago
telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500
gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan
atau kurang dari 30 cm, lingkar lengan atas, lingkar perut, keadaan
rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita
klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum berkembang,
tidak menggantung dan testis belum turun., nilai APGAR pada menit 1
dan ke 5, kulit keriput.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Pola Napas Tidak Efektif (D. 0005)
2) Defisit Nutrisi (D.0019)
3) Hipotermia (D.0131)
4) Risiko Infeksi (D.0142)
c. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Pola Napas Tidak Pola Napas Terapi Oksigen
Efektif Observasi:
D.0005 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Monitor kecepatan aliran oksigen
inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi Monitor posisi alat terapi oksigen
adekuat membaik Monitor aliran oksigen secara periodik
Pengertian : Kriteria Hasil: Monitor tanda-tanda hipoventilasi
Inspirasi dan atau Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun Monitor integritas mukosa hidung akibat
ekspirasi yang tidak Meningka Menurun pemasangan oksigen
memberikan ventilasi t Terapeutik:
adekuat 1 Dipsnea Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan
1 2 3 4 5 trakea, jika perlu
2 Penggunaan otot bantu napas Pertahankan kepatenan jalan napas
1 2 3 4 5 Siapkan dan atur peralatan pemberian oksig
Berikan oksigen jika perlu
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik Edukasi
Memburu Membaik Ajarkan keluarga cara menggunakan oksige
k di rumah
3 Frekuensi napas Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
1 2 3 4 5
4 Kedalaman napas
1 2 3 4 5
No Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
2 Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
D.0019 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
status nutrisi terpenuhi. Identifikasi status nutrisi
Pengertian : Kriteria Hasil: Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Asupan nutrisi tidak Menurun Cukup Sedang Cukup Meningk Identifikasi perlunya penggunaan selang
cukup untuk Menurun Meningk at nasogastric
memenuhi kebutuhan at Monitor asupan makanan
metabolisme. 1 Porsi makanan yang dihabiskan Monitor berat badan
1 2 3 4 5 Terapeutik:
2 Berat Badan atau IMT Lakukan oral hygiene sebelum makan, Jika pe
1 2 3 4 5 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yan
3 Frekuensi makan sesuai
1 2 3 4 5 Hentikan pemberian makanan melalui selang
4 Nafsu makan nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
1 2 3 4 5
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
5 Perasaan cepat kenyang
Ajarkan diet yang diprogramkan
1 2 3 4 5
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhka
Promosi Berat Badan
Observasi
Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
Monitor adanya mual dan muntah
Terapeutik
Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi
pasien
Berikan pujian kepada pasien untuk peningkat
yang dicapai
Edukasi
Jelaskan jenis makanan yg bergizi tinggi,
terjangkau
No Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
3 Hipotermia Termoregulasi Regulasi Temperatur
D.0131 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam suhu Observasi:
tubuh tetap berada pada rentang normal Monitor suhu bayi sampai stabil (36,5-37,5
Pengertian : Kriteria Hasil: derajat celcius)
Suhu tubuh berada di Menurun Cukup Sedang Cukup Meningk Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam, jika perlu
bawah rentang Menurun Meningk at Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan
normal tubuh at nadi
1 Menggigil Monitor warna dan suhu kulit
1 2 3 4 5 Terapeutik
2 Kulit merah Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
1 2 3 4 5 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
3 Takikardi adekuat
1 2 3 4 5 Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan
4 Takipnea panas pada bayi baru lahir
Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
1 2 3 4 5
Hangatkan terlebih dahulu bahan-bahan yang
5 Bradikardi
akan kontak dengan bayi (mis. selimut, kain
1 2 3 4 5
bedongan, stetoskop)
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Hindari meletakkan bayi di dekat jendela terbuka
Memburu Membaik
atau di area aliran pendingin ruangan atau kipas
k
angin
6 Suhu tubuh Edukasi
1 2 3 4 5 Jelaskan kepada keluarga cara pencegahan
hipotermia karena terpapar udara dingin
Demonstrasikan teknik perawatan metode
kanguru (PMK) untuk bayi BBLR
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
No Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
4 Risiko Infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi
D.0142 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
glukosa derajat infeksi menurun. Monitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik
Pengertian : Kriteria Hasil: Terapeutik
Berisiko mengalami Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun Batasi jumlah pengunjung
peningkatan terserang Meningka Menurun Berikan perawatan kulit pada daerah edema
oganisme patogenik t Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
1 Demam pasien dan lingkungan pasien
1 2 3 4 5 Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko
2 Kemeraha tinggi
n Edukasi
1 2 3 4 5 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
3 Nyeri Ajarkan cara memeriksa luka
1 2 3 4 5 Anjurkan meningkatkan asupan cairan
4 Bengkak Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, Jika perlu
1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburu Membaik
k
5 Kadar sel darah putih
1 2 3 4 5
BAB II
TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Nama : By. Ny. S
Nama Orang Tua : Tn. N
Tanggal Lahir : 25 Maret 2022
Jenis Kelmain : Perempuan
Tanggal Masuk RS : 25 Maret 2022
Diagnosa Masuk : NKB / BBLR / SMK
ASSESMENT KEPERAWATAN
A. Assessment
1. Tiba di ruangan : 25 maret 2022 jam 04.00. Assement di mulai tanggal 25 maret 2022 jam
04.00.
Di peroleh dari : Tn. N, hubungan dengan pasien ayah kandung
Cara masuk : menggunakan incubator transport
Asal pasien : kamar operasi
Diaganosa medis saat masuk : NKB / BBLR / SMK
Keluhan Utama : berat badan bayi kurang
Riwayat obsterik : G3 P2 A0, usia gestasi : 31 minggu
Pernah di rawat : Tidak
Status gizi Ibu : Baik
Obat-obatan yang di konsumsi selama kehamilan : Vitamin hamil
Kebiasaan ibu : merokok (-), minum jamu (-), minum beralkohol (-)
Riwayat persalinan : SC
Ketuban : jernih
Volume : normal
Antopometri BBL :
BB : 2202 gram
PB : 45 Cm
LK : 30 Cm
LD : 27 Cm
LP : 25 Cm
Riwayat penyakit ibu : tidak ada
Riwayat alergi obat / makanan : tidak ada
Riwayat tranfusi darah : tidak ada
Riwayat imunisasi : Ada (TT)
B. Status Sosial, Ekonomi, Spiritual suku / budaya, nilai kepercayaan
Pekerjaan penanggung jawab / OT pasien : Swasta
Pendidikan suami / penganggung jawab / OT : SLTA
Cara pembayaran : BPJS Kesehatan
Tinggal Bersama : Keluarga
Spiritual / Agama : Protestan
OT / keluarga pasien menggunakan kkeprihatinan yang berhubungan dengan rawat inap : Tidak
Suku / Budaya : Jawa
Nilai – nilai kepercayaan pasien / keluarga : Tidak ada
Kebutuhan privasi pasien : Tidak ada
C. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : CM
Tanda -tanda vital :
Suhu badan : 36,4
Nadi : 136 x / menit
RR : 60 x / menit
SPO2 : 98 %
BB : 2202 Gram
PB : 45 cm
LK : 30 cm
LD :27 cm
LP : 25 cm
Golongan Darah bayi : belum di cek
Golongan datah Ibu : AB / +
Golongan darah Ayah : AB / +
Pengkajian persistem
SISTEM SUSUNAN SYARAF PUSAT Gerak Bayi : Aktif
UUB : Datar
Kejang : Tidal ada
Refleksi : Moro
Tangis Bayi : Kuat
SISTEM PENGLIHATAN Posisi mata : simetris
Besar pupil : Isokor
Kelopak mata : tidak ada kelainan
Konjungtiva : Anemis
Sklera : Tidal ada Kelainan
SISTEM PENDENGARAN Tidak ada kelainan
SISTEM PENCIUMAN Tidak ada kelainan
SISTEM KARDIOVASKULER Warna kulit : kemerahan
Denyut nadi : teratur, 136 x / menit
Sirkulasi : akral hangat, CRT < 2 detik
Pulsasi : Kuat
SISTEM PERNAPASAN Pola napas : Normal 60 x / menit
Jenis pernapasan : Pernapasan perut,
menggunakam alat bantu neopaff 5/25
Irama napas : teratur
Retraksi : minimal
Air antr : udara masuk (+)
Merintih : tidak ada
Suara napas : vesikuler
SISTEM PERNCERNAAN Mulut : tidak ada kelainan
Lidah : tidak ada kelainan
Osefagus : tidak ada kelinan
Abdomen : tidak ada kelainan
Anus : Normal
Meco pertama tanggal 25 / 03 /2022
Jam 04.00
Warna : coklat
SISTEM GENETALIA URINARIA BAK : NORMAL
BAK pertama :
Tanggal 25 / 03/ 2022
Jam : 05.30
SISTEM REPRODUKSI Perempuan : Normal
SISTEM INTEGUMEN Vernic kaseosa : ada
Lanugo : tidak ada
Warna : normal
Turgor : baik
Kulit : normal
Kriteria resiko decubitus : tidak ada
SISTEM MUSKULOSKELETAL Lengan : pergerakan aktif
Tungkai : pergerakan aktif
Rekoil telinga : rekoil cepat
Garis telapak kaki : 2/3 anterior
1. Observasi TTV
2. Hangatkan bayi di incubator
3. Berikan posisi nyaman
4. Libatkan OT dalam perawatan bayi
5. Berikan penkes tentang perawatan bayi
6. Kolaborasi dengan DPJP untuk pemberian terapi
Nilai Nilai MC
MCY 101,70 98,00 – 122,00 !!
MCH 36,40 33,00 – 41,00 Pg
MCHC 35, 80 31,00 – 35,00 g/dl
Diabetes
Glukosa Sewaktu 106 70 – 140 mg/dl
TERAPI YANG DIBERIKAN
IM Vitamin K
IM Hep B
Salep mata ODS
IVFD D10% 176 cc / hari jalan 7 cc / jam
Diet OGT ASI 8 x 4-5 mL (10-20 mL / KgBB / hari) Cek retensi
02 neopaff Peep 7 Cm H20 flow 10 lpm
Catatan Pemantuan :
NO JAM SB HR RR NCH RET SIANOSIS WARN MINU BAK BAB PERIODI PER
A M K APNEA AW
KULIT AT
1 04.00 36,4 136 65 Taa MIN Perifer Pink Belum Belum Sudah Tidak ada Sr. D
2 05.00 36, 4 132 65 Taa MIN Perifer Pink Belum Sudah Belum Tidak ada Sr. D
3 06.00 36, 3 140 66 Taa MIN Perifer Pink Belum Belum Belum Tidak ada Sr. D
4 07.00 36,4 138 65 Taa MIN Perifer Pink Sudah Belum Sudah Tidak ada Sr. F
5 08.00 36,5 144 63 Taa MIN Perifer Pink Sudah Belum Belum Tidak ada Sr. F
6 09.00 36,6 155 62 taa MIN Taa Pink Sudah Belum Belum Tidak ada Sr. F
ANALISA DATA
HR : 136 X / menit
RR : 60 x / menit
SB : 36, 4
SP02 : 98 %
HR : 136 x / menit
RR: 60 x / menit
SB : 36 ,4
SP02 : 98 %
HR : 136 x / menit
RR: 60 x / menit
SB: 36, 4
SP02 : 98 %
DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru tidak adekuat
- Resiko tinggi perubahan suhu tubuh : hipotermia berhubugan dengan adaptasi luar rahim
- Resiko tinggi infeksi tali pusat berhubungan dengan tali pusat masih basah
INTERVENSI KEPERAWATAN
SP02 : 98 %
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
P : Intervensi dilanjutkan
- Obs Ku dan TTV
- Minum ASI / PASI 8 x 4-5 mL
- Rawat tali pusat
P : Intervensi dilanjutkan
- Obs ku dan TTV
- Minum ASI / PASI 8 x 4 – 5 mL,
cek retensi
- Rawat tali pusat
P : Intervensi di lanjutkan
- Obs KU dan TTV
- Minum ASI / PASI 8 x 4-5 mL,
cek retensi
- Rawat tali pusat
P : Intervensi dilanjutkan
- Obs KU dan TTV
- Minum ASI / PASI 8 x 4-5 mL
- Rawat tali pusat
Dewi. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.
Marmi. (2012). Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Proverawati, Ismawati. (2010). BBLR : Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI