Anda di halaman 1dari 15

Kewirausahaan islam

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Islamic Entrepreneurship”

Dosen Pengampu

Dr. Binti Mutafarida, SE.MEI.

Disusun Oleh :

1. Ahmad Muhsi Febrianto (20403064)


2. Sal sabillah (20403057)
3. Ahmad Mustakim (204030)

KELAS B

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah matakuliah
Islamic Entrepreneurship. Kami juga berterima kasih kepada ibu Dr. Binti
Mutafarida, SE.MEI. selaku dosen matakuliah Islamic Entrepreneurship yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami juga berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai kewirausahaan islam. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap
adanya kritik dan saran demi perbaikan dimasa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapa saja yang
membacanya dan dapat berguna bagi penulis maupun pembaca. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Kediri, 05 september 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3

A. Pengertian kewirausahaan islam.........................................................3


B. Perkembangan kewirausahaan islam..................................................4
C. Pentingnya kewirausahaan salam islam..............................................5
D. Hakekat kewirausahaan......................................................................6
E. Bentuk perilaku bisnis dalam kewirausahaan islami..........................7

BAB III PENUTUP.....................................................................................11

A. Kesimpulan.......................................................................................11
B. Penutup.............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun
lambat laun akan menimbulkan masalah di berbagai sektor, terutama pada
sektor ekonomi. Angka penduduk yang besar tentu menyebabkan
keterbatasan serapan pekerjaan, mengingat jumlah lapangan kerja yang
tidak sebanding dengan jumlah penduduk; terutama jumlah para pencari
kerja. Data penduduk yang dihimpun dari BPS menunjukkan bahwa
jumlah penduduk di Indonesia meningkat drastis dari 237.641.326 jiwa
pada tahun 2010 menjadi 252.370.792 jiwa di tahun 2015 (Munawaroh, et.
al, 2016). Hal ini menjadi salah satu perhatian utama pemerintah, yang
dituntut mampu untuk mengayomi seluruh penduduk Indonesia terutama
terkait dengan kesejahteraan, yang dapat diperoleh dengan aktivitas
bekerja. Tanpa lapangan kerja yang memadai, maka salah satu jalur yang
dapat ditempuh adalah dengan menciptakan lapangan kerja yang baru. Hal
ini dapat ditempuh dengan peningkatan jumlah wirausaha (entrepreneur)
dengan satu konsep atau sektor yang dikenal dengan nama kewirausahaan
(entrepreneurship). Kewirausahaan tak pelik menjadi salah satu opsi dalam
menangani masalah tingginya angka penduduk yang terkait dengan
masalah ekonomi, terutama persoalan kesejahteraan dan kemakmuran.
Mengingat pertumbuhan ekonomi yang dicapai negaranegara maju tidak
terlepas dari mutu sumber daya manusia negara tersebut, terutama pada
sektor kewirausahaan (Darojat &Sumiyati, 2013).
Kewirausahaan menjadi topik yang menarik untuk dibahas,
terutama karena eratnya hubungan sektor ini dengan perekonomian
Indonesia secara keseluruhan. Melihat perbandingan kondisi wirausaha di
Indonesia dengan negara lain mampu menjelaskan lambatnya
pertumbuhan ekonomi khususnya di Indonesia. Kewirausahaan diharapkan
mampu untuk mendorong para generasi muda untuk berperan aktif dalam
kegiatan usaha produktif terutama menjadi wirausaha, sehingga jumlah

1
wirausahawan di Indonesia dapat meningkat. Peningkatan ini juga
utamanya diharapkan mampu mendorong ekonomi negara di waktu
mendatang (Munawaroh, et. al, 2016).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kewirausahaan islam?
2. Bagaiman perkembangan kewirausahaan islam?
3. Bagaimana pentingnya kewirausahaan islam?
4. Bagaimana hakekat kewirausahaan islam?
5. Ada berapa bentuk perilaku bisnis dalam kewirausahaan islami?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian kewirausahaan islam.
2. Untuk mengetahui perkembangan kewirausahaan islam.
3. Untuk mengetahui pentingnya kewirausahaan islam.
4. Úntuk mengetahui hakekat kewirausahaan islam.
5. Untuk mengetahui bentuk perilaku bisnis dalam kewirausahaan
islami

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian kewirausahaan islam


Kewirausahaan berasal dari kata dasar Wirausaha1. Wirausaha dari segi
etimologi berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan,
manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung.
Usaha, berarti perbuatan amal, berbuat sesuatu. Sedangkan, Pengertian
Kewirausahaan (Inggris: Entrepreneurship) atau Wirausaha adalah proses
mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan.
Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik
dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah
penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidak
pastian. Jadi, secara umum pengertian kewirausahaan adalah kegiatan
penciptaan bidang usaha yg baru. Istilah wirausaha sering dipadankan
dengan istilah wirasawasta. Secara etimologis, wiraswasta terdiri dari tiga
kata: wira, swa, dan sta yang masingmasing berarti berani, sendiri, dan
berdiri. Adapun secara istilah, wiraswasta berarti keberanian, keutamaan,
serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan
permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri2.

Beberapa pengertian Kewirausahaan Menurut para Ahli yang diambil


dari webs adalah adalah sebagai berikut: 3

• Soeparman Spemahamidjaja Suatu kemampuan (ability) dalam berfikir


kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga
penggerak tujuan, siasat kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.
• S.Wijandi Suatu sifat keberanian, keutamaan dalam keteladanan dalam
mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri.

1
Di ambil dari kamus besar bahasa Indonesia
2
Wasty soemanto, Sekuncup Ide Operasional Pendidikan Wiraswasta, Jakarta : Bumi Aksara,
1984, 43.
3
http://lifeskill.staff.ub.ac.id/2013/10/01/pengertian-dan-definisi-wirausaha-menurutpara-ahli-
2/ di akses pada tanggal 05 September 2022 jam 14:34 wib.

3
• Richard Cantillon Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri
(self-employment).

• Drucker Suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan


berbeda (ability to create the new and different).

• Zimmerer Suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam


memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan.

B. Perkembangan Kewirausahaan

Kewirausahaan sering dibagi dalam beberapa periode untuk mengetahui


tahapan dan sejarah kewirausahaan. Untuk tahap pertama disebut dengan
periode awal. Periode awal ini di mulai Marco Polo yang mencoba
pengembangkan route perdagangan internasional. Dalam route perjalanan
Marco Polo ini kerjasama antara pedagang dan pengembara untuk
memperluas pasar. Yang menjadi unik dalam hal ini adalah bagaimana
kreatifitas dan inovasi untuk memperluas pasar dan juga terbentuk sistem
bagi hasil.

Periode abad ke-17 yang dimulai adanya kerjasama antara John Law
dengan pemerintah Perancis. Kerjasama ini menghasilkan monopoli
perusahaan The Missisipi Company dan mengalami kebangkrutan
perusahaan. Dengan kesalahan itu maka pada tahun 1700-an Richard
Cantillon (1755) mulai mengembangkan teori kewirausahaan. Richard
mengamati bahwa pengusaha adalah seseorang yang harus mampu
mengambil risiko. Richard Cantillon ini sering disebut sebagai penemu
istilah kewirausahaan (entrepreneurship). 4

Abad ke-18 ini merupakan abad banyaknya penemuan hasil penelitian.


Sehingga pada periode ini dimulainya kewirausahaan berbasis modal. Hasil
penelitian harus diimplementasikan dalam sebuah praktik dan dipasarkan

4
Robert D. Hisrich, 7.

4
seperti penemuan dari Alfa Thomas Edison penemu bolam dan Eli Whitney
penemu mesin pemintal benang.

Abad ke-18 dan ke-19 sudah mulai ada inovasi dan kemutakhiran. Dalam
abad ini dua hal tersebut merupakan bagian yang integral dan tak terpisahkan
dengan kewirausahaan. Pada masa abad ini muncul nama nama Andrew
Carnegie yang tidak menemukan hal baru tetapi mengadaptasi dan
mengembangakan teknologi baru dalam industri baja. 6 Sehingga Carnegie
bangkit menjadi orang kaya baru yang disegani. Masih ada nama lain dalam
abad ini yaitu Edward Harriman yang mampu mengorganisasikan jalan
kereta Ontorio dan John Pierpont yang mengembangkan bank besar dalam
pengembangan industri.

Istilah kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16, sedangkan di Indonesia


baru dikenal pada akhir abad 20. Di Belanda kewirausahaan sering dikenal
dengan ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmer. Pendidikan
kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa negara seperti
Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan sejak 1970-an banyak universitas yang
mengajarkan kewirausahaan atau manajemen usaha kecil. Pada tahun 1980-
an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan
kewirausahaan.

C. Pentingnya Kewirausahaan Islam


Gagasan bahwa kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi sangat
berkaitan erat secara signifikan, tidak diragukan lagi telah berhasil sejak
awal penelitian yang dilakukan oleh Schumpeter (Aghion and
Howitt’s,1998).
Kewirausahaan dan perdagangan dalam pandangan Islam merupakan
aspek kehidupan yang dikelompokkan ke dalam masalah muamalah.
Masalah yang erat kaitannya dengan hubungan yang bersifat horisontal,
yaitu hubungan antar manusia yang akan dipertanggungjawabkan kelak di
akhirat.
Manusia diperintahkan untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke
arah yang lebih baik serta diperintahkan untu berusaha mencari rizki. Dalam

5
mencari rizki maka harus mencari pintu yang terbuka lebar dan jumlah yang
banyak yang bagikan oleh Allah Swt. Pintu rizki yang banyak dan terbuka
lebar adalah melalui kewirausahaan.
Semangat kewirausahaan terdapat dalam QS. Hud ayat 61, QS. AlMulk
ayat 15, dan QS. Al-Jumuh ayat 10. Sehingga jelas bahwa dalam Alquran
tidak membedakan antara wirausaha dengan agama. Hal sebaliknya terjadi
Alquran sangat mendukung adanya peningkatan kualitas dalam
kewirausahaan.
D. HAKEKAT KEWIRAUSAHAAN
Dari beberapa konsep yang ada ada 6 hakekat penting kewirausahaan
sebagai berikut ( Suryana , 2003 : 13 ) , yaitu : Kewirausahaan adalah suatu
nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya,
tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Acmad
Sanusi, 1994). Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different)
(Drucker, 1959). Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas
dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk
memperbaiki kehidupan (Zimmerer. 996). Kewirausahaan adalah suatu nilai
yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (Start - up phase) dan
perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997).
Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru
(creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi
nilai lebih.
Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melaui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan
cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru,
menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang
lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan
cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen .
Ciri-ciri seorang wirausahaan adalah : Memiliki sifat keyakinan,
kemandirian, individualitas, optimisme. Selalu berusaha untuk berprestasi,

6
berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad
yang kuat, suka bekerja keras, energik dan memiliki inisiatif. Memiliki
kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan. Bertingkah laku
sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran
dan kritik yang membangun. Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi,
fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas. Memiliki
persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan. Memiliki
keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras. Pendapat lain M.
Scarborough dan Thomas W. Zimmerer ( 1993 ; 6-7 ) mengemungkakan
delapan karakteristik yang meliputi : Memiliki rasa tanggung jawab atas
usaha- usaha yang dilakukannya, Lebih memilih risiko yang moderat.
Percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil Selalu menghendaki umpan
balik yang segera Berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan
jauh ke depan Memiliki semangat kerja dan kerja keras untuk mewujudkan
keinginannya demi masa depan yang lebih baik. Memiliki ketrampilan dalam
mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah Selalu
menilai prestasi dengan uang.
E. Bentuk Perilaku Bisnis dalam Kewirausahaan Islami Terdapat
2 jenis perilaku yang terbagi menurut dimensinya di dalam agama Islam,
yakni dimensi vertikal (hablumminallah) dan dimensi horizontal
(hablumminannas). Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, dimensi
vertikal adalah segala bentuk perilaku yang berhubungan antara manusia
dengan Tuhan, yakni Allah SWT. Sementara pada dimensi horizontal,
perilaku yang terlaksana adalah bentuk-bentuk perbuatan kepada sesama
manusia. Perbedaan ini merupakan perbedaan mendasar dalam memahami
perilaku manusia, terutama di bidang kewirausahaan. Dalam kewirausahaan,
perilaku hablumminallah dapat diimplementasikan melalui beberapa cara
atau bentuk. Perilaku ini terkait dengan tujuan kegiatan kewirausahaan yang
semata-mata karena Allah SWT, serta keyakinan bahwa kegiatan ini dalah
salah satu wujud ibadah. Selain itu, kegiatan kewirausahaan juga perlu
dilandasi taqwa, tawakkal, zikir, serta syukur kepada Allah SWT. Di sisi
lain, perilaku hablumminannas dapat diimplementasikan dengan jalinan

7
hubungan antara pemilik dengan karyawan, dengan pelanggan, maupun
kepada sesama pelaku usaha. Pembangunan jaringan sosial dengan
masyarakat juga termasuk dalam perilaku ini.5
Lebih jauh, Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada umat muslimin
beberapa perilaku yang dapat diimplementasikan ke dalam kegiatan usaha.
Bentuk-bentuk perilaku kewirausahaan Islami yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW antara lain6:
1. Keyakinan bahwa kerja adalah ibadah. Keyakinan ini akan
menimbulkan semangat dari dalam diri seseorang untuk selalu
mengerjakan perbuatan-perbuatan baik, termasuk berwirausaha.
Allah SWT telah menganjurkan manusia untuk selalu bekerja dan
bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada-Nya. Rasulullah
SAW juga telah mempraktikkan keyakinan ini dalam kehidupan
beliau, baik dalam rangka dakwah maupun dalam rangka
berwirausaha.
2. Memiliki kreativitas. Kreativitas sendiri merupakan bentuk
kemampuan untuk memperbaiki ataupun menciptakan hal yang
baru dari sebelumnya. Seseorang dengan kreativitas yang tinggi
dapat disebut sebagai seseorang yang kreatif. Islam menunjukkan
perhatian besar kepada orang-orang yang kreatif, dimana Allah
SWT telah mempersilahkan manusia untuk memanfaatkan apa-apa
yang ada di Bumi tanpa merusaknya. Kreativitas ini juga
mendatangkan manfaat bagi seseorang, ketika mampu
diimplementasikan dalam usaha yang menghasilkan laba.
3. Memiliki wawasan luas dan berorientasi ke depan. Dalam
kewirausahaan, wawasan memegang peranan penting di berbagai
aspek. Mengetahui hal-hal yang terkait dengan kegiatan usaha
merupakan hal yang wajib dilakukan. Meskipun, kadar
pemahaman setiap orang akan berbeda dalam menanggapi adanya
wawasan tersebut. Rasulullah SAW telah mengajarkan bahwa
5
Bahri, B. (2018). Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan Bertransaksi
Syariah dengan Metode Dimensi Vertikal (Hablumminallah) dan Dimensi Horizontal
(Hablumminannas). Maro, 1(2), 67-86.
6
Malahayati. (2010). Rahasia Sukses Bisnis Rasulullah. Jogja Great Publisher. Yogyakarta

8
pengetahuan dalam hal apapun, termasuk berwirausaha, adalah
penting. Urgensi dari pengetahuan ini adalah demi
keberlangsungan usaha tersebut, yang bisa jadi juga merupakan
harapan bagi orang lain terutama untuk keluarga kaum muslimin.
Terkait hal itu pul, Rasulullah SAW juga mengajarkan kepada
umatnya untuk selalu berorientasi jauh ke depan. Kegiatan
kewirausahaan tersebut harus mampu memperhitungkan segala
kemungkinan, serta harus dinamis dan adaptif terhadap semua
perubahan yang ada. Orientasi serta wawasan yang baik dapat
memberikan manfaat kepada keberhasilan usaha tersebut, baik di
jangka pendek maupun jangka panjang

Ketiga bentuk perilaku dalam kegiatan kewirausahaan ini merupakan hal-


hal penting yang harus dipahami dan mampu untuk diimplementasikan. Dengan
keyakinan yang baik, kreativitas yang tinggi, serta wawasan luas dan orientasi ke
depan, bukan tidak mungkin seseorang mampu untuk mendatangkan keberhasilan
dalam usahanya. Keberhasilan usaha ini tentu juga dapat berkaitan dengan
keberhasilan dalam memberikan nafkah untuk keluarga. Terutama karena kegiatan
usaha ini semata-mata adalah untuk ibadah, dan salah satu bentuk ibadah adalah
memberikan nafkah bagi keluarga tercinta. Dalam hal ini, Rasulullah SAW
bersabda pada salah satu hadits yang berbunyi: “Ambilah harta yang mencukupi
dirimu dan anakmu dengan cara yang ma’ruf (baik)” (HR. Al Bukhari no.5324
dan HR. Muslim no.1714) Rasulullah SAW memberikan contoh bahwa kegiatan
usaha merupakan salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk memberikan
kebaikan dan manfaat bagi orang lain, terutama keluarga. Agama Islam juga
memberikan anjuran untuk melakukan kegiatan kewirausahaan, baik untuk
muslim ataupun muslimah, sebagai bentuk ibadah dan upaya untuk
melangsungkan kehidupan. Namun, Allah SWT telah menekankan bahwa
kegiatan kewirausahaan ini memiliki tata aturan yang jelas, dimana salah satunya
adalah harus menghindari perbuatan riba.

Selain itu, dalam kegiatan kewirausahaan Islami juga perlu


memperhatikan nilai-nilai maupun norma moral yang berlaku. Isu moralitas

9
merupakan salah satu dimensi yang memerlukan perhatian tersendiri dalam
melaksanakan kegiatan usaha dan transaksi bisnis. Hal ini penting karena dengan
perhatian tersebut akan muncul rasa persaudaraan di dalam kegiatan
kewirausahaan. Nilai dan norma yang dikelola dengan baik akan memicu perilaku
jujur dan adil, serta meminimalisir kesalahpahaman yang dapat terjadi dengan
pihak lain. Seluruh bentuk perilaku yang berhubungan dengan kegiatan
kewirausahaan telah tercantum dengan baik dalam Al-Qur’an dan al-Hadits.
Berbagai bentuk kekerasan, penyalahgunaan, ketidakjujuran dan kecurangan
dilarang keras dan harus dikecualikan dari norma bisnis muslim7.

7
Mat, A.B.C and N.B. Mansor. (2010). The significance of psychology and environment
dimensions for Malaysian muslim women entrepreneurships venturing.International Journal of
Human Sciences, 7 (1): 253-269

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berwirausaha adalah merupakan kegiatan sosial yang dapat
membantu sesama makhluk yang saling ketergantungan antara satu sama
lain. Islam sangat menganjurakan manusia untuk berusaha memperoleh
rezki yang telah Allah janjikan dengan jalan usaha. Diantara sekian banyak
cara dalam berwirausaha, perdagangan adalah salah satunya yang juga
merupakan dunia usaha yang pernah ditekuni oleh Rasulullah SAW.
Beliau telah memberikan contoh terhadap ummat bagaimana pedagang itu
semestinya. Bahkan dalam Al-Quran secara tidak langsung telah
dituangkan tuntunan dalam bemuamalah khususnya dalam perdagangan
Semangat berwirausaha telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW
Beliau sejak muda telah berwirausaha dari menggembala kambing hingga
berdagang ke negeri Syam. Semangat dan kerja keras Beliau menjadi
panutan dan motivasi bagi kaum muslimin untuk senantiasa mengais
rezeki dengan jalan berwirausaha.
Disamping berdagang adalah untuk menjawab kebutuhan ekonomi,
bahkan berwirausaha sangat dianjurkan dalam Islam sebagaimana sabda
Rasulullah SAW. "Mata pencarian apakah yang paling baik. Ya
Rasulullah?" Jawab beliau: talah seseorang yang bekerja dengan
tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih." (HR. Al-Bazzar)
B. Saran

Dari penulisan makalah ini dapat membantu pembaca dalam


memahami materi-materi yang telah disampaikan pada uraian diatas,
dengan berbagai keterbatasan sumber dan bahan yang dikumpulkan,
sehingga tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan dalam makalah
ini sebagai bahan pertimbangan, penulis menyarankan agar pembaca dapat
mencari berbagai literatur atau bacaan lain untuk melengkapi yang terkait
belum secara sempurna dalam membahas makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Di ambil dari kamus besar bahasa Indonesia.


Wasty soemanto, Sekuncup Ide Operasional Pendidikan Wiraswasta, Jakarta :
Bumi Aksara, 1984, 43.
http://lifeskill.staff.ub.ac.id/2013/10/01/pengertian-dan-definisi-wirausaha-
menurutpara-ahli-2/ di akses pada tanggal 05 September 2022 jam 14:34
wib.
Robert D. Hisrich, 7.
Bahri, B. (2018). Kewirausahaan Islam: Penerapan Konsep Berwirausaha dan
Bertransaksi Syariah dengan Metode Dimensi Vertikal (Hablumminallah)
dan Dimensi Horizontal (Hablumminannas). Maro, 1(2), 67-86.
Malahayati. (2010). Rahasia Sukses Bisnis Rasulullah. Jogja Great Publisher.
Yogyakarta
Mat, A.B.C and N.B. Mansor. (2010). The significance of psychology and
environment dimensions for Malaysian muslim women entrepreneurships
venturing.International Journal of Human Sciences, 7 (1): 253-269

12

Anda mungkin juga menyukai