Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
di Ruang Terbatas
&8 7$ '((2 3,(567
'LUHNWRUDW31 .
.HP HQWHULDQ.HWWHQDJDNHUMDDQ5,
Latar Belakang
Semakin banyak tempat kerja yang di identifikasi
sebagai ruang terbatas (Confined Spaces)
Semakin berkembangnya jenis pekerjaan yang harus
dilakukan di dalam ruang terbatas
Terdapatnya bahaya dan resiko kematian pada saat
bekerja di dalam ruang terbatas
Banyak kecelakaan fatal karena ketidaktahuan
pengusaha/pekerja akan bahaya ruang terbatas dan
syarat-syarat K3 yang harus dijalankan.
CONFINED
Bahaya
laten
??? SPACE
“THE SILENT
KILLER”
Dasar hukum
UU No. 1 tahun 1970 ,
UU No. 3 tahun 1969
tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 Mengenai Hygiene
Dalam Perniagaan dan Kantor-kantor
Permenaker No. 37 Tahun 2016 tentang K3 Bejana Tekanan dan
Tangki Timbun
SE. Menakertrans .SE.117/Men/ PPK-PKK/III/2005 tentang
Pemeriksaan Menyeluruh Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di Pusat Perbelanjaan, Gedung Bertingkat dan tempat-tempat
publik lainnya
SNI – 0229 1987 E, Keselamatan Kerja di Dalam Ruangan Tertutup
Kep Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep.
113/DJPPK/2006 Tentang Pedoman dan Pembinaan Teknis Petugas
K3 di Ruang Terbatas (Confined Spaces)
1. Undang-undang No. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja
Ruang lingkup
pasal 2,
Ketentuan dalam UU ini berlaku dalam tempat kerja,
dimana :
Ruang Lingkup
1. BOTOL BAJA
2. BEJANA STASIONER
3. BEJANA TRANSPORT
4. PESAWAT PENDINGIN
5. TANGKI PENIMBUN
6. TANGKI APUNG
7. PESAWAT PEMBANGKIT GAS KARBIT
8. BEJANA PROSES
9. INSTALASI JARINGAN PIPA
Tentang
PEMERIKSAAN MENYELURUH
PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA DI PUSAT
PERBELANJAAN, GEDUNG BERTINGKAT
DAN TEMPAT-TEMPAT PUBLIK LAINNYA.
PEMERIKSAAN MENYELURUH TERHADAP ASPEK K3 DI
PUSAT PERBELANJAAN, GEDUNG BERTINGKAT DAN
TEMPAT-TEMPAT PUBLIK LAINNYA, MELIPUTI :
a. Sistem informasi K3 bagi tamu dan pengunjung
b. Sistem tanggap darurat
c. Instalasi listrik
d. Instalasi pemadam kebakaran
e. Instalasi penangkal petir
f. Instalasi pengolah limbah
g. Instalasi ruang tertutup/ confined space
dst.
Menginstruksikan kepada semua pengurus/ pengusaha di
pusat perbelanjaan, gedung bertingkat tinggi dan tempat
publik lainnya untuk :
Ruang Terbatas
Memiliki potensi gas
atmosfir berbahaya? YA TDK
Memiliki substansi YA TDK
cair/padat yang dapat
memerangkap?
YA TDK
Memiliki struktur/konfigurasi
ruang yang dapat
memerangkap? YA TDK I.2
Electric Tools
Sparks
Smoking
GAS MUDAH TERBAKAR
Gas :
• Asetiline/etilen
• Hidrogen
• Metana, etana, propana
• LPG (elpiji)
Uap Cairan Organik :
• Heksana, sikloheksana, heptana
• Eter, karbon disulfida
• Benzena, Toluen, Ksilena
• Metanol, Etanol, propanol
Pingsan Kematian
Sifat : Tidak bewarna & Tidak berbau
Batas keterpaan :
Nilai Ambang Batas : 25 ppm
Amat berbahaya : > 2000 ppm 0,2% :
Pingsan Kematian
Pengamanan :
• Detektor dan Alarm CO
• SCB, Masker Aliran Udara 33
Perhatian !
Perokok :
• Check kadar kolesterol
• Kolesterol tinggi ?
Bahaya Kebakaran :
• LFL –UFL : 12,5 – 74,2 %
34
Hidrogen Sianida (HCN)
36
II.4 Bahan Korosif
Lingkungan yg korosif tidak hanya akan
merusak saluran pernafasan, akan tetapi juga
merusak kulit dan sistem syaraf
Contoh bahan Korosif
Bleach
Ammonia
Acids
Gas Korosif
38
Amonia (NH3)
Sifat :
• Sangat larut dalam air
• Korosif saluran pernafasan dan mata
Bau :
• Spesifik, merangsang
Bahaya :
• Iritan saluran pernafasan bagian atas
Batas Keterpaan :
• NAB : 25 ppm
Berbahaya : > 5000 ppm (0,5 %) fatal, kematian
Usaha keselamatan :
• Masker penyerap NH3, kain, handuk basah
• APD lain : gloves, kacamata
• Deteksi gas NH3
Contoh kecelakaan : kontak NH3 cair dengan mata
39
Gas Klor (Cl2)
Sumber :
• Pabrik soda, elektrolisa NaCl
2 NaCl 2 Na+ + Cl2
• PDAM : klorinasi air minum
• Pabrik Kertas : bleaching
Sifat :
• Warna : kehijauan, sedikit larut dalam air
• BJ : lebih berat d/p udara
• Bau : merangsang
Bahaya :
• Amat iritan : SPA dan bagian dalam
• Paru-paru : pembengkakan, air
Batas Keterpaan :
• NAB : 0,55 ppm
• IDLH (Immediately Dangerous to Life or Health) : 30 ppm
40
Amat Berbahaya :
• > 1000 ppm ( 0,1 %) kematian
• Cedera paru-paru : cacat, sukar sembuh
• Cairan : luka bakar kulit & mata
Pengamatan :
• Deteksi, detektor di bawah (BJ > udara)
• APD : masker penyerap Cl2, SCBA, kacamata, gloves
• Hindari bau menyengat
Kebocoran Cl2
• Serap dalam larutan NaOH/Na2SO3
41
Pengamatan :
• Hindari penghirupan : gas dapat dilihat, almari asam
• APD : masker penyerap NO2, SCB, Kacamata; gloves
• Deteksi bagian bawah, BJ > udara
Contoh Kecelakaan
• Tumpahan HNO3
• Pembersihan dengan air tanpa APD
• Kerusakan paru-paru : cacat seumur hidup
42
Ozon (O3)
Sifat :
• Tidak berwarna atau sedikit kebiruan
• Bau spesifik, oksidator
• Disinfektan (pembunuh bakteri)
Bahaya :
• Amat beracun, merusak paru-paru
• Pembengkakan paru-paru kematian
Batas Keterpaan :
• NAB : 0,1 ppm (0,2 mg/m3)
• IDLH : 10 ppm
Keamanan :
• Deteksi, detektor di bawah, BJ > udara
43
• APD : masker dengan aliran udara, SCBA
Jalur Bahan Kimia Masuk Tubuh di Tempat Kerja :
Kasus Keracunan
Pernafasan :
Menghisap + 1 m3 udara setiap jam kerja 8 m3
udara/hari (8 jam)
44
Physical
Hazards
II. 4 Bahaya Terperangkap
Chemical Exposure
Blades
Shafts
Limit switches
inside
Temperature Hazards
Preventing communication
Kekurangan Oksigen
Keracunan gas/bahan beracun
Kontak bahan korosif
Luka terbuka
Luka terbakar
Tersengat Listrik
Heat stress
Multi Gas Meters
Multi-gas meter untuk
pengujian udara dalam
ruang terbatas
1. Reclassification-Hazards Eliminated
7HNQLVL'HWHNVL* DV
melaksanakan peraturan perundangan K3 ruang
terbatas;
melaksanakan prosedur kerja aman;
melaksanakan pengujian gas atmosfer berbahaya;
melaksanakan metoda pengujian atmosfer berbahaya.
Conclusion
NOMOR PER.08/MEN/VII/2010
TENTANG
2
(1) Pengusaha wajib menyediakan APD bagi
pekerja/buruh di tempat kerja
› bagi tenaga kerja & setiap orang lain yang
memasuki tempat kerja.
› jumlah yang cukup dan sesuai dengan jenis potensi
bahaya
3
pasal 2 (2)
EUROPE
AMERICAN 4
STANDARD
STANDARD
Pasal 3
6
Pasal 4
7
Pasal 4
8
Pasal 4
9
Pasal 4
Pasal 5
Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan
secara tertulis dan memasang rambu-rambu
mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat
kerja.
› Jelas dan mudah terbaca
11
(1) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki
tempat kerja wajib memakai atau
menggunakan APD sesuai dengan potensi
bahaya dan risiko.
› Hrs tersedia dokumen penilaian risiko
15
Pasal 10
Pengawasan terhadap ditaatinya Peraturan
Menteri ini dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan.
Pasal 11
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan
Menteri ini diundangkan dengan penempatan
dalam Berita Negara Republik Indonesia. 16
Kesimpulan
17
TERIMA KASIH
18
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA DALAM
PEKERJAAN PADA KETINGGIAN
(PERMENAKER NO.
09/MEN/III/2016)
KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN
REPUBLIK INDONESIA
I. LATAR BELAKANG
II. SISTEMATIKA
III. PENGERTIAN
IV. RUANG LINGKUP
V. POKOK PENGATURAN
I. LATAR BELAKANG
10 BAB
45 PASAL
LAMPIRAN
III. PENGERTIAN
YA TIDAK
TIDAK WAJIB
IV. RUANG LINGKUP
Perencanaan;
Prosedur kerja;
Teknik bekerja aman;
APD, Perangkat Pelindung Jatuh,
dan Angkur; dan
Tenaga Kerja.
I. PERENCANAAN
1. Perencanaan Pekerjaan dan Pengawasan (Ps. 4)
2. Penilaian Risiko dan Hirarki Pengendalian
(Pasal 5)
II. PROSEDUR KERJA
Dasar pemakaian tali sebagai lintasan kerja (naik/turun) pada sebuah bangunan (man made)dengan
kaidah adanya 2 (dua) lintasan tali sebagai tali kerja (working line ) dan tali pengaman (safety
line).Inti pergerakan akses tali adalah turun meniti melalui tali untuk mencapai posisi lokasi
pekerjaan pada ketinggian.
Peralatan keselamatan penahan jatuh perorangan dapat kita bagi dalam 3 kategori, yaitu:
ANCHORAGES/PENJANGKARAN
Engineered Anchors
Anchor adalah alat atau titik kait yang kuat dan aman
sebagai penahan sistem keselamatan. Contoh: Eye Bolt
adalah alat Anchor dan Balok baja (Beam) adalah tempat
Anchor.
Anchor harus mampu menahan beban yang ditahannya
dan dirancang ditempatkan pada lokasi yang mudah di
jangkau sebagai sistem dalam Personal Fall Protection,
Improvised Anchors
TENAGA KERJA TENAGA KERJA TENAGA KERJA TENAGA KERJA TENAGA KERJA PADA
BANGUNAN BANGUNAN PADA PADA KETINGGIAN KETINGGIAN DGN
TINGGI DGN TINGGI DGN KETINGGIAN DGN METODA AKSES METODA AKSES TALI
METODA METODA DGN METODA TALI TINGKAT 2 TINGKAT 3
PENCEGAHAN PENCEGAHAN AKSES TALI
JATUH TK 1 JATUH TK 2 TINGKAT 1
(Ps. 36) (Ps. 37)
bekerja pada Lantai bekerja pada Lantai bekerja dan berwenang bekerja pada Lantai Kerja Tetap, Lantai Kerja
Kerja Tetap Kerja Tetap Sementara, bergerak menuju dan meninggalkan Lantai Kerja Tetap atau
dan/atau pada dan/atau Lantai Lantai Kerja Sementara secara horizontal atau vertikal pada struktur
Lantai Kerja Kerja Sementara bangunan, bekerja pada posisi atau tempat kerja miring, akses tali dan/atau
Sementara menaikkan dan menurunkan barang dengan sistim katrol atau dengan
bantuan tenaga mesin
bergerak menuju serta bekerja atau •membuat Angkur •membuat Angkur •menyusun perencanaan
dan meninggalkan bergerak menuju di bawah secara mandiri; sistim keselamatan Bekerja
Lantai Kerja Tetap dan meninggalkan pengawasan •mengawasi Tenaga Pada Ketinggian;
atau Lantai Kerja lantai kerja tetap Tenaga Kerja pada Kerja pada ketinggian •melakukan pemeriksaan
Sementara dengan atau sementara ketinggian tingkat tingkat 1 (satu) dalam Angkur untuk keperluan
menggunakan secara horizontal 2 (dua) dan/atau pembuatan Angkur; internal;
tangga atau vertikal pada Tenaga Kerja pada •mengawasi Tenaga •mengawasi Tenaga Kerja
struktur bangunan ketinggian tingkat 3 Kerja pada ketinggian pada ketinggian tingkat 2
atau dengan posisi (tiga); dan tingkat 1 (satu); dan (dua) dan/atau Tenaga Kerja
atau tempat kerja •melakukan upaya •melakukan upaya pada ketinggian tingkat 1
miring. pertolongan diri pertolongan dalam (satu); dan
sendiri keadaan darurat pada •melakukan upaya
ketinggian untuk tim pertolongan dalam keadaan
kerja. darurat pada ketinggian.
V. POKOK PENGATURAN
PENGAWASAN
PS. 39
pengawasan terhadap ditaatinya peraturan menteri ini
dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
PS. 40
pengawas ketenagakerjaan dapat menghentikan
sementara kegiatan sampai dipenuhinya syarat-syarat
k3 oleh pengusaha dan/atau pengurus.
V. POKOK PENGATURAN
SANKSI
PS. 41
PENGUSAHA DAN/ATAU PENGURUS
YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN DALAM
PERATURAN MENTERI INI DIKENAKAN
SANKSI SESUAI DENGAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG
KESELAMATAN KERJA DAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG
KETENAGAKERJAAN.
Direktur Jenderal menerbitkan
Sertifikat Pembinaan K3 dan Lisensi
K3 yang berlaku selama 5 (lima)
tahun.
sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki kekurangan fungsi tubuh yang dapat
menyebabkan bahaya saat bekerja di ketinggian; dan
lulus evaluasi pembinaan K3 Bekerja Pada Ketinggian tingkat 1 (satu).
sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki kekurangan fungsi tubuh yang dapat
menyebabkan bahaya saat bekerja di ketinggian;
memiliki sertifikat pelatihan K3 Bekerja Pada Ketinggian tingkat 1 (satu) dan lisensi
kerja yang masih berlaku;
telah mempunyai pengalaman 500 jam kerja pada ketinggian tingkat 1 (satu) yang
dibuktikan dalam buku kerja; dan
lulus evaluasi pembinaan K3 Bekerja Pada Ketinggian tingkat 2 (dua).
LAMPIRAN – PEDOMAN PEMBINAAN
1. KELOMPOK INTI 1 3. Alat pencegah dan penahan jatuh kolektif serta alat pembatas 4
4. gerak 1
2. Karakteristik Lantai Kerja Tetap dan Lantai Kerja 1
5. Prinsip penerapan faktor jatuh 1
3. Sementara 1 6. Prosedur kerja aman pada ketinggian 2
III. Alat pencegah dan penahan jatuh kolektif serta 1 7. Teori dan praktek bergerak horizontal atau vertikal menggunakan 2
III. struktur bangunan 3
1. alat pembatas gerak
1. Teori dan praktek teknik bekerja aman pada struktur bangunan
IV. Prinsip Penerapan Faktor Jatuh IV. dan bekerja dengan posisi miring dan struktur miring
1. KELOMPOK PENUNJANG 1. Teori dan praktek teknik menaikkan dan menurunkan barang
2. dengan sistem katrol
2. Teori dan praktek penggunaan tangga
KELOMPOK PENUNJANG
EVALUASI Teori dan praktek upaya penyelamatan dalam keadaan darurat
Teori EVALUASI
Teori
Praktek
Praktek
Jumlah 10 Jumlah 20
Tenaga Kerja Pada Ketinggian Tingkat 1 (satu)
Jumlah
No. Materi Pembinaan
(JP)
I. KELOMPOK DASAR 2
1. Perundang-undangan K3 dalam pekerjaan pada ketinggian 1
II. KELOMPOK INTI 1
1. Identifikasi bahaya dalam kegiatan akses tali 1
2. Pengetahuan kondisi ketidaktahanan tergantung (suspension 1
3. intolerance) dan penanganannya 2
4. Penerapan prinsip-prinsip faktor jatuh (fall factor) dalam akses tali. 10
5. Pemilihan, pemeriksaan, dan pemakaian peralatan akses tali yang 3
6. sesuai 2
7. Simpul dan Angkur dasar 2
III. Teknik manuver pergerakan pada tali 5
1. Teknik pemanjatan pada struktur
IV. KELOMPOK PENUNJANG
1. Teknik penyelamatan diri sendiri dan korban menuju arah turun
2. dengan alat turun
EVALUASI
Evaluasi teori
Evaluasi praktek
Jumlah 30
Tenaga Kerja Pada Ketinggian Tingkat 2 (dua)
Jumlah
No. Materi Pembinaan
(JP)
I. KELOMPOK DASAR 3
1. Dasar-dasar K3 dan peraturan perundangan 12
II. yang terkait dengan bekerja di ketinggian. 10
1. KELOMPOK INTI 2
2. Teknik penyelamatan korban pada tali 1
3. Sistem jalur penambat (anchor line) tingkat 2
III. lanjutan 5
1 Teknik pemanjatan pada struktur tingkat
IV. lanjutan
1. KELOMPOK PENUNJANG
2. Penentuan “zona khusus terbatas” (exclusion
zone) dan perlindungan untuk pihak ketiga
EVALUASI
Evaluasi teori
Evaluasi praktek
Jumlah 35
Tenaga Kerja Pada Ketinggian Tingkat 3 (tiga)
KELOMPOK DASAR
I.
Kebijakan K3 dan peraturan perundangan yang terkait 3
1.
dengan bekerja di ketinggian 1
2.
Pengenalan SMK3
Jumlah 35
PEDOMAN DAN PEMBINAAN TEKNIS PETUGAS
K3 RUANG TERBATAS
(CONFINED SPACES)
Kepdirjen Binwasnaker No. Kep. 113/DJPPK/IX/2006
Disampaikan oleh :
Direktorat PNK3 Ditjen Binwasnaker
Kementerian Ketenagakerjaan RI
Bahaya
laten
CONFINED
??? SPACE
“THE SILENT
KILLER”
Dasar Hukum terkait
1. UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja pasal 2, pasal 3 ayat 1, f, g, i, j, k, l, m
pasal 5, pasal 8, pasal 9 dan pasal 14.
2. UU No. 3 tahun 1969 tentang persetujuan
Konvensi ILO No.120 mengenai Hygiene dalam
Perniagaan dan Kantor-kantor pasal 7
3. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964
tentang syarat kesehatan, kebersihan serta
penerangan dalam tempat kerja.
4. Permenakertrans No.3/Men/1985 tentang
keselamatan dan kesehatan kerja Pemakaian
asbes.
Reward Discipline
5. Undang-undang Uap (Stoom Ordonanti, Stbl No. 225 th 1930)
tentang peraturan Uap th 1930
6. Kepmenaker No. 51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika di Tempat Kerja
7. Permenaker No. Per. 02/Men/1982 tentang Klasifikasi Juru
las.
8. Permenaker No. Per. 01/Men/1988 tentang Syarat-syarat dan
kualifikasi Operator Pesawat Uap
9. Permenaker No. Per. 01/Men/1982 tentang Bejana Tekan
10. Kepmenaker No. 187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan
Kimia Berbahaya di Tempat Kerja.
11. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. 2/M/BW/BK/1984 tentang
Pengesahan alat Pelindung Diri
12. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. 01/Men/1997 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja
13. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. 05/M/BW/1997 tentang
Pengawasan Alat Pelindung Diri
14. Surat Edaran Dirjen Binawas No. 06/BW/1997 tentang
Pendaftaran Alat Pelindung Diri
Reward Discipline
15. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
140/Men/PPK-KK/II/2004 tentang Pemenuhan Kewajiban
Syarat-syarat K3 di Industri Kimia dengan Potensi Bahaya
Besar (Major Hazard Installation)
16. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
117//Men/PPK-PKK/III/2005 tentang Pemeriksaan
Menyeluruh Pelaksanaan K3 di Pusat Perbelanjaan, Gedung
Bertingkat dan Tempat-tempat Publik Lainnya
Reward Discipline
I. Identifikasi Ruang Terbatas
Equipment &
Emergency Retrieval
Lockout/Tagout
Ventilators/Blowers
Kecelakaan kerja di CS
Kecelakaan kerja di ITC Cempaka Mas -
Jakarta
Kecelakaan kerja di Galangan Kapal -
Banjarmasin, Kalimantan Selatan
Peledakan PT. Sindopek Perotama –
Sidoardjo, Jatim
Keracunan di Blambangan – Probolinggo,
Jatim
Ketentuan yang diatur dalam
Kep Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep. 113/DJPPK/2006 Tentang
Pedoman dan Pembinaan Teknis Petugas K3 di Ruang Terbatas (Confined Spaces)
Tugas Ahli K3
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
LINGKUNGAN KERJA
(PERMENAKER NO. 5 TAHUN 2018)
I. Latar Belakang
II. Dasar Hukum
III. Pengertian
IV. Ruang Lingkup dan Tujuan
V. Pengukuran dan Pengendalian Lingkungan Kerja
VI. Penerapan Higiene dan Sanitasi
VII. Personil K3
VIII. Pemeriksaan dan Pengujian
IX. Peninjauan Berkala
X. Pengawasan
XI. Sanksi
XII. Ketentuan Peralihan
XIII. Ketentuan Penutup
I. Latar belakang
◻ Internal
❑ Amanat Pasal 5 dan Pasal 6 Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional
Nomor 120 yang telah di ratifikasi melalui UU No 3 tahun 1969 tentang
Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional No 120 Mengenai
Higiene Dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor;
❑ Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 3 ayat (1) huruf huruf i, j, k, l dan m Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
❑ Pengaturan dalam PMP No 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan dan Penerangan dalam Tempat Kerja yang sudah berusia lebih dari
54 tahun sudah tidak sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan
dunia kerja saat ini;
❑ Pasal 17 Permenaker No 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika dan Kimia di Tempat Kerja, mengamanatkan perlu nya peninjauan
kembali sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sekali sejak diterbitkan, namun
sampai dengan saat ini belum pernah dilakukan perubahan terhadap
peraturan ini, walaupun banyak perubahan terhadap Nilai Ambang Batas;
❑ Penegakan hukum terhadap PMP No 7 Tahun 1964 sulit dilakukan karena
tidak mengacu pada sanksi hukum baik dalam UU No 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja ataupun UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
◻ Eksternal
◉ kimia;
◉ biologi;
◉ ergonomi; dan
◉ psikologi
◉ fasilitas Kebersihan;
◉ Faktor Biologi,
◉ Faktor Psikologi
◻Kebisingan;
◻Getaran;
◻Pencahayaan. Standar
IKLIM KERJA (Ps.9)
Iklim Kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, NAB Iklim Kerja Indeks Suhu Basah Dan
kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas
radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari Bola (ISBB) Yang Diperkenankan
tubuh Tenaga Kerja sebagai akibat pekerjaannya
meliputi tekanan panas dan dingin.
Tekanan Dingin adalah pengeluaran panas akibat pajanan terus menerus terhadap dingin
yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas sehingga
mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh di bawah 36 derajat Celsius).
Standar Iklim Kerja Dingin (Cold Stress)
Pengendalian terhadap Iklim Kerja:
a.menghilangkan sumber panas atau sumber dingin dari Tempat Kerja;
b.mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber panas atau
sumber dingin;
c.mengisolasi atau membatasi pajanan sumber panas atau sumber dingin;
d.menyediakan sistem ventilasi;
e.menyediakan air minum;
f.mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber panas atau sumber
dingin;
g.penggunaan baju kerja yang sesuai;
•penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
a.melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
KEBISINGAN (Ps.10)
1. Fan Noise
2. Jet Noise
3. Pipe Noise
4. Pump Noise
5. Furnace dan Burner Noise
6. Electrical Equipment Noise
7. Blower
8. Mesin dan Peralatan Kerja
Jenis-Jenis Kebisingan
3. Kebisingan Impulsive
- pukulan tukul, tembakan bedil atau meriam
- Fluktuasi SPL > 10 dB
Efek Pemaparan Kebisingan
◻ Gangguan Komunikasi
◻ Gangguan Kenyamanan
◻ Pergeseran Ambang Dengar Sementara atau
Temporary Thershold Shif (TTS), di tandai
oleh bunyi ringing pada akhir paparan.
◻ Noise Injured Hearing Loss (NIHL), terjadi
pada frekuensi 4000 Hz, lemudian dapat
menyebar pd frekuensi 1500 – 3500 Hz
◻ Gangguan paling serius ketulian
Pengendalian bahaya kebisingam dilakukan dengan melaksanakan program
pencegahan penurunan pendengaran antara lain:
a.menghilangkan sumber Kebisingan dari Tempat Kerja;
b.mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber
Kebisingan;
c.memasang pembatas, peredam suara, penutupan sebagian atau seluruh
alat;
d.mengatur atau membatasi pajanan Kebisingan atau pengaturan waktu
kerja;
e.menggunakan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
f.melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
GETARAN (Ps.11)
Getaran adalah gerakan Nilai Ambang Batas Getaran Untuk Pemaparan Lengan
dan Tangan
yang teratur dari benda atau
media dengan arah bolak-
balik dari kedudukan
keseimbangannya
- Pandangan kabur.
Efek jangka panjang :
- Kerusakan permanen pd tulang
persendian (osteoarthritis), kerusakan
tulang belakang permanen (disc prolaps),
bergesernya sendi yg menyebabkan rasa sakit
pd punggung bawah, dll.
- Efek pd sistim syaraf yg dapat menimbulkan
keluhan sakit kepala, gangguan tidur, lemah,
lelah, lesu.
- Gangguan fungsi reproduksi wanita
b. Vibrasi Setempat / Segmental (Hand Arm
Vibration)
- Umumnya terjadi pada tangan dan
lengan, biasanya merambat pada
tangan dan lengan dari peralatan.
- Frekuensi : 8 Hz – 1 KHz
- Mis : getaran pada pekerjaan yg
menggunakan mesin gergaji, bor atau
martil pneumatik.
HAND-ARM VIBRATION
Efek Pemaparan Getaran Tangan-Lengan
(Hand Arm Vibration)
Hari ke-21
Hari ke-5
ALAT PENGUKURAN RADIASI
MENGION
1. Alat Survey Meter
2. Personal Dosimeter
Pengendalian bahaya radiasi gelombang radio atau gelom bang mikro
dilakukan dengan:
a.menghilangkan sumber Radiasi Gelombang Radio atau Gelombang
Mikro dari Tempat Kerja;
b.mengisolasi atau membatasi pajanan sumber Radiasi Gelombang
Radio atau Gelombang Mikro;
c.merancang Tempat Kerja dengan menggunakan peralatan proteksi
radiasi;
d.membatasi waktu pajanan terhadap sumber Radiasi Gelombang
Radio atau Gelombang Mikro;
e.penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
f.melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
RADIASI ULTRA UNGU (Ps. 13)
Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet) Nilai Ambang Batas Radiasi Ultra Ungu
◻binatang berbisa;
Pemantauan
berbahaya lainnya.
Pengendalian bahaya faktor biologi dengan:
a.menghilangkan sumber bahaya Faktor Biologi dari Tempat Kerja;
b.mengganti bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber bahaya Faktor Biologi;
c.mengisolasi atau membatasi pajanan sumber bahaya Faktor Biologi;
d.menyediakan sistem ventilasi;
e.mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber bahaya Faktor Biologi;
f.menggunakan baju kerja yang sesuai;
g.menggunakan alat pelindung diri yang sesuai;
•memasang rambu-rambu yang sesuai;
a.memberikan vaksinasi apabila memungkinkan;
b.meningkatkan Higiene perorangan;
c.memberikan desinfektan;
d.penyediaan fasilitas Sanitasi berupa air mengalir dan antiseptik; dan/atau
e.pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat risiko.
V. PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA
◻konflik peran;
Meliputi:
1. Bangunan Tempat Kerja
- halaman;
bersih, tertata rapi, rata, dan tidak becek; dan cukup luas untuk lalu lintas
orang dan barang
saluran air pembuangan pada halaman, maka saluran air harus tertutup dan
terbuat dari bahan yang cukup kuat serta air buangan harus mengalir dan
tidak boleh tergenang.
- gedung, meliputi dinding dan langit-langit, atap; dan lantai.
◻gedung dalam kondisi:
◻terpelihara dan bersih;
◻kuat dan kokoh strukturnya; dan
◻cukup luas sehingga memberikan ruang gerak paling sedikit 2 (dua) meter persegi
per orang.
Dinding dan langit-langit harus:
◉ kering atau tidak lembab;
◉ dicat dan/atau mudah dibersihkan;
◉ dilakukan pengecatan ulang paling sedikit 5 (lima) tahun
sekali; dan
◉ dibersihkan paling sedikit 1 (satu) kali setahun.
Lantai harus:
◻terbuat dari bahan yang keras, tahan air, dan tahan dari
bahan kimia yang merusak;
◻datar, tidak licin, dan mudah dibersihkan; dan
tidak boleh kurang dari 2/3 (dua pertiga) jumlah jamban yang
dipersyaratkan
Ratio kebutuhan jamban dengan jumlah Tenaga Kerja area
konstruksi atau Tempat Kerja sementara
◻untuk 1-19 orang = 1 (satu) jamban;
◻untuk 20 -199 orang = 1 (satu) jamban dan 1 (satu) peturasan untuk setiap 40
(empat puluh) orang;
◻untuk 200 orang atau lebih = 1 (satu) jamban dan 1 (satu) peturasan untuk setiap
50 (lima puluh) orang.
Ukuran Toilet
Ruang Toilet paling sedikit berukuran:
panjang 80 cm, lebar 155 cm, tinggi 220 cm lebar pintu 70 cm.
Ruang Toilet untuk penyandang disabilitas harus
memenuhi persyaratan:
Kewajiban Personil K3
◉ mematuhi peraturan perundang-undangan dan standar yang telah
ditetapkan;
◉ melaporkan pada atasan langsung mengenai kondisi pelaksanaan
pengukuran, pengendalian lingkungan kerja, dan penerapan Higiene
Sanitasi;
◉ bertanggungjawab atas hasil pelaksanaan pengukuran, pengendalian
lingkungan kerja, dan penerapan Higiene Sanitasi di Tempat Kerja;
◉ membantu Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan Kerja
dalam melaksanakan pemeriksaaan dan Pengujian K3 Lingkungan Kerja;
dan
◉ melaksanakan kode etik profesi.
VIII. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN (Ps.58-68)
2. Berkala dilakukan secara eksternal paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau
sesuai dengan penilaian risiko atau ketentuan peraturan perundang-
undangan, meliputi sda.
3. Ulang dilakukan apabila hasil Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebelumnya
baik secara internal maupun eksternal terdapat keraguan.
4. Khusus dilakukan setelah kecelakaan kerja atau laporan dugaan tingkat
pajanan di atas NAB
Mekanisme
Pengawasan pelaksanaan
K3 Lingkungan Kerja dilaksanakan oleh
Pengawas Ketenagakerjaan
Spesialis K3 Lingkungan Kerja
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
XI. Sanksi (Ps. 71)
LOGO
Latar belakang
Kegiatan industri yang mengolah, menyimpan,
mengedarkan, mengangkut dan mempergunakan
bahan-bahan kimia berbahaya akan terus meningkat
sejalan dengan perkembangan pembangunan sehingga
berpotensi untuk menimbulkan bahaya besar bagi
industri, tenaga kerja, lingkungan maupun sumberdaya
lainnya.
LOGO
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya
Simbol Bahaya
Identitas
Bahan Kimia
Informasi Lain :
- Risiko & Keselamatan
- APD
- Penyimpanan
- Transportasi
10
Penyediaan Label dan Simbol Bahaya serta rambu lainnya
Nilai Ambang Kuantitas/NAK :
1. Bahan beracun
2. Bahan sangat beracun
3. Cairan mudah terbakar
4. Cairan sangat mudah terbakar
5. Gas mudah terbakar
6. Bahan mudah meledak
7. Bahan oksidator
8. Bahan reaktif
FASILITASI PENETAPAN BKB
- DINAS MENGELUARKAN SK
PENETAPAN
Lampiran II Kepmenaker 187/Men/1999
Pengisian Daftar Nama, Sifat danDiisi sesuai
informasi rating
Kuantitas Bahan Kimia Berbahaya
Diisi sesuai nama bahaya thd
perusahaan Diisi sesuai
yang alamat
tertera Diisi kesehatan
Diisisesuai
sesuai (H),
informasi
informasi
Diisi sesuai
dalam no telp/faks
perusahaan
akte yang tertera
notaris kuantitas kebakaran
maksimal
penggunaan (F)
bahan
bahan
perusahaan yang dapat kimiaDiisi
kimia Diisi
sesuai
dan
yang sesuai
stabilitas
berada
sebagai (S)
dalam
bahan
Diisidalam
sesuai akte notaris
informasi
Diisi sesuai% informasi
Nama Perusahaan : PT Jenggot Abadi
dihubungi informasiinformasi
penyimpanan,
baku, sifat
yang sifat
tertera
pendukung,proses
Alamat Diisi sesuai
: Jl volume
Jend Gatotbatas
informasi
Koco rendah
titik
Kav. LD50
51 dan
dan
Surabaya LC50
Diisi
Jawa yang
sesuai
Timur NAB
Diisi sesuai: 45856120
nama mudah meledak
No Diisi
Telp/Fax batasbahan
nyala/flash atas
point dapat
yang terbakar
tertera dalam
oksidator
LDKB
yang
maupun
bag.
tertera
dalam
bahan yang LDKB
jaringan
jadi atau
dalam
sesuaikimia dan nomor CAS tertera yang
dalam tertera
NFPA
perpipaan
penyimpanan rating
ataupun
tertera yang
dalam tertera
LDKB dalam
bag. 9 LDKB 11
dalam LDKB bag.
yang tertera dalam
no urut LDKB Sifat Bahan Kimia dalam
LDKB bag. proses LDKB
3, 10 bag.
Klas
bag. 5 , 9 atau 10 8 Eksplosif
1,2,3… bag 2 atau 3
Batas Mudah Toksisitas Oksidtor 3, 10
NFPA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Dokumen Pengendalian
Potensi Bahaya Besar / Menengah
Penelitian kebenaran
Berita acara
verifikasi
Risalah rapat
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Gambaran Umum Proses Produksi
BAB III : Identifikasi Bahaya, Penilaian dan
Pengendalian Risiko
BAB IV : Kegiatan Tehnis, Rancang
Bangun, Konstruksi, Pemilihan Bahan Kimia,
Pengoperasian dan Pemeliharaan Instalasi
BAB V : Kegiatan Pembinaan Tenaga Kerja
BAB VI : Rencana dan Prosedur Keadaan
Darurat
BAB VII : Prosedur Kerja Aman
BAB VIII : Penutup
Dokumen Pengendalian Potensi
Bahaya
www.thmemgallery.com
SE No. 140 / DPKK/III/2004
PEMENUHAN KEWAJIBAN SYARAT-SYARAT KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA DI INDUSTRI KIMIA DENGAN POTENSI BAHAYA BESAR
(MAJOR HAZARD INSTALLATION)
Nematisida Nematoda
Moluscisida Siput
Fungisida Cendawan
Bakterisida Bakteri
B. Izin Sementara
Izin Sementara pestisida diberikan dengan maksud agar pemohon pendaftaran dapat melengkapi data dan informasi sesuai
dengan persyaratan teknis dan administrasi yang telah ditetapkan.
Pestisida yang telah memperoleh Izin Sementara dapat diproduksi/diedarkan atau digunakan dalam jumlah yang terbatas dan
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pertanian.
Izin Sementara berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 3 (tiga) kali, masing-masing untuk jangka waktu satu
tahun.
C. Izin Tetap
Izin Tetap pestisida diberikan kepada pemohon yang telah memenuhi seluruh persyaratan baik teknis maupun administrasi.
Pestisida yang telah memperoleh Izin Tetap dapat digunakan/diedarkan secara komersial dengan jumlah yang tidak terbatas
dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pertanian.
Izin Tetap berlaku salama 5 (lima) tahun.
Pestisida yang telah memperoleh Izin Sementara maupun Izin Tetap namun apabila diketahui menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup, maka Menteri Pertanian dapat mencabut status izin pestisida tersebut.
SESUAI, sampel DISEGEL oleh Dirjen TIDAK SESUAI, diminta uji ulang dengan
pemberitahuan tertulis oleh Dirjen
melalui Kepala Pusat dengan form
Pengujian
model III
LEMBAGA PENGUJIAN EFIKASI DAN Hasil Uji EVALUASI oleh Tim Teknis, selanjutnya dibahas oleh
TOKSISITAS KOMPES
sangat beracun
Ib
Berbahaya sekali
Beracun Merah tua
beracun
II
Berbahaya
Berbahaya Kuning tua
berbahaya
III
Cukup berbahaya
Perhatian Biru muda
Perhatian
IV
Tidak berbahaya Hijau
pada penggunaan
normal
Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan di Tempat
Kerja yang mengelola Pestisida
( Permenakertrans No. Per.03/Men/1986 )
Tenaga Kerja ( Pasal 2)
– Second level
• Third level
– Fourth level
» Fifth 4level 5.1
4
B. Fibrous amphiboles
2. amosite (brown asbestos): (Fe,Mg)(Si8O22)(OH)2
3. tremolite : Ca2Mg5(Si8O22)(OH)2
4. crocidolite (blue asbestos): Na2Fe(2+)3Fe(3+)2(Si8O22)(OH)2
5. actinolite: Ca(Mg,Fe)8(Si8O22)(OH)2
6. anthophyllite (Mg,Fe)(Si8O22)(OH)2
• Ventilasi
Air extraction unit
Drying Process
Waste Handling
SCHREIDER Dry Waste Wet Waste
DRYING
Recycling Recycling
Drying &
Quality Qontrol
DELIVERY STORAGE
• Transportation : Forklift
RAW MATERIAL STORAGE
• Safety Balance ;
- Air Pressure : BLOWER
- Debris : DUST COLLECTOR
SILO Machine 1
• Buffer Stock : MAX. 5 days product/machine
MATERIAL PREPARATION
CHRYSOTILE INPUT – BAG OPENER