PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh
dengan membuat suatu campuran yang mempunyai proporsi tertentu dari
semen, pasir dan kerikil atau agregat lainnya, dan air untuk membuat campuran
tersebut menjadi keras dalam cetakan sesuai dengan bentuk dan dimensi yang
diinginkan. Semen dan air berinteraksi secara kimiawi untuk mengikat partikel
partikel agregat tersebut menjadi suatu masa yang padat. Beton dalam berbagai
variasi sifat kekuatan dapat diperoleh dengan pengaturan yang sesuai dari
perbandingan jumlah material pembentuknya.
Beton adalah bagian yang kita jumpai pada proses pembangunan seperti
jalan, jembatan, gedung. Kuat tekan beton adalah kemampuan beton keras untuk
menahan gaya tekan dalam setiap satuan luas permukaan beton.Sehingga
diharapkan agar dapat mengetahui sejauh mana campuran abu bakar pelepah
pisang dengan suhu minimal 300oC.
Tanaman pisang banyak kita temui di Sumatera Selatan. Pisang adalah
tanaman yang banyak digunakan untuk membuat berbagai macam olahan makanan
seperti keripik pisang dan sebagainya, salah satu permasalahan yang besar dari
aktivitas tersebut menghasilkan limbah akibat dari panen buah pisang yaitu batang
pisang yang sudah tidak bisa berbuah lagi yang belum dimanfaatkan secara
maksimal,dan jika tidak diolah dengan baik akan jadi limbah berbentuk sampah
padat yang bisa mencemari suatu kawasan.Sehingga limbah batang pisang yang
selama ini dibuang begitu saja ke lingkungan dan tidak termanfaatkan dengan baik
dapat dimanfaatkan kembali menjadi campuran suatu bahan konstruksi, seperti
sebagai material bahan campuran beton.Sehingga dengan pemanfaatan diharapkan
dapat mengurangi limbah batang pisang. Berdasarkan hal tersebut, akan dilakukan
kajian mengenai pemanfaatan limbah batang pisang dengan melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Penambahan Abu Bakar Pelepah Pisang Dengan
Suhu Minimal 300oC Terhadap Kuat Tekan Beton Dengan Mutu Beton Fc’30”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan penulis, maka
perumusan masalah antara lain :
Dari perumsusan masalah yang diuraikan di atas, maka batasan masalah yang
diambil dalam penelitian ini di batasi hanya pada kuat tekan beton Fc’30 dengan
bahan tambahan abu bakar pohon pisang dengan variasi campuran 0% , 5% , 10%
, 15%,suhu awal pembakaran 300OC di laboratorium dan campuran mutu beton
Fc’30 standar SNI 7394-2008
Sistematika penulisan ini di susun per bab. Pada setiap bab terdiri dari beberapa
bagian yang di uruaikan secara rinci. Hal ini bertujuan agar setiap permasalahan
yang di bahas dapat segera diketahui dengan mudah. Adapun sistematika penulisan
ini dengan rincian sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
BAB IV Pembahasan
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bahan campuran beton seperti agregat,air dan semen harus di pilih
sesuai dengan kebutuhan yang di rencanakan (mix design) karena akan berpengaruh
pada sifat beton dari pengerjaan (workability),kualitas,harga dan mutu beton
sendiri.
a. Beton Bertulang
Adalah beton yang di tulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak
kurang dari nilai minimum yang di syaratkan dengan atau tanpa prategang dan di
rencanakan.
b. Beton Normal
c. Beton Polos
Beton tanpa tulungan atau mempunyai tulangan tetapi kuran dari ketentuan
minimum.
d. Beton Pracetak
Elemen atau komponen beton tanpa atau dengan tulangan yang di cetak terlebih
dahulu sebelum dirakit menjadi bangunan.
e. Beton Prategang
Beton bertulang yang telah diberi tegangan tekan untuk mengurangi tegangan
tarik potensial dalam beton akibat beban kerja.
f. Beton Ringan
beton yang mengandung agregat ringan dan mempunyai berat satuan tidak
lebih dari 1900Kg/m3.
Beton dalam kondisi keras bagaikan batu karang dengan memiliki kekuatan
yang tinggi sedangkan apabila beton dalam ke adaan segar, beton bisa di buat dalam
bermacam bentuk sehingga dapat di gunakan untuk membentuk seni dengan
menyesuaikan cetakannya. Jika pengolahan akhir beton dilakukan dengan
mengekspose agregat atau membuat agregatnya menjadi timbul maka beton yang
di hasilkan baik. Berikut adalah beberapa kelebihan beton dan kekurangan beton
secara umum :
A. Kelebihan Beton
• Beton bisa dicetak sesuai dengan kebutuhan konstruksi apabila beton dalam
keadaan segar, cetakan (bekisting) pada beton dapat di pakai berulang
sehigga lebih ekonomis.
• Beton memiliki kelebihan yakni mampu menahan gaya tekan serta memiliki
sifat tahan terhadap korosi dan pembusukan oleh kondisi lingkungan yang
menjadi penyebabnya.
• Beton bisa mengisi ke dalam retakan beton apabila dalam ke adaan segar
dengan cara disemprotkan ke dalam retakan beton yang sedang perbaikan
• Beton tahan aus dan tahan bakar sehingga biaya pemeliharaan pada beton
relatif rendah.
B. Kekurangan Beton
• Beton keras bisa menyusut dan mengembang apabila terjadi perubahan suhu
yang bisa menyebabkan keretakan, dilakukan expansion join pada beton.
• Beton tidak mampu menahan gaya tarik, oleh karena itu perlu di beri baja
tulangan pada beton.
• Beton kedap air.
• Beton bersifat tidak daktail atau getas sehingga harus dihitung secara teliti
agar setelah digabung dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail,
terkhusus untuk konstruksi tahan gempa.
• Bentuk beton yang sudah mengeras akan sulit diubah.
• Beton bisa mengalami penyusutan apabila kondisi beton kering.
• Bangunan yang menggunakan beton pada konstruksinya akan memiliki
daya pantul suara yang besar.
Kuat tekan beton akan bertambah sesuai dengan umur dari beton itu.
Kecepatan bertambahnya kekuatan beton tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor
antara lain: faktor air, semen dan suhu perawatan. Disini dapat disimpulkan, bahwa
semkin tua umur dari pada beton, maka semakin besar pula kekuatan dari beton
tersebut. Perbandingan kekuatan tekan beton yang berumur 28 hari dapat diambil
menurut table berikut :
Semen berasal dari kata caementum (bahasa latin) yang artinya memotong
menjadi bagian-bagian kecil tidak beraturan. Sedangkan dalam pengertiannya
semen adalah zat yang digunakan untuk merekatkan batu bata, batako maupun
bahan bangunan lainnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia semen adalah
serbuk atau tepung yang terbuat dari kapur dan material lainnya yang dipakai untuk
membuat beton, merekatkan batu bata atau tembok (Riski & Farlin. 2019).
Menurut Hidayat (2009), semen merupakan material untuk kerikil, pasir,
batubata, dan material jenis lainnya. Begitu pentingnya semen tidak ada bangunan
yang terbebas dari penggunaan semen. Bahkan semen sudah digunakan sejak
zaman dahulu, terbukti dengan banyaknya bangunan bersejarah yang sampai saat
ini masih dapat kita lihat.Awalnya, semen terbentuk dari penggilingan beberapa
material, seperti batu kapur, tanah liat,pasir silika, pasir besi, sehingga membentuk
klinker. Ditambah sejumlah gypsum dan lainnya, maka terbentuklah semen. Semen
tersebut dapat bekerja sebagai perekat apabila ditambah air.
Semen merupakan senyawa atau zat pengikat hidrolis yang terdiri dari
senyawa C-S-H (kalsium silikat hidrat) yang apabila bereaksi dengan air akan dapat
mengikat bahan-bahan padat lainnya membentuk satu kesatuan yang kompak, padat
dan keras. Fungsisemen adalah untuk mengisi rongga-rongga diantara butiran
agregat agar terjadi suatu massa yang kompak atau padat. (Gardjito dkk2013).
sumber:google
Gambar 2.1 semen
Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adheid dan kohesi yang
memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi suatu masa yang
padat. Berdasarkan sifatnya semen dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Semen non hidrolis, yaitu semen yang tidak dapat mengeras dan tidak stabil
didalam air. Contohnya : gips dan kapur keras.
2. Semen hidrolis, yaitu semen yang dapat mengeras bila dicampur dengan air.
Contohnya : semen portlan.
Fungsi semen adalah untuk melekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu
masa yang kompak dan padat, selain itu juga untuk mengisi rongga-rongga diantara
butiran agregat. Kalau dilihat dari komposisi kimia semen maka ada empat oksida
senyawa utama yang membentuk bahan semen terhadap proses pengikatan dan
pengerasan yang terdiri dari batu kapur (lime stone) CaO, silica(SiO2), alumina
(AI2O3), besi oksida (Fe2O3). Keempat senyawa tersebut bereaksi satu sama lain
didalam klin membentuk klinker. Tolal kandungan keempat oksida ini ± 90% dari
total berat semen, sedangkan sisanya terdiri dari oksida magnesium dan beberapa
unsur lainnya (impurities) seperti alkali, titanium, sulfur dan phosphor.
2.2.2 Agregat
Agregat merupakan komponen beton yang paling berperan dalam
menentukan besarnya. Pada beton biasanya terdapat sekitar 60% sampai 80%
volume agregat. Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh
massa beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen, dan rapat, dimana
agregat yang berukuran kecil berfungsi sebagai pengisi celah yang ada di antara
agregat berukuran besar (Nawy dalam Pane dkk2015).
Menurut Tjokrodimuljo (1996), Agregat adalah butiran mineral alami yang
berfungsi sebagai bahan dalam campuran mortar atau beton. Agregat menempati
sekitar 70% dari volume mortar atau beton. Agregat sangat berpengaruh terhadap
sifat-sifat beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting
dalam pembuatan beton.
Cara membedakan jenis agregat yang paling banyak dilakukan ialah dengan
didasarkan pada ukuran butir-butirnya. Agregat yang mempunyai ukuran butir-
butir besar disebut agregat kasar, sedangkan agregat yang butiran kecil disebut
agregat halus. Secara umum, agregat kasar sering disebut sebagai kerikil, kericak,
batu pecahatau split. Agregat halus disebut pasir, baik berupa pasir alami yang
diperoleh langsung dari sungai atau tanah galian, atau dari hasil pemecah batu.
Dalam praktek agregat umumnya digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Batu, untuk besar butiran lebih dari 40mm
b. Kerikil, untuk butiran antara 5 mm dan 40 mm.
c. Pasir, untuk butiran antara 0,15 mm dan 5 mm
Agregat harus mempunyai bentuk yang baik (bulat atau mendekati kubus),
bersih, keras, kuat dan gradasinya baik. Agregat halus pula mempunyai kestabilan
kimiawi, dan dalam hal-hal tertentu harus tahan cuaca.
Menurut Tjokodimuljo (dalam Ikhsan dkk 2017),agregat adalah butiran
mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton. Agregat
menempati 70% volume mortar atau beton. Dari ukuran butiran agregat dibedakan
menjadi dua yaitu ukuran butir besar atau disebut agregat kasar dan ukuran butir
kecil atau disebut agregat halus.Agregatkasar adalah agregatyang ukuran butiran
lebih besar dari 4,80 mm. Agregat kasar disebut juga sebagai kerikil,kericak,
batupecah, atausplit.
Syarat-syarat agregat halus yang baik digunakan untuk bahan campuran beton
antara lain, sebagai berikut:
1. Kekekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum
10% dan jika dipakai magnesiumsulfatbagianyang hancurmaksimum 15%.
2. Agregathalus tidak bolehreaktif terhadapalkali
3. Agregat halus memiliki modulus butirhalus antara 1,50-3,80
4. Agregathalus tidak mengandung zat organic terlalu banyak, yang dibuktikan
dengan percobaan warna dengan larutan 3% NaOH, yaitu warna cairandiatas
endapan tidak boleh gelap dari warna standar atau pembanding.
5. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%. Adapun syarat-
syarat agregat kasar yang baik untuk bahan campuran beton, antara lain
sebagai berikut:
a. Agregat kasar memiliki kekekalan maksimum 12% bagian yang hancur
jika diuji.
b. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif terhadap
alkali.
c. Agregat kasar tidak mengadung butiran yang Panjang dan pipih lebih dari
20%.
d. Agregat kasar memiliki ukuran butiran maksimum tidak boleh melebihi
jarak terkecil antara bidang-bidang samping cetakan,1/3 tebal pelat beton,
¾ jarak bersih antara tulangan atau berkas tulangan.
e. Agregat kasar tidak boleh mengandung kadar lumpur yang maksimum
1%demgam natrium sulfat dan jika di uji dengan magnesium sulfat bagian
yang hancur maksimum 18%.
Agregat halus adalah agregat yang memiliki ukuran butir lebih kecil 4,80.
Agregat halus disebut juga dengan pasir, pasir bisa diperoleh dari sungai, tanah
galian atau dari hasil pemecahan batu.
Agregat alam atau batu pecah dapat mempunyai berbagai bentuk butiran.
Ditinjau dari bentuk butiran dapat di golongkan dalam bentuk sebagai berikut:
1. Agregat bulat (dari sungai atau pantai), mempunyai rongga udara minimum
33%. Hal ini mempunyai rasio luas permukaan volume kecil, sehingga hanya
memerlukan pasta semen yang sedikit untuk menghasilkan beton yang baik
namun ikatan antara butiran-butirannya kurang kuat sehinggah lekatannya
lemah, dan tidak cocok untuk beton mutu tinggi maupun perkerasan jalan raya.
2. Agregat bulat, Sebagian mempunyi rongga lebih tinggi berkisar antara 35-38%.
Dengan demikian membutukan lebih banyak pasta semen untuk mendapatkan
beton segar yang dapat dikerjakan. Ikatan antara butiran lebih baik, namun
belum cukup untuk dibuat beton mutu tinggi.
3. Angragat bersudut, mempunyai rongga berkisar antara 38-40%ikatan antara
butir-butirnya baik sehingga membentuk daya lekat yang baik (ingat batu
pecah yang dipakai untuk ballast jalat kereta api). Pasta semen yang digunakan
lebih banyak mambuat adukan beton daoat di kerjakan, namun baik untuk
beton mutu tinggi maupun lapis perkerasan jalan.
4. Agregat pipih adalah agregat yangukuran terkecil butirannya kurang dari 3/5
ukuran rata-ratany. Ukuran rata-rata agregat ialah rata-rata ukuran ayakan yang
meloloskan dan yang menahan butiran agregat. Jadi, agregat mempunyai
ukuran rata-rata 15 mmjika lolos pada lubang ayakan 10 mm. agregat akan
dinamakan pipih jika ukuran terkecil butirannya lebih kecil dari 3/5 x 12 mm
= 9 mm.
5. Agregat memanjang adalah agregat yang ukuran terbesarnya ( yang paling
panjang) lebih dari 9/5 dari ukuran rata-rata. jika ukuran terbesar butirnya lebih
dari 27 mm.
2.2.3 Air
Air merupakan bahan yang penting juga dalam pembuatan suatu campuran
beton. Air pada beton berfungsi sebagai pemicu proses kimiawi seme, untuk
membasahi agregat dan mempermudah pekerjaan konstruksi beton. Apabila
senyawa-senyawa berbahaya yang terkandung dalam beton sperti garam, minyak
atau bahamn kimia lainnya dipakai dalam campuran beton maka akan membuat
kualitas beton menurun bahkan mengubah sifat beton yang di hasilkan.
Banyaknya air bada beton harus tepat sesuai dengan ukurannya. Hal ini
dikarenakan apanila komposisi air berlebihan akan berdampak pada banyaknya
gelembung air setelah hidrasi sedangkan apabila sedikit akan berpengaruh pada
kekuatan beton. Jika suatu campuran beton tidak menggunakan air yang memenuhi
syarat maka kekuatan beton pada umur 7 sampai 28 hari tidak boleh kurang dari
90% jika di bandingkan dengan kekuatan beton yang menggunakan air yang
berstandar (PB 1998:9).
Dalam pemakaian air untuk beton, sebaiknya memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/litrer.
b. Tidak mengandung garam yang daoat merusak beton (asam, zat organic, dan
sebagainya) lebih dari 15gram/liter.
c. Tidak mengandung kholida (C1) lebih dari 0,5 gram/liter.
d. Tidak mengadung snyawa sulfat leboh dari 1 gram/liter.
Air yang dapat digunakan dalam proses pencampuran beton adalah sebagai
berikut:
1. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas daribahan-
bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik,atau
bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
2. Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang
didalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung
dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang
membahayakan.
3. Air yangtidak dapat diminumtidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi:
a. Pemilihan proporsicampuran beton harus didasarkanpadacampuran beton
yangmenggunakan air dari sumberyangsama.
b. Hasil pengujianpada umur7 dan28haripada kubusujimortar yang dibuat dari
adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan
sekurang-kurangnya sama dengan 90 dari kekuatan benda uji
yangdibuatdenganair yang dapatdiminum. Perbandingan ujikekuatan
tersebut harus dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air
pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan “Metode uji kuat tekan
untuk mortar semen hidrolis Menggunakan spesimen kubus dengan ukuran
sisi50 mm” ASTM C 109.
2.5 Slump
Parameter slump beton merupakan indikator dari keenceran beton. Secara
tinjauan pelaksanaan angka slump menunjukan kemudahan pengerjaan
(workability). Makin encer beton maka semakin mudah untuk dikerjakan, tapi
kental encernya campuran beton mempunyai batas tertentu, sesuai dengan tipe dari
konstruksi. Apanila slump yanh dihasillkan terlalu kental, maka beton akan getas
mudah hancur, sebaliknya jika terlalu encer beton akan mengalir dan memiliki
kekuatan yang rendah. Umumnya variasi nilai slump adalah 2,5-10cm.
Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai slupm adalah:
a. Jumlah air yang dipakai dalam adukan beton .
b. Jumlah semen dalam campuran adukan.
c. Gradasi agregat.
d. Besar butir maksimum
2.6 Perawatan Beton
Untuk menyelesaikan reaksi hidrasi pada beton,kebutuhan air di dalam
beton cair sebenarya lebih dari cukup (sekitas 12 liter per sak semen). Namun
Sebagian volume air hilang dikarenakan menguap sehingga prosres hidrasi
selanjutnya terganggu. Proses hidrasi pada beton relatif cepat pada hari awal umur
beton, untuk itu perawatan pada umur muda sangat penting. Beton kehilangan air
bisa terjadinya susut pada beton kemudian timbulnya tegangan tarik pada beton
sehingagah menimbulkan retak.diperlukan perawatan pada beton, terutama diumur
7 hari. Hal ini di karenakan beton-beton yang dirawat selama 7 hari akakn lebih
kuat sekitar 50% dari pada yang tidak dirawat.
Perawatan pada beton di perlukan guna mengisi pori-pori kapiler dengan
air, karena terjadi hidrasi didalamnya. Adapun jenis metode peraawatan pada beton
antara lain:
1. Pemberian air secara terus menerus
Perawatan beton dilakukan dengan cara mengenangi beton, membuat kolam
atau empang, menyemprot, memasang springkle,memberi kabut air serta
mremberikan penutup yang basah. Perawatan ini digunakan untuk lantai
pavement, sidewalk, pembuatan genangan dilakukan dengan membuat
bendungan dari pasir/tanah pada tepian lantai yang dicor dengan cara memakai
penyemprot kebun. Apabila penyemprotan dilakukan dengan cara berkala, maka
harus dilakukan terus menerusjangan sampai kondisi betonkering karena beton
akan mengalami kertakan. Pemberian air terus menerus biasanya dilakukan
dengan menutup beton menggunakan karung goni, pasir, Jerami, terpal yang
basah.
2. Cara mencagah hilangnya air dari permukaan
Perawatan ini dilakukan dengan menggunakan lapisan tipis seperti kertas
yang tidak tembus air misalnya kertas aspal atau plastik. Perlindungan dilakukan
agar air tidak menguap keluar. Penggunaan nya dilakukan segera saat beton cukup
keras.
3. Pemberian panas dan kelengasan
Cara ini dilakukan menguapkan air untuk bekisting yang telah dipanaskan.
Apabila temperatur ditingkatkan maka hidrasi akan berlangsung lebih cepat
sehingga menyebabkan kekuatan awal yang tinggi pada beton. Selintas
kelihatannya kontrovesial,mengingat karena didepan telah ditentukan bahayanya
pengecoran dalam keadaan panas.
Karena itu perlu diingat bahwa panas kita berikan dengan uap air sehingga
beton tetap dalam keadaan jenuh air.
Secara teoristis kekuatan dapat dihubungkan dengan kematangan
(maturity) yang tergantung pada faktor waktu dikalikan temperature. Pemakaian
uap air bertujuan untuk memperoleh kekuatan awal yang tinggi agar proses
pembongkaran cepat terutma pada beton pracetak. Supaya acuan bisa di gunakan
lebih efisien. Cara ini juga digunakan pada pabrik pratekan.
Steam curing di lakukan dalam ruang tertutup. Sering menggunakan terpal
supaya panas/kelembapan tidak hilang, dimulai dari 2 jam setelah pengecoran.
Temperature di tanah pada 65oC sampai dicapai kekuatan. Kekutan tidak akan
bertambah apabila temperature dinaikan lagi, pada tekanan atmosfir kecepatan
menaikan dan menurunkan panas tidak boleh drastis (karena perubahan volume),
kurang dari 22OC per jam. Dalam satu hari didapat kekuatan 2-2,5 kali kekuatan
normal (20oC). Namun kekuatan akhir berkurangan sampai 10%, ada siklus pendek
dan Panjang.
( 𝜎𝑏𝑖−𝜎𝑏𝑚)2
S= √𝛴1𝑁 𝑁−1
Keterangan :
S : Deviasi Standar (kg/cm2)
𝜎𝑏𝑖 : Kuat tekan beton (kg/cm2)
𝜎𝑏𝑚 : Kuat tekan beton rata-rata ( kg/cm2 )
N : Jumlah benda uji
2. Rumus kuat tekan beton masing-masing benda uji (2.2)
𝑊
σbi = 𝐴
Keterangan :
σbi : kuat tekan beton masing-masing benda uji (kg/cm2)
W : berat setiap benda uji (kg)
A : luas penampang benda iju (cm2)
3. Rumus kuat tekan beton rata-rata (2.3)
∑ 𝜎𝑏𝑖
σbm = 𝑁
Keterangan :
σbi : kuat tekan beton rata-rata (kg/cm2)
σbi : kuat tekan beton (kg/cm2)
N : jumlah benda uji
4. Rumus kuat tekan beton karakteristik (2.4)
σbk= 𝜎𝑏𝑚 − 𝑘 𝑥 𝑆
Keterangan :
k : konstanta (1,28)
S : standar deviasi
sumber:googel
METODOLOGI PENELITIAN
Pada penelitian ini akan dilakukan dengan mencampur pelepah pisang desa
Jejawi yang telah dibakar menjadi abu bakar pelepah pisang ke dalam campuran
beton dengan variasi 5%, 10%, 15% pada beton normal Fc’30 dengan campuran
standar SNI 7394-2008.