Anda di halaman 1dari 10

Fluida statis

a. Teori fluida statis


9.1 Tekanan hidrostatika
Dalam fluida, konsep tekanan memegang peranan yang penting. Gaya ke
atas yang timbul pada benda yang tercelup disebabkan adanya tekanan dalam
fluida. Demikian pula, fluida akan bergerak atau mengalir karena adanya
perbedaan tekanan pada dua bagian yang berbeda dalam fluida.

Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas. Jika gaya sebesar F
bekerja secara merata dan tegak lurus pada suatu permukaan yang luasnya A,
maka tekanan P pada permukaan itu dirumuskan sebagai :

F
P=
A
Keterangan : P = tekanan (N/m2 atau Pa)

F = gaya pada permukaan (N)

A = luas permukaan (m2)

Untuk kepentingan praktis, satuan tekanan biasanya dinyatakan dalam atmosfer


(atm), cmHg, atau bar.

1 atm = 76 cmHg = 1,013 x 105 Pa = 1,013 bar

Tekanan di dalam zat cair disebabkan oleh adanya gaya gravitasi yang
bekerja pada tiap bagian zat cair, besar tekanan itu bergantung pada kedalaman,
semakin dalam letak suatu bagian zat cair akan semakin besar tekanan pada
bagian itu. Tekanan di dalam fluida dinamis yang diakibatkan oleh adanya gaya
gravitasi itulah yang disebut tekanan hidrostatika.

berat silinder ρ . A . h. g
Ph= = =ρ . g .h
luas alas silinder A
Keterangan : Ph = tekanan hidrostatika (N/m2 atau Pa)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

h = kedalaman pada fluida (m)

ρ = massa jenis (kg/m3)

A = luas penampang (m2)

Hukum pokok hidrostatika berbunyi, “ Semua titik yang terletak pada


suatu bidang datar di dalam zat cair yang sejenis memiliki tekanan yang sama.”
9.2 Hukum pascal
Blaise Pascal, seorang ilmuwan Prancis, menyatakan bahwa ketika
perubahan tekanan diberikan pada suatu fluida pada ruang tertutup, perubahan
tersebut akan diteruskan sama besar ke segala arah. Pernyataan ini kemudian
dikenal sebagai hukum pascal.

Jika suatu fluida diberi tekan sebesar P, maka setiap bagian dari fluida
dan dinding bejana mengalami tekanan sebesar P. Jadi, hukum pascal dapat
dinyatakan sebagai berikut, “ Tekanan yang diadakan dari luar kepada fluida yang
ada di dalam ruangan tertutup akan diteruskan oleh fluida tersebut ke segala arah
dengan sama rata.”

P1 = P2

F1 F 2
=
A1 A2

Contoh alat yang prinsip kerjanya berdasarkan hukum pascal adalah


dongkrak hidrolik, pompa hidrolik, mesin hidrolik pengangkut mobil, alat
pengepres hidrolik, dan rem hidrolik pada motor atau mobil.

9.3 Hukum Archimedes


Fa = ρ .g.V

Keterangan : Fa = Gaya apung (N)

ρ = massa jenis (kg/m3)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

V = volume fluida yang dipindahkan oleh benda (m3)

ρ .g.V = m.g adalah berat fluida yang dipindahkan oleh benda. Persamaan
di atas dapat diartikan sebagai gaya ke atas sama dengan berat fluida yang
dipindahkan.

Suatu benda bisa saja tercelup sepenuhnya atau hanya sebagian saja.
Dalam hal benda tercelup sebagian pun persamaan di atas tetap bisa digunakan,
asalkan V diartikan sebagai volume fluida yang dipindahkan oleh benda bukan
volume benda. Kenyataan ini pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan
Yunani yang bernama Archimedes, sehingga dikenal sebagai hukum Archimedes.

Secara umum, hukum Archimedes dapat dinyatakan sebagi berikut, “


Sebuah benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam fluida akan
mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat fluida yang
dipindahkan.”

Ada tiga keadaan benda yang tercelup ke dalam fluida, yaitu terapung,
tenggelam, dan melayang. Berdasarkan hukum I Newton dan hukum Archimedes,
kita dapat menentukan syarat sebuah benda untuk terapung, tenggelam, atau pun
melayang di dalam suatu fluida.

 Terapung
Pada saat terapung, besarnya gatya apung, F a, sama dengan berat
benda, w = m.g. Hanya sebagian volume benda yang tercelup di dalam
fluida sehingga volume fluida yang dipindahkan lebih kecil dari volume
total benda yang mengapung. Karena V t (volume benda yang tercelup) lebih
kecil daripada Vb (volume benda total), maka syarat benda mengapung
adalah
ρb < ρf

Artinya, massa jenis benda harus lebih kecil daripada massa jenis fluida.

 Melayang
Pada saat melayang, besarnya gaya apung, F a, sama dengan berat
benda, w = m.g. Volume fluida yang dipindahkan (volume benda yang
tercelup) sama dengan vulome total benda yang melayang. Karena Vf
(volume benda yang tercelup) sama dengan Vb (volume benda total), maka
syarat benda melayang adalah
ρb = ρf

Artinya, massa jenis benda harus sama dengan massa jenis fluida.

 Tenggelam
Pada saat tenggelam, besarnya gaya apung, F a, lebih kecil daripada
berat benda, w = m.g. Volume benda yang tercelup di dalam fluida sama
dengan volume total benda yang mengapung, namun benda bertumpu
pada dasar bejana, sehingga ada gaya normal dasar bejana pada benda
sebesar N. Karena Vt (volume benda yang tercelup) sama dengan V b
(volume benda total), maka syarat benda tenggelam adalah

ρb > ρf

Artinya, massa jenis benda harus lebih besar daripada massa jenis fluida.

Aplikasi hukum Archimedes dapat kita jumpai dalam berbagai peralatan


dari yang sedarhana sampai yang canggih, seperti hidrometer, kapal laut, kapal
selam, galangan kapal, balon udara, dan jembatan ponton.
b. Contoh soal fluida Statis

1. Suatu tempat di dasar danau memiliki kedalaman 20 m. Jika massa jenis


air danau 1 gr/cm 3, percepatan gravitasi 10 m/s 2, dan tekanan di atas
permukaan air sebesar 1 atm, maka tentukanlah
a. tekanan hidrostatika di temat tersebut,
b. tekanan total di tempat tersebut.
Jawab :
Besaran yang diketahui
h = 20 m ρ a = 1 gr/cm3 = 1000 kg/m3
2
g = 10 m/s Po = 1 atm = 1,013 x 105 Pa
a. Tekanan Hidrostatika
Ph = ρ a.g.h
= (1000).(10).(20)
= 2 x 105 Pa
b. Tekanan total adalah jumlah tekanan hidrostatika dan tekanan
atmosfer
P = Po + Ph
= 1,013 x 105 + 2 x 105
= 3,013 x 105 Pa

2. Dongkrak hidrolik memiliki penampang masing – masing berdiameter 2


mm dan 100 mm. Berapa gaya minimum yang harus dikerjakan pada
penampang kecil untuk mengangkat mobil yang beratnya 6000 N ?
Jawab :
Besaran yang diketahui
d1 = 2 mm d2 = 100 mm
F2 = 6000 N
Gaya minimum yang harus diberikan pada penampang kecil F 1 dapat
dihitung dengan rumus
F1 / A1 = F2 / A2
Karena A = ¼ π .d2 , maka
F1 / d12 = F2 / d22
F1 = (d1 / d2)2 F2
= (2 / 100)2 (6000)
= 2,4 N

3. Jembatan ponton dibuat dari drum yang terapung di atas permukaan air.
Setiap drum terisi udara sehingga secara keseluruhan bermassa 20 kg dan
volume rata – rata 2 m 3. Tentukan berat beban maksimum yang dapat
ditahan oleh drum tersebut.
Jawab :
Besaran yang diketahui
m = 20 kg V = 2 m3
ρ =m/v
= 20 / 2
= 10 kg/m3
∑ Fy = 0
Fa – w =0
w = Fa = ρ a.g.h
= (1000).(10).(2) = 2 x 104 N
Fluida dinamis

a. Teori fluida dinamis


10.1 Fluida Ideal
Ciri – ciri umum fluida ideal adalah sebagai berikut :

1. Tak termampatkan (tidak kompresibel), artinya bahwa fluida ideal tidak


akan mengalami perubahan volume atau massa jenis ketika mendapatkan
pengaruh tekanan.
2. Tidak kental (non-viskos), artinya fluida ideal tidak akan mengalami
gesekan antara lapisan fluida satu dengan lapisan yang lain maupun
dengan dinding saluran akibat gejala viskositas.
3. Alirannya tidak bergolak (turbulen), artinya fluida ideal memiliki aliran
garis-arus (streamline) sehingga tidak ada elemen fluida yang memiliki
kecepatan sudut tertentu.
4. Alirannya tidak tergantung waktu (tunak), artinya kecepatan fluida ideal
di setiap titik tertentu adalah konstan, namun kecepatan fluida pada dua
titik yang berbeda boleh saja tidak sama. Pada aliran tunak, garis-arus
(lintasan yang dilalui oleh aliran fluida) dalam suatu penampang aliran
tampak berlapis – lapis, sehingga aliran tunak juga disebut aliran laminer
(berlapis).

10.2 persamaan kontinuitas


Apabila suatu fluida ideal bergerak atau mengalir di dalam suatu pipa,
maka massa fluida yang masuk ke dalam pipa akan sama dengan yang keluar dari
pipa selama selang waktu tertentu. Jika tidak demikian, maka akan terjadi
penambahan atau pengurangan massa pada bagian tertentu di dalam pipa.

Debit merupakan volume fluida yang mengalir per satuan waktu. Jadi,
debit Q dapat dirumuskan sebagai berikut :

Q=V/t

Keterangan : Q = debit (m3/s)

V = volume (m3)

t = waktu (s)

Untuk suatu pipa berbentuk silinder (penampang berbentuk lingkaran


dengan luas A = π .r2 = ¼ π .d2, maka dapat ditulis persamaan sebagai berikut :

v1.r12 = v2.r22 atau v1.d12 = v2.d22

10.3 Persamaan Bernoulli


Daniel Bernoulli telah membuktikan hubungan antara tekanan dan
kecepatan di dalam fluida bahwa semakin besar kecepatan fluida maka akan
semikin kecil pula tekanannya dan begitu pula sebaliknya semakin kecil kecepatan
fluida maka akan semakin besar pula tekanannya. Pernyataan ini selanjutnya
dikenal dengan asas Bernoulli. Dan persamaan Bernoulli dikenal sebagai berikut :
P1 + ρ .g.h1 + ½ ρ .v12 = P2 + ρ .g.h2 + ½ ρ .v22

Keterangan : P = tekanan (N/m2 atau Pa)

ρ = massa jenis (kg/m3)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

h = ketinggian (m)

v = kecepatan (m/s)

Dalam kehidupan sehari – hari, cukup banyak peristiwa yang melibatkan


asa Bernoulli ini. Sebagai contoh, ketika kita sedang mengendarai sepeda motor,
kemudian tiba – tiba ada sebuah mobil menyalip dengan posisi yang sangat
berdekatan, kita akan merasakan suatu tarikan ke samping ke arah mobil
tersebut. Hal ini terjadi karena ruang antara sepeda motor dengan mobil cukup
sempit sehingga kecepatan udara menjadi lebih cepat dibanding pada tempat lain
dan tekanan pada ruang ini menjadi lebih rendah dibandinh pada tempat lain.
Oleh karena itu, kita mendapat tekanan yang lebih besar dar sisi luar sepeda
motor dan mobil.

Ada dua keadaan istimewa untuk persamaan Bernoulli, yaitu :

 Fluida tak bergerak


Oleh karena kecepatan v1 = v2 = 0, maka

P1 – P2 = ρ .g (h2 – h1)

 Fluida mengalir di dalam pipa horizontal (tidak ada perbedaan


ketinggian di antara bagian – bagian fluida)
Oleh karena ketinggian h1 = h2 = 0, maka

P1 – P2 = ½ ρ (v22 = v12)

Persamaan di atas menyatakan jika v 2 > v1, maka P1 > P2 yang berarti
bahwa di tempat yang kelajuan alirnya besar, maka tekanannya kecil, dan
berlaku sebaliknya.

10.4 Aplikasi Asas Bernoulli


1. Tangki berlubang
Suatu penerapan sederhana dari persamaan Bernoulli adalah pada
tangki berlubang, terutama untuk menentukan kecepatan semburan air
dari lubang.

v=√ 2. g . h

2. Alat penyemprot
Ketika kita menekan batang pengisap, udara dipaksa keluar dari
tabung pompa melalui lubang sempit pada ujungnya. Semburan udara
yang bergerak dengan cepat mampu menurunkan tekanan pada bagian
atas tabung tandon yang berisi cairan racun dan menyebabkan tekanan
atmosfer pada permukaan cairan memaksa cairan naik ke atas tabung.
Semburan udara berkelajuan tinggi meniup cairan sehingga cairan
dikeluarkan sebagai semburan kabut halus.

3. Karburator
Adalah alat yang berfungsi untuk menghasilkan campuran bahan
bakar dengan udara, sehingga campuran ini memasuki silinder mesin
untuk tujuan pembakaran.

4. Venturimeter
Tabung venturi adalah dasar venturimeter, yaitu alat yang dipasang
pada suatu pipa aliran untuk mengukur kelajuan zat cair. Ada dua jenis
venturimeter, yaitu :
 Venturimeter tanpa manometer


2. g . h
v1 = 2
A1
( ) −1
A2

 Venturimeter dengan manometer

v1 =
√ 2. ρ r . g . h
ρ u ¿¿
¿

5. Tabung pitot
Adalah alat ukur yang dapat kita gunakan untuk megukur kelajuan gas.

v=
√ 2. ρr . g .h
ρu

6. Gaya angkat sayap pesawat terbang


Pesawat terbang dapat terangkat ke udara karena kelajuan udara
yang melalui sayap pesawt, tidak seperti roket yang terangkat ke atas
karena aksi – reaksi antara gas yang disemburkan roket dengan roket itu
sendiri. Roket menyemburkan gas ke belakang, dan sebagai reaksinya gas
mendorong roket maju. Jadi, roket dapat terangkat ke atas walaupun tidak
ada udara, tetapi pesawat terbang tidak dapat terangkat jika tidak ada
udara.
Pesawat terbang dapat terangkat ke atas jika gaya angkat lebih besar
daripada berat pesawat. Jadi, apakah suatu pesawat dapat terbang atau
tidak tergantung dari berat pesawat, kelajuan pesawat, dan ukuran
sayapnya. Semakin besar kecepatan pesawat, semakin besar kecepatan
udara, dan ini berarti gaya angkat sayap pesawat semakin besar. Demikian
pula, semakin besar ukuran sayap, semakin besar pula gadari berat
pesawat, kelajuan pesawat, dan ukuran sayapnya. Semakin besar
kecepatan pesawat, semakin besar kecepatan udara, dan ini berarti gaya
angkat sayap pesawat semakin besar. Demikian pula, semakin besar
ukuran sayap, semakin besar pula gaya angkatnya.

F1 – F2 = ½ ρ (v22 – v12) A
Supaya pesawt dapat terangkat, gaya angkat harus lebih besar
daripada berat pesawat (F1 – F2 > m.g). Jika pesawat telah berada pada
ketinggian tertentudan pilot ingin mempertahankan
ketinggiannya(melayang di udara), maka kelajuan pesawat harus diatur
sedemikian rupa sehingga gaya angkat pesawat sama dengan berat
pesawat (F1 – F2 = m.g).

b. Contoh soal fluida dinamis


1. Air yang mengalir melalui sebuah pipa yang berjari – jari 2 cm dan keluar
melalui sebuah keran yang memiliki jari – jari ½ cm. Jika kecepatan air
dalam pipa 1 cm/s, tentukanlah kecepatan air yang keluar dari keran.
Jawab :
Besaran yang diketahui
r1 = 2 cm r2 = ½ cm
v1 = 1 cm/s
Kecepatan air yang keluar melalui keran dapat dihitung dengan persamaan
kontinuitas
v1 r12 = v2 r22
v2 = (r1 / r2)2 v1
= (2 / 1/2)2 (1)
= 16 cm/s

2. Sebuah pipa mendatar memiliki dua bagian diameter yang berbeda


masing-masing 6 cm dan 3 cm. Jika pada diameter besar, air memiliki
kecepatan 1 m/s dan tekanan 150 kPa, hitunglah kecepatan dan tekanan
air pada diameter kecil.
Jawab :
Besaran yang diketahui
d1 = 6 cm d2 = 3 cm
v1 = 1 m/s P1 = 150 kPa = 1,5 x 105 Pa
ρ = 1000 kg/m 3

Kecepatan fluida pada diameter besar dapat dihitung dengan persamaan


kontinuitas
v1 d12 = v2 d22
v2 = (d1 / d2)2 v1
= (6 / 3)2 (1)
= 4 m/s
Tekanan fluida pada diameter kecil dapat dihitung dengan persamaan
Bernoulli dengan memasukkan h1 = h2
P1 + ½ ρ .v12 = P2 + ½ ρ .v22
P2 = P1 + ½ ρ (v12 – v22)
= 1,5 x 105 + ½ (1000).(12 – 42)
= 0,75 x 105 Pa = 75 kPa

3. Air mengalir dalam suatu sistem pipa tertutup. Pada suatu titik, kecepatan
air 3 m/s, sedangkan pada titik yang terletak 1 m di atasnya memiliki
kecepatan 4 m/s. Tentukanlah tekanan pada titik yang lebih tinggi, jika
tekanan pada titik yang lebih rendah 20 kPa ? (g = 10 m/s 2)
Jawab :
Besaran yang diketahui
v1 = 3 m/s v2 = 4 m/s
h1 = 0 h2 = 1 m
ρ = 1000 kg/m3 g = 10 m/s2
P1 = 20 kPa = 2 x 104 Pa
Tekanan pada titik yang lebih tinggi P2,
P1 + ½ ρ .v12 + ρ .g.h1 = P2 + ½ ρ .v22 + ρ .g.h2
P2 = P1 + ½ ( ρ .v12 – ρ .v22) – ρ .g.h2
= 2 x 104 + ½ (1000).(32 – 42) – (1000).(10).(1)
= 0,65 x 104 Pa = 6,5 kPa

Anda mungkin juga menyukai