Anda di halaman 1dari 3

NAMA: M.

Ilman Fitriansyah

Kelas: IP D

NIM: 202010050311198

Dari buku tentang Metode Ilmu Pemerintahan satu sampai dengan sembilan dapat
diberikan rangkuman sebagai berikut:

1. MIP Satu:
Asas yang mendasarinya terletak pada relasi antara khalik dan makhluknya.
Pada hubungan ini manusia dianggap dianugerahi nilai-nilai luhur yaitu semua
kepercayaan dasar yang bersifat universal.

2. MIP Dua:
Peran Pemerintah dalam model ini dapat terlihat nyata di bidang
kependudukan, misalnya pendataan penduduk yang selanjutnya diberi tanda pengenal
yang disebut KTP.

3. MIP Tiga:
Konsep ini merupakan konsep tradisional Ilmu Pemerintahan menurut kajian
Sosiologi Pemerintahan yang dasar diletakkan antara lain oleh Robert Mc Iver: yaitu
manusia adalah makhluk sosial, ia hidup bermasyarakat. Agar manusia tidak bersaing
secara bebas tanpa batas dalam mengajar kepentingannya, maka manusia bergabung
dengan kelompok dan perserikatan. Tujuannya adalah:

 Untuk memenuhi kebutuhan manusia di berbagai bidang, dan


 Untuk membatasi kompetisi yang tidak sehat, mengendalikan tindakan-tindakan
yang akibatnya merugikan dan meringankan akibat-akibat yang timbul dari
bermacam-macam pertentangan

4. MIP Empat:
Didalam masyarakat terdapat kepentingan yang berbeda-beda, karena itu
masyarakat rawan konflik (konflik kepentingan). Untuk memperoleh suatu nilai
seorangan misalnya (hak milik) tertentu atau nilai bersama (umum) bagi seluruh
masyarakat (misalnya persatuan), seseorang atau suatu kelompok bisa mengorbankan,
memperalat atau bekerjasama dengan orang atau kelompok lain. Dilihat dari
konsumer cara khas untuk mencapainya, masyarakat disebut berpolitik (masyarat
politik).

5. MIP Lima:

Dengan kemajuan teknologi dalam era globalisasi suatu Negara tidak lagi
terdiri dari satu lingkungan budaya melainkan etnisitasnya semakin heterogen, dimana
konflik nilai dan konflik kepentingan semakin terasa. Proses asosiatif dan disosiatif
serta perubahan sosial semakin cepat. Perbedaan, persaingan dan kesenjangan
semakin tajam disatu sisi.

6. MIP Enam:

Sistem politik adalah struktur dan proses untuk mengidentifikasi dan


mendefinisikan secara khas nilai umum bagi seluruh masyarakat dan
mendistribusikannya secara khas kepada yang berkepentingan. Cara khas itu diartikan
otoritatif kekuatan sistem politik bergantung pada legitimasi dan sitem nilai dengan
cara khas itu didefinisikan dan didistribusika kepada yang berkepentingan. Menurut
Ahli-Ahli Pemikir Besar tentang Negara dan Hukum bahwa membentuk Negara jauh
lebih mudah ketimbang menjadi bangsa, dan suatu tingkat perkembangan masyarakt,
sitem politik konflik dengan sitem sosial.

7. MIP Tujuh:
Pembuatan sebuah undang-undang tidak lain adalah proses produksi yang
dapat dilihat dari perbandingan antara sebuah badan usaha dengan negara.

8. MIP Delapan:

Semakin besar dan sentralistik Negara, semakin kompleks organisasi, semakin


formal perilaku, semakin vested kepentingan, semakin dalam jurang (discrepancy)
antara sitem sosial dengan sitem politik. Jalan satu-satunya untuk menjadikan sitem
sosial kongruen dengan sitem politik pada tingkat bangsa dan Negara menjadi nation-
state adalah pembudayaan – ingat, bukan rekayasa – sitem nilai sosial dan politik
mulai dari tingkat dasar (basics, pendirian) sampai pada tingkat raga secara konsisten,
sehingga terbentuk Budaya Kuat (strong culture yang appropriate dan resilient)
sebagai identitas citra, pengikat, dan penggerak masyarakat (dank arena itu manusia)
sebagai bangsa dan Negara. Pada level mikro, konsep nation-state dan asas
pembangunan sebagai proses budaya dapat digunakan dalam penyusunan strategi dan
program transmigrasi.

9. MIP Sembilan:

Bhinneka Tunggal Ika (PP 66 Tahun 1951), lambang Negara Indonesia


disahkan 17 Agustus 1950, diambil dari bahasa Jawa Kuno, artinya berbeda-beda
tetapi bersatu. Lambang ini merupakan pengakuan bahwa bangsa Indonesia terdiri
dari sejumlah lingkungan budaya yang berbeda-beda dan bahwa perbedaan-perbedaan
itu merupakan kenyataan bukan suatu kesalahan sejarah. Eksistensi dan identitas
setiap lingkungan budaya yang Bhinneka itu harus dihargai, dilindingi, diperkaya dan
dikembangkan menjadi sokoguru budaya Indonesia yang tunggal sebagai puncaknya.

Anda mungkin juga menyukai