Anda di halaman 1dari 16

Angka Indeks adalah ukuran statistik yang biasanya

digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan


relatif (perbandingan) nilai suatu variabel tunggal
atau nilai sekelompok variabel.
Dinyatakan dalam persentase.
Contoh: Rata-rata harga per kg beras di kota
Denpasar pada tahun 1991 dan 1992 masing-
masing adalah Rp 777,00 dan Rp 881,00 (Statistik
Bali,1992). Apabila kita bandingkan harga beras
pada tahun 1992 dengan tahun 1991, akan kita
dapatkan angka indeks: angka indeks = 881/777 x
100% = 113, 38. Angka indeks ini memiliki makna
bahwa rata-rata harga per kg beras di tahun 1992
lebih tinggi atau mengalami kenaikan sebesar
13,38% (113,38 – 100) dari raata-rata hargga per kg
beras di tahun 1991.
Jenis-jenis Angka indeks
1. Indeks harga (Price Indeks)
Adalah angka yang dapat dipakai untuk melihat perubahan
mengenai harga-harga barang, baik harga sejenis barang
maupun sekelompok barang dalam waktu dan tempat yang
sama atau berlainan.
2.Indeks Kuantitas (Quantity Indeks)
Adalah angka yang dapat dipakai untuk melihat perubahan
mengenai kuantitas sejenis barang atau sekelompok barang
yang dihasilkan, dijual, dikonsumsi dalam waktu yang sama
atau berlainan.
3. Indeks Nilai (Value Indeks)
Adalah angka yang dapat dipakai untuk melihat perubahan
nilai uang dari suatu barang yang diproduksi, diekspor,
diimpor, dikonsumsi dan sebagainya dalam waktu dan
tempat yang sama atau berlainan.
Metode Perhitungan Angka Indeks
a. Angka indeks tidak tertimbang
b. Angka indeks tertimbang
Ad a. Angka indeks tidak tertimbang
Maksudnya bahwa setiap jenis barang dianggap
memiliki arti penting yang sama.
1. Angka Indeks gabungan Sederhana
Yang dihitung adalah perbandingan harga ataupun
kuantitas atau nilai dari sekelompok barang.
Barang-barang yang terdapat dalam satu kelompok
tersebut harus mempunyai sifat-sifat yang sama.
Misalnya kelompok barang-barang kebutuhan
pokok seperti beras, gula, minyak goreng dll.
Angka Indeks Harga (P)
Indeks harga agregat (gabungan) beberapa
barang menurut metode ini, dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
𝑃𝑛
𝑃(𝑛,0) = x 100
𝑃𝑜
𝑃(𝑛,0) = angka indeks harga gabungan pada
waktu atau periode n dengan waktu dasar 0
𝑃𝑛= harga barang pada waktu atau periode n
𝑃0 = harga barang pada waktu dasar 0
Contoh :
Harga eceran per satuan lima jenis barang di
kota Jakarta tahun 1990/1991 sebagai berikut:
Jenis barang Satuan Harga per satuan (Rp)
1990 1991
1.Minyak goreng Botol 895 963
2. Daging sapai Kg 6.654 7.473
3. Beras Kg 430 452
4. Sabun Bubuk Sachet 125 148
5. Telur Ayam Kg 1.842 1.850
Berdasarkan data diatas , hitunglah indeks
harga agregatif tidak tertimbang kelima barang
tersebut dan berika makna dari perhitungan
anda.
Penyelesaian:
Perhitungan Indeks Harga Agregatif kelima
barang tersebut pada tahun 1991 dengan tahun
dasar 1990.
Kalau ditotal jumlah harga pada tahun 1990
adalah Rp 9.946 dan tahun 1991 adalah Rp
10.886
Dari tabel diatas diketahui 𝑃0 = 𝑃90 = 9.946 dan
𝑃𝑛 = 𝑃91 = 10.886
𝑃𝑛
𝑃(𝑛,0) = x 100
𝑃0
𝑃91
= x 100
𝑃90
10.886
= x 100
9.946
= 109,45
Artinya, bahwa harga gabungan kelompok barang
tersebut mengalami kenaikan sebesar (109,45 –
100) = 9,45% ditahun 1991 dibandingkan tahun
1990.
2. Angka Indeks Relatif
Merupakan hasil perhitungan indeks yang
terdiri dari satu macam barang saja, misalnya
indeks harga minyak goreng, indeks harga
beras dan sebagainya.
Angka indeks harga (P)
𝑃𝑛
𝑃(𝑛,0) = x 100
𝑃𝑜
Contoh:
Harga Eceran Rata-rata 9 bahan pokok di kota
Denpasar tahun 1986 – 1987 (dalam Rupiah)
Jenis bahan pokok Harga
1986 1987
1. Beras (kg) 472,92 531,67
2. Ikan asin (kg) 2.633,30 3.133,33
3. Minyak goreng (btl) 45,83 650
4. Gula pasir (kg) 654,17 670,83
5. Garam (kg) 250 258,33
6. Sabun cuci (batang) 300 308,33
7. Tekstil (m) 1.000 1.300,00
8. Batik kasar (helai) 5.500 8.500,00
9. Minyak tanah (liter) 200 200,00
Hitunglah:
a. Indeks harga eceran rata-rata beras pada tahun
1987 dengan waktu dasar tahun 1986.
b. Indeks harga rata-rata gula pasir pada tahun 1987
dengan waktu tahun dasar tahun 1986.
Penyelesaian:
a. Untuk beras
𝑃
b. 𝑃(87,86) = 87 x 100
𝑃86
531,67
= x 100
472,92
= 112,42
Artinya harga eceran rata-rata per kg beras di kota
Denpasar pada tahun 1987 mengalami kenaikan
sebesar 12,42% dibandingkan tahun 1986.
 3. Angka indeks tertimbang
Sebagai faktor penimbang dalam perhitungan
indeks tertimbang dipakai kuantitas
barangnya.Timbangan yang dipakai adalah
kuantitas barang yang dikonsumsi,diproduksi,dijual
, dibeli, diekspor dsbnya.
a. Angka indeks harga gabungan
𝑃𝑛𝑊
𝐼(𝑛,0) = x 100
𝑃0𝑊
dimana : W = penimbang
Pn = harga barang pada tahun n
Po = harga barang pada tahun
dasar 0
b, Angka indeks harga Laspeyres (𝐼𝐿 )
(𝑃𝑛𝑄𝑜)
𝐼𝐿 = x 100
(𝑃𝑜𝑄𝑜)
𝐼𝐿 = Indeks Laspeyres
Qo = Kuantitas barang pada tahun dasar 0
Pn = harga barang pada tahun n
Po = Harga barang pada tahun dasar 0
c. Angka Indeks harga Paasche
(𝑃𝑛𝑄𝑛)
𝐼𝑃 = x 100
(𝑃𝑜𝑄𝑛)
d. Angka indeks harga Irving Fisher
𝐼𝐹 = 𝐼𝐿 x 𝐼𝑃
Dimana, IF = angka indeks Irving Fisher
IL = angka indeks laspeyres
IP = angka indeks Passche
 E. Angka indeks Harga Marshall – Edgeworth
𝑃𝑛 (𝑄𝑜:𝑄𝑛)
 𝐼𝑀 = x 100
𝑃𝑜 (𝑄𝑜:𝑄𝑛)
 𝐼𝑀 = angka indeks Marshall-Edgeworth

 Contoh:
 Data mengenai harga dan kuantitas produksi
4 jenis barang di Propinsi “X” disajikan dalam
tabel berikut (data hipotesis):
Harga dan kuantitas produksi 4 jenis barang di
propinsi “X” pada tahun 1995 – 1996
Jenis Harga/unit (Rp) Kuantitas produksi
barang (unit)
1995 1996 1995 1996
A 500 525 2 4
B 800 900 5 6
C 600 700 3 4
D 300 400 10 15
 Hitunglah indeks harga agregatif (gabungan)
tertimbang barang-barang tersebut pada
tahun 1996 dengan tahun dasar 1995
 A. Dengan metode Laspeyres
 B. Dengan metode Paasche
 C. Metode Irving Fisher
 D.Metode Marshall - Edgeworth

Anda mungkin juga menyukai