Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TANAMAN PERKEBUNAN TUMPANG SARI

TANAMAN KELAPA SAWIT ( elaeis guineensis Jacq)DENGAN


JAGUNG MANIS(Zea mays)

Oleh :

RESTIANA
NIM : 193030503057

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
TAHUN 2022
DAFTAR ISI

Daftar isi ………………………………………………………………………..

Bab I pendahuluan

1.1 Latar belakang ……………………………………………………………..

1.2 Tujuan penulis …………………………………………………………….

BAB II Tinjaun pustaka

2.1 Tumpang sari jagung………………………………………………………..

BAB III PEMBAHASAN

2.1 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit…………………………………………….


2.2 syarat tumbuh jagung……………………………………………………….
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan …………………………………………………………………
Daftar pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi sub sektor perkebunan yang
memberikan andil besar dalam pemasukan devisa di luar sektor minyak dan gas
bumi. Komoditi ini juga menyerap tenaga kerja yang cukup besar dan mampu
memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang mengusahakannya (Risza, 1994).

Setyamidjaja (2006), menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit


merupakan sumber penghasil minyak nabati yang digunakan secara luas dalam
berbagai industri. Risza (1994) juga menjelaskan bahwa disamping digunakan
sebagai bahan baku industri pangan, kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan
baku industri non pangan.

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman multiguna. Tanaman tersebut


mulai banyak menggantikan posisi penanaman komoditas perkebunan lain, yaitu
tanaman karet. Tanaman kelapa sawit kini tersebar di berbagai daerah. Secara
umum dapat diindikasikan bahwa pengembangan perkebunan kelapa sawit masih
mempunyai prospek harga, ekspor, dan pengembangan produk (Suwarto dan
Octavianty, 2010).

Berdasarkan data Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian


pada tahun 2014 luas areal perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi 688.810
dengan produksi 1.857.260. tanaman kelapa sawit saat ini tersebar di hampir
seluruh provinsi di Indonesia. Provinsi Riau dengan luas areal 2,30 juta Ha
merupakan provinsi yang mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul
berturut-turut Provinsi Sumatera Utara seluas 1,39 juta Ha, Provinsi Kalimantan
Tengah seluas 1,16 juta Ha dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha serta
provinsi-provinsi lainnya (Dirjen perkebunan, 2014).
1.2 Tujuan penulis

1. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui cara
budidaya tanaman kelapa sawit dan teknik pengendalian hama dan
penyakit pada tanaman kelapa sawit.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Tumpang sari jagung
1. Budidaya tumpangsari jagung
Tanaman jagung ( Zea mays L )sudah lama diusahakan oleh petani di Indonesia dan
merupakan tanaman pokok kedua setelah padi. Kebutuhan jagung dalam negeri selalu meningkat
dari tahun ke tahun. Meningkatnya permintaan akan jagung disebabkan banyaknya permintaan
untuk pakan, pangan dan industri. Bahkan pada tahun-tahun tertentu terjadi impor jagung.
Sebagai tanaman palawija jagung cocok diusahakan dalam gawangan kelapa sawit
sebelum kelapa sawit berproduksi, karena tanaman jagung mempunyai sifat fisiologis dan
anatomis yang sesuai diusahakan pada gawangan kelapa sawit.
Jagung merupakan tanaman berumah satu diamana letak bunga jantan terpisah dengan
bunga betina pada satu tanaman. Jagung termasuk tanaman C4 yang mampu beradaptasi baik
pada faktor-faktor pembatas pertumbuhan dan hasil. Daun tanaman C4 sebagai agen penghasil
fotosintetat yang kemudiaan didistribusikan, memiliki sel-sel seludang, pembuluh yang
mengandung khlorofil. Didalam sel ini terjadi dekarboksilasi malat dan aspartat yang
menghasilkan CO2 yang kemudian memasuki siklus Calvin membentuk pati dan sukrosa.
Ditinjau dari segi kondisi lingkungan, tanaman C4 teradaptasi dengan adanya faktor pembatas
seperti intensitas radiasi surya tinggi dengan suhu siang dan malam tinggi, curah hujan rendah
dengan cahaya musiman tinggi dan disertai suhu tinggi serta kesuburan tanah yang relatif rendah.
Sifat yang menguntungkan dari jagung sebagai tanaman C4 antara lain aktifitas fotosintesis pada
kedaan normal relatif tinggi, foto respirasi rendah, transpirasi serta serta efisien dalam
penggunaan air. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat fisiologis dan anatomis yang sangat
menguntungkan dalam kaitaannya dengan hasil (Muhadjir, 1988).
Suhu optimal bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah 24 – 30 0C dan curah hujan
yang dikehendaki jagung agar dapat tumbuh dan berproduksi baik adalah 200 mm/bln, terutama
saat pertumbuhan dan pembungaan dan pengisian biji (Sutoro, et al, 1988)

Varietas jagung akan ditanam dalam gawangan karet adalah jagung dengan sifat toleran
pada pH rendah. Hal ini diperlukan karena umumnya karet ditanam pada tanah PMk yang miskin
unsur hara dan tinggi Al dan Fe yang dapat menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman.
Jenis jagung tersebut bisa jagung Hibrida bisa juga jagung komposit. Jagung Hibirida seperti C7,
Pioner dan jagung komposit seperti Sukmaraga, Arjuna dan Bisma.

Panjang dan berat tongkol berkelobot berbeda tidak nyata yang dilaporkan dari suatu
penelitian, fenomena ini bisa saja disebabkan oleh faktor vegetatif tanaman jagung manis dan
faktor lingkungan yang diasumsikan homogen(Surtinah., 2013).

Jarak tanam jagung 80 x 20 cm, sehingga dalam satu gawangan kelapa sawit terdapat
12 baris tanaman jagung atau dengan populasi sekitar 50.000 tanaman/ha. Jarak barisan jagung
terluar dengan tanaman kelapa sawit adalah 1 m. Penanaman dilakukan dengan cara tugal pada
kedalaman 2-3 cm satu biji/lubang tanam. Jumlah benih 12 kg/ha. Pemupukan menggunakan
Urea 150 kg/ha, SP-36 100 kg/ha dan KCl 100 kg/ha. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan
pada umur 4 minggu setelah tanam. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan
pemberian insektisida dan fungisida.

Produksi biji pada tanaman yang dipangkas ½ bagian daun di atas tongkol lebih tinggi
dibandingkan tanaman yang tidak dipangkas dengan pemberian pupuk Urea yang sama.
Peningkatan terjadi terhadap jumlah biji per tongkol. Berat kering biji saat panen, namun
kecepatan penimbunan bahan kering semakin lambat dengan meningkatnya pupuk. Begitu juga
pada waktu penimbunan bahan kering maka waktu yang terlama didapat pada tanaman yang
diberi Urea 300 kg/ha (Surtinah, 2005).

Jenis tanah di Riau didominasi oleh Podsolik Merah Kuning (PMK) yang dikenal
mengandung sedikit unsur hara, sedikit mengandung bahan organik, dan pH yang rendah
(Surtinah & Lidar, 2012).
Berat tongkol berkelobot jagung manis pada penelitian yang tidak menggunakan pupuk
hayati dan ZPT dilaporkan hanya mampu memperoleh berat tongkol tanpa kelobot tertinggi
adalah 372,19 gram (Lidar dan Surtinah, 2012.)
BAB III
PEMBAHASAN

2.1 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit


Habitat aslinya kelapa sawit adalah daerah semak belukar. Tanaman ini tumbuh
sempurna di ketinggian 1-500 mdpl dengan kelembaban 80-90% dan kecepatan angin 5-6
km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan
stabil, 2000-2500 mm setahun. Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan
dan produksi buah sawit.Tanaman kelapa sawit memerlukan penyinaran antara 5-7 jam/hari.
Temperatur optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit 24°C – 28°C.

Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu,
Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Produksi kelapa
sawit lebih tinggi jika di tanam di daerah bertanah Podzolik. Kemiringan lahan kebun kelapa
sawit sebaiknya tidak lebih dari 15°. Jika kemiringan lahan sudah melebihi 15° maka diperlukan
tindakan konservasi tanah berupa pembuatan terasan, tapak kuda, rorak dan parit kaki bukit.

1. Kesesuaian lahan
Lahan yang sesuai untuk kelapa sawit dapat berupa hutan primer
dan sekunder, semak belukar, bekas perkebunan komoditas
lain (karet, kelapa, kakao), padang alang-alang, atau bahkan bekas kebun tanaman
pangan (jagung, singkong, padi gogo), serta kebun kelapa sawit tua (peremajaan). Teknik
pembukaan lahan dapat dilakukan secara manual, mekanis, kimia atau kombinasi, tergantung
keadaan vegetasinya.
a. Ketinggian Tempat : Tanaman kelapa sawit bisa tumbuh dan berbuah hingga ketinggian
tempat 1000 mdpl. Namun, untuk produktivitas optimalnya diketinggian 400m dpl.
b. Topografi : Baik dikemiringan lereng 0°-12° atau 21%. Lahan yang kemiringannya 13°-25°
masih bisa ditanami kelapa sawit, tetapi petumbuhannya kurang baik. Untuk lahan yang
kemiringannya >25° sebaiknya tidak dipilih karena menyulitkan dalam pengangkutan buah saat
panen dan beresiko terjadi erosi.
c. Drainase : Kelapa sawit memerlukan oksigen sehingga tidak menyukai daerah yang
tergenang. Drainase yang jelek dapat menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses
nitrifikasi , sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N).
d. Tanah : Kelapa sawit dapat tumbuh di tanah podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol,
andosol, dan alluvial. Tanah gambut juga dapat di tanami kelapa sawit asalkan ketebalan
gambutnya tidak lebih dari satu meter dan sudah tua (saphrik). Sifat tanah yang perlu di
perhatikan untuk budi daya kelapa sawit adalah sebagai berikut :
Sifat Fisik Tanah : Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik di tanah yang bertekstur
lempung berpasir, tanah liat berat, tanah gambut memiliki ketebalan tanah lebih dari 75 cm, dan
berstruktur kuat.
Sifat Kimia Tanah : Untuk mendapatkan produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsur
hara yang tinggi dan pH tanah bereaksi dengan asam dengan kisaran nilai 4,0-6,0 dan ber pH
optimum 5,0-5,5.

2. Kesesuaian iklim
Menurut Mangoensoekarjo (2007) Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis
(15° LU – 15° LS). Curah hujan optimal untuk tanaman kelapa sawit adalah 1 250 – 2 500
mm/tahun. Kelapa sawit lebih
toleran dengan curah hujan yang tinggi dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya.
Jumlah bulan kering lebih dari 3 bulan merupakan faktor pembatas berat.

Adanya bulan kering yang panjang dan curah


hujan yang rendah akan menyebabkan terjadinya defisit air. Keadaan angin tidak terlalu
berpengaruh karena kelapa sawit lebih tahan terhadap angin kencang di bandingkan tanaman
lainnya (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006).
3. Rencana.budidaya
a. Pemilihan.Benih,.Varietas.dan.Bentuk.Benih
Secara garis besar ada 3 (tiga) jenis benih kelapa sawit yang dibudidayakan menurut
ketebalan dagingnya yaitu Dura, Pisifera dan Tenera.Benih yang saya pilih adalah benih jenis
Tenera. Tenera dihasilkan dari persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini
dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat
cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki
tempurung yang tipis (3-20%), ukuran biji sedang (3-15%), persentase daging per buahnya
mencapai90%, kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%. Cara penyemaiannya,
kecambah dimasukkan polibag 12×23 atau 15×23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang
telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag harus selalu lembab. Simpan
polibag di bedengan dengan diameter 120 cm. Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun,4-
5,helai.bibit,dipindah tanamkan. Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40×50 cm
setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak.
b. Penyiapan lahan.
Pembukaan Lahan, Dilakukan dengan cara membuat jalan rintisan untuk pengukuran,
membuat petak- petak hektaran(blok),menebang pohon berdiameter lebih dari 3 inch
menggunakan chainsaw. Batang pohon yang sudah di tebang, dipotong menjadi ukuran yang
lebih kecil dan di tumpuk agar lebih mudah kering. Untuk rencana peremajaan, semua dahan dan
ranting dari pohon yang sudah di tebang di potong sepanjang 5 meter lalu di tumpuk menurut
barisan yang teratur. Tanggul atau sisa pohon bekas penebangan liar yang letaknya bertepatan
dengan lubang tanaman harus di bongkar
c. Pengolahan Tanah
Pengolah tanah dilakukan dengan cara membersihkan lahan dari gulma menggunakan
traktor dengan dua rotasi yang berurutan berupa pembajakan dan penggarukan, arahnya tegak
lurus atau paling tidak sedikit menyilang. Sementara itu, interval antara rotasi minimum
dilakukan dalam dua minggu.
d. Pembuatan Jalan, Parit, dan Teras
Pembuatan Jalan dilakukan dengan cara mengorek, menimbun, mengeraskan bagian
lapangan, membuat bentang, dan membuat parit di sebelah kiri-kanan jalan. Jalan utama dan
jalan produksi dibuat dengan bulldozer dan atau grader. Jalan sepanjang 1 km dibuat dalam
waktu 40-80 jam kerja dengan pemakaian bahan bakar 80 liter/jam kerja. Selanjutnya, jalan di
padatkan dengan menggunakan alat pemadat (bomag). Pekerjaan ini umumnya dilakukan pada
akhir musim hujan. Pembuatan parit dikerjakan dengan menggali tanah sesuai ukuran dasar.
Tanah galiannya di buang ke tempat tertentu.Saluran air di daerah berbukit berupa saluran kebun
dan saluran utama yang menyalurkan air ke saluran drainase alam (sungai). Saluran kebun di
buat setiap 16 baris tanaman kelapa sawit dan di buat menurut kontur lahan. Saluran utama di
buat dengan lebar bagian atas 150 cm, lebar bagian bawah 80 cm. saluran kebun di buat dengan
lebar bagian atas 90 cm, lebar bagian bawah 60 cm, dan kedalaman 60 cm. Teras individu di buat
menggunakan mal berbentuk tapak kuda dengan muka teras menhadap kearah lereng bukit.
Ukuran teras 3 m x 3 m, jarak antara ajir tanaman dan tepi muka teras selebar 1,25 m.
e. Penanaman
Penentuan.Pola,Tanaman
Pola tanam menggunakan sistem monokultur. Tanaman penutup tanah (legume cover crop LCC)
pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika,
kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan
pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya
dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.

Pembuatan.Lubang,Tanam
Pembuatan lubang dilakukan secara mekanis. Lubang tanam disiapkan 2 –4
minggu sebelum tanam, sebaiknya paling lambat 4 minggu.
Ukuran lobang berkisar antara 60 dan 90 cm dengan
kedalaman 60 cm, tergantung kondisi tanah. Jika tanah
gembur dan subur, cukup 60 x 60 x 60 cm, tetapi kalau tanahnya lebih padat atau berliat
dan kurang subur, sebaiknya ukuran lobang lebih besar.Jarak tanam yang direkondasikan adalah
9x9x9 m sistem persegi panjang. Penggalian lubang dilakukan pada titik ajir sedemikian rupa
sehingga ajir berada tepat di tengah lubang tanam. Buat tanda batas penggalian
dengan tongkat berukuran tadi sebelum ajir dicabut untuk
penggalian lubang. Setelah lubang selesai, ajir harus dikembalikan pada posisi tepat di tengah
lubang. Tanah galian dipilah dua yaitu lapisan atas (top soil) dan lapisan bawah
(sub soil) serta meletakkannya terpisah pada sisi lubang yang berbeda (kiri – kanan atau
utara – selatan) dalam arah yang konsisten.
Cara,Penanaman
Penanaman pada awal musim hujan yaitu bulan Oktober dan bulan November, setelah
hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polibag. Lepaskan plastik
polybag hati-hati dan masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural GLIO yang sudah
dikembangbiakkan dalam pupuk kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran tanaman.
Segera ditimbun dengan galian tanah atas. Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis ±
5-10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4 tutup/tangki). Lalu gunakan 1 botol
SUPER NASA yang diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10
ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.

4. Estimasi produksi
a. Kriteria Matang Panen
Kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan.
Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen,
dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya
ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10
buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Tanaman dengan umur kurang dari
10 tahun, jumlah brondolan kuran lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10 tahun,
jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Tanaman kelapa sawit akan menghasilkan tandan buah
segar (TBS) yang dapat dipanen pada saat tanaman berumur 3 atau 4 tahun.
Produksi TBS yang dihasilkan akan terus bertambah seiring bertambahnya umur dan akan
mencapai produksi yang optimal dan maksimal pada saat tanaman berumur 9 – 14 tahun,
dan setelah itu produksi TBS yang dihasilkan akan mulai menurun. Umumnya, tanaman
kelapa sawit akan optimal menghasilkan TBS hingga berumur 25 – 26 tahun.

b. Cara Panen
Pemanenan dilakukan untuk umur <7 10-12="" alat="" atau="" besi="" cm="" dan=""
dengan="" dodos="" gagang="" kayu="" kelapa="" lebar="" menggunakan="" nbsp="" pipa=""
sawit="" tahun="" tongkat="" umur="" untuk="">7 tahun menggunakan egrek yang disambung
dengan pipa alumunium atau batang bambu. Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah
daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan.
Tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm.
Brondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain. Selanjutnya tandan dan
brondolan dikumpulkan di TPH.

c. Panen Pertama
Pemanenan pertama dilakukan setelah 4 tahun dengan hasil produksi 0,5ton/ha
perbulannya. ). Per kilo 1700 rb. 0,5 ton (500 kg) x 1700 = 850 rb.
Hasil akan naik seiring dengan umur tanaman, berikut perkiraannya :
Tahun ke 6 – 10 => 1,2 ton – 1,5 ton per HA tiap bulan
Tahun ke 11 – 15 => 1,6 ton – 2,5 ton per HA tiap bulan

Jadi pada tahun ke 4 bisa mendapatkan hasil panen per HA per bulan sekitar 700 rb per
bulan. Jika dihitung secara sederhana 700 rb x 36 bulan = 25 jt-an.Modal yang dikeluarkan
sekitar 17 jt per HA sampai umur 4 th. Ada selisih 8 jt-an yang bisa dipakai untuk ongkos
produksi selama 3 th tersebut (dari umur 4 th – 7 th).JADI ESTIMASI saya pada umur 7 th atau
setelah sawit menghasilkan yaitu umur 4 th, dimana ini berarti ada masa 3 tahun yang
dibutuhkan supaya BEP setelah panen.

Masa BEP yang sebenarnya sendiri saat umur 7 th. Setelah umur 7 tahun dimana hasil
yang didapat untuk tiap HA juga naik sedang biaya produksi untuk pupuk, pemangkasan daun,
penyemprotan relative sama dengan sebelum 4 th. Biaya yang naik adalah biaya ongkos panen
dan ongkos transportasi (biaya untuk mengangkut hasil panen) sampai pabrik.Dalam keadaan
yang optimal, produktivitas kelapa sawit dapat mencapai 20-25 ton TBS/ha/tahun atau sekitar 4-
5 ton minyak sawit.

2.2 syarat tumbuh jagung


1) Keadaan Iklim
a) Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim
sedang hingga daerah beriklim sub0tropis/topis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang
terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS.
b) Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal
sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman
jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan
menjelang musim kemarau.
c) Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Sinar matahari yang
baik mencapai l00 % (tempat terbuka). Tanaman jagung yang ternaungi, perturnbuhannya akan
terhambat/ merana, dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk
buah.
d) Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 2l-340 C, akan tetapi bagi pertumbuhan
tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antaru 23-270 C. Pada proses perkecambahan
benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 300C.
2) Tanah
a) Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat tumbuh
optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus.
b) Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung berapi),
latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat
ditanami Jagung dengan hasil yang baik denqan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk
tanah dengan tekstur lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertunbuhannya
c ) Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman.
Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah pH antara 5,6 -7,5.
d) Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediann air dalam kondisi
baik.
e) Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % dapl ditanami jagung, karena disana
kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil- Sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan
lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu.

3) Ketinggian Tempat
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang
memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian optimum antara 0-600
m dpl merupakan ketinggian yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung.
4. Pedoman Teknis Budidaya
a.. Persyaratan Benih
Benih yang akan digunakan sebaiknya beunutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun
fisiologinya. Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak tercampur benih/varietas
lain, tidak mengandung kotoran tidak tercemar hama dan penyakit). Benih yang demikian dapat
diperoleh bila menggunakan benih bersertifikat. Pada umunnya benih yang dibutuhkan sangat
bergantung pada kesehatan benih, kemurnian benih dan daya tumbuh benih. Penggunaan benih
jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Tetapi jagung hibrida
mempunyai beberapa kelemahan dibandingkan varietas bersari bebas yaitu harga benihnya yang
lebih mahal dan hanya dapat digunakan maksimal 2 kali turunan dan tersedia dalnm jumlah
terbatas. Beberapa varietas unggul jagung untuk dipilih sebagai benih adalah: Hibrida C l,
Hibrida C 2, Hibrida Pioneer I, Pioneer 2, IPB 4, CPI-1, Kaliangga, Wiyasa, Arjuna Baster.

b. Penyiapan Benih
Benih dapat diperoleh dari penanaman sendiri yang dipilih dari beberapa tanaman jagung yang
sehat pertmbuhannya. Dari tanaman terpilih, diambil yang tongkolnya besar, barisan biji lurus
dan penuh tertutup rapat oleh klobot, dan tidak terserang oleh hama penyakit. Tongkol dipetik
pada saat lewat fase matang fisiologi dengan ciri: biji sudah mengeras dan sebagian besar daun
menguning. Tongkol dikupas dan dikeringkan hingga kering betul. Apabila benih akan disimpan
dalam jangka lama setelah dikeringkan tongkol dibungkus dan disimpan dan disimpan di tempat
kering. Dari tongkol yang sudah kering, diambil biji bagian tengah sebagai benih, Biji yang
terdapat di bagian ujung dan pangkal tidak digunakan sebagai benih. Daya tumbuh benih harus
lebih dari 90%, jika kurang dari itu sebaiknya benih diganti. Benih yang dibutuhkan edalah
sebanyak 20-30 kg untuk setiap hektar,

c. Pengolahan Media Tanam


Pengolahan tanah bertujuan untuk: memperbaiki kondisi tanah, dan memberikan kondisi
menguntungkan bagi pertumbuban akar. Melalui pengolahan tanah drainase dan aerasi yang
kurang baik akan diperbaiki. Tanah diolah pada kondisi lembab tetapi tidak terlalu basah. Tanah
yang zudah gembur hanya diolah secara umum,
d. Persiapan
Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh tanah yang
gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami (calon tempat barisan tanaman)
dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan
yang lebih banyak. Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.

e. Pembukaan Lahan
Pengolahan Iahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya. Bila
perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar. Abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian
dilanjutkan dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak.

5. Teknik Penanaman
a) Penentuan Pola Tanaman
Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan pola tanam ini berarti
memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen yang tersedia (agroklimat tanah tanaman,
hama dan penyakit, keteknikan dan sosial ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di
Indonesia, biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada
daerah/lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang
ditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan. Pola tanam
yang biasa diterapkan adalah Tumpang sari (lntercropping), melakukan psnanaman lebih dari I
tanamnn (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai;
tumpang sari beda umur seperti jagung ketela pohon padi gogo.
b) Cara Penanaman
Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman. Dapat juga digunakan jarak
tanam 75 x 5O cm, setiap lubang ditanam dua tanaman. Tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan
baik pada saat air kurang atau saat air berlebihan. Pada waktu musim penghujan atau waktu
musim hujan hampir berakhir, benih jagung ini dapat ditanam. Tetapi air hendaknya cukup
tersedia selama pertumbuhan tanaman jagung. Pada saat penanaman sebaiknya tanah dalam
keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering perlu diairi dahulu kecuali bila diduga
l-2 hari lagi hujan akan turun. Pembuatan lubang tanaman dan penanaman biasanya memerlukan
4 orang (2 orang membuat lubang, 1 orang memasukkan benih, 1 orang lagi memasukan pupuk
dasar dan menutup lubang). Jumlah benih yang dimasukkan per lubang tergantung yang
dikehendaki, bila dikehendaki 2 tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan 3 biji per
lubang, bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yang dimasukkan 2 butir benih per
lubang.
c) Lain-lain
Di lahan sawah irigasi, jagung biasanya ditanam pada musim kemarau. Di sawah tadah hujan,
ditanam pada akhir musim hujan. Di lahan kering ditanam pada awal musim hujan dan akhir
musim hujan.

6. Pemeliharaan
1) Penjarangan dan Penyulaman
Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang
dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman sedangkan yang dikehendaki hanya 2
atau l, maka tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik
dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan
tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang
akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati.
Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam
penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman hendaknya menggunakan benih dari
jenis yang sama Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam.

2) Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma). Penyiangan
dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda biasanya dengan
tangan atau cangkul kecil, garpu dan sebagainya yang penting dalam penyiangan ini tidak
mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat
mencengkram tanah. Hal ini biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

3) Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh
posisi batang sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk menutup akar yang
bermunculan di atas peunukaan tanah karena adanya aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat
tanaman berumur 6 minggu bersamaan dengan waktu pemupukan. Caranya tanah di sebelah
kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.
Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang. Untuk efisiensi tenaga biasanya
pembubunan dilakukan bersama dengan penyiangan kedua yaitu setelah tanaman berumur 1
bulan.
4) Pemupukan
Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea sebanyak 200-300 kg,
pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCI sebanyak 50- l00 kg. Pemupukan dapat
dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (pupuk dasar), pupuk diberikan bersamaan
dengan waktu tanam. Pada tahap kedua (pupuk susulan 1), pupuk diberikan setelah tanaman
jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam. Pada tahap ketiga (pupuk susulan II), pupuk
diberikan setelah tanaman jagung berumur 8 minggu atau setelah malai keluar.
5) Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tenah telah lembab.
Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan menjaga agar tanaman tidak layu.
Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan
air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.
6) Waktu Penyemprotan Pestisida
Penggunaan pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang dapat
mernbahayakan proses produksi Jagung. Adapun pestisida yang digunakan yaitu pestisida yang
dipakai mtuk mengendaliknn ulat. Pelaksanaan penyemprotan hendaknya memperlihatkan
kelestarian musuh alami dan tingkat populasi hama yang menyerang sehingga perlakuan ini akan
lebih efisien.
7. Panen
Ciri dan Umur Panen:
Umur panen 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn)
dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung dipanen ketika malang
susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah malang
fisiologis. Jagung siap dipanen jika klobot sudah mengering dan berwarna coklar muda, biji
mengkilap, dan bila ditekan dengan kuku tidak membekas.

Anda mungkin juga menyukai