Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : 857794614
Matkul : Pembaharuan Dalam Pendidikan di SD
Tugas Tutorial 1
2. Jelaskan Faktor –faktor yang mendukung dalam keberhasilan inovasi dalam bidang
pendidikan.!
b. Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi pelaksanaan sistem pendidikan dan inovasi
pendidikan yang paling utama adalah siswa, karena siswa sangat besar pengaruhnya
terhadap proses inovasi pendidikan karena tujuan utama pendidikan adalah mencetak
siswa yang memilki keterampilan dan perubahan untuk kemajuan. Jadi siswa sebagai
pusat perhatian dan pertimbangan dalam melaksanakan berbagai macam kebijakan
pendidikan. Disisi lain juga ada para ahli pendidik (profesi pendidikan) seperti, guru,
administrator pendidikan, konselor, dan pihak yang terlibat langsung dalam proses
pendidikan di sekolah. B
c. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang mempunyai pengaruh dalam proses inovasi pendidikan adalah
orang tua. Orang tua sebagai wali murid siswa ikut mempunyai peranan yang menunjang
kelancaran proses inovasi pendidikan, baik sebagai penunjang moral maupun mendorong
kegiatan siswa belajar serta sebagai penunjang dana. Ada juga pihak eksternal yang
terlibat diantaranya, para pengawas, inspektur, pemilik sekolah, konsultan, dan mungkin
juga pengusaha yang menyumbang pengadaan fasilitas sekolah
4. Setelah membaca bagian awal dari Kegiatan Belajar 2, Anda mendapat kesan bahwa sistem
pendidikan termasuk tujuan pendidikan dan penyelenggaraan pendidikan mengalami
perubahan, sejalan dengan perubahan masa. Coba Anda terangkan, kekuatan mana saja yang
dominan yang menuntut pendidikan perlu mendukung perubahan itu?
1. Visi terhadap Pendidikan
Pendidikan merupakan persoalan asasi bagi manusia. Manusia sebagai makhluk yang
dapat dididik dan harus dididik akan tumbuh menjadi manusia dewasa dengan proses
pendidikan yang dialaminya. Sejak kelahirannya, manusia telah memiliki potensi dasar
yang universal, berupa:
a. Kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk (moral identity);
b. Kemampuan dan kebebasan untuk mengembangkan diri sendiri sesuai dengan
pembawaan dan cita-citanya (individual identity);
c. Kemampuan untuk berhubungan dan kerjasama dengan orang lain (social identity);
d. Adanya ciri-ciri khas yang mampu membedakan dirinya dengan orang lain
(individual differences).
kemanusiaan ada zamannya masing-masing.
Adanya pertambahan penduduk yang cepat menimbulkan akibat yang luas terhadap
berbagai segi kehidupan, utamanya pendidikan sebagaimana dikemukakan dengan
meledaknya jumlah anak usia sekolah. Adapun masalah-masalah yang berkaitan langsung
dengan pendidikan tersebut adalah:
1. Kekurangan Kesempatan Belajar
Masalah ini merupakan masalah yang mendapat prioritas pertama dan utama yang perlu
segera digarap. Caranya adalah dengan menciptakan sistem pendidikan yang dapat
menampung sebanyak mungkin anak-anak usia sekolah.
2. Masalah Kualitas Pendidikan
Kurangnya dana, kurangnya jumlah guru, kurangnya fasilitas pendidikan akan
mempengaruhi merosotnya mutu pendidikan. Oleh sebab itu, dalam mengatasi masalah
ini pemerintah telah berusaha meningkatkan kemampuan guru lewat training-training,
menambah fasilitas, menambah dana pendidikan, mencari sistem mengajar yang tepat
guna, dan sistem evaluasi yang baik sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan
secara bertahap.
3. Masalah Relevansi
Masalah relevansi ini pada prinsipnya cukup mendasar. Dalam kondisi sekarang ini
sangat dibutuhkan out put pendidikan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat, terutama
dalam hubungannya dengan kesiapan kerja. Hal tersebut lebih jelas dengan digulirkannya
konsep link and match, yang salah satu tujuannya adalah mengatasi persoalan relevansi
tersebut.
4. Masalah Efisiensi dan Efektivitas
Pendidikan diusahakan agar memperoleh hasil yang baik dengan biaya dan waktu yang
sedikit. Ini berarti harus dicari sistem mendidik dan mengajar yang efisien dan efektif,
sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pendidikan.
Permasalahan pendidikan yang kini dihadapi sangat kompleks. Adanya proses pendidikan
yang relevan dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi sangat diperlukan mengingat
akan keterbatasan dana pendidikan.
5. Dikaitkan dengan keadaan Indonesia, menurut pendapat Anda apakah sistem dan
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia mengikuti tuntutan sektor lain di luar
pendidikan? Apa yang menjadi penyebab sehingga hal itu dapat terjadi?
1. Bahwa pendidikan, khususnya di Indonesia, menghasilkan “manusia robot”. Kami
katakan demikian karena pendidikan yang diberikan ternyata berat sebelah, dengan kata
lain tidak seimbang. Pendidikan ternyata mengorbankan keutuhan, kurang seimbang
antara belajar yang berpikir (kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Jadi
unsur integrasi cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah disintegrasi. Padahal
belajar tidak hanya berfikir. Sebab ketika orang sedang belajar, maka orang yang sedang
belajar tersebut melakukan berbagai macam kegiatan, seperti mengamati,
membandingkan, meragukan, menyukai, semangat dan sebagainya. Hal yang sering
disinyalir ialah pendidikan seringkali dipraktekkan sebagai sederetan instruksi dari guru
kepada murid. Apalagi dengan istilah yang sekarang sering digembar-gemborkan sebagai
“pendidikanyang menciptakan manusia siap pakai. Dan “siap pakai” di sini berarti
menghasilkan tenaga-tenaga yang dibutuhkan dalam pengembangan dan persaingan
bidang industri dan teknologi. Memperhatikan secara kritis hal tersebut, akan nampak
bahwa dalam hal ini manusia dipandang sama seperti bahan atau komponen pendukung
industri. Itu berarti, lembaga pendidikan diharapkan mampu menjadi lembaga produksi
sebagai penghasil bahan atau komponen dengan kualitas tertentu yang dituntut pasar.
Kenyataan ini nampaknya justru disambut dengan antusias oleh banyak lembaga
pendidikan.
2. Sistem pendidikan yang top-down (dari atas ke bawah) atau kalau menggunakan istilah
Paulo Freire (seorang tokoh pendidik dari Amerika Latin) adalah pendidikan gaya bank.
Sistempendidikan ini sangat tidak membebaskan karena para peserta didik (murid)
dianggap manusia-manusia yang tidak tahu apa-apa. Guru sebagai pemberi mengarahkan
kepada murid-murid untuk menghafal secara mekanis apa isi pelajaran yang diceritakan.
Guru sebagai pengisi dan murid sebagai yang diisi. Otak murid dipandang sebagai safe
deposit box, dimana pengetahuan dari guru ditransfer kedalam otak murid dan bila
sewaktu-waktu diperlukan, pengetahuan tersebut tinggal diambil saja. Murid hanya
menampung apa saja yang disampaikan guru.
3. Model pendidikan yang demikian maka manusia yang dihasilkan pendidikan ini hanya
siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya.
Manusia sebagai objek (yang adalah wujud dari dehumanisasi) merupakan fenomena
yang justru bertolak belakang dengan visi humanisasi, menyebabkan manusia tercerabut
dari akar-akar budayanya (seperti di dunia Timur/Asia). Bukankah kita telah sama-sama
melihat bagaimana kaum muda zaman ini begitu gandrung dengan hal-hal yang berbau
Barat? Oleh karena itu strategi pendidikan di Indonesia harus terlebur dalam “strategi
kebudayaan Asia”, sebab Asia kini telah berkembang sebagai salah satu kawasan penentu
yang strategis dalam bidang ekonomi, sosial, budaya bahkan politik internasional. Bukan
bermaksud anti-Barat kalau hal ini penulis kemukakan. Melainkan justru hendak
mengajak kita semua untuk melihat kenyataan ini sebagai sebuah tantangan bagi dunia
pendidikan kita. Mampukah kita menjadikan lembaga pendidikan sebagai sarana interaksi
kultural untuk membentuk manusia yang sadar akan tradisi dan kebudayaan serta
keberadaan masyarakatnya sekaligus juga mampu menerima dan menghargai keberadaan
tradisi, budaya dan situasi masyarakat lain? Dalam hal ini, makna pendidikan menurut Ki
Hajar Dewantara menjadi sangat relevan untuk direnungkan.
6. Dalam uraian di muka, dicantumkan motto Think globally and act locally, dinilai kurang
tepat untuk saat ini. Think and act both locally and globally. Diskusikan dengan teman-
teman Anda apa makna motto ini, dan apa implikasinya dalam skenario pembelajaran di
kelas!
Maksud dari think globally and act locally adalah kita harus berfikir secara luas atau
global dan juga kita harus bisa menerima perbedaan yang ada pada setiap orang. Setelah
kita dapat berfikir secara global kita harus menunjukkan sikap yang berbudaya dengan
tempat kita berada atau dengan pemikiran kita yang luas dan sudah mengglobal kita dapat
mengembangkan rasa cinta kita terhadap budaya lokal.
Modernisasi atau globalisasi adalah sebuah masa dimana sisi gaya hidup, orientasi, dan
budaya menjadi satu. Globalisasi dan Modernisasi adalah sebuah masa dimana Ilmu
pengetahuan dan teknologi telah berkembang dengan cepat, sehingga menyebabkan
kegiatan manusia lebih terbantu dengan teknologi. Globalisasi juga sangat berkaitan
dengan komunikasi dan informasi apa saja dapat ditemukan dengan mudah dan cepat.
7. Ingatkah Anda kotak Minzey? Ia mengatakan pembaruan pendidikan pada masa- masa
sebelumnya ibarat mengatur kembali boneka dan mainan ke dalam sebuah kotak. Dan
kotak itu adalah kotak yang itu-itu juga. Padahal, yang kita perlukan adalah kotak yang
baru. Menurut Anda apa makna yang tersirat dalam ungkapan Minzey itu?
Dari tujuan bersekolah pada zaman dahulu orang tua pada dasarnya menyekolahkan
anaknya bertujuan agar dapat mempelajari ilmu yang belum kita ketahui. Dan
membentuk sebuah karakter dari siswa agar dapat membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk. Pada karakter ini meliputi beberapa hal diantaranya sikap tanggung
jawab, sopan santun, kedisipinan dan semangat dalam belajar.
8. Dalam Kegiatan Belajar 2 Anda menemui berbagai istilah yang berbeda dalam kata,
namun bertautan dalam makna. Misalnya, knowledge society, life long learning, learning
community. Coba uraikan keterkai
1. knowledge society adalah sebuah masyarakat dari berbagai organisasi dimana secara
praktis setiap tugas tunggal akan dilakukan dalam dan melalui sebuah organisasi.
2. lifelong learning Lifelong learning (belajar sepanjang hayat) adalah konsep tentang
belajar terus menerus dan berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian sampai
akhir hayat, sejalan dengan fase-fase perkembangan pada manusia.
3. Learning community merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan keaktifan siswa di kelas. Siswa dituntut aktif dengan memegang peran
masing-masing untuk saling bertukar pengetahuan dalam komunitas belajar.