I. PENDAHULUAN
sangat diminati oleh masyarakat karena memiliki nilai lebih mengenai edukasi
penyu, sehingga pengunjung yang akan datang mendapatkan dua hal sekaligus
yaitu berwisata dan menambah pengetahuan (Maharani et al., 2016). Selain itu,
Wild Faunaand Flora) yang mengemukakan bahwa jenis penyu yang berada
(Panawar, 2021).
terjadi karena abrasi pada pantai, perubahan iklm ataupun ancaman daripredator.
penyu akan dikenai hukuman sesuai dengan Undang – Undang No. 5 Tahun1990
tersebut dapat berupa penjara selama 5 tahun dan denda Rp. 100.000.000 (seratus
juta rupiah).
Pemerintahan (PP) No. 7 Tahun 1999 mengenai Pengawetan Jenis Tumbuhan dan
Satwa. Secara alamiah penyu hidup hanya 1% dari seluruh telur yang di hasilkan.
WWF (World Wide Fund for Nature) menyatakan menurunnya populasi penyu di
Salah satu kawasan konservasi penyu yang ada di Indonesia terletak pada
Pariaman Utara, Sumatera Barat. Ada enam jenis penyu di Indonesia, kawasan ini
memiliki tiga jenis penyu di antaranya penyu sisik (E. imbricate), penyu hijau (C.
mydas) dan penyu lekang (L. olivacea). Selain menjadi tempat konservasi penyu,
kawasan tersebut juga dijadikan destinasi wisata bagi masyarakat dan mengedukasi
tentang penyu.
Di antara ketiga jenis penyu yang ada pada kawasan konservasi penyu
Provinsi Sumatera Barat, penyu lekang disebut sebagai “Arribada” yang diambil
Indonesia penyu lekang disebut sebagai penyu abu-abu, penyu kembang, penyu
pada populasi penyu lekang maka diperlukan konservasi. Namun upaya konservasi
pada peneluran saja masih kurang dikarenakan penyu termasuk ke golongan hewan
3
yang bermigrasi. Setiap satwa yang melakukan migrasi seperti penyu, secara
internasional telah dilindungi oleh Bonn Convention 1979 The Convention on the
membahas mengenai apa saja yang dapat dilakukan oleh setiap negara yang
Penyu lekang hampir mirip dengan penyu hijau, hanya saja yang
membedakan adalah kepalanya lebih besar, karapasnya lebih kecil dan bersudut.
Penyu lekang memiliki 5 atau lebih sisik lateral di samping tubuhnya dan penyu
lekang ini juga merupakan jenis penyu terkecil yang ada. Penyu ini termasuk ke
dalam golongan omnivora karena memakan kepiting, kerang udang, alga serta
lamun.
Sumatera Barat.
dan bagi perguruan tinggi dapat memberikan informasi mengenai konservasi penyu
lingkungan untuk pemanfaatan dimasa yang akan datang. Secara harfiah konservasi
berasal dari bahasa inggris yakni “conservation” yang artinya pelestarian atau
Penyu biasanya disebut dengan kura-kura laut yang dapat diijumpai semua
samudera didunia. Menurut para ilmuwan, penyu merupakan biota laut yang sudah
ada di zaman jura yang sekitar 145 – 208 juta tahun yang lalu sehingga dapat disebut
penyu supaya menjaga habitat penyu di Indonesia tidak punah (Ario et al., 2016).
d. Melakukan penangkaran
sebab yakni siklus hidup yang sangat lama sekitar 15-50 tahun untuk bisa
Penyu merupakan salah satu fauna yang dilindungi dikarenakan fauna ini
Penyu lekang merupakan penyu yang paling kecil diantara spesies penyu
lainnya yang ada (Dewi et al., 2018). Dapat dilihat pada Gambar 1.
Pada umumnya penyu lekang (L. olivacea) memakan lamun, akan tetapi
lainnya. Maka dari itu penyu lekang disebut dengan omnivora. Penyu ini dapat
Penyu lekang hampir mirip dengan penyu hijau karena memiliki ciri-ciri
yang serupa kepala yang lebih besar, kerapas lebih ramping dan bersudut. pada
bagian tubuh penyu lekang memiliki lima atau lebih sisik lateral, berwarna hijau
pudar dan golongan penyu terkecil dari spesies penyulainnya. Namun pada tukik
penyu lekang warna kerapasnya adalah abu-abu terang yang cenderung ke warna
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Saupropsida
Ordo : Testudinata
Family : Cheoloniidae
Genus : Lepidochelys
Species : Lepidochelys olivacea
Nama Lokal : Penyu Lekang
Penyu lekang memiliki kerapas yang berbentuk kubang tinggi dan bagian
kerapasnya yang lembut. Penyu lekang memiliki lateral scutenya sebanyak 6-10
buah. Jenis penyu ini kerapas relatif lebar serta berwarna kuning keabu-abuan
Spesies-spesies penyu yang ada memiliki siklus hidup yang sama yaitu
memiliki pertumbuhan yang lambat dan reproduksi yang lama juga. Penyu
termasuk kedalam hewan yang bermigrasi dengan tujuan untuk kawin hingga
7
menempuh jarak yang jauh sekitar 3000 km dari ruaya pakan ke pantai
penelurannya. Penyu akan bermigrasi ke daerah kelahirannya. Saat masa kawin alat
kelamin penyu jantan akan memanjang ke belakang dan mengikuti arah berenang
penyu betina. Lalu penyu jantan akan menaiki penyu betina (Sadili et al., 2015).
dimorphism” yaitu dengan cara melakukan pengukuran ekor yang khusunya pada
penyu dewasa. Jika ekornya pendek maka penyu betina atau ekor yang melebihi
kerapasnya maka penyu jantan. Pada penyu betina akan menyimpan sperma penyu
jantan di dalam tubuhnya sampai membuahi 3-7 sarang yang akan di telurkan di
waktunya. Lalu penyu jantan akan kembali ke ruaya pakannya setelah penyu betina
bertelur. Penyu lekang biasanya bertelur saat menjelang malam sekitar pukul
20:00-24:00 Wib. Telur yang dihasilkan akan memperoleh 1-3% yang berhasil
mencapai dewasa. Saat ingin bertelur penyu betina memiliki tahapan ataupun proses
a. Penyu akan merayap menuju pantai yang muncul dari hempasan ombak
b. Setelah itu, penyu akan diam sebentar dan mencari pasir yang cocok
c. Jika sudah cocok maka penyu akan menggali lubang di pasir tersebut
telurnya
saatbertelur
f. Setelah selesai bertelur, penyu akan kembali menuju laut dan kembali ke
ruaya pakannya. Pergerakkan penyu kembali ke laut ada yang bergerak lurus dan
sebagai tempat tinggal dan berkembang biaknya. Apabila habitat laut memiliki
kualitas yang baik maka ditandai dengan biota laut yang mampu hidup di kondisi
lingkungan tersebut dengan optimal sesuai dengan toleransi batas hidup biotanya
(Hamuna, 2018).
sekitar 10o-30o dan pasang tertinggi sekitar 30-50 meter, selain itu pasir yang
cocok adalah memiliki tekstur berupa pasir tidak kurang dari 90% dan sisanya
adalah debu maupun tanah liat dengan diameter butiran halus dan sedang
(Nunuhitu, 2017).
Dikarenakan sirkulasi air yang teratur dapat menyebabkan sisa makanan dan
sekresi tukik tereduksi secara berulang. Saat tukik sudah di laut yang dimana
bertemu oleh arus-arus laut, tukik akan menggunakan rumput laut yang mengapung
untuk dapat hidup. Selain itu tukik biasanya akan bersembunyi di sekitaran
halus dengan hamparan yang luas dan substrat pasir yang berwarna gelap. Penyu
inihidup di daerah yang dekat dengan muara sungai, kemiringan pantai yang landai
serta sepi dari gangguan manusia. Cahaya matahari dan perubahan suhu sangat
Kelautan dan Perikanan, Kota Pariaman Provinsi Sumatera Barat. Peta lokasi
tester, kertas pH, thermometer, handphone, alat tulis, senter, wiper air, ember, sikat
dan bak. Adapun bahan yang telah digunakan diantaranya air payau dan pakan (ikan
Metode praktik lapangan pada inkubasi dan penetasan telur penyu lekang
tinggalnya
tukik yang sehat dan aktif dalam pergerakan serta memilih tukik yang berumur tidak
lebih dari 6 bulan. Pemilihan umur tersebut memiliki tujuan supaya tukik yang
semialami. Namun wadah tersebut diisi terlebih dahulu dengan pasir pantai
Analisis data yang digunakan adalah dengan cara anlisis deskriptif dan
yang telah diperoleh saat praktek lapangan dan disusun dalam bentuk ilmiah secara
sistematis.
12
Provinsi Sumatera Barat terletak di Jl. H. Bagindo Dahlan Abdullah. Desa Apar
Kecamatan Pariaman Utara Kota Pariaman. Tepatnya terletak di bibir pantai dan
dengan hutan mangrove Desa Apar, sebelah utara berbatasan dengan Desa Ampalu
tentang suaka perikanan (Pasal 7 ayat 1), Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
Maka dikembangkan pusat penangkaran penyu pada tahun 2009 dengan nama
Konservasi Perairan (KKP) dan pada tahun 2013 berdirilah KKP yang berbentuk
Unit Pelayanan Teknis Konservasi Penyu (UPTKP) yang pada saat itu berada
Setelah itu, pada tahun 2016 hingga 2017 UPTD Konservasi penyu
dalam naungan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat. Lalu pada
jaminan dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam sebagai sumber yang efektif
Demi terlaksananya visi tersebut maka dilakukan misi yang ada sebagai
berikut:
2017 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Daerah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat dengan Pasal 24
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), UPTD
4.4 Organisasi
menjalankan tugasnya terdiri dari Kepala UPTD KPSDKP, Sub Bagian Tata
Usaha, Seksi Konservasi dan Seksi Pengawasan. Adapun disini UPTD KPSDKP
memiliki tujuh instalasi yang diantaranya adalah KKPD Padang, KKPD Padang
Pariaman, KKPD Pesisir Selatan, KKPD Pasaman Barat, Perairan Umum Sungai
ada di UPTD KPSDKP ini seperti sarana transportasi untuk menunjang kelancaran
V. HASIL
pengukuran kualitas air pada bak penyu lekang, dan pengamatan pada sarang semi
alami. Aktivitas tambahan adalah mengikuti edukasi mengenai habita dan ancaman
yang dihadapi oleh penyu bersama sekolah SD IT Nur Hidayah Lubuk Alung, TK
sebagai berikut:
5.2.1. Monitoring
Provinsi Sumatera Barat Pukul 22:00 Wib dan Monitoring kedua dilakukan di
sepanjang pantai Pulau Kasiak Pukul 22:00 Wib. Monitoring dilakukan dengan cara
mengelilingi garis pantai di malam hari dan dini hari dengan mengamati kondisi
pasir pantai ada atau tidaknya jejak penyu lekang (L. olivacea). Kegiatan
monitoring sangat berpengaruh pada pasang naik permukaan yang digunakan penyu
lekang (L. olivacea) untuk memudahkan naik ke pantai untuk bertelur. Namun
penyu lekang (L. olivacea) naik ke pantai bertelur akan tetapi hasil dari wawancara
kepada pembimbing ada beberapa tahap yang harus dilakukan apabila menemukan
mendatangi tepi pantai yang jauh dari terganggu pemukiman dan pantai yang
5.2.2. Relokasi
Hasil dari praktik magang yang telah didapatkan relokasi atau penanaman
telur penyu lekang (L. olivacea) dilakukan menggunakan metode sarang semi
alami. Kegiatan monitoring tidak menemukan tanda – tanda jejak penyu lekang (L.
olivacea) naik. Namun, pihak UPTD KPSDKP menerima telur – telur penyu dari
masyarakat yang akan direlokasi dan pihak UPTD KPSDKP akan membayar
masyrakat yang membawa telur penyu ke UPTD KPSDKP dengan senilai Rp. 3000,
hati-hati
c. Telur penyu tidak boleh dicuci dengan menggunakan air. Diusahakan lendir
d. Memasukkan telur penyu kedalam sarang semi alami yang telah dibuat
sebelumnya
e. Sarang yang telah berisikan telur penyu ditutup kembali menggunakan pasir
5.2.3. Inkubasi
Hasil praktik magang yang telah dilakukan bahwa masa inkubasi telur
ditanam pada sarang semi alami sampai munculnya tukik yang pertama keluar dari
sarang sekitar 30 cm dan berdiamater 20 cm. Pada praktik magang ini tidak dapat
kali. Pengamatan tersebut dengan cara mengukur suhu, pH dan kelembapan pada
sarang semi alami. Hasil dari pengukuran tersebut dapat dilihat dari Tabel 4.
22
Tabel 4. Data Sarang Semi Alami di UPTD KPSDKP Provinsi Sumatera Barat
Waktu Suhu pH Kelembapan
Malam 29 oC 7 10%
pagi, siang dan malam. Jumlah telur penyu dalam satu lubang dapat diisi sebanyak
80 butir telur. Data adopsi telur di UPTD KPSDKP dari November 2021 hingga
November-Desember
180 43 Semut
2021
disebabkan oleh anjing yang menggali sarang dan memakan telur-telur penyu
5.2.4. Perawatan
pemberian pakan, kebersihan tempat tinggal, dan kebersihan pada kerapasnya. Pada
pemberian pakan penyu lekang (L. olivacea) diberikan sebanyak dua kali sehari saat
23
pagi dan sore dengan pakan ikan sarden, sedangkan pada tukik diberikan pakan ebi
Untuk tempat tinggal penyu lekang (L. olivacea) dapat dibersihkan setiap
pagi dengan cara menguras air bak dan menyikati dinding-dinding bak serta
membilasnya. Setelah itu mengisi dengan air yang baru. Perlakuan tersebut supaya
bak tidak berlumut dan tidak menimbulkan penyakit pada penyu lekang (L.
olivacea) dan tukik. Selain membersihkan bak, harus mengamati suhu, salinitas dan
pH yang mampu penyu hidup dan berkembang dengan baik. Berikut hasil
pengukuran suhu, salinitas dan pH yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Data Kualitas Air Pada Bak Air Penyu Lekang (L. olivacea)
Pagi 28 oC 8 6
31 oC
Sore 12 7
perlakuan dalam kurun waktu sebulan. Kebersihan pada kerapas penyu lekang(L.
sikat secara pelan-pelan supaya tidak ada lumut yang menempel di kerapas.
5.2.5. Pelepasan
Tukik yang siap dilepaskan ke laut tidak boleh lebih dari umur 6 bulan hasil
konservasi, dikarenakan tukik akan lupa dengan habitat yang aslinya. Pada
pelepasan tukik tidak disarankan saat siang haridikarenakan selain cuaca yang
panas, tukik akan dimangsa oleh predator yang biasanya predator akan lebih
sering mencari mangsa disiang hari. Saat pelepasan tukik juga tidak disarankan
24
diletakkan langsung ke air laut dikarenakan tukik akan mengikuti ingatan yang
akan membuat dia kembali bertelur ke pantai tersebut. Apabila tukik diletakkan
langsung ke laut akan tidak mengingat jalan untuk kembali pulang. Adapun data
10 – 31 Januari 89
01 – 06 Februari 71
Jumlah 160
Berdasarkan Tabel 7 bahwa selama praktek magang dilakukan ada 160 tukik
yang telah di lepaskan dengan berbagai spesies tukik. Proses pelepasan tukik ini
VI. PEMBAHASAN
dapat melestarikan flora dan fauna, konservasi juga dapat diartikan sebagai
pelestarian atau perlindungan. Salah satu fauna yang dilindungi dapat diletarikan
adalah penyu lekang (L. olivacea). Penyu lekang merupakan penyu yang paling
kecil dari jenis penyu lainnya. Di UPTD KPSDKP Provinsi Sumatera Barat
memiliki penyu lekang (L. olivacea) sebanyak 12 ekor dan tukinya sejumlah 1 ekor.
hingga pagi hari dengan kondisi pasang air laut. Monitoring yang dilakukan tidak
menunjukkan tanda – tanda bahwa penyu lekang (L. olivacea) naik ke permukaan
pantai. Adapun penyebab penyu lekang (L. olivacea) tidak naik ke pantai kawasan
Relokasi telur penyu lekang (L. olivacea) harus dilakukan dengan hati-hati
penetasan telur penyu lekang (L. olivacea). Pemindahan telur dapat dilakukan
setelah induk penyu lekang (L. olivacea) pergi dari sarang yang aslinya.
disebut dengan relokasi. Adapun predator yang mengganggu saat inkubasi tersebut
adalah anjing dan semut. Saat inkubasi sangat diperlukan pengamatan yang rutin
KPSDKP memiliki pH 6,8-7. Sarang semi alami memiliki pH dibawah 4,5 yang
digolongkan sangat asam sedangkan sarang semi alami memiliki pH berkisar 6,5-
7,5 yang digolongkan netral (Samosir et al., 2018). Sementara telur penyu
Suhu pada sarang semi alami di UPTD KPSDKP Provinsi Sumatera Barat
adalah 28-31 oC. Limpus(2009) mengemukakan mengenai suhu sarang yang cocok
untuk penetasan telur penyu yaitu 25-33 ⁰C, sementara (Laloe et al., 2017)
Pada kelembapan sarang semi alami di UPTD KPSDKP adalah 10%. Telur
penyu sensitif terhadap lingkungan yang kering, namun pada kelembaban yang
tinggi rawan terjadi pertumbuhan jamur pada cangkang telur (Laloe et al., 2017).
Kelembaban yang tinggi dapat disebabkan oleh tingginya kadar air dalam sarang.
Kelembapan sarang yang baik untuk penetasan telur penyu adalah 4-6% RH
pagi dan untuk membersihkan kerapasnya dilaksanakan dua kali sehari. Tujuan dari
membersihkan tersebut supaya terhindarnya penyu dari penyakit. Salah satu penyu
sakit dapat dipengaruhi dari kualitas air yang ada pada bak penyu. Kualitas air yang
Pada bak penyu memiliki pH 6-7 dan salinitas 8-12 ppt. pH dan salinitas
yang baik bagi pemeliharaan penyu adalah pH 6-7 dan salinitas 34, 2-34, 75 ppt
27
(Ginting et al., 2020). Dalam hal ini pH air bak penyu lekang di UPTD KPSDKP
sudah tergolong baik akan tetapi pada salinitasnya sangat rendah sekali dikarenakan
mengakibatkan tukik jenis lainnya bermatian dalam kurun waktu yang singkat.
dilepaskan tidak boleh lebih dari umur 6 bulan dikarenakan tukik akan lupa dengan
habitat aslinya. Tukik yang dilepaskan tidak boleh langsung diletakkan ke air laut
akan kembali dimana tukik tersebut dirilis atau dilepaskan. Tukik akan mengingat
setiap jejak kemana ia pergi sehingga hal tersebut salah satu ciri khas yang ada pada
predator-predator yang berada di laut sehingga tidak heran lagi populasi penyu
yang semakin hari akan sedikit. Dalam migrasi penyu dibedakan menjadi 3
kelompok diantaranya tukik yang bermigrasi dari daratan ke lautan, penyu dewasa
VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan
dua kali dalam sebulan di saat malam hari. Namun monitoring dilaksanakan tidak
menemui penyu naik ke permukaan pantai untuk bertelur. Relokasi telur dapat
telur penyu lekang dan memberikan kepada pihak UPTD KPSDKP Provinsi
dan semut. Dalam proses perawatan dapat menjaga kebersihan pada bak dan
kerapas penyu lekang. Pada pelepasan tukik dilakukan saat tukik berumur di bawah
6 bulan dan tidak disarankan melepaskan tukik di siang hari supaya terhindar dari
predator-predator.
7.2 Saran
menggunakan air laut yang sesuai dengan salinitas pada habitatnya. Hal ini tidak
DAFTAR PUSTAKA
Ario, R., E. Wibowo, I. Praktikto dan S. Fajar. 2016. Pelestarian Habitat Penyu
Dari Ancaman Kepunahan Di Turtle Conservation And Education Center
(TCEC), Bali. Jurnal Kelautan Tropis, Vol 19(1): 60-66.
Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut. 2009. Pedoman Teknis Pengolaan
Konservasi Penyu. Satker Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut.
Jakarta Pusat.
Hamuna, Baigo., Rosye H.R. Tanjung, Suwito, H.K. Maury dan Alianto. 2018.
Kajian Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran Berdasarkan Parameter
Fisika-Kimia di Perairan Distrik Depapre, Jayapura. Jurnal Ilmu
Lingkungan, Vol 16 (1): 35-43.
Maharani, V., H. Hamid dan L. Bathara. 2016. Multiplier Effect of Sea Turtle
Conservation Working Toward Apar Villagers North Pariaman Regency
Pariaman City West Sumatera Province. Jurnal Online Mahasiswa
FakultasPerikanan dan Kelautan Universitas riau, Vol 3(2): 1-8.
Roffaida, M., Sambah, E. A. B., MT, S. P., Rahman, M. A., dan Pi, S. 2021.
Pengaruh Letak Sarang dan Jumlah Telur di setiap Sarang terhadap
Keberhasilan Penetasan Telur Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) di
Bajulmati Sea Turtle Conservation Kabupaten Malang. Doctoral
Dissertation, UniversitasBrawijaya.
Sari, E., Isnaini, G. Diansyah dan Hartoni. 2018. Karakteristik dan Identifikasi
Bakteri Patogen Pada Luka Tukik Penyu Lekang (Lepidochelys oivacea) Di
Penangkaran Penyu Kota Pariaman Provinsi Sumatera Barat. Maspari
Journal Marine Science Research, Vol 10(1): 63-73.
Sepawan, Mat. 2018. Pengaruh Struktur dan Komposisi Vegetasi Pantai Terhadap
Pemdaratan Penyu (Chelonioidea) Di Pekon Muara Tembuluh Kecamatan
Ngambur Kabupaten Pesisir Barat. Skripsi. Lampung: UIN Raden Intan
Lampung.
31
LAMPIRAN
33
a. Monitoring
c. Inkubasi
Lampiran 2. Lanjutan
d. Perawatan
Lampiran 2. Lanjutan
e. Pelepasan Tukik
Kantor Aula
Mess Musholla
Hatchery 1 Hatchery 2
Lampiran 3. Lanjutan
Refraktometer Thermometer
Lampiran 3. Lanjutan
Ember Pakan
40
Malam 29 oC 7 10%
Data Kualitas Air Pada Bak Air Penyu Lekang (L. olivacea)
Waktu Suhu Salintas pH
Pagi 28 oC 8 6
Sore 31 oC 12 7